Share

6). Pemimpin Keluarga

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-01-24 13:21:46

***

"Alula bangun, Alula. Udah jam tujuh, jam delapan kita harus berangkat."

"Apaan sih."

Merasa terganggu ketika Arka terus membangunkannya, Aludra yang kini tidur sambil memeluk guling, lantas menenggelamkan wajahnya agar tangan Arka tak terus menyentuh karena rasanya dingin sekali.

"Bangun Lula, nanti kita ketinggalan pesawat," ucap Arka—berusaha sesabar mungkin menghadapi istrinya itu.

"Biarin, pesawat banyak. Pesen lagi kalau ketinggalan," ucap Aludra—masih dengan kedua mata yang terpejam. "Kalau enggak ada uang, minta ke Papa aku. Uangnya banyak."

Arka menghembuskan napas kasar. Dia pikir Alula adalah perempuan giat yang selalu bangun pagi, karena menurut informasi dari sang mama, Alula adalah perempuan rajin yang terbilang cukup multitalent.

Ah, mungkin pagi ini karena Alula masih lelah, pikirnya.

"La, kalau enggak mau bangun. Aku tinggal checkout ya, nanti kamu pulang sendiri," ucap Arka yang akhirnya mampu membuat Aludra membuka matanya.

Membelikkan badan, Alula menatap Arka yang kini berdiri memakai kaos putih polos dengan bagian bawah handuk senada, karena memang Arka baru selesai mandi.

"Nyebelin," celetuk Aludra. "Enggak sabaran."

"Kok nyebelin?" tanya Arka. Semalam kan aku udah bilang sama kamu, kalau pagi ini kita ke Korea.

"Kamu tahu enggak aku mager?" tanya Aludra.

"Mager?"

"Males gerak," jawab Aludra. "Aku pengen tidur seharian aja rasanya. Capek."

"Nanti di pesawat kan bisa tidur lagi," ucap Arka.

"Di pesawat enggak enak," jawab Aludra lagi.

"Jadi mau gimana sekarang?" tanya Arka. "Kalau kamu enggak mau berangkat, its okay. Aku enggak akan maksa. Kita langsung pulang ke Bandung aja."

"Ngapain?"

"Kok ngapain?" tanya Arka. "Kamu istri aku, sekarang. Jadi kamu ikut aku ke Bandung."

"Hah?!"

Beringsut, Aludra langsung duduk bersila. Dia pikir setelah menikah, Arkalah yang akan pindah ke Jakarta dan dirinya tetap akan tinggal di rumahnya. Namun, ternyata perkiraan Aludra salah. Dialah yang akan pindah ke Bandung.

Oh No. Selama dua puluh lima tahun Aludra hidup, dia tak pernah meninggalkan rumahnya karena dia tak bisa jauh dari para pelayan. Bukan dari Aurora—mamanya, Aludra lebih takut berpisah dari para pelayan rumah yang selama ini selalu setia melayani semua keinginannya.

Menyiapkan air panas untuk mandi, membawakan makan siang ke kamar, melipat baju juga menyetrika, membereskan sprei dan kamar yang berantakan lalu banyak hal lainnya.

Jika Aludra tinggal bersama Arka tanpa para pelayan, siapa yang akan melakukannya? Aludra? Oh shit, tidak mungkin! Selama hidup, Aludra memegang gagang pel saja bisa dihitung dengan jari.

"Kenapa?" tanya Arka. "Enggak mau?"

"Kenapa enggak kamu aja yang pindah ke sini?" tanya Aludra.

"Aku kerja di Bandung," jawab Arka. "Masa tinggal di Jakarta."

"Di sana ada mall enggak? Makanan enak enggak? Terus ada gojek enggak?" tanya Aludra yang membuat Arka menghela napas.

"Alula, rumah aku enggak di hutan," ucap Arka. "Jadi semuanya ada."

"LDR aja gimana?" tanya Aludra—mulai memberikan penawaran. "Kamu di Bandung aku di Jakarta. Setiap weekend kamu pulang ke sini."

