Share

5). Kado Pernikahan

Penulis: Cacavip
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-18 20:04:33

***

"Lagi ngapain?"

Tak langsung menjawab, Arka memandang pria di depannya dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu melayangkan tatapan yang malas.

"Istirahat," jawab Arka singkat. "Capek. Besok mau berangkat pagi."

"Arka ada siapa?"

Menoleh pada Aludra, Arka membuka pintu kamar sedikit lebar agar Aludra bisa melihat siapa orang yang kini berhadapan dengannya.

"Kelihatan?" tanya Arka pada Aludra.

"Kak Aksa." Tak enak, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk, tanpa menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Ada apa, Kak?"

"Enggak ada apa-apa sih," jawab Aksa sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sementara Arka masih memasang wajah yang sedikit kesal karena ucapan yang pernah dilontarkan Aksa tempo hari kembali terngiang di kepalanya.

Sebelum menikah, Arka sering menjadi pengganggu keromantisan Aksa dan Istrinya‐Ananta. Tak sengaja, seringkali Arka memergoki kakak dan kakak iparnya melakukan sesuatu yang mesra. Kesal karena kejadian tersebut sering terjadi, Aksa pernah berkata jika dia akan mengganggu Arka di malam pertamanya setelah menikah.

Arka pikir ucapan tersebut hanyalah guyonan semata, tapi ternyata salah. Aksa benar-benar datang ke kamarnya padahal malam sudah cukup larut.

"Kalau niat kakak ke sini mau ganggu first night aku. Percuma," ucap Arka pelan, agar Aludra tak mendengarnya. "Aku sama Alula enggak lagi ngapa-ngalain. Kami baru aja mau tidur."

"Masa?" goda Aksa yang justru terlihat tak percaya dengan apa yang diucapkan sang adik.

"Enggak percaya?" tanya Arka. "Masuk aja."

"Sebenarnya kedatangan Kakak ke sini bukan buat ganggu doang sih," ucap Aksa. "Ada maksud lain."

"Apa?" tanya Arka singkat.

"Arka, kenapa Kak Aksanya enggak disuruh masuk?" tanya Aludra. Masih canggung, dia berusaha bersikap sebaik mungkin di depan kakak ipar Alula tersebut agar image Alula di mata keluarga Arka tidak jelek.

Cukup di depan Arka saja nanti image Alula hancur karena kelakuan Aludra. Di mata keluarganya jangan.

"Istri kamu nyuruh kakak masuk," ucap Aksa. "Enggak akan disuruh masuk gitu?"

"Aish." Mengehembuskan napas kasar, Arka akhirnya membiarkan sang kakak masuk ke kamarnya. Duduk lebih dulu di sofa yang ada, Arka membiarkan Aksa duduk di sampingnya, sementara Aludra? Tentu saha dia masih di kasur, karena malas untuk bergerak.

Sebenarnya sekarang saja Aludra ingin pergi tidur karena sudah tak tahan dengan rasa kantuk yang ada. Namun, sekali lagi di depan Aksa, dia harus menjaga image.

"Jadi ada apa?" tanya Arka.

"Mau kasih ini," jawab Aksa sambil menyerahkan sebuah kotak berukuran kecil yang dia ambil dari saku jaketnya.

"Apa?"

"Ambil aja," kata Aksa.

Dengan rasa penasaran yang ada, Arka mengambil kotak tersebut dari tangan sang Kakak. Membukanya, dia cukup terkejut dengan benda yang ada di kotak tersebut.

"Kunci mobil?"

Aksa tersenyum. Memandang Aludra sekilas lalu kembali pada Arka, dia menjawab santai. "Kado pernikahan kalian," ucapnya. "Kakak enggak bisa kasih sesuatu yang berharga. Cuman bisa kasih itu.

Bukan sesuatu yang berharga.

