Share

Act. 113. Salam Terakhir

Author: LlamaTail
last update Last Updated: 2022-02-12 22:00:00

'Aku menuliskan ini di sini, agar semuanya menjadi jelas bahwa apa yang terlihat, terdengar, bahkan mungkin terendus tidak selalu sama dengan wujud nyatanya.

Pertama, halo. Sean Alastor. Kali pertama kita berbicara secara pribadi, maksudku buku hijau sampul beludru? Ah, itu tidak bisa disebut sebagai komunikasi.

Aku mengetahui namamu pertama kali dari Ramirez. Bahwa ada orang lain yang berusaha mengambil alih tubuhku, lalu kabur begitu saja.

Kupikir ratusan kali pun, kau bukan ingin mengambil alih tubuhku. Kau justru menyelamatkanku. Andai kau tidak datang saat aku pingsan, mungkin aku akan benar-benar tenggelam dan mati. Karenanya, terima kasih untuk bantuanmu, aku sangat menghargainya.

Kedua, aku tidak pernah berpikir sekali pun bahwa apa yang kulalu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 114. Salam Terakhir (2)

    'Helio Elysian. Hidupnya menjadi bencana sebelum orang-orang mengetahui bahwa Dragon berada dalam dirinya. Kau pasti pernah mendengar mengenai bola emas darinya bukan? Ya, itu adalah jantung Dragon. Hanya jantungnya saja. Kekuatannya? Seperti kataku, Dragon mengikat kekuatannya pada kristal berwarna kuning keemasan dan tertancap kuat menjadi bandul dalam kalung berbentuk naga milik Helio. Kau penasaran bagaimana aku mengetahuinya? Kau harus memasuki kamarnya karena ia menyimpan alat untuk berkomunikasi denganku. Tidak bisa secara langsung. Lebih seperti surat dalam bentuk elektronik. Dia tidak diperbolehkan untuk menggunakan alat komunikasi canggih sampai hukumannya selesai. Kemudian, jika kau penasaran mengenai dirinya dan hukumannya, kau bisa tanyakan langsung padanya. Itu bukan ranahku dan aku tidak berniat memberitahu apa pun mengenai hal itu padam

    Last Updated : 2022-02-13
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 115. Hadiah

    Malam itu tidak ada angin, suara alam, atau apa pun yang masuk ke dalam pondok karena begitu Anastazja mabuk dan mulai berkhayal dan mengatakan hal-hal aneh, Ramirez sudah memastikan pintu dan jendelanya aman. Ia bahkan berpamitan sebelum Anastazja benar-benar sadar walaupun gadis itu membalasnya dengan balasan standar. Bye-bye, butterfly. Sambil terus menerus cegukan dan tidak lama kemudian, gadis itu menjatuhkan dirinya di sofa dengan posisi aneh dan mendengkur keras. Andai ia bukan keturunan Sean, Ramirez ingin sekali menghajarnya. Mulutnya sangat bau dan itu cukup mengganggunya. Namun, gadis itu terbangun dari tidurnya, mendapati pondoknya kosong, berantakan, dan linglung. Ia menjeda dirinya beberapa saat sebelum sakit kepala yang hebat menderanya dengan serangan bertubi-tubi.

    Last Updated : 2022-02-14
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 116. Kalah

    Setelah berhasil menarik Cleon, Aldephie dan Vahmir terduduk di lantai kayu dengan napas terengah-engah. Dengan badan yang tinggi, bobot Cleon juga tidaklah ringan. Meski dulunya termasuk dalam komandan di medan pertempuran, usia sukses membuat Vahmir kehilangan hampir sebagian kekuatannya. "Terima kasih, Al," ungkap Cleon ikut terengah-engah. Bohong sekali kalau jantungnya tidak menciut saat ia sempat ditembaki sebelumnya. Atau kemungkinan terburuknya adalah jatuh karena ini adalah salah satu aksi sok keren yang sejak dulu ingin dicoba begitu melihat adegan di televisi. "Vahmir bekerja dua kali lebih keras karena tenagaku tidak begitu berguna," sahut Aldephie dengan wajah yang banjir keringat. Cleon terkekeh melihat Vahmir yang juga berada dalam posisi yang sama dengan mereka. Apalagi jasnya sampai be

    Last Updated : 2022-02-15
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 117. Tempat untuk Pulang