"Coba sebutkan alasan kamu enggak mau tinggal di Bandung?" tanya Arka.

"Enggak ada teman yang kenal," jawab Aludra spontan, meskipun pada kenyataannya, selama ini dia bahkan tak punya banyak teman karena kepribadiannya yang introvert dan malas bergaul dengan dunia luar. "Aku enggak punya teman nanti di sana."

"Ada kakak ipar aku," jawab Arka. "Aku udah beli rumah buat kita di Dago, dan rumahnya deket sama rumah kakak aku karena satu komplek. Kakak ipar aku baik, kamu bisa main ke rumah dia pas aku kerja."

Aludra terdiam—sementara otaknya terus berputar mencari alasan agar dirinya tak perlu pergi dari rumah orang tuanya.

"Aku ... aku ...."

"Aku udah cukup baik sama kamu," ucap Arka yang akhirnya beranjak. "Mulai sekarang ayo kita mulai rumah tangga ini. Aku suami dan kamu istri, aku kepala rumah tangga dan kamu ibu rumah tangga, jadi kamu harus nurut sama aku."

"Ta-tapi kan-"

"Mau ke Korea apa langsung ke Bandung?" tanya Arka tanpa basa-basi.

"Arka." Aludra memandang Arka—berharap laki-laki itu akan berbaik hati membiarkannya tetap di Jakarta.

"Satu lagi," ucap Arka. "Usia aku dua tahun lebih tua dari kamu, dan kamu istri aku. Mulai sekarang biasakan panggil aku pake embel-embel jangan nama langsung."

Untuk beberapa hal, Arka mungkin akan bersikap baik pada Aludra dengan tak memaksakan kehendaknya sampai nanti Aludra benar-benar siap, tapi semua itu bukan berarti membuat Arka menjadi lembek.

Dia akan bersikap baik pada istrinya. Tentu saja, meskipun, pernikahan mereka berawal dari sebuah perjodohan, Arka akan memperlakukan Aludra sebagaimana mestinya seorang suami memperlakukan istrinya.

Namun, dia juga tetap akan melakukan tugasnya menjadi seorang suami sekaligus pemimpin keluarga yang tak boleh lemah dan harus punya pendirian teguh dalam mendidik istrinya—seperti yang diajarkan kedua orang tuanya selama ini.

"Pake embel-embel apa?" tanya Aludra. "Bapak? Aa? Akang? Atau apa? Aku enggak tau panggilan yang cocok buat kamu itu apa."

"Terserah," jawab Arka. "Kamu pikir-pikir aja, panggilan apa yang mau kamu pake buat aku."

"Hm." Aludra bergumam, sementara Arka bergegas menuju koper untuk mengeluarkan celana jeans yang akan dia pakai hari ini, hingga panggilan dari Aludra membuatnya menoleh.

"Arka."

"Apa?"

"Dipanggil Mas, mau enggak?" tanya Aludra. "Mama aku kadang manggil gitu ke Papa."

Arka tersenyum tipis. "Sure," jawabnya. "Kamu boleh panggil aku dengan panggilan itu."

"Oke," jawab Aludra. Setelahnya dia langsung memasang tampang semanis mungkin. "Jadi Mas Arka ... kita tinggal di Jakarta, kan?"

"Enggak," jawab Arka yang langsung memudarkan senyuman di wajah tampannya. "Kamu ikut ke Bandung. Kita tinggal di sana."

"Tapi kan-"

"Sekarang mau ke Bandung apa ke Korea?" tanya Arka—mengulang pertanyaan yang sempat dia ucapkan. "Tinggal pilih."

"Mas Arka," ucap Aludra. "Aku mau di Jakarta aja, boleh ya?"

"No," kata Arka. "Kamu tahu arti kata no, kan? Artinya enggak, dan sekali enggal tetap enggak."

"Aku bilang ke papa," ucap Aludra.

