Share

7). Menguji Kesabaran

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-01-24 13:22:45

***

"Hati-hati ya kalian di sana."

"Bulan madu yang nyaman."

"Jangan lupa pulang bawa kabar baik."

"Kalau udah sampai kabarin."

Mendesah pelan, Aludra memandangi keluarganya dan keluarga Arka yang kini berdiri di depan hotel untuk mengantar kepergiannya dan Arka untuk berbulan madu ke Korea Selatan selama seminggu.

Pukul sembilan pagi, Aludra dan Arka bergegas pergi ke Bandara karena pesawat yang mereka tumpangi akan take of pukul setengah sepuluh pagi.

Berlibur di bulan juli, keduanya akan menikmati musim panas di negeri ginseng yang terkenal dengan hallyu wavenya.

Sekali lagi, sebenarnya Aludra sangat malas berlibur. Dia yang terbiasa tiduran sepanjang hari rasanya berat untuk pergi jauh—terlebih lagi luar negeri. Namun, gara-gara Alula, mau tak mau Aludra harus mengusir jauh rasa malasnya itu.

"Kalau ngantuk kamu boleh tidur dulu."

Aludra yang sejak berangkat terus menyandarkan tubuhnya di jok sambil memandangi jalanan kini menoleh pada Arka yang duduk persis di sampingnya.

"Kalau keterusan tidurnya gimana?" tanya Aludra.

"Enggak apa-apa."

"Kok enggak apa-apa?"

"Ya enggak apa-apa, aku biarin aja nanti kamu di mobil dan dibawa supir taksinya. Aku? liburan sendiri aja."

"Suami macam apa itu?"

"Bercanda," ujar Arka. "Kamu itu baperan banget ya?"

"Kamunya aja yang nyebelin," ucap Aludra. "Udah enggak usah ganggu. Mau nikmatin jalanan."

Aludra yang berniat menyandarkan tubuhnya ke pintu mobil tersentak, ketika tangan Arka tiba-tiba saja meraih bahunya lalu membawa dia untuk bersandar pada bahu pria itu.

"Sandaran sama aku," pinta Arka.

Cengo. Entah kenapa Aludra merasa syok ketika Arka memperlakukannya seperti itu. Rasanya, dia seperti sedang berada di drama korea yang sering dia tonton.

"Ta-tapi."

"Sandaran sama pintu bahaya," ucap Arka. "Bisa aja pintunya tiba-tiba aja rusak terus kebuka sendiri. Kamu kenapa-kenapa, Om Dewa marah."

"Om?" tanya Aludra sambil mendongak—menatap Arka yang refleks menunduk ketika dia menatapnya. "Kamu masih panggil Papa aku dengan sebutan Om?"

"Iya," jawab Arka.

"Kenapa? Bukannya kalau udah nikah, seharusnya panggil Papa juga?" tanya Aludra.

"Masih canggung aja," jawab Arka apa adanya. "Nanti mungkin aku biasain."

"Hm."

Tak menimpali, Aludra memilih diam sementara kepalanya bersandar di bahu Arka. Dua puluh menit perjalanan, keduanya sampai di bandara.

"Biar kopernya aku yang bawa," ucap Arka saat dia mengeluarkan dua koper dari bagasi sementara Aludra hanya diam melihat.

"Ya emang harus gitu," kata Aludra. "Lagian siapa juga yang mau bawa kopernya. Berat."

Menghela napas, Arka hanya mengukir senyum tipis sambil membawa dua koper berukuran sedang menuju terminal keberangkatan dan tentunya Aludra melenggangkan kaki tanpa membawa apapun.

"Sebentar," pinta Arka ketika tali sepatunya lepas tepat ketika dia dan Aludra hampir naik ke dalam pesawat. Angin yang berhembus cukup kencang, membuat Aludra tak mendengar ucapan Arka.

