Home / Romansa / Secret Identity / 45 || Kembali ke Indonesia

Share

45 || Kembali ke Indonesia

Author: Ayzahran
last update Last Updated: 2022-01-18 02:41:43

Suasana pagi yang hangat, di ruang makan, penghuni rumah tengah berkumpul untuk sarapan.

“Kami akan kembali hari ini, Paman. Ada pekerjaan lain yang sudah menunggu di sana,” ucap Angga memulai percakapan.

“Kenapa cepat sekali! Tinggal lah lebih lama di sini. Besok Lusy akan kembali dari wisata pikniknya,” sahut Diana sedikit sedih.

“Tadinya ingin begitu, sayangnya ayah sudah meminta kami untuk kembali. Kami akan terus mengawasi proyek ini dari sana.”

“Iya, Bi. Film aku juga akan tayang Minggu depan, ada kontrak iklan juga yang harus diselesaikan.” Aldebaran menambahkan.

“I will miss you so much!” ucap Nicole mengerucutkan bibirnya.

Roy mengulas senyum, menepuk punggung Nicole.

Diana menghela napas pelan. “Baiklah, kalian jangan lupa berkunjung lagi jika ada waktu senggang.”

Aldebaran dan Angga mengangguk bersamaan.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Secret Identity   46 || Berasa Orang Asing

    Rara melirik secara bergantian ke arah Aldebaran dan Angga yang duduk di hadapannya. Tatapan mereka mengarah diam padanya. Aldebaran merasa seperti orang asing di rumah sendiri. Rara melempar punggung, memangku kaki dengan angkuh, menaruh satu tangannya di bahu sofa seraya bersikap layaknya tuan rumah. “Ada perlu apa kau ke sini, Al?” tanya Angga lebih dulu. “Kau tidak berhak menanyakan itu padaku!” Angga mengernyit. “Memangnya tidak boleh aku bertanya?” “Aku datang karena membawa oleh-oleh buat ibu. Puas?” Nirmala berjalan mendekat dengan membawa nampan berisi secangkir teh. “Ini, Nak Al. Silakan diminum. Maaf ya hanya seadanya. Ibu tidak tahu kalau kalian akan datang!” “Tidak usah repot, Bu. Ini juga sudah cukup,” sahut Angga merendah. Rara menyunggingkan senyum. Jadi ini caramu merebut hati Rara melalui ibunya? Menggelikan! Aldebaran mencibir dalam hati. “Nak Al, bolehkah Rara menginap

    Last Updated : 2022-01-25
  • Secret Identity   47 || Jejak Tak Terlihat

    Rara menggebrak dashboard mobil membuat Dion hampir kehilangan fokus saking kagetnya.“Ya ampun, Al! Jantungku hampir melompat dari tempatnya. Ini hari yang menyedihkan bagiku!” Dion kembali berkomentar melihat sudah kesekian kalinya Aldebaran tiba-tiba menyentuh apa pun yang mengagetkan Dion.“Pria licik itu, apa dia mengawasi Rara?” Aldebaran balik bertanya ke arah Dion yang sedang fokus menyetir.Dion mengangkat bahu tanda tak tahu.Beberapa saat lalu....“Ada perlu apa Tuan ingin berbicara denganku?”David menatap dalam wajah Rara. Sorotan matanya menunjukkan kehangatan yang membuat Aldebaran makin mencurigai dirinya.Apa arti tatapan itu? Tidak mungkin pria ini menyukai gadis yang lebih muda dari usia putrinya, terka Aldebaran dalam hati.David mengulas senyum. Dia hendak mendekati Rara, membuat Rara selangkah mundur.“Ap

    Last Updated : 2022-01-26
  • Secret Identity   48 || Rasa yang tak Diundang

    Rara tengah bersiap untuk menghadiri acara film perdananya yang akan tayang di bioskop. Sebenarnya ini bukan film pertama Aldebaran, bagi Rara itu yang pertama selain film bergenre romance yang selalu diperankan Aldebaran, itu kali pertama Aldebaran tampil dalam film bergenre mystery dan thriller. Bagi Rara itu merupakan tantangan tersendiri, sebagai peran utama tentu saja Rara begitu antusias menunggu hasil dari kerja kerasnya.“Apa kau begitu senangnya?!” Suara Rara menginterupsi. Aldebaran sejak tadi sudah berdiri di ambang pintu tanpa Rara sadari.“Sejak kapan Pak Al datang?”“Beberapa menit yang lalu!”Rara melempar tatapan menyelidik.“Salah sendiri pintunya tidak dikunci!” Aldebaran lebih dulu membela diri.Rara mendesis pelan. Aldebaran menebak dengan tepat apa yang akan dikatakan Rara selanjutnya. Dengan cepat Rara meraih kunci mobil dan pon

