“Kau menemukan sesuatu?”
Cleon menggeleng. Sudah hampir lima belas menit ia membolak-balikkan buku yang ada di hadapannya, tetapi ia masih belum bisa menemukan petunjuk mengenai cara mencari seseorang yang menghilang.
“Bagaimana denganmu?”
Cleon balik bertanya pada Aldephie yang sedang meneliti rak buku di bagian kiri. Memikirkan waktu yang sudah cukup banyak terbuang saat mereka membuka barrier, membuat mereka saling bersepakat untuk mencari petunjuk masing-masing dan melaporkannya.
“Aku menemukan ini,” ucap Aldephie menyodorkan buku bersampul cokelat.
Cleon menerima buku yang Aldephie berikan, lalu membukanya. Sayang, ia tidak bisa memahami satu
Halo semuanya, terima kasih atas segala perhatian dan cinta yang sudah kalian berikan untuk Secret of Five Gods ini 😊 Jangan lupa beri like, komen dan ulasannya ya. Sampai bertemu di chapter selanjutnya Salam hangat
“Kau sudah siap, Al?” Aldephie mengangguk. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Meski Aldephie berharap malam itu akan jadi malam yang panjang bagi Aldephie, ia tetap tidak bisa menampik bahwa mereka—ia dan Cleon—harus segera menyelesaikan ini semua. Di samping para penjaga kediaman Hakim tertinggi akan segera menemukan mereka, menurut buku yang dibaca, orang yang menghilang atau melakukan perjalanan ke dimensi lain menggunakan mantra yang tercantum dalam buku akan segera menghilang bila tidak segera kembali setelah hari ke empat. Batas terakhir adalah ketika matahari menyentuh cakrawala bumi. Aldephie memandang Cleon yang berdiri di sisinya. Cleon, ia begitu setia meski Anastazja bukanlah keluarganya. Aldephie tahu Hakim tertinggi baru saja menghajarnya. Karena tidak lama setelah itu, kakaknya, Cesar memerintahkan Polisi Alastor untuk mencari keberadaan black blood. Bersyukur ia dan Agacia
Anastazja membuka mata dengan perasaan campur aduk. Napasnya tersengal-sengal. Jantungnya berdebar sangat kencang dengan tubuh menegang di saat yang sama. “Aku ....” Ucapannya terhenti saat dia melihat Aldephie dan Cleon yang masih memandangnya dengan tatapan tidak percaya. “Eh?” Anastazja memandang sekitarnya bingung. Kepalanya terasa penuh dengan memori-memori yang saling bertumpuk satu sama lain. Sepertinya tubuhnya merasakan shock hebat setelah ia merasuki tubuh Sean. Hal yang paling membuatnya bingung adalah Aldephie dan Cleon yang tiba-tiba melompat dan memeluknya erat. Ia bisa mendengar erangan tangis Aldephie. “Syukurlah, syukurlah, syukurlah!” ucapnya terus menerus di telinga Anastazja. Anastazja
“Kau akan tinggal di sini?” Anastazja mengerjap mata beberapa kali. Tidak yakin dengan apa yang Cleon katakan ketika ia menemukan lelaki itu masih berada di rumah makan milik Agacia saat matahari akan terbit tidak lama lagi. “Tapi, ada apa sebenarnya?” Anastazja menatap Aldephie, meminta jawaban. Aldephie hanya menunduk beberapa saat, lalu ia meminta izin untuk ke dapur, menggerus beberapa tanaman obat yang berhasil Anastazja ambilkan. Meski samar sekali, Anastazja berhasil mencium kecurigaan dari kedua orang penting dalam hidupnya. “Jadi, katakan padaku, Cleon. Apa sebegitu menakutkannya ketika Hakim tertinggi memukulimu?” “Huh? Siapa memukuli siapa?”