Terus melangkah, Aludra masuk ke dalam pesawat sementara Arka masih sibuk merapikan tali sepatunya hingga tepat ketika dia mendongak, raut wajahnya sedikit terkejut karena Aludra tak ada di depannya.

"Alula," ucap Arka. Bergegas naik, dia mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Aludra di pesawat hingga tak lama dia melihat gadis itu duduk di salah satu kursi firstclass karena memang dia cukup tahu kalau Dewa—sang papa akan memesankan tiket firstclass untuknya dan Arka.

"Lama," celetuk Aludra ketika Arka menghampiri lalu duduk di sampingnya. "Aku pikir kamu hilang."

"Tadi aku udah bilang, sebentar. Aku mau benerin tali sepatu," ucap Arka.

"Enggak dengar," jawab Aludra.

"Tuli," celetuk Arka pelan. Namun, bisa didengar oleh Aludra.

"Apa barusan kamu bilang?"

"Lili," jawab Arka. "Aku pengen lihat festival bunga Lily. Kebetulan sekarang lagi musim panas. Pasti ada."

"Oh."

"Iya."

Saling diam, keduanya fokus dengan pikiran mereka masing-masing ketika perlahan pesawat yang mereka tumpangi mengudara—terbang menuju Seoul.

Akan menempuh perjalanana tujuh jam lebih, pesawat yang ditumpangi Arka juga Aludra diperkirakan sampai pukul setengah lima sore di Korea selatan.

"Ngantuk," gumam Aludra sambil menguap pelan.

"Tidur," ucap Arka.

Menoleh, dia menatap Arka. "Takut," jawabnya.

"Takut apa?" tanya Arka. "Takut pesawatnya tiba-tiba jatuh pas kamu tidur?"

"Bukan," jawab Aludra.

"Terus?"

"Takut kamu raba-raba aku pas tidur," jawab Aludra yang membuat Arka tak habis pikir. Apakah di depan perempuan itu Arka terlihat seperti pria mesum yang tak tahu tempat?

Meskipun mereka pasangan suami istri, Arka pikir dia tahu tempat. Senafsu-nafsunya dia pada perempuan, tak pernah sekalipun Arka melakukan sesuatu yang aneh apalagi di tempat umum.

Ah, apa perempuan di sampingnya sedang menguji kesabaran Arka? Pikirnya.

"Alula," ucap Arka—berusaha sesabar mungkin, meskipun rasanya dia ingin sekali mengomelinya karena sudah bicara sembarangan. "Aku tahu tempat."

"Maksudnya?"

"Ya aku enggak akan macam-macam sama kamu di sini," jawab Arka. "Kalau mau tidur, tidur aja. Aku enggak akan ngapa-ngapain kamu."

"Beneran?" tanya Aludra. Sungguh, tampang ragu yang nampak jelas di wajah Aludra rasanya membuat Arka ... ah, dia kehabisan kata-kata.

"Apa wajah aku kelihatan lagi bercanda?" tanya Arka sambil menunjuk wajahnya sendiri.

"Enggak sih, wajah kamu kelihatan serius banget," jawab Aludra.

"Ya udah berarti aku serius," jawab Arka. "Kalau mau tidur, silahkan tidur. Aku juga mau tidur. Capek."

"Abis ngapain capek?" tanya Aludra.

"Harus jujur?" tanya Arka.

"Haruslah," jawab Aludra. "Jangan sering bohong dosa."

"Aku capek hadapin kamu," ucap Arka.

"Lah kenapa jadi aku?" tanya Aludra tak terima. "Emang aku abis ngapain kamu, Mas? Aku kan enggak apa-apain kamu."

"Udahlah sana tidur," kata Arka.

"Ih, ditanya bukannya jawab," protes Aludra. Namun, Arka memilih untuk memalingkan wajah lalu bersandar dan pergi tidur agar pikiran dan emosinya sedikit tenang.

Namun, baru beberapa detik kedua matanya terpejam. Mau tak mau Arka kembali terbangun ketika Aludra memanggilnya.

