Share

8). Misi Merusak Image

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-01-24 13:23:28

***

"Ini kamu enggak ada niatan bantu aku bawa koper gitu?"

Aludra yang melenggangkan kakinya lebih dulu setelah turun dari taksi, lantas menoleh ketika pertanyaan itu dilontarkan Arka yang kerepotan membawa dua koper sekaligus.

Menempuh perjalanan tujuh jam lebih, pukul lima sore keduanya sampai di Seoul. Menggunkanan taksi, Arka membawa Aludra menuju hotel yang sudah disiapkan Dewa untuk mereka selama berada di negeri ginseng tersebut.

Bukan hotel biasa, tentu saja hotel yang disiapkan Dewa adalah hotel berbintang yang memiliki fasilitas luar biasa juga pelayanan yang sangat baik.

"Berat," jawab Aludra enteng. "Lagipula kamu kan laki-laki, terus kamu suami. Jadi kamu aja yang bawa ya."

Tak menjawab, Arka hanya menatap Aludra lalu menghembuskan napas kasar. Setelah itu, dia memilih berjalan melalui gadis itu untuk menuju meja resepsionis dengan segera.

Menunjukan bukti pemesanan hotel, Arka terbebas dari dua koper berat yang sejak tadi dia bawa karena koper tersebut langsung dibawa petugas hotel menuju lantai empat—tempat kamar mereka berada.

Namun, tentunya bebasnya Arka dari koper tak membuat dia bisa berjalan tanpa beban karena kini, tepat ketika dia dan Aludra sampai di depan lift, Arka yang berjalan lebih dulu tiba-tiba saja berhenti ketika Aludra memanggilnya.

"Arka," panggil Aludra. Namun, Arka hanya berhenti tanpa menoleh. "Arka kok enggak noleh?"

"Yakin manggilnya mau Arka aja?" tanya Arka.

Aludra terdiam untuk mencerna ucapan Arka, hingga tak lama dia tersadar jika memang ada yang kurang. "Mas Arka," panggilnya kemudian, dan Arka menoleh.

"Ya?"

"Capek," keluh Aludra sambil memegangi kedua lututnya. Padahal, dia berjalan belum mencapai satu kilometer. Namun, tentu saja Aludra yang jarang sekali bergerak membuatnya mudah merasa lelah.

"Terus?" tanya Arka. "Kalau capek aku harus apa?"

Cukup sebal karena ucapan Aludra di pesawat tadi, Arka kini sengaja bersikap cuek pada gadis itu agar Aludra tak selalu menuduhnya yang tidak-tidak.

"Masa enggak peka?" tanya Aludra.

"Kamu mau apa?" tanya Arka. "Lagipula kita tinggal naik lift, enggak harus jalan. Ayo."

"Enggak mau, capek," kata Aludra.

"Alula."

"Kamunya sini," pinta Aludra.

"Mau apa?"

"Sini aja dulu," ucap Aludra.

Menghela napas, mau tak mau Arka kembali menghampiri Aludra lalu berdiri di depannya. "Mau apa?" tanyanya.

"Balik badan," pinta Aludra.

"Mau ngapain?" tanya Arka.

"Udah balik badan aja buruan," perintah Aludra.

"Jangan aneh-aneh," pinta Arka sebelum menuruti permintaan Aludra.

"Iya enggak," ucap Aludra. "Ayo balik badan."

"Oke."

Tanpa banyak bicara, Arka berbalik badan sehingga kini posisinya membelakangi Aludra. Tersenyum, Aludra memandang punggung tegap Arka lalu meminta pria itu berjongkok.

"Mas Arka jongkok," pinta Aludra.

"Kamu sebenarnya mau apa sih, La?" tanya Arka semakin tak paham.

"Jongkok aja Mas, jangan banyak tanya," perintah Aludra.

"Awas aja kalau macam-macam," ancam Arka ketika perlahan dia merendahkan posisi hingga akhirnya dia berjongkok di depan Aludra yang tiba-tiba saja mengalungkan kedua tangan di leher Arka—disusul tubug Aludra yang kini menimpa punggungnya—membuat Arka yang tak siap, hampir saja tersungkur jika tak langsung menyeimbangkan diri.