Empat kata yang nyatanya berbanding terbalik dengan kenyataan karena kunci mobil yang Arka dapat adalah kunci mobil mercedez benz e-class. Jenis mobil sedan keluaran Eropa yang memiliki harga di kisaran delapan ratus lima puluh juta.

"Kak ini berlebihan," ucap Arka sambil menyerahkan kembali kunci mobi itu pada Aksa. Namun, ucapan Aludra membuat keduanya menoleh.

"Makasih Kak Aksa, kadonya. Aku suka," ucap Aludra. "Bukan buat Arka aja, kan? Buat aku juga kan?"

"Iya," jawab Aksa.

"Udah Arka, enggak usah so jaim," kata Aludra. "Terima aja. Itu namanya rezeki."

"Kata istri kamu terima aja," ucap Aksa yang langsung mengepalkan kunci mobil itu di tangan Arka. "Udah terima, Kakak enggak nerima penolakan."

"Tapi kak-"

Aksa beranjak. "Udah malam, Kakak harus ke kamar, nanti si kembar nyariin," ucapnya. Sebelum melangkah pergi, dia melirik Aludra. "Happy honeymoon ya, semoga membuahkan hasil."

Aludra tersenyum. "Iya kak," jawabnya. Namun, senyuman itu seketika luntur ketika dia baru menyadar maksud dari kata 'hasil' yang dilontarkan Aksa. "Eh, hasil?"

***

"Tadi katanya mau tidur," ucap Arka pada Aludra yang justru sibuk menonton drama korea di ponselnya selepas kepergian Aksa. "Sekarang malah nonton drakor. Mana suaminya dicuekkin lagi."

"Aku enggak jadi ngantuk," jawab Aludra tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel. "Kamu kalau mau tidur, tidur duluan aja. Nanti aku nyusul."

"Aku juga belum ngantuk," jawab Arka. "Aku nungguin kamu tidur aja."

"Nungguin aku tidur," gumam Aludra. Otaknya yang terkadang sedikit lemot, memang seringkali membuat Aludra telat mengerti seperti sekarang, baru beberapa menit dia baru menoleh. "Mau ngapain emangnya?"

"Menurut kamu?" tanya Arka sambil menatap Aludra sehingga kini keduanya saling melempar tatapan.

"Arka ... aku a-aku." Aludra tergagap.

"Mau tidur," jawab Arka yang langsung membuat Aludra menghembuskan napas lega. "Aku nungguin kamu tidur dulu, baru aku tidur. Jaga-jaga, kali aja kamu kabur pas aku tidur."

"Enggak akan," jawab Aludra yang mulai fokus kembali dengan layar ponselnya. "Kabur itu ribet dan repot, aku paling enggak suka dua kata itu. Jadi tenang aja."

"Hm." Arka bergumam pelan. "Ya intinya aku mau tetep nungguin kamu tidur."

"Ya udah terserah kamu aja," ucap Aludra.

"Iya."

Hening, Aludra memilih untuk memfokuskan diri pada drama di ponselnya. Tersenyum pada ponsel, begitulah kegiatan Aludra sekarang—membuat Arka yang duduk di sampingnya hanya mengukir senyum samar, sebelum akhirnya kembali memanggil Aludra.

"Lula."

Lupa akan sosok yang sedang dia gantikan. Aludra cuek. Dia tak menjawab panggilan Arka karena memang panggilan dirinya adalah Rara bukan Lula.

"Lula," panggil Arka. Namun, masih tak direspon oleh Aludra yang masih fokus sendiri.

Sedikit kesal, Arka mencondongkan tubuhnya ke samping lalu memanggil Aludra persis di samping telinganya.

"Alula!"

"Astaga!" Terkejut, Aludra refleks melepaskan ponsel yang dia pegang lalu mendelik pada Arka. "Arka apaan sih?!"

"Kamu dipanggil daritadi enggak nyaut," jawab Arka. "Nonton boleh, tapi jangan sampai lupa sekitar. Ingat, status kamu bukan perempuan lajang lagi. Kamu punya suami."