"Mas Arka."

"Apa?" tanya Arka ketus.

"Bukain," pinta Aludra sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Arka. Tak banyak bicara, Arka langsung membukakan tutup botol tersebut lalu memberikannya pada Aludra.

Beniat untuk meminum air putih di botol tersebut, Aludra sedikit terkesiap ketika sebuah getaran terasa dan air di botol sedikit tumpah membasahi bajunya.

"Ceroboh," ucap Arka yang langsung mengambil tisu untuk mengelap dagu juga baju Aludra yang basah. "Hati-hati kalau minum."

"Ini juga hati-hati," jawab Aludra. "Cuman barusan ada getaran aja. aku kaget. Udah deh, kalau mau ngomel sana mending tidur."

"Aku bukan ngomel, cuman kasih tahu," ucap Arka.

"Sama aja, sana lihat ke sebelah sana lagi jangan ke sini," ucap Aludra.

"Ish kamu ini." Memalingkan wajah, Arka kembali bersandar hingga sevara tak sadar, ucapan Amanda—sang mama kembali melintas di pikirannya.

'Alula anak Pak Dewa itu baik, pinter, katanya pinter masak juga, terus mandiri. Agak judes sedikit, tapi baik kok aslinya, kamu pasti suka.'

"Ah Mama, aku pikir beneran baik. Nyatanya galak kaya anak singa."

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
duh gimana reaksi nya arka kalau tau ini rara bukan lula
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
kalau arka sikapnya kayak gini trs manis otomatis aludra pasti jatuh cinta dong
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
ini aludra baperan si arka manis
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sebatas Pengantin Pengganti   8). Misi Merusak Image

    ***"Ini kamu enggak ada niatan bantu aku bawa koper gitu?"Aludra yang melenggangkan kakinya lebih dulu setelah turun dari taksi, lantas menoleh ketika pertanyaan itu dilontarkan Arka yang kerepotan membawa dua koper sekaligus.Menempuh perjalanan tujuh jam lebih, pukul lima sore keduanya sampai di Seoul. Menggunkanan taksi, Arka membawa Aludra menuju hotel yang sudah disiapkan Dewa untuk mereka selama berada di negeri ginseng tersebut.Bukan hotel biasa, tentu saja hotel yang disiapkan Dewa adalah hotel berbintang yang memiliki fasilitas luar biasa juga pelayanan yang sangat baik."Berat," jawab Aludra enteng. "Lagipula kamu kan laki-laki, terus kamu suami. Jadi kamu aja yang bawa ya."Tak menjawab, Arka hanya menatap Aludra lalu menghembuskan napas kasar. Setelah itu, dia memilih berjalan melalui gadis itu untuk menuju meja resepsionis dengan segera.Menunjukan bukti pemesanan hotel, Arka terbebas dari dua koper berat yang sejak tadi dia bawa karena koper tersebut langsung dibawa p

    Last Updated : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   9). Alergi Makanan Pedas

    “Ih, enggak aktif!”Menatap kesal layar ponselnya, Aludra yang sejak tadi tidur dengan polisi telungkup lantas bergerutu ketika ternyata nomor Alula sudah tak bisa dihubungi. Padahal, dia ingin sekali menelepon kakaknya itu untuk menanyakan bagaimana kabar dia di London dan tentu saja Aludra juga ingin menuntut permintaan terima kasih dari sang kakak untuk semua jasanya yang sudah legowo menggantikan posisi sang kakak menjadi istri Arka—pria yang saat ini dia cap sebagai pria menyebalkan.Ya, bagi Aludra, Arka itu menyebalkan. Meskipun baik, tetap saja menyebalkan. Arka tampan, tapi tetap saja dia menyebalkan. Pokoknya Arka itu menyebalkan.“Ini gimana mau tanya-tanya kalau nomor Kak Lula aja enggak aktif.”Beringsut, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk. Mengedarkan pandangan, dia menatap jam dinding yang ada di kamar hotel. Pukul delapan malam, dan Arka belum kembali dari luar setelah setengah jam yang lalu berpamitan untuk mancari makan.Sebenarnya Arka mengajak Aludra keluar un