"Silahkan," ucap Arka. "Toh Papa kamu juga pasti akan minta kamu ikut aku. Istri itu harus ikut suami ke manapun dia pergi."

"Termasuk ke wc?" tanya Aludra.

"Ya enggak gitu juga," ucap Arka. "Pokoknya kamu harus nurut sama aku. Kamu nurut, aku baik. Kamu enggak nurut ...."

"Kamu jahat?"

"Enggak juga," kata Arka. "Aku bukan laki-laki yang jahat sama perempuan."

"Terus kalau aku enggak nurut, kamu mau apa?"

"Mau tau?"

"Iya."

Tersenyum tipis, Arka berjalan menghampiri Aludra yang masih duduk di kasur lalu mencondongkan tubuhnya dan mendekatkan wajah dia pada Aludra.

"Kalau enggak nurut, kamu aku hukum," ucap Arka.

"Hu-hukum apa?" tanya Aludra yang tiba-tiba saja gugup karena ditatap Arka dengan jarak yang begitu dekat.

"Maunya hukum apa?" tanya Arka. "Hukum kasih mama aku cucu, mau?"

"Cu-cucu, ma-maksud kamu?" tanya Aludra. Sedikit ngelag, beberapa detik kemudian Aludra paham dengan apa yang diucapkan Arka dan tentu saja dia langsung mendorong pria itu untuk menjauh. "Jangan macam-macam, kamu! Udah janji lho semalam, kalau enggak akan maksa."

"Ya udah makanya nurut," ucap Arka. "Bandung apa Korea?"

Mendesah, Aludra akhirnya menjawab, "Korea!" ujarnya. "Ayo kita ke Korea sekarang juga!"

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
kenapa arka GK peka pdhl banyak kali kejanggalan mugkin bisa di bongkar
goodnovel comment avatar
Nengsih
emang bisa gitu arka tahan sampe 2 thn..emang aludra ga kegoda dengan ketampanan arka
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
duh ini kalau mereka saling jatuh cinta gimana ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sebatas Pengantin Pengganti   7). Menguji Kesabaran

    ***"Hati-hati ya kalian di sana.""Bulan madu yang nyaman.""Jangan lupa pulang bawa kabar baik.""Kalau udah sampai kabarin."Mendesah pelan, Aludra memandangi keluarganya dan keluarga Arka yang kini berdiri di depan hotel untuk mengantar kepergiannya dan Arka untuk berbulan madu ke Korea Selatan selama seminggu.Pukul sembilan pagi, Aludra dan Arka bergegas pergi ke Bandara karena pesawat yang mereka tumpangi akan take of pukul setengah sepuluh pagi.Berlibur di bulan juli, keduanya akan menikmati musim panas di negeri ginseng yang terkenal dengan hallyu wavenya.Sekali lagi, sebenarnya Aludra sangat malas berlibur. Dia yang terbiasa tiduran sepanjang hari rasanya berat untuk pergi jauh—terlebih lagi luar negeri. Namun, gara-gara Alula, mau tak mau Aludra harus mengusir jauh rasa malasnya itu."Kalau ngantuk kamu boleh tidur dulu."Aludra yang sejak berangkat terus menyandarkan tubuhnya di jok sambil memandangi jalanan kini menoleh pada Arka yang duduk persis di sampingnya."Kalau

    Last Updated : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   8). Misi Merusak Image

    ***"Ini kamu enggak ada niatan bantu aku bawa koper gitu?"Aludra yang melenggangkan kakinya lebih dulu setelah turun dari taksi, lantas menoleh ketika pertanyaan itu dilontarkan Arka yang kerepotan membawa dua koper sekaligus.Menempuh perjalanan tujuh jam lebih, pukul lima sore keduanya sampai di Seoul. Menggunkanan taksi, Arka membawa Aludra menuju hotel yang sudah disiapkan Dewa untuk mereka selama berada di negeri ginseng tersebut.Bukan hotel biasa, tentu saja hotel yang disiapkan Dewa adalah hotel berbintang yang memiliki fasilitas luar biasa juga pelayanan yang sangat baik."Berat," jawab Aludra enteng. "Lagipula kamu kan laki-laki, terus kamu suami. Jadi kamu aja yang bawa ya."Tak menjawab, Arka hanya menatap Aludra lalu menghembuskan napas kasar. Setelah itu, dia memilih berjalan melalui gadis itu untuk menuju meja resepsionis dengan segera.Menunjukan bukti pemesanan hotel, Arka terbebas dari dua koper berat yang sejak tadi dia bawa karena koper tersebut langsung dibawa p