"Iya-iya maaf," ucap Aludra. "Ada apa kamu manggil aku? Mau tidur duluan? Sana tidur, kan aku udah minta tidur duluan tadi."

"Bukan," jawab Arka.

"Terus?"

"Kado yang dari Kak Aksa-"

"Mau dikembaliin?" serobot Aludra sebelum Arka selesai berbicara. "Jangan ih, itu dikasih tau. Kalau dikembaliin nanti enggak enak, Kakak kamu akan ngerasa enggak dihargain."

"Alula." Menghembuskan napas kasar, Arka memandang Aludra. "Kalau orang lagi bicara bisa didengerin dulu enggak? jangan asal potong seenaknya. Enggak sopan."

"Ya udah kamu mau ngomong apa?" tanya Aludra.

"Aku bukan mau kembaliin mobil dari Kak Aksa, aku mau bilang kalau mobilnya kamu yang pake aja," ucap Arka.

"Aku nyetir?" tanya Aludra.

"Iya,"jawab Arka. "Bisa nyetir kan, kamu?"

Polos, Aludra menggeleng. "Enggak."

Mengerutkan kening, Arka menatap Aludra. "Lho, bukannya mama kamu bilang, kamu bisa nyetir?"

"Hah?"

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
ini lebih lucu lagi aludra GK bisa nyetir
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
seru ya kisah mereka suka aku baru baca dah senyum 2apalagi arka ganteng
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
aludra di malam pertama nonton darakor sangking gugupnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sebatas Pengantin Pengganti   6). Pemimpin Keluarga

    ***"Alula bangun, Alula. Udah jam tujuh, jam delapan kita harus berangkat.""Apaan sih."Merasa terganggu ketika Arka terus membangunkannya, Aludra yang kini tidur sambil memeluk guling, lantas menenggelamkan wajahnya agar tangan Arka tak terus menyentuh karena rasanya dingin sekali."Bangun Lula, nanti kita ketinggalan pesawat," ucap Arka—berusaha sesabar mungkin menghadapi istrinya itu."Biarin, pesawat banyak. Pesen lagi kalau ketinggalan," ucap Aludra—masih dengan kedua mata yang terpejam. "Kalau enggak ada uang, minta ke Papa aku. Uangnya banyak."Arka menghembuskan napas kasar. Dia pikir Alula adalah perempuan giat yang selalu bangun pagi, karena menurut informasi dari sang mama, Alula adalah perempuan rajin yang terbilang cukup multitalent.Ah, mungkin pagi ini karena Alula masih lelah, pikirnya."La, kalau enggak mau bangun. Aku tinggal checkout ya, nanti kamu pulang sendiri," ucap Arka yang akhirnya mampu membuat Aludra membuka matanya.Membelikkan badan, Alula menatap Arka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   7). Menguji Kesabaran

    ***"Hati-hati ya kalian di sana.""Bulan madu yang nyaman.""Jangan lupa pulang bawa kabar baik.""Kalau udah sampai kabarin."Mendesah pelan, Aludra memandangi keluarganya dan keluarga Arka yang kini berdiri di depan hotel untuk mengantar kepergiannya dan Arka untuk berbulan madu ke Korea Selatan selama seminggu.Pukul sembilan pagi, Aludra dan Arka bergegas pergi ke Bandara karena pesawat yang mereka tumpangi akan take of pukul setengah sepuluh pagi.Berlibur di bulan juli, keduanya akan menikmati musim panas di negeri ginseng yang terkenal dengan hallyu wavenya.Sekali lagi, sebenarnya Aludra sangat malas berlibur. Dia yang terbiasa tiduran sepanjang hari rasanya berat untuk pergi jauh—terlebih lagi luar negeri. Namun, gara-gara Alula, mau tak mau Aludra harus mengusir jauh rasa malasnya itu."Kalau ngantuk kamu boleh tidur dulu."Aludra yang sejak berangkat terus menyandarkan tubuhnya di jok sambil memandangi jalanan kini menoleh pada Arka yang duduk persis di sampingnya."Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   8). Misi Merusak Image

