Kyra mengerjap tidak percaya. Ia pulang saat matahari hampir terbenam dan mendapati Radk duduk di kursi yang menghadap ke taman sedang tersenyum menanggapi lelucon Shiena yang terkenal garing. Begitu Kyra melangkah masuk, pemuda itu berdiri seolah-olah menyambutnya. Tidak ada kekesalan di wajahnya karena sudah menunggu lama dan menghadapi Shiena yang terkenal suka mengobrol.
“Kamu ke mana saja, Sayang. Temanmu datang sejak siang,” kata Shiena. Ia ikut berdiri dan mengambil nampan berisi dua mug yang sudah kosong.
Kyra curiga Shiena sudah memaksa Radk untuk menikmati coklat panas kesukaannya. Ia melayangkan senyum pada mamanya alih-alih menjawab pertanyaan yang dilontarkan wanita yang telah melahirkannya. Dengan cepat Kyra mendekati dua orang yang terlihat berbeda zaman tersebut dan duduk di sisi Shiena.
“Aku tidak menyangka kamu akan datang,” katanya berbasa-basi. Kyra harap Radk mau ikut dalam drama yang coba dimainkan. Ia tidak mau Shie
Alden menatap keheranan pada Kyra yang duduk di samping Radk. Bahkan Tania yang sudah bertekad tidak akan berkomentar menatap keheranan. Mereka semua bertanya-tanya apa yang sudah terjadi pada Kyra kemarin. Pasti ada sesuatu yang membuat gadis yang menatap dengan penuh kemarahan Radk pada hari pertama, tepihat senang mendapatkan teman baru sekarang.“Kamuy akin kalau kepalanya tidak terbentur, kan?” tanya Alden pada Tania.Roth juga memiliki pertanyaan yang sama pada Tania. Namun, ia tak menyuarakannya sejak tadi karena merasa tidak berhak.“Tidak. Aku yakin dokter mengatakan kalau Kyra mengalami retak pada tulang tempurung lutut saja. Ia tidak mengalami benturan di kepala. Lagipula ….” Tania tidak melanjutkan perkataannya dan hanya mengumamkan dalam hati. Kyra jelas-jelas menatap Radk penuh kebencian kemarin saat Tania muncul ke ruangannya dan mengajak Radk pulang lebih dulu.“Pasti ada alasan kenapa sekarang jadi sep
Radk pergi dengan cara yang sama saat dirinya muncul. Semua hal tersebut membuat Roth dan Alden terpana, tetapi hanya menyisakan pertanyaan di benak Alvare. Dengan kemampuan yang bahkan di atas dirinya, bagaimana ia tidak tahu keberadaan Radk selama ini. Laku di masa lalu siapakah sebenarnya pemuda yang baru saja menemui mereka itu.“Aku bermimpi, kan?” Alden mencubit pipi Roth dengan keras.Tetangga mereka tersebut terpekik kesakitan dan kemudian balas memukul Alden, tetapi tak berhasil. Ia kemudian menatap Alvare yang masih saja diam dan bertanya, “Kamu berhutang penjelasan padaku.”Alvare tersadar dari pikirannya sendiri dan mengusap wajahnya kasar. Ia kemudian menarik kursi di meja makan dan duduk di berhadapan dengan Roth di sisi Alden. “Aku benar-benar ingin menjelaskan duduk persoalannya pada kalian, tetapi aku tak benar-benar jelas dengan masalah ini,” ungkapnya.“Katakan saja apa yang kamu tahu.” Al
Bruk!Kyra merasakan nyeri di lututnya. Ia memandang kursi yang ada di lorong. Saat ia keluar tadi dan kembali naik untuk mengambil tasnya di dalam kamar, tidak ada benda tersebut di sana. Namun, saat ia tergesa-gesa keluar, kursi itu langsung ditabrak hingga ia terhuyung dan jatuh.“Astaga, Kyra! Apa yang terjadi?”Kursi yang tergolek tak berdosa itu diangkat Shiena dan disandarkan ke dinding. Segera setelah itu ia menghampiri putrinya yang memegangi lutut dengan wajah yang pucat.“AUU!” Kyra terpekik kaget saat tangan Shiena menyentuh lututnya. Ia meringis menahan sakit.Shiena dengan hati-hati membantunya duduk di kursi yang bersandar di dinding. Ia tahu bahwa putrinya terluka cukup parah. Bunyi hantamannya bahkan mengagetkan Shiena yang sedang ada di dapur di lantai bawah.“Se-baiknya kita periksa ya, Kyra?”Kyra tidak punya pilihan lain selain menginyakan. Ia juga tidak suka ke
Gadis itu terikat pada tonggak kayu. Beberapa saat lalu orang terakhir meludah ke tanah dan pergi. Tanah lapang tempat gadis yang tak lain adalah Eleanor tersebut gelap. Itu adalah tempat yang terletak cukup jauh dari kota. “Apa kamu sudah puas?” Suara Eleanor lirih saat bicara, tetapi penuh kebencian. “Apa dengan begini kamu tidak akan marah lagi?” Ia mendengar desau angin yang keras menhembus daun-daun. Lalu angin yang dingin itu menampar tubuhnya yang penuh luka dan membuatnya merasakan beragam rasa sakit. Sekarang ia benar-benar ingin mati. “Aku melihat makhluk yang kesepian saat mengulurkan tangan padamu. Aku pikir kamu akan merasa tenang bisa berbaur dengan orang-orang. Namun, aku tidak menyangka kamu bisa melakukan seperti ini padaku. Kenapa kamu membunuhnya? Apa kesalahannya padamu, Radk?” Dua malam yang lalu ia mengunjungi sang calon suami dan melihat pemandangan pembantaian yang dilakukan Radk. Saat itu Eleanor sama sekali tidak bisa berteri