    Last Updated : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   10). Penyiksaan Perut

    ***"Lu, itu kamu seriusan enggak apa-apa?"Berdiri dengan wajah khawatir, Arka sama sekali tak beranjak dari depan pintu kamar mandi—menunggu Aludra yang kini menghabiskan waktunya di dalam sana.Makanan pedas memang sangat manjur untuk Aludra. Hanya makan satu buah corndog dengan saus pedas, Aludra harus menerima resikonya.Sakit perut. Hanya berselang setengah jam setelah menyantap corndog tersebut, Aludra langsung merasakan sakit di perutnya dan tentu saja setelah itu, dia diare karena memang begitulah yang sering terjadi jika Aludra nekad menyantap makanan pedas.Ah, Alula. Dia harus tahu kalau demi dirinya, Aludra rela mengalami hal seperti ini."Sakit perut," jawab Aludra dari dalam kamar mandi."Mau ke dokter?" tanya Arka. "Kalau mau yuk, aku antar.""Enggak mau, mager," ucap Aludra. Sesakit apapun dirinya, kata mager tetap yang utama diucapkan Aludra karena memang selain mager, dia tak terlalu suka tiga hal. Rumah sakit, dokter, dan obat-obatan tentunya."Aku takut kamu kenap

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   11). Namsan Tower

    ***"Hati-hati.""Iya."Setelah sehari kemarin hanya berdiam diri di hotel karena Aludra yang masih lemas setelah sakit perut yang mendera. Hari ini, hari kedua di Seoul, Arka mengajak gadis itu untuk keluar.Tak pergi jauh, pagi ini—sekitar jam sembilan waktu setempat, Arka membawa Aludra ke Namsan tower—menara ikonic di kota Seoul yang cukup terkenal di kalangan turis lokal maupun mancanegara."Kenapa kita turun di sini?" tanya Aludra. "Harusnya kan di halte yang deket tempat sewa cable car.""Emang siapa yang bilang kalau kita mau naik calbe car?" tanya Arka, yang membuat Aludra menautkan kedua alisnya."Lah, kan emang naik itu," jawab Aludra yakin. Bukan sekali dua kali berkunjung ke Namsan tower, rasanya Aludra cukup hafal bagaimana caranya naik ke puncak dan setiap berlibur bersama kedua orang tuanya juga Alula, dia selalu menggunakan cable car. "Aku kalau sama Papa ke sini, suka naik itu, dan kalau naik bis, kita turun di halte yang tadi. Aku lupa ingetin.""Itu kalau kamu jala

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   12). Gembok Cinta

    ***"Minum."Menoleh, Arka memandang Aludra yang baru saja kembali sambil membawa dua botol air mineral di tangannya.Masih dengan napas yang terengah-engah, Arka mengambil botol minum bertutup hijau dari Aludra lalu meneguknya hingga habis setengah. Lelah? Tentu saja.Menaikki satu-persatu undakkan tangga sambil menggendong Aludra nyatanya bukan sesuatu yang mudah. Terlebih lagi, jarak yang dia tempuh dari bawah menuju atas juga tidaklah dekat."Capek ya?" tanya Aludra setelah dirinya duduk di samping Arka.Saat ini keduanya sedang duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap langsung ke pagar pembatas dengan hiasan ribuan gembok di sana.Gembok cinta. Begitulah panggilan orang-orang pada tempat di mana Arka dan Aludra berada sekarang. Di sana, ribuan gembok dari berbagai warna juga bentuk menggantung. Bertuliskan nama seseorang dan pasangan, mereka semua meyakini dengan menggantung gembok di sana, hubungan yang dijalani akan langgeung."Mas Arka aku tanya, kamu capek?" tanya Aludra