    Last Updated : 2022-01-31
  • Secret Identity   49 || Teman Kecil

    Sejak kemarin Aldebaran merasa ada yang aneh dengan dirinya. Saat ini dia sedang bersama Dion di bar. “Apa yang kaupikirkan, Al?” tanya Dion mengawali percakapan setelah menyajikan cola dingin untuknya. Aldebaran bahkan tidak bisa minum. Dia terpaksa menahan diri menjauh dari alkohol. “Al!” Dion menepuk bahu Rara. “Ada apa?” Aldebaran menoleh kaget. “Kau lagi memikirkan apa? Terjadi sesuatu?” “Bukan apa-apa!” Aldebaran meneguk minumannya hingga tersisa setengah. “Aku sudah mencari wanita tua itu lagi, tapi masih juga belum menemukan petunjuk apa pun. Jika dipikir-pikir, semua ini memang tidak masuk akal!” Aldebaran menghela napas pelan. “Kau tidak perlu lagi mencarinya. Aku masih harus melakukan sesuatu dengan tubuh gadis lamban ini!” Dion memperbaiki posisi duduk. “Apa yang akan kaulakukan?” “Sesuatu! Yang pasti aku memerlukan tubuh Rara untuk melakukan itu.” “Kuharap bukan hal gi

    Last Updated : 2022-02-02
  • Secret Identity   50 || Tidak Ada Pilihan

    Rara segera berenang mencapai tubuh Aldebaran yang hampir kehabisan napas. Kania sangat panik dan berusaha membantu mengangkat Aldebaran yang sudah tidak sadarkan diri. Rara lantas memompa jantung agar Aldebaran memuntahkan air. “Bagaimana mungkin Al tidak bisa berenang? Itu kebiasaan yang selalu kami lakukan setiap kali bertemu,” ucap Kania dengan suara bergetar. Rara tidak menjawab, dia terus memberikan pertolongan berharap Aldebaran segera siuman. Tak berselang lama, Aldebaran akhirnya memuntahkan air. Rara mendesah lega lalu membantu Aldebaran untuk bangun. “Kau baik-baik saja?” tanya Rara memastikan. Aldebaran hanya mengangguk, menoleh ke arah Kania yang merasa cemas sekaligus bingung dengan situasi mereka saat ini. “Maafkan aku, Al. Aku tidak bermaksud melakukan hal buruk dan—“ “Aku tahu, kau tidak perlu cemas!” Rara lebih dulu menyela. “Tunggu, kau.... bagaimana kau tahu namaku dan siapa kau

    Last Updated : 2022-02-03
  • Secret Identity   51 || Rasa Tak Kasat Mata  

    Aldebaran tengah berdiri di balkon teras lantai dua, menikmati udara malam dalam kesendirian. Embusan angin malam menembus pakaian Rara yang tidak cukup tebal. Dingin. Suara tapak kaki seseorang menyentuh indra pendengaran, Aldebaran enggan untuk menoleh, dia tahu jelas siapa yang menghampirinya. “What the hell you doing here?” Aldebaran tidak menjawab, masih memandang rembulan yang begitu terang di singgasana. “Aku merasa seperti berada di dunia fantasi. Kau benar-benar berada di dalam sana?” Kania memulai percakapan, memecah keheningan. “Bukankah sudah jelas, apa kau masih meragukannya?” Aldebaran melirik sekilas, pandangannya kembali menatap bulan. “It's hard to believe! That can't be.” Kania menghela napas pelan. “Bagaimana bisa jiwamu berakhir di dalam tubuh seorang gadis yang terpaut jauh usia denganmu?! Apa kalian memiliki hubungan yang spesial?” “Kami tidak sedekat itu! Semua ini juga tidak masuk akal bag