    Last Updated : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   9). Alergi Makanan Pedas

    “Ih, enggak aktif!”Menatap kesal layar ponselnya, Aludra yang sejak tadi tidur dengan polisi telungkup lantas bergerutu ketika ternyata nomor Alula sudah tak bisa dihubungi. Padahal, dia ingin sekali menelepon kakaknya itu untuk menanyakan bagaimana kabar dia di London dan tentu saja Aludra juga ingin menuntut permintaan terima kasih dari sang kakak untuk semua jasanya yang sudah legowo menggantikan posisi sang kakak menjadi istri Arka—pria yang saat ini dia cap sebagai pria menyebalkan.Ya, bagi Aludra, Arka itu menyebalkan. Meskipun baik, tetap saja menyebalkan. Arka tampan, tapi tetap saja dia menyebalkan. Pokoknya Arka itu menyebalkan.“Ini gimana mau tanya-tanya kalau nomor Kak Lula aja enggak aktif.”Beringsut, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk. Mengedarkan pandangan, dia menatap jam dinding yang ada di kamar hotel. Pukul delapan malam, dan Arka belum kembali dari luar setelah setengah jam yang lalu berpamitan untuk mancari makan.Sebenarnya Arka mengajak Aludra keluar un

    Last Updated : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   10). Penyiksaan Perut

    ***"Lu, itu kamu seriusan enggak apa-apa?"Berdiri dengan wajah khawatir, Arka sama sekali tak beranjak dari depan pintu kamar mandi—menunggu Aludra yang kini menghabiskan waktunya di dalam sana.Makanan pedas memang sangat manjur untuk Aludra. Hanya makan satu buah corndog dengan saus pedas, Aludra harus menerima resikonya.Sakit perut. Hanya berselang setengah jam setelah menyantap corndog tersebut, Aludra langsung merasakan sakit di perutnya dan tentu saja setelah itu, dia diare karena memang begitulah yang sering terjadi jika Aludra nekad menyantap makanan pedas.Ah, Alula. Dia harus tahu kalau demi dirinya, Aludra rela mengalami hal seperti ini."Sakit perut," jawab Aludra dari dalam kamar mandi."Mau ke dokter?" tanya Arka. "Kalau mau yuk, aku antar.""Enggak mau, mager," ucap Aludra. Sesakit apapun dirinya, kata mager tetap yang utama diucapkan Aludra karena memang selain mager, dia tak terlalu suka tiga hal. Rumah sakit, dokter, dan obat-obatan tentunya."Aku takut kamu kenap

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   11). Namsan Tower

    ***"Hati-hati.""Iya."Setelah sehari kemarin hanya berdiam diri di hotel karena Aludra yang masih lemas setelah sakit perut yang mendera. Hari ini, hari kedua di Seoul, Arka mengajak gadis itu untuk keluar.Tak pergi jauh, pagi ini—sekitar jam sembilan waktu setempat, Arka membawa Aludra ke Namsan tower—menara ikonic di kota Seoul yang cukup terkenal di kalangan turis lokal maupun mancanegara."Kenapa kita turun di sini?" tanya Aludra. "Harusnya kan di halte yang deket tempat sewa cable car.""Emang siapa yang bilang kalau kita mau naik calbe car?" tanya Arka, yang membuat Aludra menautkan kedua alisnya."Lah, kan emang naik itu," jawab Aludra yakin. Bukan sekali dua kali berkunjung ke Namsan tower, rasanya Aludra cukup hafal bagaimana caranya naik ke puncak dan setiap berlibur bersama kedua orang tuanya juga Alula, dia selalu menggunakan cable car. "Aku kalau sama Papa ke sini, suka naik itu, dan kalau naik bis, kita turun di halte yang tadi. Aku lupa ingetin.""Itu kalau kamu jala