"Kamu bikin kaget!" ujar Arka.

"Maaf," ucap Aludra sambil terkekeh.

"Sekarang kamu mau ngapain nempel-nempel di punggung aku?" tanya Arka kemudian.

"Gendong," pinta Aludra singkat.

"Hah?"

"Gendong Mas Arka, aku capek," rengek Aludra yang rasanya sudah tak kuat lagi berjalan lebih jauh.

"Lula."

"Gendong atau aku akan terus diem di sini sampe malam?" tanya Aludra.

"Kamu ini udah dewasa lho, masa kaya gini?" tanya Arka. Sekarang, ucapan Amanda kembali terngiang di pikirannya.

'Alula itu gadis mandiri. Dia enggak manja.'

Hoax. Setelah menikah, Arka akan menyimpulkan jika apa yang diucapkan Amanda hanyalah sekadar hoax belaka, karena nyatanya tak ada sisi mandiri sedikit pun dari perempuan yang kini masih setia menempel di punggungnya itu.

Ah, sekarang Arka jadi berpikir, apa dirinya sudah ditipu? Apa semua cerita yang dikatakan Amanda tentang Alula semuanya bohong, agar Arka mau menikah dengan gadis itu?

Jika iya, Amanda tega. Bagaimana bisa dia menipu anaknya sendiri agar mau menikah dengan gadis manja seperti ini.

"Emangnya kalau capek mandang dewasa enggaknya seseorang?" tanya Aludra. "Mau dewasa atau enggak, kalau capek tetep capek kali."

"Iya tapi kan-"

"Jadi enggak mau?" tanya Aludra. Merajuk. Dia mengedarkan pandangannya hingga tak lama seorang pria tak sengaja melintas. Dari wajah, pria tersebut terlihat seperti seorang turis luar negeri karena wajahnya yang bule. "Excuse me."

Berhenti, pria tersebut memandang Aludra penuh tanya. "Yes, what's wrong?" tanyanya.

"I'm tired, can you carry me up? (Saya lelah, bisa anda gendong saya ke atas?"

"Sorry?"

"Alula," ujar Arka yang langsung menarik tangan Aludra untuk menjauh. "Kamu apaan sih?!"

"Ya abisnya kamu enggak mau gendong aku," ucap Aludra.

"Iya tapi enggak minta gendong sama orang asing juga, Lula," kata Arka tak habis pikir.

"Terserah aku dong," jawab Aludra acuh. "Udah ah, aku mau nyamperin dia lagi."

Berniat pergi, Aludra justru berbalik ketika tangan Arka menarik tangannya untuk kembali mendekat lalu di detik yang sama, Arka meraih tubuh Aludra dan menggendongnya. Tak di belakang, Arka menggendong Aludra di depan dengan gaya bridal style—membuat jarak wajah keduanya cukup dekat.

"Diam," pinta Arka. "Kamu itu udah punya suami, jangan genit."

"Ya tapi kan-"

Dihadapkan dengan wajah tampan Arka dengan jarak sedekat ini membuat Aludra dilanda kegugupan, tak tahu kenapa. Tidak munafik, sebagai perempuan normal, Aludra cukup mengakui ketampanan Arka yang tidak manusiawi itu.

"Jangan banyak protes," pinta Arka yang kini melangkahkan kakinya menuju lift yang kebetulan terbuka. Hanya berdua tanpa ada siapapun lagi, Arka memilih untuk mengarahkan pandangannya lurus ke depan, sementara Aludra masih memandangi wajah tampan Arka.

Sebenarnya niat Aludra meminta Arka menggendongnya memiliki dua tujuan yaitu; dia memang benar-benar lelah, dan yang kedua dia sengaja ingin merusak image Alula di depan Arka sebagai bentuk kekesalannya pada sang kakak karena sudah menjadikan dirinta tumbal, sementara Alula bebas di luar negeri sana.