    ***"Ini kamu enggak ada niatan bantu aku bawa koper gitu?"Aludra yang melenggangkan kakinya lebih dulu setelah turun dari taksi, lantas menoleh ketika pertanyaan itu dilontarkan Arka yang kerepotan membawa dua koper sekaligus.Menempuh perjalanan tujuh jam lebih, pukul lima sore keduanya sampai di Seoul. Menggunkanan taksi, Arka membawa Aludra menuju hotel yang sudah disiapkan Dewa untuk mereka selama berada di negeri ginseng tersebut.Bukan hotel biasa, tentu saja hotel yang disiapkan Dewa adalah hotel berbintang yang memiliki fasilitas luar biasa juga pelayanan yang sangat baik."Berat," jawab Aludra enteng. "Lagipula kamu kan laki-laki, terus kamu suami. Jadi kamu aja yang bawa ya."Tak menjawab, Arka hanya menatap Aludra lalu menghembuskan napas kasar. Setelah itu, dia memilih berjalan melalui gadis itu untuk menuju meja resepsionis dengan segera.Menunjukan bukti pemesanan hotel, Arka terbebas dari dua koper berat yang sejak tadi dia bawa karena koper tersebut langsung dibawa p

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   9). Alergi Makanan Pedas

    “Ih, enggak aktif!”Menatap kesal layar ponselnya, Aludra yang sejak tadi tidur dengan polisi telungkup lantas bergerutu ketika ternyata nomor Alula sudah tak bisa dihubungi. Padahal, dia ingin sekali menelepon kakaknya itu untuk menanyakan bagaimana kabar dia di London dan tentu saja Aludra juga ingin menuntut permintaan terima kasih dari sang kakak untuk semua jasanya yang sudah legowo menggantikan posisi sang kakak menjadi istri Arka—pria yang saat ini dia cap sebagai pria menyebalkan.Ya, bagi Aludra, Arka itu menyebalkan. Meskipun baik, tetap saja menyebalkan. Arka tampan, tapi tetap saja dia menyebalkan. Pokoknya Arka itu menyebalkan.“Ini gimana mau tanya-tanya kalau nomor Kak Lula aja enggak aktif.”Beringsut, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk. Mengedarkan pandangan, dia menatap jam dinding yang ada di kamar hotel. Pukul delapan malam, dan Arka belum kembali dari luar setelah setengah jam yang lalu berpamitan untuk mancari makan.Sebenarnya Arka mengajak Aludra keluar un

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Sebatas Pengantin Pengganti   10). Penyiksaan Perut

    ***"Lu, itu kamu seriusan enggak apa-apa?"Berdiri dengan wajah khawatir, Arka sama sekali tak beranjak dari depan pintu kamar mandi—menunggu Aludra yang kini menghabiskan waktunya di dalam sana.Makanan pedas memang sangat manjur untuk Aludra. Hanya makan satu buah corndog dengan saus pedas, Aludra harus menerima resikonya.Sakit perut. Hanya berselang setengah jam setelah menyantap corndog tersebut, Aludra langsung merasakan sakit di perutnya dan tentu saja setelah itu, dia diare karena memang begitulah yang sering terjadi jika Aludra nekad menyantap makanan pedas.Ah, Alula. Dia harus tahu kalau demi dirinya, Aludra rela mengalami hal seperti ini."Sakit perut," jawab Aludra dari dalam kamar mandi."Mau ke dokter?" tanya Arka. "Kalau mau yuk, aku antar.""Enggak mau, mager," ucap Aludra. Sesakit apapun dirinya, kata mager tetap yang utama diucapkan Aludra karena memang selain mager, dia tak terlalu suka tiga hal. Rumah sakit, dokter, dan obat-obatan tentunya."Aku takut kamu kenap