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   12). Gembok Cinta

    ***"Minum."Menoleh, Arka memandang Aludra yang baru saja kembali sambil membawa dua botol air mineral di tangannya.Masih dengan napas yang terengah-engah, Arka mengambil botol minum bertutup hijau dari Aludra lalu meneguknya hingga habis setengah. Lelah? Tentu saja.Menaikki satu-persatu undakkan tangga sambil menggendong Aludra nyatanya bukan sesuatu yang mudah. Terlebih lagi, jarak yang dia tempuh dari bawah menuju atas juga tidaklah dekat."Capek ya?" tanya Aludra setelah dirinya duduk di samping Arka.Saat ini keduanya sedang duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap langsung ke pagar pembatas dengan hiasan ribuan gembok di sana.Gembok cinta. Begitulah panggilan orang-orang pada tempat di mana Arka dan Aludra berada sekarang. Di sana, ribuan gembok dari berbagai warna juga bentuk menggantung. Bertuliskan nama seseorang dan pasangan, mereka semua meyakini dengan menggantung gembok di sana, hubungan yang dijalani akan langgeung."Mas Arka aku tanya, kamu capek?" tanya Aludra

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   13). Mengabaikan Nasihat

    ***"Alula bangun, Alula."Aludra yang sejak sore tadi tertidur, lekas membuka mata ketika Arka membangunkannya. Dia yang tidur dengan posisi telungkup lantas menyipitkan mata—memandang Arka yang kini terlihat rapi dengan kemeja garis-garis berwarna biru."Apa?" tanya Aludra dengan suara yang parau."Bangun, kita pergi," ajak Arka."Ke mana? Males ah, capek. Kaki aku pegel.""Aku mau nemuin temen aku," ungkap Arka. "Kebetulan dia tinggal di sini sama istrinya.""Terus ngapain kamu bangunin aku?" tanya Aludra. "Ya karena kamu harus ikut," ucap Arka. "Meskipun temen aku enggak datang, dia tahu aku udah nikah dan dia pengen ketemu sama kamu.""Temen kamu cowok?""Ya iyalah, kan tadi aku udah bilang dia punya istri. Masa cewek?""Oh." Menjawab singkat, yang dilakukan Aludra justru tak bangun. Masih mengantuk, dia menutup kembali matanya dan tentu saja semua itu membuat Arka berdecak."Alula.""Apa sih? Berisik banget.""Bangun, cantik. Mandi. Abis itu kita pergi," ajak Arka untuk yang ke

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   14). Aludra dalam Bahaya

    ***"Minum.""Thanks."Mengambil segelas teh manis yang disajikan sang sahabat, Arka meneguk teh manis tersebut lalu menyimpannya kembali di meja.Sudah hampir setengah jam Arka di apartemen Dika—sahabatnya. Mengobrol dan sedikit bernostalgia, entah kenapa perasaan Arka tiba-tiba saja tak enak. Dia teringat Aludra.Sedang apa dia? Apakah masih tidur atau sedang apa? Ah, Arka jadi ingin pulang."Dik," panggil Arka."Ya ka?""Aku kayanya mau pulang sekarang," ungkap Arka yang tak bisa lebih lama lagi meninggalkan Aludra, karena kini perasaannya semakin tak enak."Lah, cepet banget Ka?" tanya Dika. "Belum juga satu jam.""Aku enggak bisa ninggalin istri aku lama-lama, takut ada apa-apa," ungkap Arka."Dasar pengantin baru, maunya nempel terus ya.""Begitulah," jawab Arka. Mengambil ponsel yang semula dia simpan di atas meja, Arka beranjak dari sofa lalu berpamitan pada sahabatnya itu.Keluar dari apartemen, Arka bergegas menuju lantai bawah. Tak akan menggunakan bus, Arka memilih taksi u