Aludra memang sudah menyetujui untuk menggantikan peran Alula menjadi istri Arka, tapi tetap saja di hatinya ada sedikit rasa kesal dan untuk melampiaskan rasa kesalnya, Aludra akan membuat image Alula jelek di mata Arka agar nanti ketika kembali, Alula sibuk memperbaiki imagenya di depan Arka.

"Arka," panggil Aludra ketika kini dia dan Arka masih ada di dalam lift.

"Lupa terus," celetuk Arka.

"Ah iya, Mas Arka," kata Aludra.

"Apa?"

"Waktu dijodohin, kenapa kamu enggak nolak?" tanya Aludra yang tiba-tiba saja penasaran dengan sikap penurut Arka. Padahal, biasanya kebanyakan pria selalu membantah ketika dijodohkan oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa tanya itu?"

"Pengen aja, penasaran soalnya," kata Aludra.

Arka terdiam sejenak—mencoba berpikir untuk mencari jawaban yang tepat, karena jika dia bicara yang sebenarnya, Arka takut Aludra tersinggung.

"Kenapa?" tanya Aludra karena Arka yang tak kunjung menjawab. "Bukan karena enggak laku, kan? Kamu ganteng, masa enggak laku."

"Bukan," jawab Arka.

"Terus kenapa?"

"Kamu enggak perlu tau," jawab Arka yang akhirnya memutuskan untuk tak bicara jujur.

"Ih gitu," kata Aludra kecewa. Hening. Aludra nampak berpikir, hingga tak lama dia tiba-tiba saja teringat dengan sebuah novel yang pernah dia baca.

Selain tukang nonton drakor, Aludra juga suka membaca novel.

"Mas Arka."

"Apa?"

"Kamu ... "

"Kamu apa?" tanya Arka sambil menunduk—memandang Aludra.

"Normal, kan?"

"Maksud kamu?"

"Hm." Aludra bergumam. "Kamu ... enggak impotent, kan?"

"Hah?!"

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
ini mulai menantang arkanya bilang impoten mau bukti ni
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
minta gendong rara ya ampun manis banget kalian sayang nya buka pasangan halal
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
ya ampun manja nya rara .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sebatas Pengantin Pengganti   9). Alergi Makanan Pedas

    “Ih, enggak aktif!”Menatap kesal layar ponselnya, Aludra yang sejak tadi tidur dengan polisi telungkup lantas bergerutu ketika ternyata nomor Alula sudah tak bisa dihubungi. Padahal, dia ingin sekali menelepon kakaknya itu untuk menanyakan bagaimana kabar dia di London dan tentu saja Aludra juga ingin menuntut permintaan terima kasih dari sang kakak untuk semua jasanya yang sudah legowo menggantikan posisi sang kakak menjadi istri Arka—pria yang saat ini dia cap sebagai pria menyebalkan.Ya, bagi Aludra, Arka itu menyebalkan. Meskipun baik, tetap saja menyebalkan. Arka tampan, tapi tetap saja dia menyebalkan. Pokoknya Arka itu menyebalkan.“Ini gimana mau tanya-tanya kalau nomor Kak Lula aja enggak aktif.”Beringsut, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk. Mengedarkan pandangan, dia menatap jam dinding yang ada di kamar hotel. Pukul delapan malam, dan Arka belum kembali dari luar setelah setengah jam yang lalu berpamitan untuk mancari makan.Sebenarnya Arka mengajak Aludra keluar un

    Last Updated : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   10). Penyiksaan Perut