    Last Updated : 2022-02-05
  • Secret Identity   52 || Hadirmu Menuai Candu

    Rara berjalan lebih dulu saat mobil Kania berhenti di garasi. Rara bahkan enggan membawa martabak yang ingin dia makan, selera makannya hilang begitu saja. “Ada apa dengan wajah itu? Aku bukan pria cengeng! Gadis lamban itu.... apa dia sedang merajuk?!” Aldebaran menoleh ke arah Kania yang hanya ditanggapi Kania dengan mengangkat kedua bahunya. Aldebaran menarik napas panjang, lalu turun menyusul dari belakang. Aldebaran segera mengejar Rara yang hendak masuk ke dalam kamar. “Kita perlu bicara!” Aldebaran masuk begitu saja saat pintu kamar terbuka. Rara tidak sempat menghalangi, dia berjalan dalam diam menuju sofa. “Bukankah harusnya aku yang marah? Kau tidak berhak marah padaku!” “Sudah jelas terlihat seperti itu karena aku berada di tubuhmu!” Rara mengarahkan pandangan ke tempat lain. “Kau bahkan sudah berani menjawabku! Harusnya kau mengikuti perintahku bukan sebaliknya!” “Aku m

    Last Updated : 2022-02-06
  • Secret Identity   53 || Permintaan Maaf  

    Rara bersiap memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Hari ini dia dan Aldebaran kembali ke Jakarta, ada kontrak iklan dan pekerjaan di perusahaan yang belum selesai. “Kalian cepat sekali mau pulang, padahal aku masih ingin kalian di sini!” ujar Kania sedikit sedih. “Aku masih mau di sini, hanya saja Pak Firman sudah meminta pemilik tubuh ini untuk kembali bekerja. Jika aku menolak maka aku harus membayar kerugian.” Kania melirik ke arah Rara yang hanya diam saja, Aldebaran sibuk mengutak-atik ponselnya. Entah apa yang dia lakukan. “Aku sudah selesai!” Rara menarik koper milik Aldebaran keluar. Dia menatap sejenak pria arogan yang enggan untuk beranjak dari sofa. Lalu, melanjutkan langkah dengan acuh menuju teras depan. Aldebaran menarik napas pelan. Dia sebenarnya sedang melihat-lihat potret Rara yang pernah dia ambil waktu Rara berada di taman dengannya. Itu salah satu alasan kenapa Aldebaran tidak ingin kehilangan ponselnya saat

    Last Updated : 2022-02-07

Latest chapter

  • Secret Identity   EPILOG

    Rara telah bersiap dengan balutan gaun pengantin. Dia benar-benar tampak cantik dan anggun. Aldebaran melamarnya dengan cara tak terduga. Lamaran yang dilakukan Aldebaran sampai viral di berbagai media sosial. Akun i*******m milik Rara dan Aldebaran dibanjiri komentar positif dan ucapan selamat. Momen itu juga ditayangkan di TV nasional selama hampir seminggu. Bahkan beberapa pihak berbondong-bondong menawarkan endorse untuk pernikahan mereka. Hari pernikahan mereka juga sengaja ditayangkan secara langsung dari salah satu stasiun TV dengan rating tertinggi. Rara merasa gugup. Berkali-kali Rara menghela napas. Jantungnya seakan mencelos menunggu akad nikah mereka dimulai. "Kau sangat cantik, Ra!" Monika mendekat seraya memuji. Dia tersenyum tulus melihat dari pantulan cermin. "Terima kasih, Kak! Aku sangat gugup." "Al tidak kalah lebih gugup darimu. Dia masih terus berlatih mengucapkan ijab kabul agar tidak salah." Rara tersenyum h

  • Secret Identity   EXTRA PART

    Rara menggeliat, meregangkan otot-otot. Matanya mengerjap lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di sinilah Rara, masih tidak percaya berada di kamar sendiri. Seperti mimpi yang panjang baginya.Rara menyibak selimut, merapikan tempat tidurnya. Rara bergegas keluar mendapati Nirmala dan Monika di ruang makan sedang mempersiapkan sarapan."Pagi adikku, Sayang!" Monika menyapa. Tidurmu nyenyak?"Rara mengangguk. "Sangat nyenyak. Bagaimana dengan Kak Monika?""Aku juga. Aku akan merasa nyaman jika tinggal lama di sini!""Tinggal lah selama mungkin. Aku sangat senang jika Kak Monika tinggal di sini!""Benarkah? Apa boleh, Bu?" Monika melirik ke arah Nirmala."Tentu saja. Kau tidak perlu meminta izin.""Kalau dengan ayah, juga boleh?" Monika melempar tatapan ke arah Rara.Nirmala diam sejenak. Rara dan Monika menunggu jawaban Nirmala. "Tergantung usahanya mendapatkan hati ibu kem