    Last Updated : 2024-01-26

Latest chapter

  • Sebatas Pengantin Pengganti   339). Extra Chapter 10

    *** "Semangat, Sayang. Jangan tegang ya." Menunggu sekitar satu jam setelah sampai di rumah sakit, Aludra akhirnya siap masuk ruang operasi untuk melahirkan putri kecilnya. Tak didampingi Aurora, yang datang ke rumah sakit hanya Dewa karena memang sang istri tak bisa pergi setelah kedua cucunya sigap menghadang agar sang Oma tak bisa ke mana-mana. Namun, tentu saja Aurora berjanji akan datang setelah Regan maupun Raiden berhasil dia tidurkan. Untuk Amanda dan Dirga, kedua orang tua Arka juga sedang dalam perjalanan setelah ditelepon oleh sang putra setengah jam lalu. "Doain ya, Pa." "Pasti, Ra," kata Dewa. Seumur hidup Aludra, ini adalah kali ketiga dia masuk ruang operasi. Pertama saat melahirkan Regan dan Raiden, kedua ketika mendapatkan donor dari Alula dan ketiga, sekarang—ketika dia akan melahirkan putri ketiganya. Sensasinya masih sama. Ruang operasi di setiap rumah sakit masih terasa dingin dan mungkin sedikit menyeramkan. "Kita mulai sekarang ya, Bu." "Iya, dokter."

  • Sebatas Pengantin Pengganti   338). Extra Chapter 9

    ***"Aku takut."Aludra yang sejak tadi duduk bersandar sambil mengelus perutnya seketika menoleh ketika Arka yang sejak tadi fokus mengemudi tiba-tiba saja berucap demikian."Takut apa?" tanya Aludra.Arka menoleh sekilas. "Takut kamu lahiran di jalan," ucapnya. "Usia kehamilan kamu tuh udah tiga puluh tujuh minggu, Ra. Duh ngeri kan kalau lahiran di jalan.""Ck, lebay," celetuk Aludra. "Dokter Ellina kan bilang kalau HPL aku dua minggu lagi, Mas. Santai aja kali.""Kan bisa maju.""Ya jangan maju," kata Aludra. Dia kemudian mengusap lagi perutnya yang buncit. "Jangan lahir dulu ya, Sayang. Mama mau nengok aunty dulu.""Iya Mama," ucap Arka.Hari ini, Aludra memang mengajak Arka ke Karawang untuk mengunjungi makam Alula. Tak membawa anak-anak, seperti biasa Aludra menitipkan Regan dan Raiden bersama Aurora juga Dewa yang sudah berkunjung lebih dulu kemarin ke makam Alula.Kemarin, terhitung delapan belas bulan sudah Alula pergi menghadap Sang Pencipta dan Aludra masih merasa semuany

  • Sebatas Pengantin Pengganti   337). Extra Chapter 8

    ***"Mas Arka buruan ih! Kok lama!"Sekali lagi Aludra yang sejak tadi menunggu di sofa dekat tangga berteriak memanggil Arka yang tak kunjung turun. Padahal, sudah hampir sepuluh menit dia menunggu suaminya turun."Iya sayang, iya. Sebentar," sahut Arka. Memakai pakaian santai, pria itu turun dengan sedikit tergesa-gesa di tangga. "Enggak sabaran banget kamu tuh ya.""Bawaan bayi," celetuk Aludra sambil mengusap perutnya yang buncit. Minggu ini terhitung tiga puluh minggu sudah usia kandungan Aludra."Ck, alasan aja.""Emang kenyataannya gitu.""Regan sama Raiden mana?""Ke mall sama Papa dan Mama.""Beneran jadi anak Oma sama Opa ya mereka tuh," kata Arka."Ya begitulah."Sejak hamil, itensitas Aludra mengasuh anak-anak memang berkurang karena Raiden dan Regan lebih sering dipegang oleh Aurora.Selain sudah tak asi lagi, Aludra juga tak boleh kelelahan selama hamil, sementara Regan dan Raiden yang sudah genap berusia dua tahun semakin lama semakin aktif."Ya udah kita berangkat seka