    Sedikit demi sedikit, Anastazja menggoreskan kanvas kosong di hadapannya. Meski begitu, pikirannya menerawang jauh ke tempat tak terbatas, yaitu perkataan Sean mengenai Helio, mengenai black blood, mengenai perang dan kehancuran, mengenai segalanya! Perasaan dilema berhasil menguasai hampir seluruh pikirannya. Apa yang Sean beritahu untuk dilakukan, sejujurnya Anastazja sedikit malas. Atau mengenai hal-hal yang Sean larang, Anastazja ingin melakukannya. Sudah sejak lama minat Anastazja untuk kembali mempersoalkan Cerberus runtuh sedikit demi sedikit. Kalau ibarat bangunan, mungkin kini hanya tinggal puing sisa. Semua tergerus oleh badai bernama Helio Elysian. Sebuah badai yang manis, tetapi menghancurkan di saat yang sama. Anastazja bahkan lebih mempersiapkan dirinya untuk hancur bersama Helio dari pada harus kembali berurusan dengan Cerberus.

    Last Updated : 2022-02-16
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 118. Caranya Mencintai yang Lain

    "Apa kau pernah melihat Pohon Keabadian? Kudengar Anastazja menceritakannya padamu?" Sejujurnya, Aldephie malas menanggapi pertanyaan Cleon setelah apa yang terjadi sebelumnya di luar. Namun, ia tidak ingin Vahmir melihat ketidaksopanannya pada Cleon. Karena bagaimanapun juga, Cleon lah yang telah menolongnya. "Tidak. Bagiku itu hanya sebuah karangan. Sebuah khayalan bodoh." "Bukankah kau menangis kala aku mengambil buku hijau itu ke rumahmu?" Aldephie mengalihkan pandangannya pada Cleon, lalu mengembuskan napas berat. Malas. Setelah kejadian tadi, pembicaraan Cleon hanya didominasi oleh Anastazja saja. Anastazja ini, Anastazja itu, Anastazja begini, Anastazja begitu. Hei! Seharusnya Aldephie juga termasuk di dalamnya! Bukankah mereka merencanakan ini semua bertiga?

    Last Updated : 2022-02-17
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 119. Dua Cinta

    "Mengajarimu? Jangan bodoh, Cleon! Inikah caramu menolakku? Apa yang kau inginkan? Kau ingin menyakitiku, huh?" Aldephie benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Ia bahkan membuang rasa malunya dan menangis keras seperti anak kecil yang tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. "Tidak, bukan begitu, Al." "Lalu apa? Jelaskan padaku! Apa yang kau inginkan kali ini?" "Aku ... aku memang mencintai Anastazja ...." Aldephie tidak tahu bagaimana wajahnya saat ini. Namun, dia bisa memastikan perasaan kacaunya tergambar jelas dari mimiknya. Cleon mungkin bisa melihatnya. Atau siapa pun yang berada di sana. "... tapi itu tidak sepenuhnya benar. Aku memang menjaganya, tetapi juga ti

    Last Updated : 2022-02-18
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 120. Pergerakan

    Aldephie duduk di geladak utama sembari memeluk kedua lututnya. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan atau pikirkan. Tiba-tiba, semuanya menjadi kosong melompong. Seolah tujuan utamanya lenyap begitu saja. Sekarang apa yang ia inginkan? Menyusul Agacia dan memulai hidup baru bersama seseorang yang membohongi dirinya? Atau menjemput Anastazja dan membantu seseorang yang menyembunyikan sesuatu darinya? Aldephie menatap ke atas. Langit biru terbentang luas dalam jangkauan pandangan matanya. Kumpulan awan yang terlihat lembut dan menggoda. Juga kehangatan sinar matahari yang membuatnya berwarna cerah. Semilir angin sempat membuat Aldephie mengantuk untuk sesaat. Bagaimanapun juga, ia sudah lelah menangis. Ia berpikir bahwa menatap dunia luar akan membuat sesaknya berkurang. Ia berharap bisa bernapas lega barang satu detik saja. Namun, melihat langit yang tak terbatas justru membuat dirinya semakin merasa kecil.

    Last Updated : 2022-02-19
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 121. Tidak Ingin Lagi Berbohong

    "Pertanyaan pentingnya saat ini adalah apa kau tahu di mana Anastazja berada?" Aldephie dan Cleon membuka rapat darurat kecil untuk mereka berdua. Untuk menyamakan tujuan mereka. "Aku tidak tahu. Sepanjang aku belajar sihir, aku hanya bisa sihir untuk menumbuhkan pohon. Aku menggunakannya sekali untuk menghibur Anastazja dulu sekali." "Ah, maksudmu musim gugur dadakan itu?" Cleon mengangguk kecil. "Kau sendiri bagaimana, Al? Apa kau memiliki cara agar kita menemukan Anastazja? Kupikir kau sudah mampu merapalkan beberapa mantra." "Yah, kau benar, tapi kau juga tahu aku tidak sekuat An, bukan? Ah, tunggu, pertama, kau masih berhutang padaku cerita bagaimana dia bisa kabur dari sel bawah tanah."

