Share

191). Bukan Tolak Ukur

***

"Dua suap lagi?"

Aludra menggeleng ketika Damar menyodorkan sesendok nasi goreng padanya karena memang kali ini dia benar-benar sudah tak sanggup menghabiskan nasi goreng yang dibeli sahabatnya itu.

"Enggak mau, kenyang," ucap Aludra.

"Kok kenyang? Biasanya juga habis," ucap Damar. Dia kemudian mengangkat sendok yang dia pegang lalu meliuk-liukannya seperti pesawat. "Kapal terbang mau masuk, buka mulutnya, aaaaa."

Bukannya membuka mulut, Aludra justru terkekeh menerima perlakuan Damar yang selalu menganggapnya seperti anak kecil.

"Damar apaan sih?" tanya Aludra.

"Buka guanya," kata Damar.

"Kenyang," ucap Aludra.

"Enggak ada kenyang, ayo buka Rara. Bayi kamu butuh makan," ucap Damar—masih berusaha membujuk hingga ucapan Arka yang sejak tadi duduk kembali di sofa single, membuat Damar menurunkan sendoknya.

"Aludra bilang, dia kenyang. Enggak usah dipaksa."

Damar mendelik. Tanpa menoleh pada Arka, dia bertanya pada Aludra. "Ra, kamu denger ada yang ngomong enggak?" tanyanya. "Aku kay
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
hadeh arka arka kenapa kamu jadi cowok pengecut sekarang
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
emang bener kata damar umur itu gak bisa jadi tolak ukur kedewasaan manusia noh contoh nya arka
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
baiknya damar emang gak ada lawan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status