  • Secret Identity   77 || Akhir Dari Segalanya (END)

    Aldebaran dan Rara merencanakan janji untuk bertemu setelah Rara melakukan pekerjaan Aldebaran. Mereka akan bersama-sama mencari wanita tua itu. Sebelumnya, Rara dan Aldebaran sudah mencari tahu kue yang dibeli Firman. Dari ucapan Firman, dia tidak membeli di tempat yang Aldebaran maksud dan penjual kue itu bukan wanita tua melainkan wanita muda. Saat ini, Rara sibuk melakukan syuting iklan terakhir sebelum akhirnya dia mengambil libur panjang untuk beberapa bulan ke depan. Aldebaran meminta Rara untuk tidak menerima tawaran karena dia ingin mengajak Rara berlibur membawa Nirmala yang sejak dulu ingin sekali pergi ke Korea. Nirmala sangat gemar menonton drama dari Negeri Gingseng itu. Aldebaran ingin memberikan kejutan sebagai Rara dengan mengajaknya ke sana. "Bu, apa yang bisa Rara bantu?" tanya Aldebaran setelah membereskan kamar Rara. Dia sudah memutuskan tinggal bersama Nirmala. "Rara bantu ibu pergi ke pasar. Ada beberapa bahan masakan yang harus dibeli.

  • Secret Identity   76 || Menerima Keputusan

    Mahesa marah besar begitu mengetahui Ivanka adalah pelaku utama dari kecelakaan yang menimpa Aldebaran. Ivanka sudah dibekuk polisi seminggu yang lalu. Angga sendiri yang melaporkan ibunya setelah semua usaha Angga meminta ibunya menyerahkan diri diabaikan Ivanka. Angga tidak punya pilihan dan terpaksa membuat bukti untuk menjerat Ivanka.Pemberitaan mengenai kasus kecelakaan Aldebaran mengudara selama berhari-hari, para media terus saja membahas motif dan alasan Ivanka melakukan semua itu. Bahkan fans setia Aldebaran merutuki Ivanka dan meminta pihak kepolisian untuk menjatuhkan hukuman mati sebagai efek jera agar tidak ada lagi orang seperti Ivanka yang tega merencanakan pembunuhan pada anak dari suaminya sendiri.Saat ini Ivanka telah duduk di meja persidangan. Sementara Angga duduk di meja saksi memberikan pernyataan. Ivanka tidak bisa mengelak, semua barang bukti mengarah padanya. Kaki tangan Ivanka juga sudah mengakui perbuatan mereka.Ivanka akhirny

  • Secret Identity   75 || Akhirnya Terungkap (Part 2)

    "Akhirnya kau datang juga, Al!" Aldebaran menatap tajam. “Berani sekali kau datang ke rumah ini! Bukankah aku sudah melarangmu untuk tidak menginjakkan kaki di sini?!” “Aku kemari karena mengambil barangku yang tertinggal!” Ivanka berjalan ke arah sofa panjang yang ukiran gagangnya terbuat dari kayu jati. Ivanka menjuntaikan sebuah liontin seraya tersenyum. “Kenapa itu ada padamu?!" suara Aldebaran merendah, terdengar penuh penekanan. "Duduklah! Setidaknya berbincanglah denganku. Kau selalu saja bersikap dingin dari semenjak pertama kali kita bertemu!" Ivanka berujar. Dia memberi isyarat menunjuk dengan dagu ke arah secangkir kopi yang sudah dia siapkan. Ivanka mengangkat cangkir menyeruput kopinya dengan nikmat. "Aku tidak meracunimu. Aku hanya ingin kita berbaikan dan bisa duduk bersama, berbincang hangat layaknya ibu dan anak." Aldebaran meneguk setengah kopi miliknya. "Kau puas? Sekarang kembalikan! Sejak

  • Secret Identity   74 || Akhirnya Terungkap (Part 1)