    ***"Lu, itu kamu seriusan enggak apa-apa?"Berdiri dengan wajah khawatir, Arka sama sekali tak beranjak dari depan pintu kamar mandi—menunggu Aludra yang kini menghabiskan waktunya di dalam sana.Makanan pedas memang sangat manjur untuk Aludra. Hanya makan satu buah corndog dengan saus pedas, Aludra harus menerima resikonya.Sakit perut. Hanya berselang setengah jam setelah menyantap corndog tersebut, Aludra langsung merasakan sakit di perutnya dan tentu saja setelah itu, dia diare karena memang begitulah yang sering terjadi jika Aludra nekad menyantap makanan pedas.Ah, Alula. Dia harus tahu kalau demi dirinya, Aludra rela mengalami hal seperti ini."Sakit perut," jawab Aludra dari dalam kamar mandi."Mau ke dokter?" tanya Arka. "Kalau mau yuk, aku antar.""Enggak mau, mager," ucap Aludra. Sesakit apapun dirinya, kata mager tetap yang utama diucapkan Aludra karena memang selain mager, dia tak terlalu suka tiga hal. Rumah sakit, dokter, dan obat-obatan tentunya."Aku takut kamu kenap

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   11). Namsan Tower

    ***"Hati-hati.""Iya."Setelah sehari kemarin hanya berdiam diri di hotel karena Aludra yang masih lemas setelah sakit perut yang mendera. Hari ini, hari kedua di Seoul, Arka mengajak gadis itu untuk keluar.Tak pergi jauh, pagi ini—sekitar jam sembilan waktu setempat, Arka membawa Aludra ke Namsan tower—menara ikonic di kota Seoul yang cukup terkenal di kalangan turis lokal maupun mancanegara."Kenapa kita turun di sini?" tanya Aludra. "Harusnya kan di halte yang deket tempat sewa cable car.""Emang siapa yang bilang kalau kita mau naik calbe car?" tanya Arka, yang membuat Aludra menautkan kedua alisnya."Lah, kan emang naik itu," jawab Aludra yakin. Bukan sekali dua kali berkunjung ke Namsan tower, rasanya Aludra cukup hafal bagaimana caranya naik ke puncak dan setiap berlibur bersama kedua orang tuanya juga Alula, dia selalu menggunakan cable car. "Aku kalau sama Papa ke sini, suka naik itu, dan kalau naik bis, kita turun di halte yang tadi. Aku lupa ingetin.""Itu kalau kamu jala

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   12). Gembok Cinta

    ***"Minum."Menoleh, Arka memandang Aludra yang baru saja kembali sambil membawa dua botol air mineral di tangannya.Masih dengan napas yang terengah-engah, Arka mengambil botol minum bertutup hijau dari Aludra lalu meneguknya hingga habis setengah. Lelah? Tentu saja.Menaikki satu-persatu undakkan tangga sambil menggendong Aludra nyatanya bukan sesuatu yang mudah. Terlebih lagi, jarak yang dia tempuh dari bawah menuju atas juga tidaklah dekat."Capek ya?" tanya Aludra setelah dirinya duduk di samping Arka.Saat ini keduanya sedang duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap langsung ke pagar pembatas dengan hiasan ribuan gembok di sana.Gembok cinta. Begitulah panggilan orang-orang pada tempat di mana Arka dan Aludra berada sekarang. Di sana, ribuan gembok dari berbagai warna juga bentuk menggantung. Bertuliskan nama seseorang dan pasangan, mereka semua meyakini dengan menggantung gembok di sana, hubungan yang dijalani akan langgeung."Mas Arka aku tanya, kamu capek?" tanya Aludra

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   13). Mengabaikan Nasihat

    ***"Alula bangun, Alula."Aludra yang sejak sore tadi tertidur, lekas membuka mata ketika Arka membangunkannya. Dia yang tidur dengan posisi telungkup lantas menyipitkan mata—memandang Arka yang kini terlihat rapi dengan kemeja garis-garis berwarna biru."Apa?" tanya Aludra dengan suara yang parau."Bangun, kita pergi," ajak Arka."Ke mana? Males ah, capek. Kaki aku pegel.""Aku mau nemuin temen aku," ungkap Arka. "Kebetulan dia tinggal di sini sama istrinya.""Terus ngapain kamu bangunin aku?" tanya Aludra. "Ya karena kamu harus ikut," ucap Arka. "Meskipun temen aku enggak datang, dia tahu aku udah nikah dan dia pengen ketemu sama kamu.""Temen kamu cowok?""Ya iyalah, kan tadi aku udah bilang dia punya istri. Masa cewek?""Oh." Menjawab singkat, yang dilakukan Aludra justru tak bangun. Masih mengantuk, dia menutup kembali matanya dan tentu saja semua itu membuat Arka berdecak."Alula.""Apa sih? Berisik banget.""Bangun, cantik. Mandi. Abis itu kita pergi," ajak Arka untuk yang ke