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   13). Mengabaikan Nasihat

    ***"Alula bangun, Alula."Aludra yang sejak sore tadi tertidur, lekas membuka mata ketika Arka membangunkannya. Dia yang tidur dengan posisi telungkup lantas menyipitkan mata—memandang Arka yang kini terlihat rapi dengan kemeja garis-garis berwarna biru."Apa?" tanya Aludra dengan suara yang parau."Bangun, kita pergi," ajak Arka."Ke mana? Males ah, capek. Kaki aku pegel.""Aku mau nemuin temen aku," ungkap Arka. "Kebetulan dia tinggal di sini sama istrinya.""Terus ngapain kamu bangunin aku?" tanya Aludra. "Ya karena kamu harus ikut," ucap Arka. "Meskipun temen aku enggak datang, dia tahu aku udah nikah dan dia pengen ketemu sama kamu.""Temen kamu cowok?""Ya iyalah, kan tadi aku udah bilang dia punya istri. Masa cewek?""Oh." Menjawab singkat, yang dilakukan Aludra justru tak bangun. Masih mengantuk, dia menutup kembali matanya dan tentu saja semua itu membuat Arka berdecak."Alula.""Apa sih? Berisik banget.""Bangun, cantik. Mandi. Abis itu kita pergi," ajak Arka untuk yang ke

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   14). Aludra dalam Bahaya

    ***"Minum.""Thanks."Mengambil segelas teh manis yang disajikan sang sahabat, Arka meneguk teh manis tersebut lalu menyimpannya kembali di meja.Sudah hampir setengah jam Arka di apartemen Dika—sahabatnya. Mengobrol dan sedikit bernostalgia, entah kenapa perasaan Arka tiba-tiba saja tak enak. Dia teringat Aludra.Sedang apa dia? Apakah masih tidur atau sedang apa? Ah, Arka jadi ingin pulang."Dik," panggil Arka."Ya ka?""Aku kayanya mau pulang sekarang," ungkap Arka yang tak bisa lebih lama lagi meninggalkan Aludra, karena kini perasaannya semakin tak enak."Lah, cepet banget Ka?" tanya Dika. "Belum juga satu jam.""Aku enggak bisa ninggalin istri aku lama-lama, takut ada apa-apa," ungkap Arka."Dasar pengantin baru, maunya nempel terus ya.""Begitulah," jawab Arka. Mengambil ponsel yang semula dia simpan di atas meja, Arka beranjak dari sofa lalu berpamitan pada sahabatnya itu.Keluar dari apartemen, Arka bergegas menuju lantai bawah. Tak akan menggunakan bus, Arka memilih taksi u

    Last Updated : 2024-01-26
  • Sebatas Pengantin Pengganti   15). Tentang Rania

    ***"Jadi Mbak awalnya kerja di sini?"Perempuan berambut sebahu yang kini duduk di samping Aludra lantas menganggukkan kepalanya ketika pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra.Setelah menolong Aludra dari para preman nakal yang menggodanya, perempuan bernama Rania itu setuju saat Aludra mengajaknya ke tempat street food untuk membeli camilan malam.Duduk di bangku yang ada di sana, keduanya kini menyantap corn dog sambil mengobrol. Selain itu, Aludra juga menunggu kedatangan Arka yang akan menjemput setelah dia menelepon pria itu dan menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya barusan."Iya," jawab Rania. "Cuman ya itu, bos saya enggak bertanggungjawab. Dia fitnah saya mencuri di rumahnya. Alhasil saya dipecat, dan sekarang saya bingung. Enggak punya uang buat kembali ke Indonesia.""Kasian banget," ucap Aludra. Sambil menyantap corn dognya, dia menatap Rania iba. Ingin sekali membantu, tapi sepertinya Aludra butuh persetujuan Arka lebih dulu.Meskipun sebenarnya, tanpa bantuan Ar