Akhirnya ia bisa bebas kembali. Hukuman yang diberikan Tuan Radk padanya benar sangat menyakitkan. Saat hukuman tersebut berlangsung jiwanya seperti dicabut berkali-kali dan kemudian dilepaskan kembali. Ia tidak mengerti dengan alasan kenapa Tuan Radk begitu marah karena Grenada mendekati Kyra. Gadis itu biasa-biasa saja untuk menjadi pasangan abadi tuannya.“Jangan membuat masalah lagi.” Liod ternyata menyambutnya di depan pintu ruang hukuman.Tidak ada seorang pun makhluk yang menyeretnya masuk kemarin keluar mengantarkan. Makhluk-makhluk yang hanya patuh pada Radk saja. Grenade mengigil setiap kali memikirkan bagaiman hukuman terhadapnya dilaksanakan. Walau begitu ia tidak berencana menyerah begitu saja. Ia akan kembali keluar dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak berpapasan dengan Kyra.Jika seandainya mereka berpapasan nantinya, ia akan berpura-pura untuk tidak kenal dengan Kyra. Sumpah mati ia tidak ingin masuk kembali ke dalam tempat hukuman
Kyra berdiri kebingungan di depan pintu rumahnya. Ia tidak ingat dari mana dan dengan siapa pergi. Hanya saja ia merasa pipinya pegal karena tersenyum sepanjang hari. Yang diinginkan Kyra saat ini hanya tidur di ranjangnya seperti orang mati.“Ma, kalau Tania telepon besok pagi bilang tunggu di halte bis saja,” pinta Kyra saat melewati dapur, tetapi tidak terdengar sahutan. Kyra lekas mengurungkan niatnya untuk naik ke kamar. Ia memutar tubuh untuk bisa menenggok sedang apa mamanya sekarang hingga tidak bisa menyahut. Namun, tidak ada siapa-siapa di dapur. “Ma!” Kyra akhirnya berteriak.Setelah beberapa kali memanggil, mama Kyra muncul dari ruang cuci pakaian dengan sekeranjang cucian. Pandangannya aneh, tetapi wanita yang melahirkan Kyra tersebut masih tersenyum. “Ada apa, Kyra?” tanya Shiena dengan nada datar.Kyra memandang wanita yang melahirkannya dengan saksama sebelum bertanya, “Mama tidak apa-apa? Mama terlihat &
Alvare bingung apa yang harus dilakukan ketika melihat Amour berdiri mengawasi. Tidak sama seperti sebelumnya, gadis itu berdiri sangat jauh dan terhalang dari pandangan. Alvare jadi bertanya-tanya kenapa dan mengapa itu dilakukan Amour. Kecuali Alvare memiliki akses ke dalam pikiran Amour, pertanyaan di dalam pikirannya sendiri tidak akan terjawab.“Ah ….” Ia menghembuskan napas kasar keluar.Roth yang berdiri di dekatnya memandang dengan penuh tanda tanya. “Kenapa?”“Jangan pedulikan aku, urus saja urusanmu.” Alvare mengibaskan tangan untuk menghentikan kepedulian Roth. Ia tidak mau diurusi oleh orang yang sudah pusing melihat keakraban Kyra dan Radk yang menjadi misteri.Roth cemberut sesaat. Ia merasa sama sekali tidak dihargai. Lebih tepatnya perhatian yang diberikan karena tampang Alvare yang buruk benar-benar diabaikan. Namun, saat seseorang sudah menolak secara terang-terangan, ia tidak bisa melakukan apa
“Ah … andai penelitiannya bukan tentang itu, aku pasti akan segera mengambilnya.”Linden mendengar lagi keluhan seperti itu. Ia belum dipanggil masuk sebab datang paling akhir pada penawaran penelitian kali ini. Sebagai salah satu arkeolog berbakat di Raven, ia senang saat mendapat undangan penawaran seperti ini. Artinya untuk waktu lama Linden tidak perlu takut kekurangan dana penelitian. Ia juga tidak perlu khawatir dengan biaya hidup Shiena dan putri mereka yang lucu Kyra.“Sebaiknya kamu pergi dari sini Linden, penelitian ini berbahaya,” kata salah seorang temannya yang sudah masuk dan keluar dengan wajah tidak lagi bersinar-sinar seperti sebelumnya.“Kenapa?” tanya Linden penasaran.Pria yang tidak lebih tua dan tidak lebih muda darinya itu hanya mengangkat bahu, seraya berkata, “Percayalah padaku.” Kemudian ia berlalu pergi.Linden menelengkan kepala. Ia tidak bisa percaya b