“Dihajar?” Dari pada pertanyaan, Anastazja lebih merasa terkejut dan tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh Cleon. Sesungguhnya, Cleon tidak ingin menceritakan hal memalukan itu pada Anastazja, tetapi ia juga tidak sanggup membohongi gadis yang dicintainya. “Yah, bukan rahasia umum lagi,” jawab Cleon sembari mengangkat kedua bahunya. “Ah, gila! Pantas saja banyak Polisi Alastor berkeliaran di mana-mana. Ah, Al, ngomong-ngomong ke mana Ibu pergi?” Anastazja berteriak dari arah meja makan rumah makan menuju dapur, tempat Aldephie sedang menggerus daun-daun obat. “Ibu sudah pergi.” “Ke mana? Apa kau tahu tujuannya?”
“Kau benar-benar tinggal di sini?” Anastazja membuka salam pagi dengan pertanyaan yang sama yang ia lontarkan pada Cleon semalam. Seolah ia baru saja tersadar dari mabuknya setelah berpesta minuman semalam suntuk hingga melupakan segala yang terjadi. Cleon tidak menggubrisnya, pemuda itu hanya melirik pantulan Anastazja dari cermin dan kembali meneruskan kegiatannya menggosok gigi. “Ah, aku pasti benar-benar sudah gila! Kupikir kau hanya mengerjaiku lagi, atau mungkin memastikan Aldephie tidak membunuh dirinya sendiri setelah pernyataannya yang gagal,” ucap Anastazja mengambil sikat giginya, lalu menuangkan odol di atas sana. Cleon memandang Anastazja dengan kesal. Kemudian, ia segera menyelesaikan kegiatannya, berkumur dan berdiri menghadap Anastazja yang masih
Satu petang yang dingin, Hari ke lima di pulau tak berpenghuni. Um, sejujurnya aku tidak mengerti apa yang harus kutuliskan di sini. Yah, kalau boleh jujur, aku memang paling anti dengan kegiatan tulis-menulis dan kupikir Harsen telah mengetahuinya. Oh, astaga, dia adalah pria tua paling cerewet yang pernah kutemui selama dua puluh empat tahun aku hidup. Bisa kau bayangkan? DUA PULUH EMPAT TAHUN! Baiklah, agar terasa lebih bersahabat, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Orang-orang menyebutku Lio, meski aku tidak tahu bagaimana orang tuaku memanggilku. Aku tidak begitu ingat panggilan yang mereka sematkan padaku, sepertinya sesuatu yang mirip seperti “Halley” atau mungkin “Elly”? Ah, sejujurnya aku benci panggilan itu, terdengar seperti seorang perempuan, bukan?
Sudah seminggu sejak Cleon memutuskan untuk tinggal dan membersamai kedua kakak-adik black blood yang kini masuk dalam daftar pencarian orang dalam catatan hitam. Sebuah catatan yang digunakan oleh pemerintah untuk mencari orang-orang dengan tingkat kriminalitas tinggi. “Waaaaw, bagus sekali. Hanya dalam beberapa hari aku sudah masuk dalam daftar tersangka. Ini menakjubkan bukan? Sekarang semua orang mencariku! Sepertinya aku harus belajar untuk membubuhkan tanda tangan mulai sekarang.” Cleon langsung memukul belakang kepala Anastazja pelan saat mendengar ucapan gadis dengan mulut tajam itu. Sedikitnya, tubuh Anastazja hampir terjungkal andai ia tidak langsung menjaga keseimbangannya. Mata hitam pekatnya menatap Cleon dengan air muka yang kesal. Bibirnya membentuk lengkungan ke bawah, menandakan ia tidak suka dengan sika
“Baiklah, kalian sudah siap, para gadis?” tanya Cleon memastikan kesiapan dua gadis istimewa yang kini menjadi bagian dari hidupnya. Setelah memastikan tali pengikat kuda dan gerobak terikat dengan kencang, ia segera membantu Aldephie mengangkut kotak terakhir persediaan perjalanan mereka. “Aku sudah siap,” ucap Anastazja memastikan tenda terikat dengan baik. “Aku juga sudah.” Aldephie mengangguk mantap. Semua barang yang sekiranya mereka butuhkan, sudah ia masukkan dan packing dengan rapi. Cleon mengangguk. Matanya melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Tinggal beberapa menit sampai Polisi Alastor beristirahat sebelum pergantian tim penjaga. Perhitungannya, mereka memiliki waktu sekitar delapan menit untuk kabur keluar teritorial wilayah Ha