    Last Updated : 2024-01-26

Latest chapter

  • Sebatas Pengantin Pengganti   339). Extra Chapter 10

    *** "Semangat, Sayang. Jangan tegang ya." Menunggu sekitar satu jam setelah sampai di rumah sakit, Aludra akhirnya siap masuk ruang operasi untuk melahirkan putri kecilnya. Tak didampingi Aurora, yang datang ke rumah sakit hanya Dewa karena memang sang istri tak bisa pergi setelah kedua cucunya sigap menghadang agar sang Oma tak bisa ke mana-mana. Namun, tentu saja Aurora berjanji akan datang setelah Regan maupun Raiden berhasil dia tidurkan. Untuk Amanda dan Dirga, kedua orang tua Arka juga sedang dalam perjalanan setelah ditelepon oleh sang putra setengah jam lalu. "Doain ya, Pa." "Pasti, Ra," kata Dewa. Seumur hidup Aludra, ini adalah kali ketiga dia masuk ruang operasi. Pertama saat melahirkan Regan dan Raiden, kedua ketika mendapatkan donor dari Alula dan ketiga, sekarang—ketika dia akan melahirkan putri ketiganya. Sensasinya masih sama. Ruang operasi di setiap rumah sakit masih terasa dingin dan mungkin sedikit menyeramkan. "Kita mulai sekarang ya, Bu." "Iya, dokter."

  • Sebatas Pengantin Pengganti   338). Extra Chapter 9

    ***"Aku takut."Aludra yang sejak tadi duduk bersandar sambil mengelus perutnya seketika menoleh ketika Arka yang sejak tadi fokus mengemudi tiba-tiba saja berucap demikian."Takut apa?" tanya Aludra.Arka menoleh sekilas. "Takut kamu lahiran di jalan," ucapnya. "Usia kehamilan kamu tuh udah tiga puluh tujuh minggu, Ra. Duh ngeri kan kalau lahiran di jalan.""Ck, lebay," celetuk Aludra. "Dokter Ellina kan bilang kalau HPL aku dua minggu lagi, Mas. Santai aja kali.""Kan bisa maju.""Ya jangan maju," kata Aludra. Dia kemudian mengusap lagi perutnya yang buncit. "Jangan lahir dulu ya, Sayang. Mama mau nengok aunty dulu.""Iya Mama," ucap Arka.Hari ini, Aludra memang mengajak Arka ke Karawang untuk mengunjungi makam Alula. Tak membawa anak-anak, seperti biasa Aludra menitipkan Regan dan Raiden bersama Aurora juga Dewa yang sudah berkunjung lebih dulu kemarin ke makam Alula.Kemarin, terhitung delapan belas bulan sudah Alula pergi menghadap Sang Pencipta dan Aludra masih merasa semuany

  • Sebatas Pengantin Pengganti   337). Extra Chapter 8

    ***"Mas Arka buruan ih! Kok lama!"Sekali lagi Aludra yang sejak tadi menunggu di sofa dekat tangga berteriak memanggil Arka yang tak kunjung turun. Padahal, sudah hampir sepuluh menit dia menunggu suaminya turun."Iya sayang, iya. Sebentar," sahut Arka. Memakai pakaian santai, pria itu turun dengan sedikit tergesa-gesa di tangga. "Enggak sabaran banget kamu tuh ya.""Bawaan bayi," celetuk Aludra sambil mengusap perutnya yang buncit. Minggu ini terhitung tiga puluh minggu sudah usia kandungan Aludra."Ck, alasan aja.""Emang kenyataannya gitu.""Regan sama Raiden mana?""Ke mall sama Papa dan Mama.""Beneran jadi anak Oma sama Opa ya mereka tuh," kata Arka."Ya begitulah."Sejak hamil, itensitas Aludra mengasuh anak-anak memang berkurang karena Raiden dan Regan lebih sering dipegang oleh Aurora.Selain sudah tak asi lagi, Aludra juga tak boleh kelelahan selama hamil, sementara Regan dan Raiden yang sudah genap berusia dua tahun semakin lama semakin aktif."Ya udah kita berangkat seka

