Untuk sesaat, suasana tegang menyelimuti kedua kakak beradik itu. Aldephie menatap Anastazja dan buku bersampul hijau beludru secara bergantian. Detak jantungnya seolah ingin mengikat napas yang terus memburunya. Andai Aldephie memiliki penyakit jantung, ia yakin sekali napasnya akan terhenti beberapa saat mendengar ocehan tidak jelas Anastazja.
“Haaah ... kau, apalagi buku yang kau baca kali ini, huh? Sebuah cerita fantasi yang mendebarkan? Seperti seorang putri yang jatuh cinta pada pengkhianat negara maksudmu?” Aldephie berkacak pinggang.
Tangannya dengan cepat meraih buku yang diacungkan oleh Anastazja, lalu ia mengacungkannya kembali ke hadapan adiknya.
“Secret of Five Gods? Kau tahu seberapa norak judulnya, kan? Lihat sampulnya yang ketinggalan zaman. Astaga, Anastazja! Ada apa dengan pikiranmu?”
Anastazja kembali merebut buku itu dengan kasar dari tangan kakakn
Apakah keberadaan Dewa benar-benar ada di dunia ini? Sebuah pertanyaan yang terus menerus bergelayut di dalam otak kecil ini. Aku tahu kalau ayah dan ibu tidak akan menyukai gagasanku. Namun, sepertinya ‘dia’ akan menyukainya.Yah, dia memang menyukai segalanya tentang diriku, termasuk keanehan dan keganjilan yang menurut Alastor tidak layak disandang oleh keturunannya. Darah murni katanya? Cerberus memang bajingan lihai ketika berbicara! Apa memang ia hidup hanya untuk berlatih bicara omong kosong?Aku bahkan tahu bahwa ia sangat bodoh! Aku tidak mengerti bagaimana pohon keabadian bisa lebih memilih Cerberus dari pada aku? Bocah bodoh itu bahkan hanya bisa mengayunkan senjata tanpa memikirkan dampak dan risiko jangka panjangnya.***“Tidak, Anastazja! Harus berapa kali kukatakan padamu kalau aku tidak akan menuruti permintaan anehmu! Lebih baik kau memban
“Apa maksudmu? Kau sedang merundungku, ya?” tantang Anastazja kesal.Ia tidak mengerti apa yang membuat kakaknya menjadi seperti orang gila yang meringkuk ketakutan karena diteriaki oleh seorang polisi. Sangat tidak masuk akal ketika dia menuduh dongeng itu sebagai hal yang menakutkan.
Pada satu malam di musim gugur, aku mengingat bagaimana Cerberus mengetuk pintu rumahku dengan sangat kasar. Dengan perlengkapan perang yang masih menempel di badannya, ia datang dan memintaku untuk bergabung bersamanya. Membentuk persatuan dari klan Alastor untuk memboikot dia.Aku mulai mengerti. Mungkin saja Cerberus lelah menjadi bayangannya terus menerus. Sedangkan dia selalu mengandalk
Langkah kakinya terasa berat. Penghujung musim gugur memang sedikit mengerikan bagi Anastazja. Segalanya terasa suram dan menyedihkan saat musim dingin tiba. Anastazja tidak mengerti, kenapa banyak anak-anak yang suka bermain dan bergembira ketika musim dingin tiba? Apa mereka tidak tahu bahwa tumpukan butiran salju jahat itu bisa membekukan mereka?
Hari itu cuaca sangat cerah. Di perkampungan tempat para black blood tinggal, Anastazja kecil sedang membantu Aldephie menganyam rotan. Sebuah pemandangan yang sangat menyenangkan. Meskipun beberapa kali tangan kecilnya terbeset pinggiran rotan yang sedikit tajam, ia tetap berbahagia. Senandung kecilnya s
Aku terus mengingat bagaimana Cerberus tertawa kencang seraya mengatakan bahwa aku adalah ‘pekat kebenaran’. Ia selalu mengatakan betapa ia bangga padaku. Ketika aku memberitahukannya bahwa aku tidak suka dengan panggilan yang diberikan itu, tawanya semakin kencang. Betapa menjijikkan ketika aku melihat liurnya yang muncrat dan menempel memenuhi meja. Aku tidak mengerti, apa yang bisa kau banggakan dari panggilan “pekat kebenaran”? Apa karena aku menyukai warna hitam? Hei, kupikir hitam adalah warna yang bagus! Salah besar bila kau menempelkan stigma negatif pada warna hitam. Warna hitam adalah permulaan sekaligus akhir. Warna hitam berdiri sendiri. Karenanya, ketika kau mencampurkannya dengan warna lain, hitam akan mendominasi segalanya. Benar, hitam akan mendominasi segalanya! *** “Jadi, bisa kau ceritakan padaku? Ke mana dan apa yang kau lakukan tadi malam?” Anastazj
Dingin. Apa ini? Air? Apa aku tenggelam? Gelap. Aku tidak mampu melihat apa pun. Ah, inikah rasanya akan mati? Dewa, kumohon, kirimkan seseorang untuk menolongku! *** “KETEMU! KETEMU!” Suara entakkan kaki berhamburan di dekat telinga Anastazja. Gadis itu bisa merasakan sedikit getaran-getaran pada kayu yang kini menopang tubuhnya. Tidak lama kemudian, Anastazja merasakan dadanya ditekan dengan kuat beberapa kali. Sampai akhirnya ia memuntahkan semua air yang masuk ke dalam tubuhnya. “Uhuk! Uhuk!”
“Bagaimana, Cleon?” Aldephie menunggunya dengan resah di depan pintu perpustakaan. Sayangnya, Cleon menggeleng. Menandakan apa yang dicarinya tidak ada di dalam sana. “Ah, bagaimana ini?” tanya Aldephie pada dirinya sendiri. Tidak ada yang lebih membuatnya frustrasi dari pada kehilangan saudara satu-satunya. “Tenanglah, aku akan membantu. Apa kau memiliki petunjuk lain?” Aldephie menggeleng lemah. Kehilangan Anastazja untuk yang kedua kalinya membuat Aldephie sadar bahwa ia tidak mengenal adiknya itu sama sekali. Ia bahkan tidak mampu memahami apa yang diinginkan oleh adiknya sendiri. Lagi-lagi, hatinya berdenyut perih. Sejatinya, sejak kecil Anastazja hanya ingin didengar. Hanya ingin diperhatikan. Terutama oleh keluarganya sendiri. Namun, justru keluarganyalah musuh terbesar dalam hidupnya. Tembok yang harus ia panjat hanya agar keinginan kecilnya terpenuhi. Sayangnya