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   11). Namsan Tower

    ***"Hati-hati.""Iya."Setelah sehari kemarin hanya berdiam diri di hotel karena Aludra yang masih lemas setelah sakit perut yang mendera. Hari ini, hari kedua di Seoul, Arka mengajak gadis itu untuk keluar.Tak pergi jauh, pagi ini—sekitar jam sembilan waktu setempat, Arka membawa Aludra ke Namsan tower—menara ikonic di kota Seoul yang cukup terkenal di kalangan turis lokal maupun mancanegara."Kenapa kita turun di sini?" tanya Aludra. "Harusnya kan di halte yang deket tempat sewa cable car.""Emang siapa yang bilang kalau kita mau naik calbe car?" tanya Arka, yang membuat Aludra menautkan kedua alisnya."Lah, kan emang naik itu," jawab Aludra yakin. Bukan sekali dua kali berkunjung ke Namsan tower, rasanya Aludra cukup hafal bagaimana caranya naik ke puncak dan setiap berlibur bersama kedua orang tuanya juga Alula, dia selalu menggunakan cable car. "Aku kalau sama Papa ke sini, suka naik itu, dan kalau naik bis, kita turun di halte yang tadi. Aku lupa ingetin.""Itu kalau kamu jala

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   12). Gembok Cinta

    ***"Minum."Menoleh, Arka memandang Aludra yang baru saja kembali sambil membawa dua botol air mineral di tangannya.Masih dengan napas yang terengah-engah, Arka mengambil botol minum bertutup hijau dari Aludra lalu meneguknya hingga habis setengah. Lelah? Tentu saja.Menaikki satu-persatu undakkan tangga sambil menggendong Aludra nyatanya bukan sesuatu yang mudah. Terlebih lagi, jarak yang dia tempuh dari bawah menuju atas juga tidaklah dekat."Capek ya?" tanya Aludra setelah dirinya duduk di samping Arka.Saat ini keduanya sedang duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap langsung ke pagar pembatas dengan hiasan ribuan gembok di sana.Gembok cinta. Begitulah panggilan orang-orang pada tempat di mana Arka dan Aludra berada sekarang. Di sana, ribuan gembok dari berbagai warna juga bentuk menggantung. Bertuliskan nama seseorang dan pasangan, mereka semua meyakini dengan menggantung gembok di sana, hubungan yang dijalani akan langgeung."Mas Arka aku tanya, kamu capek?" tanya Aludra

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Sebatas Pengantin Pengganti   13). Mengabaikan Nasihat

    ***"Alula bangun, Alula."Aludra yang sejak sore tadi tertidur, lekas membuka mata ketika Arka membangunkannya. Dia yang tidur dengan posisi telungkup lantas menyipitkan mata—memandang Arka yang kini terlihat rapi dengan kemeja garis-garis berwarna biru."Apa?" tanya Aludra dengan suara yang parau."Bangun, kita pergi," ajak Arka."Ke mana? Males ah, capek. Kaki aku pegel.""Aku mau nemuin temen aku," ungkap Arka. "Kebetulan dia tinggal di sini sama istrinya.""Terus ngapain kamu bangunin aku?" tanya Aludra. "Ya karena kamu harus ikut," ucap Arka. "Meskipun temen aku enggak datang, dia tahu aku udah nikah dan dia pengen ketemu sama kamu.""Temen kamu cowok?""Ya iyalah, kan tadi aku udah bilang dia punya istri. Masa cewek?""Oh." Menjawab singkat, yang dilakukan Aludra justru tak bangun. Masih mengantuk, dia menutup kembali matanya dan tentu saja semua itu membuat Arka berdecak."Alula.""Apa sih? Berisik banget.""Bangun, cantik. Mandi. Abis itu kita pergi," ajak Arka untuk yang ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25