  • Sebatas Pengantin Pengganti   336). Extra Chapter 7

    ***"Ini kamu seriusan mau lahiran enggak sih?"Melihat sang istri yang nampak begitu tenang menghadapi proses kontraksi, pertanyaan tersebut akhirnya dilontarkan Damar yang sejak tadi setia duduk di samping Arsya.Kehamilannya sudah mencapai tiga puluh delapan minggu, sore tadi Arsya mengalami sedikit pendarahan. Segera dibawa menuju rumah sakit, dokte kandungan lain yang selama ini menangani Arsya mengatakan jika perempuan itu sudah mengalami bukaan.Ketika datang, Arsya baru mengalami bukaan dua dan sekarang setelah tiga jam berlalu—tepatnya pukul delapan, bukaan tersebut baru sampai ke angka lima.Masih ada lima lagi angka yang harus dilewati Arsya sebelum bukaan lengkap dan bayi yang selama ini dia kandung bisa lahir ke dunia."Emang kenapa?" Arsya yang sejak tadi sibuk mengatur napas sambil menikmati gelombang cinta yang cukup luar biasa, lantas mendongak dan menatap suaminya itu. "Tenang banget," celetuk Damar. "Di film-film tuh yang aku lihat, cewek mau lahiran itu biasanya n

  • Sebatas Pengantin Pengganti   335). Extra Chapter 6

    ***"Ini seriusan enggak nyadar apa gimana?"Aludra dan Arka mengernyit tak paham sambil memandang Arsya setelah pertanyaan tersebut dilontarkan perempuan tersebut."Maksudnya?" tanya Aludra."Enggak sadar apa?" tanya Arka."Nih." Arsya menunjukkan testpack yang beberapa menit lalu dipakai Aludra. Bukan testpack biasa, testpack yang dipakai adalah testpack digital yang bisa langsung menunjukkan usia kehamilan seorang ibu karena memang saat ini Aludra sedang mengandung."Ten weeks pregnant," gumam Aludra-mengeja tulisan pada testpack lalu Arka yang ikut membaca, spontan menerjemahkan."Hamil sepuluh minggu," ucap Arka.Untuk beberapa detik, sepasang suami istri tersebut bisa dibilang nge-bug, karena setelah membaca testpack baik Aludra maupun Arka saling diam."Kok pada diem sih?" tanya Arsya."Jadi maksudnya aku hamil?" tanya Aludra."Yes, Ra. Kamu hamil," kata Arsya. "Udah sepuluh minggu malah kehamilan kamu tuh.""Kok bisa?" tanya Arka. "Aludra kan baru telat datang bulan dua bulan

  • Sebatas Pengantin Pengganti   334). Extra Chapter 5

    ***"Mas mandinya udah belum, aku udah siapin sarapan tuh. Katanya mau meeting sama Papa?"Masuk ke kamar, pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra pada Arka ketika suaminya itu tak terlihat di dalam kamar."Mas!""Di wc, Ra!" teriak Arka—membuat Aludra seketika terkekeh karenanya."Oh lagi nabung, oke. Aku tunggu," kata Aludra. Melangkah masuk, dia duduk di pinggir kasur lalu merentangkan tubuhnya di sana.Tak lama berselang, Aludra menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka—menampakkan Arka yang sudah rapi dengan pakaian kantornya seperti biasa.Hampir setahun setelah kepindahannya ke Jakarta secara resmi, Arka tak lagi memegang jabatan manajer di perusahaan Dewa karena sang mertua memercayakan posisi CEO pada menantunya itu.Dan tentu saja jabatan yang dipegang Arka sekarang membuat pekerjaannya lebih sibuk dari biasa."Sakit perut aku tuh," kata Arka sambil melangkahkan kakinya mendekati Aludra yang langsung beringsut ketika Arka duduk di sampingnya."Mas. Kok kamu bau?" tanya Aludra—