    Sehari sebelum kecelakaan terjadi.... Ivanka mendatangi RAM Corp setelah berbelanja di butik langganannya. Jam makan siang sebentar lagi dan Ivanka ingin mengajak Mahesa makan di luar. Sudah lama dia tidak jalan berdua dengan Mahesa karena terlalu sibuk dengan bisnis. Ivanka mengumbar senyum pada beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Suara heels pigalle foliies 100 milik Ivanka mengetuk-ngetuk lantai marmer hingga terdengar menggema berirama. Ivanka menunjukkan keanggunan saat menaiki lift menuju lantai utama. Senyum Ivanka kembali terukir begitu sampai di depan meja sekretaris Mahesa. “Nindya, apa Pak Mahesa ada? Katakan aku ada di sini!” titah Ivanka membusungkan dada dengan elegan. “Ada, Bu! Pak Mahesa sedang berbincang dengan Pak Mudi.” “Aku ingin masuk!” “Maaf, Ibu! Pesan Pak Mahesa, dia tidak ingin di

  • Secret Identity   73 || Kebenaran yang Lain

    Rara baru saja tiba di depan sebuah restoran. Rara meminta bertemu dengan David secara pribadi. Dia sengaja reservasi rooftop hotel agar pertemuan mereka tidak diganggu. David sudah datang lebih dulu. Rara mengeluarkan ponsel, membuka kotak masuk. Aldebaran : Tidak perlu mampir! Aku akan keluar dengan Angga. Rara : Aku akan bertemu dengan Pak David hari ini. Aldebaran : Kau sudah yakin dengan keputusanmu? Rara : Keputusanku sudah bulat! Rara menarik napas panjang, menguatkan batinnya, mengumpulkan keberanian untuk menanyakan langsung. Langkah Aldebaran beranjak masuk. Rara melihat David duduk memunggunginya. “Maaf membuat Anda lama menunggu!” ucap Aldebaran begitu duduk berseberangan di hadapan David. “Saya juga baru sampai!” jawabnya singkat. Aldebaran memanggil waitress mendekat. “Mau

  • Secret Identity   72 || Pilihan Terbaik

    Suara bel terdengar saat Aldebaran baru saja selesai sarapan. Aldebaran mendekat ke arah pintu, dia tahu itu pasti Rara. Rara sudah menelepon dan mengatakan akan mampir ke sana. Raut wajah Rara seketika berubah kaku saat mendapati Angga yang berdiri di hadapannya seraya mengulurkan buket bunga berukuran sedang. Aldebaran menerima dengan diam, detik selanjutnya dia menarik bibir membentuk senyum manis. “Kak Angga! Kenapa tidak mengabariku jika mau ke datang kemari?” “Aku ingin memberimu kejutan!” “Ayo, masuk!” Aldebaran menaruh bunga dalam vas. Kebetulan sekali dia baru membuang bunga yang sudah mengering beberapa saat lalu. “Hari ini aku mau mengajakmu kencan. Boleh luangkan waktumu seharian? Katakan pada Al untuk izin tidak bekerja!” “Kencan? Aku pikir besok.” “Aku tidak sabar melakukannya, kebetulan hari ini aku sengaja mengajukan libur bekerja sehari untuk mengaj

  • Secret Identity   71 || Mengambil Keputusan

    Malam sebelumnya.... “Pak!” sergah Rara saat mobil Aldebaran baru saja sampai di depan mansion Mahesa. “Ada apa?” “Pak David, boleh aku sendiri yang menemuinya?” Rara menoleh, ada duka dalam tatapannya. “Sebagai diriku?” Rara mengangguk. “Ucapan ibu tadi membuatku kembali berpikir....” “Apa yang kau pikirkan?” “Mengenai ayahku datang di hadapanku!” Suara Aldebaran bergetar, Rara menahan diri untuk tidak menangis. “Apa kau pikir dia ayahmu?” “Entahlah! Tapi aku yakin satu hal, ibu berbohong soal ayahku. Waktu itu, aku tidak sengaja mendengar ucapan ibu dengan bibi yang membicarakan soal ayahku. Aku hanya ingin memastikan!” Aldebaran menghela napas pelan. “Jika itu membuatmu tenang, lakukan saja. Aku tidak masalah.” “Terima kasih.” “Oh, ya, satu hal lagi. Aku ingin kau melakukan sesuatu!” “Melakukan apa?” Rara menahan pegangan pintu hendak ke

DMCA.com Protection Status