    Last Updated : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   14). Aludra dalam Bahaya

    ***"Minum.""Thanks."Mengambil segelas teh manis yang disajikan sang sahabat, Arka meneguk teh manis tersebut lalu menyimpannya kembali di meja.Sudah hampir setengah jam Arka di apartemen Dika—sahabatnya. Mengobrol dan sedikit bernostalgia, entah kenapa perasaan Arka tiba-tiba saja tak enak. Dia teringat Aludra.Sedang apa dia? Apakah masih tidur atau sedang apa? Ah, Arka jadi ingin pulang."Dik," panggil Arka."Ya ka?""Aku kayanya mau pulang sekarang," ungkap Arka yang tak bisa lebih lama lagi meninggalkan Aludra, karena kini perasaannya semakin tak enak."Lah, cepet banget Ka?" tanya Dika. "Belum juga satu jam.""Aku enggak bisa ninggalin istri aku lama-lama, takut ada apa-apa," ungkap Arka."Dasar pengantin baru, maunya nempel terus ya.""Begitulah," jawab Arka. Mengambil ponsel yang semula dia simpan di atas meja, Arka beranjak dari sofa lalu berpamitan pada sahabatnya itu.Keluar dari apartemen, Arka bergegas menuju lantai bawah. Tak akan menggunakan bus, Arka memilih taksi u

    Last Updated : 2024-01-26
  • Sebatas Pengantin Pengganti   15). Tentang Rania

    ***"Jadi Mbak awalnya kerja di sini?"Perempuan berambut sebahu yang kini duduk di samping Aludra lantas menganggukkan kepalanya ketika pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra.Setelah menolong Aludra dari para preman nakal yang menggodanya, perempuan bernama Rania itu setuju saat Aludra mengajaknya ke tempat street food untuk membeli camilan malam.Duduk di bangku yang ada di sana, keduanya kini menyantap corn dog sambil mengobrol. Selain itu, Aludra juga menunggu kedatangan Arka yang akan menjemput setelah dia menelepon pria itu dan menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya barusan."Iya," jawab Rania. "Cuman ya itu, bos saya enggak bertanggungjawab. Dia fitnah saya mencuri di rumahnya. Alhasil saya dipecat, dan sekarang saya bingung. Enggak punya uang buat kembali ke Indonesia.""Kasian banget," ucap Aludra. Sambil menyantap corn dognya, dia menatap Rania iba. Ingin sekali membantu, tapi sepertinya Aludra butuh persetujuan Arka lebih dulu.Meskipun sebenarnya, tanpa bantuan Ar

    Last Updated : 2024-01-26
  • Sebatas Pengantin Pengganti   16). Usulan yang Ditolak

    ***"Jadiin dia asisten rumah tangga?"Mengerutkan kening, Arka yang saat ini sedang berdiri sambil melepaskan kancing kemeja di depan cermin, lantas menoleh dan membalikkan badannya lalu menatap Aludra yang duduk di kursi, ketika pernyataan tentang Rania yang akan dijadikan asisten rumah tangga diucapkan gadis itu."Iya," jawab Aludra. "Sebagai ucapan terima kasih karena udah nolong, rencananya aku mau biayain dia pulang ke Indonesia terus mempekerjakan Mbak Rania di rumah baru kita nanti. Gimana, briliant kan ide aku?""Enggak," jawab Arka singkat. Selesai membuka kancing, Arka melepaskan kemejanya lalu menyimpan kemeja garis-garis itu di tempat yang tersedia. Setelah itu, dia berjalan dan menarik kursi untuk duduk di samping Aludra yang kini tengah menyantap fish cakenya. "Menurut aku itu enggak briliant sama sekali.""Kenapa?" tanya Aludra sambil menautkan alis. "Dia kan udah nolongin aku, Mas. Coba bayangin kalau Mbak Rania tadi enggak nolongin, pasti aku udah diapa-apain sama m