  • Sebatas Pengantin Pengganti   336). Extra Chapter 7

    ***"Ini kamu seriusan mau lahiran enggak sih?"Melihat sang istri yang nampak begitu tenang menghadapi proses kontraksi, pertanyaan tersebut akhirnya dilontarkan Damar yang sejak tadi setia duduk di samping Arsya.Kehamilannya sudah mencapai tiga puluh delapan minggu, sore tadi Arsya mengalami sedikit pendarahan. Segera dibawa menuju rumah sakit, dokte kandungan lain yang selama ini menangani Arsya mengatakan jika perempuan itu sudah mengalami bukaan.Ketika datang, Arsya baru mengalami bukaan dua dan sekarang setelah tiga jam berlalu—tepatnya pukul delapan, bukaan tersebut baru sampai ke angka lima.Masih ada lima lagi angka yang harus dilewati Arsya sebelum bukaan lengkap dan bayi yang selama ini dia kandung bisa lahir ke dunia."Emang kenapa?" Arsya yang sejak tadi sibuk mengatur napas sambil menikmati gelombang cinta yang cukup luar biasa, lantas mendongak dan menatap suaminya itu. "Tenang banget," celetuk Damar. "Di film-film tuh yang aku lihat, cewek mau lahiran itu biasanya n

  • Sebatas Pengantin Pengganti   335). Extra Chapter 6

    ***"Ini seriusan enggak nyadar apa gimana?"Aludra dan Arka mengernyit tak paham sambil memandang Arsya setelah pertanyaan tersebut dilontarkan perempuan tersebut."Maksudnya?" tanya Aludra."Enggak sadar apa?" tanya Arka."Nih." Arsya menunjukkan testpack yang beberapa menit lalu dipakai Aludra. Bukan testpack biasa, testpack yang dipakai adalah testpack digital yang bisa langsung menunjukkan usia kehamilan seorang ibu karena memang saat ini Aludra sedang mengandung."Ten weeks pregnant," gumam Aludra-mengeja tulisan pada testpack lalu Arka yang ikut membaca, spontan menerjemahkan."Hamil sepuluh minggu," ucap Arka.Untuk beberapa detik, sepasang suami istri tersebut bisa dibilang nge-bug, karena setelah membaca testpack baik Aludra maupun Arka saling diam."Kok pada diem sih?" tanya Arsya."Jadi maksudnya aku hamil?" tanya Aludra."Yes, Ra. Kamu hamil," kata Arsya. "Udah sepuluh minggu malah kehamilan kamu tuh.""Kok bisa?" tanya Arka. "Aludra kan baru telat datang bulan dua bulan

  • Sebatas Pengantin Pengganti   334). Extra Chapter 5

    ***"Mas mandinya udah belum, aku udah siapin sarapan tuh. Katanya mau meeting sama Papa?"Masuk ke kamar, pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra pada Arka ketika suaminya itu tak terlihat di dalam kamar."Mas!""Di wc, Ra!" teriak Arka—membuat Aludra seketika terkekeh karenanya."Oh lagi nabung, oke. Aku tunggu," kata Aludra. Melangkah masuk, dia duduk di pinggir kasur lalu merentangkan tubuhnya di sana.Tak lama berselang, Aludra menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka—menampakkan Arka yang sudah rapi dengan pakaian kantornya seperti biasa.Hampir setahun setelah kepindahannya ke Jakarta secara resmi, Arka tak lagi memegang jabatan manajer di perusahaan Dewa karena sang mertua memercayakan posisi CEO pada menantunya itu.Dan tentu saja jabatan yang dipegang Arka sekarang membuat pekerjaannya lebih sibuk dari biasa."Sakit perut aku tuh," kata Arka sambil melangkahkan kakinya mendekati Aludra yang langsung beringsut ketika Arka duduk di sampingnya."Mas. Kok kamu bau?" tanya Aludra—