Bab terbaru

  • Sebatas Pengantin Pengganti   339). Extra Chapter 10

    *** "Semangat, Sayang. Jangan tegang ya." Menunggu sekitar satu jam setelah sampai di rumah sakit, Aludra akhirnya siap masuk ruang operasi untuk melahirkan putri kecilnya. Tak didampingi Aurora, yang datang ke rumah sakit hanya Dewa karena memang sang istri tak bisa pergi setelah kedua cucunya sigap menghadang agar sang Oma tak bisa ke mana-mana. Namun, tentu saja Aurora berjanji akan datang setelah Regan maupun Raiden berhasil dia tidurkan. Untuk Amanda dan Dirga, kedua orang tua Arka juga sedang dalam perjalanan setelah ditelepon oleh sang putra setengah jam lalu. "Doain ya, Pa." "Pasti, Ra," kata Dewa. Seumur hidup Aludra, ini adalah kali ketiga dia masuk ruang operasi. Pertama saat melahirkan Regan dan Raiden, kedua ketika mendapatkan donor dari Alula dan ketiga, sekarang—ketika dia akan melahirkan putri ketiganya. Sensasinya masih sama. Ruang operasi di setiap rumah sakit masih terasa dingin dan mungkin sedikit menyeramkan. "Kita mulai sekarang ya, Bu." "Iya, dokter."

  • Sebatas Pengantin Pengganti   338). Extra Chapter 9

    ***"Aku takut."Aludra yang sejak tadi duduk bersandar sambil mengelus perutnya seketika menoleh ketika Arka yang sejak tadi fokus mengemudi tiba-tiba saja berucap demikian."Takut apa?" tanya Aludra.Arka menoleh sekilas. "Takut kamu lahiran di jalan," ucapnya. "Usia kehamilan kamu tuh udah tiga puluh tujuh minggu, Ra. Duh ngeri kan kalau lahiran di jalan.""Ck, lebay," celetuk Aludra. "Dokter Ellina kan bilang kalau HPL aku dua minggu lagi, Mas. Santai aja kali.""Kan bisa maju.""Ya jangan maju," kata Aludra. Dia kemudian mengusap lagi perutnya yang buncit. "Jangan lahir dulu ya, Sayang. Mama mau nengok aunty dulu.""Iya Mama," ucap Arka.Hari ini, Aludra memang mengajak Arka ke Karawang untuk mengunjungi makam Alula. Tak membawa anak-anak, seperti biasa Aludra menitipkan Regan dan Raiden bersama Aurora juga Dewa yang sudah berkunjung lebih dulu kemarin ke makam Alula.Kemarin, terhitung delapan belas bulan sudah Alula pergi menghadap Sang Pencipta dan Aludra masih merasa semuany

  • Sebatas Pengantin Pengganti   337). Extra Chapter 8

    ***"Mas Arka buruan ih! Kok lama!"Sekali lagi Aludra yang sejak tadi menunggu di sofa dekat tangga berteriak memanggil Arka yang tak kunjung turun. Padahal, sudah hampir sepuluh menit dia menunggu suaminya turun."Iya sayang, iya. Sebentar," sahut Arka. Memakai pakaian santai, pria itu turun dengan sedikit tergesa-gesa di tangga. "Enggak sabaran banget kamu tuh ya.""Bawaan bayi," celetuk Aludra sambil mengusap perutnya yang buncit. Minggu ini terhitung tiga puluh minggu sudah usia kandungan Aludra."Ck, alasan aja.""Emang kenyataannya gitu.""Regan sama Raiden mana?""Ke mall sama Papa dan Mama.""Beneran jadi anak Oma sama Opa ya mereka tuh," kata Arka."Ya begitulah."Sejak hamil, itensitas Aludra mengasuh anak-anak memang berkurang karena Raiden dan Regan lebih sering dipegang oleh Aurora.Selain sudah tak asi lagi, Aludra juga tak boleh kelelahan selama hamil, sementara Regan dan Raiden yang sudah genap berusia dua tahun semakin lama semakin aktif."Ya udah kita berangkat seka