    Last Updated : 2024-01-26

Latest chapter

  • Sebatas Pengantin Pengganti   339). Extra Chapter 10

    *** "Semangat, Sayang. Jangan tegang ya." Menunggu sekitar satu jam setelah sampai di rumah sakit, Aludra akhirnya siap masuk ruang operasi untuk melahirkan putri kecilnya. Tak didampingi Aurora, yang datang ke rumah sakit hanya Dewa karena memang sang istri tak bisa pergi setelah kedua cucunya sigap menghadang agar sang Oma tak bisa ke mana-mana. Namun, tentu saja Aurora berjanji akan datang setelah Regan maupun Raiden berhasil dia tidurkan. Untuk Amanda dan Dirga, kedua orang tua Arka juga sedang dalam perjalanan setelah ditelepon oleh sang putra setengah jam lalu. "Doain ya, Pa." "Pasti, Ra," kata Dewa. Seumur hidup Aludra, ini adalah kali ketiga dia masuk ruang operasi. Pertama saat melahirkan Regan dan Raiden, kedua ketika mendapatkan donor dari Alula dan ketiga, sekarang—ketika dia akan melahirkan putri ketiganya. Sensasinya masih sama. Ruang operasi di setiap rumah sakit masih terasa dingin dan mungkin sedikit menyeramkan. "Kita mulai sekarang ya, Bu." "Iya, dokter."

  • Sebatas Pengantin Pengganti   338). Extra Chapter 9

    ***"Aku takut."Aludra yang sejak tadi duduk bersandar sambil mengelus perutnya seketika menoleh ketika Arka yang sejak tadi fokus mengemudi tiba-tiba saja berucap demikian."Takut apa?" tanya Aludra.Arka menoleh sekilas. "Takut kamu lahiran di jalan," ucapnya. "Usia kehamilan kamu tuh udah tiga puluh tujuh minggu, Ra. Duh ngeri kan kalau lahiran di jalan.""Ck, lebay," celetuk Aludra. "Dokter Ellina kan bilang kalau HPL aku dua minggu lagi, Mas. Santai aja kali.""Kan bisa maju.""Ya jangan maju," kata Aludra. Dia kemudian mengusap lagi perutnya yang buncit. "Jangan lahir dulu ya, Sayang. Mama mau nengok aunty dulu.""Iya Mama," ucap Arka.Hari ini, Aludra memang mengajak Arka ke Karawang untuk mengunjungi makam Alula. Tak membawa anak-anak, seperti biasa Aludra menitipkan Regan dan Raiden bersama Aurora juga Dewa yang sudah berkunjung lebih dulu kemarin ke makam Alula.Kemarin, terhitung delapan belas bulan sudah Alula pergi menghadap Sang Pencipta dan Aludra masih merasa semuany

  • Sebatas Pengantin Pengganti   337). Extra Chapter 8

    ***"Mas Arka buruan ih! Kok lama!"Sekali lagi Aludra yang sejak tadi menunggu di sofa dekat tangga berteriak memanggil Arka yang tak kunjung turun. Padahal, sudah hampir sepuluh menit dia menunggu suaminya turun."Iya sayang, iya. Sebentar," sahut Arka. Memakai pakaian santai, pria itu turun dengan sedikit tergesa-gesa di tangga. "Enggak sabaran banget kamu tuh ya.""Bawaan bayi," celetuk Aludra sambil mengusap perutnya yang buncit. Minggu ini terhitung tiga puluh minggu sudah usia kandungan Aludra."Ck, alasan aja.""Emang kenyataannya gitu.""Regan sama Raiden mana?""Ke mall sama Papa dan Mama.""Beneran jadi anak Oma sama Opa ya mereka tuh," kata Arka."Ya begitulah."Sejak hamil, itensitas Aludra mengasuh anak-anak memang berkurang karena Raiden dan Regan lebih sering dipegang oleh Aurora.Selain sudah tak asi lagi, Aludra juga tak boleh kelelahan selama hamil, sementara Regan dan Raiden yang sudah genap berusia dua tahun semakin lama semakin aktif."Ya udah kita berangkat seka