  • Sebatas Pengantin Pengganti   333). Extra Chapter 4

    ***"Diem terus daritadi. Bisu ya?"Anindira menoleh ke arah Alister ketika pertanyaan tersebut dilontarkan pria itu padanya tepat setelah mereka selesai berbelanja di salah satu super market besar di kota Bandung."Enggak penting," ketus Anindira. Mendorong troli berisi belanjaan, dia berjalan menuju bagasi mobil Alister yang terparkir di bagian depan. Tanpa meminta bantuan, Anindira dengan mudah membuka bagasi lalu memasukkan beberapa kresek ke sana.Sementara Alister justru tersenyum sambil bersandar pada bagian samping mobil dengan kedua tangan yang berada di dada."Samson banget kamu tuh ya," celetuk Alister. "Penampilan anggun, tapi tenaga kaya kuli pasar.""Pulang," kata Anindira yang langsung berjalan ke sisi kiri mobil lalu masuk dan duduk di samping kursi kemudi.Sebenarnya Anindira ingin duduk di kursi belakang. Namun, sial. Semua itu tak bisa dia lakukan karena jok belakang dipenuhi beberapa pasang pakaian juga sepatu Alister yang katanya akan dipakai syuting besok pagi d

  • Sebatas Pengantin Pengganti   332). Extra Chapter 3

    ***"Akhirnya selesai juga.""Capek ya?"Damar yang baru saja menghempaskan tubuhnya ke kasur seketika menoleh—memandang Arsya yang sudah santai dengan celana joger juga sweater rajut.Rangkaian acara pernikahan—mulai dari akad hingga resepsi yang digelar hari ini akhirnya selesai, keluarga Damar dan Arsya memang menginap di salah satu vila mewah di Bandung agar privasi mereka terjaga.Rencananya besok, Damar dan Arsya pulang dari Bandung menuju bandara Soekarno hatta untuk langsung pergi berbulan madu menuju Maldives selama seminggu."Banget," kata Damar. "Gempor rasanya kaki aku berdiri berjam-jam nyalamin tamu."Arsya tersenyum lalu duduk di samping Damar. Tanpa aba-aba, dia langsung meraih lengan suaminya itu untuk memberikan sebuah pijatan."Kamu ngapain?" tanya Damar speecles. Menikahi Arsya memang rasanya seperti mimpi bagi dirinya.Selain umur Arsya yang tiga tahun lebih tua dari Damar, selama masa pacaran keduanya pun tak jarang terlibat cekcok karena perbedaan pendapat yang

  • Sebatas Pengantin Pengganti   331). Extra Chapter 2

    ***"Kok tegang ya, Ar?"Arka yang duduk tak jauh dari Damar mengukir senyuman tipis ketika ungkapan itu kembali terlontar dari mulut sahabat istrinya tersebut.Menempuh perjalanan dua jam, rombongan keluarga mempelai pria sampai di lokasi pernikahan. Tak mau membuang-buang waktu, akad nikah akan segera dilaksanakan sebelum hari menjelang siang."Bismillah," kata Arka mengingatkan."Udah, tapi tetap aja tegang," kata Damar."Tarik napas, hembuskan napas terakhir," celetuk Arka asal."Oh ok ... eh apa barusan? Hembuskan napas terakhir? Mati dong, Ar.""Bercanda.""Lagi tegang malah dibercandain.""Ya udah sih, rileks aja.""Mempelai perempuan memasuki area akad nikah."Arka dan Damar menghentikan obrolan mereka setelah suara sang pembawa acara terdengar dari pengeras suara—disusul suara gamelan yang mengiring kedatangan Arsya bersama Aludra juga Anindira.Memakai adat sunda, perempuan berwajah blasteran itu nampak cantik dengan siger juga kebaya putih yang dia pakai.Manglingi. Begitu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status