  • Sebatas Pengantin Pengganti   336). Extra Chapter 7

    ***"Ini kamu seriusan mau lahiran enggak sih?"Melihat sang istri yang nampak begitu tenang menghadapi proses kontraksi, pertanyaan tersebut akhirnya dilontarkan Damar yang sejak tadi setia duduk di samping Arsya.Kehamilannya sudah mencapai tiga puluh delapan minggu, sore tadi Arsya mengalami sedikit pendarahan. Segera dibawa menuju rumah sakit, dokte kandungan lain yang selama ini menangani Arsya mengatakan jika perempuan itu sudah mengalami bukaan.Ketika datang, Arsya baru mengalami bukaan dua dan sekarang setelah tiga jam berlalu—tepatnya pukul delapan, bukaan tersebut baru sampai ke angka lima.Masih ada lima lagi angka yang harus dilewati Arsya sebelum bukaan lengkap dan bayi yang selama ini dia kandung bisa lahir ke dunia."Emang kenapa?" Arsya yang sejak tadi sibuk mengatur napas sambil menikmati gelombang cinta yang cukup luar biasa, lantas mendongak dan menatap suaminya itu. "Tenang banget," celetuk Damar. "Di film-film tuh yang aku lihat, cewek mau lahiran itu biasanya n

  • Sebatas Pengantin Pengganti   335). Extra Chapter 6

    ***"Ini seriusan enggak nyadar apa gimana?"Aludra dan Arka mengernyit tak paham sambil memandang Arsya setelah pertanyaan tersebut dilontarkan perempuan tersebut."Maksudnya?" tanya Aludra."Enggak sadar apa?" tanya Arka."Nih." Arsya menunjukkan testpack yang beberapa menit lalu dipakai Aludra. Bukan testpack biasa, testpack yang dipakai adalah testpack digital yang bisa langsung menunjukkan usia kehamilan seorang ibu karena memang saat ini Aludra sedang mengandung."Ten weeks pregnant," gumam Aludra-mengeja tulisan pada testpack lalu Arka yang ikut membaca, spontan menerjemahkan."Hamil sepuluh minggu," ucap Arka.Untuk beberapa detik, sepasang suami istri tersebut bisa dibilang nge-bug, karena setelah membaca testpack baik Aludra maupun Arka saling diam."Kok pada diem sih?" tanya Arsya."Jadi maksudnya aku hamil?" tanya Aludra."Yes, Ra. Kamu hamil," kata Arsya. "Udah sepuluh minggu malah kehamilan kamu tuh.""Kok bisa?" tanya Arka. "Aludra kan baru telat datang bulan dua bulan

  • Sebatas Pengantin Pengganti   334). Extra Chapter 5

    ***"Mas mandinya udah belum, aku udah siapin sarapan tuh. Katanya mau meeting sama Papa?"Masuk ke kamar, pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra pada Arka ketika suaminya itu tak terlihat di dalam kamar."Mas!""Di wc, Ra!" teriak Arka—membuat Aludra seketika terkekeh karenanya."Oh lagi nabung, oke. Aku tunggu," kata Aludra. Melangkah masuk, dia duduk di pinggir kasur lalu merentangkan tubuhnya di sana.Tak lama berselang, Aludra menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka—menampakkan Arka yang sudah rapi dengan pakaian kantornya seperti biasa.Hampir setahun setelah kepindahannya ke Jakarta secara resmi, Arka tak lagi memegang jabatan manajer di perusahaan Dewa karena sang mertua memercayakan posisi CEO pada menantunya itu.Dan tentu saja jabatan yang dipegang Arka sekarang membuat pekerjaannya lebih sibuk dari biasa."Sakit perut aku tuh," kata Arka sambil melangkahkan kakinya mendekati Aludra yang langsung beringsut ketika Arka duduk di sampingnya."Mas. Kok kamu bau?" tanya Aludra—