  • Sebatas Pengantin Pengganti   336). Extra Chapter 7

    ***"Ini kamu seriusan mau lahiran enggak sih?"Melihat sang istri yang nampak begitu tenang menghadapi proses kontraksi, pertanyaan tersebut akhirnya dilontarkan Damar yang sejak tadi setia duduk di samping Arsya.Kehamilannya sudah mencapai tiga puluh delapan minggu, sore tadi Arsya mengalami sedikit pendarahan. Segera dibawa menuju rumah sakit, dokte kandungan lain yang selama ini menangani Arsya mengatakan jika perempuan itu sudah mengalami bukaan.Ketika datang, Arsya baru mengalami bukaan dua dan sekarang setelah tiga jam berlalu—tepatnya pukul delapan, bukaan tersebut baru sampai ke angka lima.Masih ada lima lagi angka yang harus dilewati Arsya sebelum bukaan lengkap dan bayi yang selama ini dia kandung bisa lahir ke dunia."Emang kenapa?" Arsya yang sejak tadi sibuk mengatur napas sambil menikmati gelombang cinta yang cukup luar biasa, lantas mendongak dan menatap suaminya itu. "Tenang banget," celetuk Damar. "Di film-film tuh yang aku lihat, cewek mau lahiran itu biasanya n

  • Sebatas Pengantin Pengganti   335). Extra Chapter 6

    ***"Ini seriusan enggak nyadar apa gimana?"Aludra dan Arka mengernyit tak paham sambil memandang Arsya setelah pertanyaan tersebut dilontarkan perempuan tersebut."Maksudnya?" tanya Aludra."Enggak sadar apa?" tanya Arka."Nih." Arsya menunjukkan testpack yang beberapa menit lalu dipakai Aludra. Bukan testpack biasa, testpack yang dipakai adalah testpack digital yang bisa langsung menunjukkan usia kehamilan seorang ibu karena memang saat ini Aludra sedang mengandung."Ten weeks pregnant," gumam Aludra-mengeja tulisan pada testpack lalu Arka yang ikut membaca, spontan menerjemahkan."Hamil sepuluh minggu," ucap Arka.Untuk beberapa detik, sepasang suami istri tersebut bisa dibilang nge-bug, karena setelah membaca testpack baik Aludra maupun Arka saling diam."Kok pada diem sih?" tanya Arsya."Jadi maksudnya aku hamil?" tanya Aludra."Yes, Ra. Kamu hamil," kata Arsya. "Udah sepuluh minggu malah kehamilan kamu tuh.""Kok bisa?" tanya Arka. "Aludra kan baru telat datang bulan dua bulan

  • Sebatas Pengantin Pengganti   334). Extra Chapter 5

    ***"Mas mandinya udah belum, aku udah siapin sarapan tuh. Katanya mau meeting sama Papa?"Masuk ke kamar, pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra pada Arka ketika suaminya itu tak terlihat di dalam kamar."Mas!""Di wc, Ra!" teriak Arka—membuat Aludra seketika terkekeh karenanya."Oh lagi nabung, oke. Aku tunggu," kata Aludra. Melangkah masuk, dia duduk di pinggir kasur lalu merentangkan tubuhnya di sana.Tak lama berselang, Aludra menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka—menampakkan Arka yang sudah rapi dengan pakaian kantornya seperti biasa.Hampir setahun setelah kepindahannya ke Jakarta secara resmi, Arka tak lagi memegang jabatan manajer di perusahaan Dewa karena sang mertua memercayakan posisi CEO pada menantunya itu.Dan tentu saja jabatan yang dipegang Arka sekarang membuat pekerjaannya lebih sibuk dari biasa."Sakit perut aku tuh," kata Arka sambil melangkahkan kakinya mendekati Aludra yang langsung beringsut ketika Arka duduk di sampingnya."Mas. Kok kamu bau?" tanya Aludra—