  • Sebatas Pengantin Pengganti   333). Extra Chapter 4

    ***"Diem terus daritadi. Bisu ya?"Anindira menoleh ke arah Alister ketika pertanyaan tersebut dilontarkan pria itu padanya tepat setelah mereka selesai berbelanja di salah satu super market besar di kota Bandung."Enggak penting," ketus Anindira. Mendorong troli berisi belanjaan, dia berjalan menuju bagasi mobil Alister yang terparkir di bagian depan. Tanpa meminta bantuan, Anindira dengan mudah membuka bagasi lalu memasukkan beberapa kresek ke sana.Sementara Alister justru tersenyum sambil bersandar pada bagian samping mobil dengan kedua tangan yang berada di dada."Samson banget kamu tuh ya," celetuk Alister. "Penampilan anggun, tapi tenaga kaya kuli pasar.""Pulang," kata Anindira yang langsung berjalan ke sisi kiri mobil lalu masuk dan duduk di samping kursi kemudi.Sebenarnya Anindira ingin duduk di kursi belakang. Namun, sial. Semua itu tak bisa dia lakukan karena jok belakang dipenuhi beberapa pasang pakaian juga sepatu Alister yang katanya akan dipakai syuting besok pagi d

  • Sebatas Pengantin Pengganti   332). Extra Chapter 3

    ***"Akhirnya selesai juga.""Capek ya?"Damar yang baru saja menghempaskan tubuhnya ke kasur seketika menoleh—memandang Arsya yang sudah santai dengan celana joger juga sweater rajut.Rangkaian acara pernikahan—mulai dari akad hingga resepsi yang digelar hari ini akhirnya selesai, keluarga Damar dan Arsya memang menginap di salah satu vila mewah di Bandung agar privasi mereka terjaga.Rencananya besok, Damar dan Arsya pulang dari Bandung menuju bandara Soekarno hatta untuk langsung pergi berbulan madu menuju Maldives selama seminggu."Banget," kata Damar. "Gempor rasanya kaki aku berdiri berjam-jam nyalamin tamu."Arsya tersenyum lalu duduk di samping Damar. Tanpa aba-aba, dia langsung meraih lengan suaminya itu untuk memberikan sebuah pijatan."Kamu ngapain?" tanya Damar speecles. Menikahi Arsya memang rasanya seperti mimpi bagi dirinya.Selain umur Arsya yang tiga tahun lebih tua dari Damar, selama masa pacaran keduanya pun tak jarang terlibat cekcok karena perbedaan pendapat yang

  • Sebatas Pengantin Pengganti   331). Extra Chapter 2

    ***"Kok tegang ya, Ar?"Arka yang duduk tak jauh dari Damar mengukir senyuman tipis ketika ungkapan itu kembali terlontar dari mulut sahabat istrinya tersebut.Menempuh perjalanan dua jam, rombongan keluarga mempelai pria sampai di lokasi pernikahan. Tak mau membuang-buang waktu, akad nikah akan segera dilaksanakan sebelum hari menjelang siang."Bismillah," kata Arka mengingatkan."Udah, tapi tetap aja tegang," kata Damar."Tarik napas, hembuskan napas terakhir," celetuk Arka asal."Oh ok ... eh apa barusan? Hembuskan napas terakhir? Mati dong, Ar.""Bercanda.""Lagi tegang malah dibercandain.""Ya udah sih, rileks aja.""Mempelai perempuan memasuki area akad nikah."Arka dan Damar menghentikan obrolan mereka setelah suara sang pembawa acara terdengar dari pengeras suara—disusul suara gamelan yang mengiring kedatangan Arsya bersama Aludra juga Anindira.Memakai adat sunda, perempuan berwajah blasteran itu nampak cantik dengan siger juga kebaya putih yang dia pakai.Manglingi. Begitu

DMCA.com Protection Status