  • Sebatas Pengantin Pengganti   333). Extra Chapter 4

    ***"Diem terus daritadi. Bisu ya?"Anindira menoleh ke arah Alister ketika pertanyaan tersebut dilontarkan pria itu padanya tepat setelah mereka selesai berbelanja di salah satu super market besar di kota Bandung."Enggak penting," ketus Anindira. Mendorong troli berisi belanjaan, dia berjalan menuju bagasi mobil Alister yang terparkir di bagian depan. Tanpa meminta bantuan, Anindira dengan mudah membuka bagasi lalu memasukkan beberapa kresek ke sana.Sementara Alister justru tersenyum sambil bersandar pada bagian samping mobil dengan kedua tangan yang berada di dada."Samson banget kamu tuh ya," celetuk Alister. "Penampilan anggun, tapi tenaga kaya kuli pasar.""Pulang," kata Anindira yang langsung berjalan ke sisi kiri mobil lalu masuk dan duduk di samping kursi kemudi.Sebenarnya Anindira ingin duduk di kursi belakang. Namun, sial. Semua itu tak bisa dia lakukan karena jok belakang dipenuhi beberapa pasang pakaian juga sepatu Alister yang katanya akan dipakai syuting besok pagi d

  • Sebatas Pengantin Pengganti   332). Extra Chapter 3

    ***"Akhirnya selesai juga.""Capek ya?"Damar yang baru saja menghempaskan tubuhnya ke kasur seketika menoleh—memandang Arsya yang sudah santai dengan celana joger juga sweater rajut.Rangkaian acara pernikahan—mulai dari akad hingga resepsi yang digelar hari ini akhirnya selesai, keluarga Damar dan Arsya memang menginap di salah satu vila mewah di Bandung agar privasi mereka terjaga.Rencananya besok, Damar dan Arsya pulang dari Bandung menuju bandara Soekarno hatta untuk langsung pergi berbulan madu menuju Maldives selama seminggu."Banget," kata Damar. "Gempor rasanya kaki aku berdiri berjam-jam nyalamin tamu."Arsya tersenyum lalu duduk di samping Damar. Tanpa aba-aba, dia langsung meraih lengan suaminya itu untuk memberikan sebuah pijatan."Kamu ngapain?" tanya Damar speecles. Menikahi Arsya memang rasanya seperti mimpi bagi dirinya.Selain umur Arsya yang tiga tahun lebih tua dari Damar, selama masa pacaran keduanya pun tak jarang terlibat cekcok karena perbedaan pendapat yang

  • Sebatas Pengantin Pengganti   331). Extra Chapter 2

    ***"Kok tegang ya, Ar?"Arka yang duduk tak jauh dari Damar mengukir senyuman tipis ketika ungkapan itu kembali terlontar dari mulut sahabat istrinya tersebut.Menempuh perjalanan dua jam, rombongan keluarga mempelai pria sampai di lokasi pernikahan. Tak mau membuang-buang waktu, akad nikah akan segera dilaksanakan sebelum hari menjelang siang."Bismillah," kata Arka mengingatkan."Udah, tapi tetap aja tegang," kata Damar."Tarik napas, hembuskan napas terakhir," celetuk Arka asal."Oh ok ... eh apa barusan? Hembuskan napas terakhir? Mati dong, Ar.""Bercanda.""Lagi tegang malah dibercandain.""Ya udah sih, rileks aja.""Mempelai perempuan memasuki area akad nikah."Arka dan Damar menghentikan obrolan mereka setelah suara sang pembawa acara terdengar dari pengeras suara—disusul suara gamelan yang mengiring kedatangan Arsya bersama Aludra juga Anindira.Memakai adat sunda, perempuan berwajah blasteran itu nampak cantik dengan siger juga kebaya putih yang dia pakai.Manglingi. Begitu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status