    Last Updated : 2022-02-20

Latest chapter

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 135. Epilogue

    Shi yang memasuki ruangan, disambut oleh dongakan kepala Aldephie. Dengan wajah berhiaskan senyum puas, Shi berjalan mendekat. Tidak ada reaksi penolakan yang biasanya Aldephie keluarkan. Hanya sebuah tatapan kosong. Matanya seperti seekor ikan yang mati. "Kekasih yang kau cintai itu sudah tidak lagi di sini. Dia hanya menitipkan ini untukmu," ungkap Shi seraya mengeluarkan sepucuk surat dari saku dalam jas hitamnya. Aldephie tidak mengatakan apa pun. Hanya menerima uluran sepucuk surat dan mengambilnya dari tangan Shi. Kepergian Cleon untuk menemani Anastazja cukup memukul habis kekuatan batinnya. Bukankah seharusnya seseorang memberitahu mereka jika Anastazja sudah kembali? Kenapa justru memisahkan mereka semua dan mengirimnya ke tempat yang tidak dikenalinya? Aldephie paham, seharusnya ia merasa lebih tenang kar

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 134. Ending

    Tidak ada seorang pun dari mereka saling berbicara. Mereka bahkan tidak saling menatap satu sama lain. Waktu yang mereka yang telah hilang, kini memang kembali meski tidak seperti semula. Namun, pikiran mereka sudah tidak saling terpaut. Dengan helaan napas panjang, Cleon memandang laut luas sembari menbayangkan wajah Aldephie terakhir kali sebelum semuanya berakhir seperti ini. Aldephie yang baru bangun dan entah sudah diberitakan apa oleh Shi, berlari masih dengan mengenakan piama orang sakit menemui Cleon yang sedang diringkus karena terus menerus memberontak. Ia memasuki ruang interogasi nomor dua dan memeluk Cleon sambil menangis tersedu-sedu. Gadis itu bahkan memintakan maaf untuk adiknya. Sikap Aldephie yang seperti itu, memberitahu Cleon bahwa tidak ada lagi perlawanan yang bisa ia berikan pada Cesar. Kalah. Begitulah bagaimana akhirnya Cleon harus men

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 133. Babak Akhir

    Memasuki sebuah ruangan besar yang gelap dan pencahayaan seadanya. Terdapat sebuah meja dengan dua kursi di sisi kanan dan satu kursi di sisi kiri, juga lampu yang menggantung di atasnya. Anastazja mengira pendingin ruangan disetel dengan suhu sekitar delapan belas sampai dua puluh derajat. Terlalu dingin baginya. Apalagi dengan kondisi tubuh yang terus menerus memproduksi keringat dingin. Awalnya, ia ragu-ragu untuk masuk, tetapi salah satu polisi Alastor mendorong punggungnya dengan kasar hingga ia terjerembab mencium lantai yang dingin, lalu menutup pintu dengan cara membantingnya. Kesal mulai menggelayuti wajahnya. Andai dia tidak mengikuti rencana Hakim, dia tidak perlu lagi mendapat perlakuan kasar seperti ini! Namun, apa gunanya dia tetap di sana jika Hakim itu juga di sana? Ah, Hakim tertinggi sudah merusak esensi dari tempat kenangannya bersama Helio.

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 132. Akhir dari Pelarian

    Bau menyengat, udara pengap, juga hawa yang memuakkan menebar keluar melalui pintu kayu yang berwarna samar. Anastazja melihat ke dalam ruangan dengan perasaan bingung. Kenapa Helio tidak pernah menceritakannya? Hakim tertinggi segera menyalakan korek api gasnya untuk penerangan. Tidak seperti dirinya yang tenang dan seolah tahu apa yang tersimpan di dalam ruangan aneh ini. Anastazja justru merasa mual dan pusing. Sebuah tubuh yang membusuk. Seperti baru, tetapi karena dia berada di pondok dan tidak seorang pun antara dia dan Helio melakukan itu, artinya tubuh itu sudah lama berada di sana! Pembunuhankah? "Kau tahu siapa ini?" Sembari menutup hidung kencang, Anastazja menggeleng lemah. "Kakek buyutku."