  • Sebatas Pengantin Pengganti   333). Extra Chapter 4

    ***"Diem terus daritadi. Bisu ya?"Anindira menoleh ke arah Alister ketika pertanyaan tersebut dilontarkan pria itu padanya tepat setelah mereka selesai berbelanja di salah satu super market besar di kota Bandung."Enggak penting," ketus Anindira. Mendorong troli berisi belanjaan, dia berjalan menuju bagasi mobil Alister yang terparkir di bagian depan. Tanpa meminta bantuan, Anindira dengan mudah membuka bagasi lalu memasukkan beberapa kresek ke sana.Sementara Alister justru tersenyum sambil bersandar pada bagian samping mobil dengan kedua tangan yang berada di dada."Samson banget kamu tuh ya," celetuk Alister. "Penampilan anggun, tapi tenaga kaya kuli pasar.""Pulang," kata Anindira yang langsung berjalan ke sisi kiri mobil lalu masuk dan duduk di samping kursi kemudi.Sebenarnya Anindira ingin duduk di kursi belakang. Namun, sial. Semua itu tak bisa dia lakukan karena jok belakang dipenuhi beberapa pasang pakaian juga sepatu Alister yang katanya akan dipakai syuting besok pagi d

  • Sebatas Pengantin Pengganti   332). Extra Chapter 3

    ***"Akhirnya selesai juga.""Capek ya?"Damar yang baru saja menghempaskan tubuhnya ke kasur seketika menoleh—memandang Arsya yang sudah santai dengan celana joger juga sweater rajut.Rangkaian acara pernikahan—mulai dari akad hingga resepsi yang digelar hari ini akhirnya selesai, keluarga Damar dan Arsya memang menginap di salah satu vila mewah di Bandung agar privasi mereka terjaga.Rencananya besok, Damar dan Arsya pulang dari Bandung menuju bandara Soekarno hatta untuk langsung pergi berbulan madu menuju Maldives selama seminggu."Banget," kata Damar. "Gempor rasanya kaki aku berdiri berjam-jam nyalamin tamu."Arsya tersenyum lalu duduk di samping Damar. Tanpa aba-aba, dia langsung meraih lengan suaminya itu untuk memberikan sebuah pijatan."Kamu ngapain?" tanya Damar speecles. Menikahi Arsya memang rasanya seperti mimpi bagi dirinya.Selain umur Arsya yang tiga tahun lebih tua dari Damar, selama masa pacaran keduanya pun tak jarang terlibat cekcok karena perbedaan pendapat yang

  • Sebatas Pengantin Pengganti   331). Extra Chapter 2

    ***"Kok tegang ya, Ar?"Arka yang duduk tak jauh dari Damar mengukir senyuman tipis ketika ungkapan itu kembali terlontar dari mulut sahabat istrinya tersebut.Menempuh perjalanan dua jam, rombongan keluarga mempelai pria sampai di lokasi pernikahan. Tak mau membuang-buang waktu, akad nikah akan segera dilaksanakan sebelum hari menjelang siang."Bismillah," kata Arka mengingatkan."Udah, tapi tetap aja tegang," kata Damar."Tarik napas, hembuskan napas terakhir," celetuk Arka asal."Oh ok ... eh apa barusan? Hembuskan napas terakhir? Mati dong, Ar.""Bercanda.""Lagi tegang malah dibercandain.""Ya udah sih, rileks aja.""Mempelai perempuan memasuki area akad nikah."Arka dan Damar menghentikan obrolan mereka setelah suara sang pembawa acara terdengar dari pengeras suara—disusul suara gamelan yang mengiring kedatangan Arsya bersama Aludra juga Anindira.Memakai adat sunda, perempuan berwajah blasteran itu nampak cantik dengan siger juga kebaya putih yang dia pakai.Manglingi. Begitu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status