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 131. Sisi Lain Hakim Tertinggi

    Kedua kaki tangannya bergetar hebat. Dia bahkan bisa merasa bulu-bulu halusnya meremang, seolah alarm alaminya tahu bahwa bahaya di hadapannya tidak bisa ditolerir lagi. Di saat yang sama, tenaganya hilang entah ke mana. Lenyap tersapu riuh badai kepanikan diri. Bulir demi bulir keringat dingin mengucur tiada henti. Mati aku! Hanya itu kalimat yang terus berdentum di telinga dan otaknya. Selama lima detik, Anastazja mengusap dada, berharap jantungnya tenang agar napasnya tidak terlalu memburu. Ia tidak ingin terjebak pada lingkaran jawaban atas pertanyaan "bagaimana". Yang ia ketahui sekarang, dirinya sudah tertangkap basah dan tidak bisa lagi melarikan diri. Hatinya merintih, tidak pernah hal seperti ini terjadi kala Helio berada di sisinya. Namun, setelah lelaki yang dicintainya itu pergi, tiba-tiba mimpi buruk kembali datang.

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 130. Tertangkap! (3)

    "Cesar ...." Tidak ada keceriaan dalam nada suara Cleon. Tenggorokannya tercekat. Dadanya berdentum-dentum tak karuan. Habis sudah! "Wah, wah, kau tidak ingin memberiku pelukan rindu? Aku bahkan sudah merindukanmu meski kau hanya meninggalkan kediaman selama tiga hari lamanya!" Tawa Cesar menggaung bengis baik di telinga Cleon ataupun Aldephie. Tidak ada doa dan pinta lain selain dijauhkannya Cesar dari mereka. Cleon memang sudah tahu Cesar mencarinya, tapi kenapa? Bukankah Aldephie sudah merapal mantranya? Bukankah seharusnya jejak mereka menghilang? Kedua bola mata Cleon melirik Aldephie yang sedang tegang di tempatnya. Kemudian, kembali menatap Cesar yang sedang tertawa seraya mengacungkan moncong senapannya tepat di d

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 129. Ketahuan (2)

    Apa yang paling mengiris hati selain duka karena kenyataan yang terlalu pahit untuk ditelan? Tentu saja Anastazja akan menjawab paling lantang kenangan dan harapan kosong. Menggambarkan kesedihannya hingga jarum detik terus berputar sampai matahari kembali muncul dan menyinari dunia, gadis itu masih terduduk di sebelah dipan milik kekasih hatinya yang baru saja meninggalkannya semalam. Ia membungkukkan setengah badannya di atas tempat tidur dan separuh tengah ke bawah masih setia mencium lantai kayu yang tidak lagi hangat. Pondok ini memang indah, tetapi tanpa Helio, rasa sepi lebih banyak mencengkeram suasana hatinya. Membuat aura pondok menjadi kelam dan menyedihkan. Entah bagaimana wajahnya saat ini, ia tidak berani menatap cermin. Kacau. Satu kata yang ada dalam pikirannya. Matanya sembab, bahkan mungkin bengkak dan memerah. Seperti baru saja dicium oleh p

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 128. Hadiah Terakhir

    Helio tersentak. Lamunannya buyar ketika Anastazja menyentuh pipinya. Isakan yang sebelumnya memenuhi wajahnya berkurang. Anastazja kini memandang Helio dengan rasa cemas. "Helio ... kau baik-baik saja?" "Tentu. Tentu saja. Aku baik." "Tapi kau memelukku dengan erat. Kau yakin?" "Ya, aku yakin. Aku hanya sedang menangisi takdir." "Menangisi takdir?" Anggukan Helio menjadi tanda tanya besar. Namun, Helio peka dengan hal itu. Tidak perlulah sang dewi memintanya untuk bercerita, Helio segera membeberkan apa yang pernah Sean katakan padanya. Kini, bukan hanya Helio, tetapi Anastazja juga ikut terharu dan terbawa suasana. Cinta yang k

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 127. Semangat yang Bertumbuh karena Luka

    "Sayang." Helio melangkah mendekati Anastazja yang sedang mencuci piring. Memeluk dan mencium bagian belakang leher kekasih hatinya adalah salah satu hal yang menjadi favoritnya sejak mereka resmi menjadi pasangan. Bukan hanya itu, Helio sangat suka dengan reaksi Anastazja yang merasa kegelian. Ia akan mengangkat bahu kirinya dan menempelkannya pada telinga di bagian yang sama. Kemudian, ia juga akan terkikik pelan. "Hentikan! Aku sedang mencuci piring," ujarnya melarang Helio untuk mendekat. Namun, alih-alih menjauh, Helio justru semakin mengeratkan pelukannya. Seraya bersenandung pelan, Helio menumpukan dagunya di bahu Anastazja. Sangat suka dengan kelakuan Helio, Anastazja menyerah dan mencoba menikmati kegiatannya yang menggelikan. "Hei, aku ingin bicara sesuatu p

DMCA.com Protection Status