Share

Kebencian yang Nahas

Author: Naomi Fa
last update Last Updated: 2021-03-21 18:08:59

Semenjak kejadian di pemakaman itu, Nia merasa takut untuk bertemu dengan Elsie. Meskipun hubungannya dengan sangat dekat sedari kecil ..., tidak, justru karena hubungannya dekat sejak kecil, Nia menjadi tahu —dengan sangat jelas— seperti apa sifat pemarah Elsie. 

Tak perlu Elsie, Nia pun juga akan kesal jika berada di posisi temannya saat itu. Terlebih temannya memiliki harga diri yang cukup tinggi, dan ketika dia menjadikan Alvan sebagai kekasih palsunya, sebenarnya dia sedang melindungi harga dirinya dari Eizel yang merupakan pesaingnya. Namun sayang sekali, Alvan mengacaukan segalanya. Bahkan Nia —yang melihat kejadian itu secara langsung— tidak berhenti-hentinya mengangakan mulutnya, lantaran peristiwa itu lebih menyerupai tragedi, alih-alih hanya kesalahan semata.

"Bagaimana ini? Haruskah aku menghubunginya? Namun bagaimana jika dia meneriakiku sebagai gantinya?" gumamnya.

Lalu selagi matanya melirik ke arah meja asistennya, ia menghela napas dan menyandarkan punggungnya yang terasa berat ke sandaran kursi kerjanya.

"Aku akan membiarkannya sehari lebih lama lagi. Besok aku pasti akan menghubunginya." dalihnya yang selalu berkata 'besok', tanpa ia memiliki nyali untuk melakukannya saat ini juga. 

Di tengah keheningan itu, ponselnya berbunyi, dan —betapa sangat terkejutnya dirinya— ketika ia melihat layar ponselnya, Nia melihat nama Elsie tercantum di sana. Perasaan cemas mulai menyerebak di dalam dirinya. Di dalam pikirannya, ia pun mulai berpikir 'bagaimana jika Elsie akan mencurahkan kemarahannya di panggilan telepon ini?'. Hingga setelah menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan sekarang, ia pun menjawab telepon Elsie.

"Halo?" ucap Nia hati-hati.

Tanpa menanggapinya, Elsie langsung masuk ke topik utama dan berbicara dengan dingin. "Mari kita bertemu."

Sore hari yang seharusnya menjadi waktu paling mambahagiakan baginya untuk berkemas pulang ke rumah, hari itu Elsie merasakan ada getaran gelisah di dalam perutnya.

Sepanjang perjalanannya menuju ke lokasi yang disebutkan Elsie, Nia merasakan kegugupan yang sangat jarang dirasakannya. Bahkan ketika ia sudah berada di lokasi, perlu baginya untuk mengumpulkan segenap energi keberanian agar dapat melangkah keluar. 

Namun karena ia merasa perlu untuk menghadapi situasi, apapun resikonya, Nia akhirnya menghampiri Elsie dan duduk di kursi yang ada di hadapannya.

Tidak seperti dugaannya, Elsie terlihat terlalu diam. Dia bahkan tidak menunjukkan reaksi apapun atas kedatangannya, selain menatap kosong ke arah luar toko dan melamun. Namun dari ekspresi yang ditunjukkannya, Nia menjadi yakin kalau ada sebuah emosi kompleks yang yang jauh lebih serius daripada hanya sebuah kekesalan belaka, yang ia harapkan tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian pemakaman beberapa hari silam. 

"Elsie?" panggilnya.

"Nia, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?" tanyanya dengan nada yang lesu. 

Nia adalah seorang yang setia kawan. Baginya tidak ada sesuatu apapun yang tidak dapat ia lakukan bagi sahabatnya. Jadi ketika Elsie menantangnya dengan bertanya begitu, ia dengan yakin menjawab, "Tentu saja. Katakan padaku, apa yang kau mau aku lakukan untukmu?"

Setelah terus menerus menatap ke arah lain, Elsie akhirnya memalingkan wajahnya dan memandang ke arahnya dengan wajah yang sangat serius. "Pecat pria itu dari pekerjaan menjadi asistenmu."

Kini setelah mendengar keinginan sahabatnya, Nia mulai merasa ragu dengan keyakinannya yang semula, karena ia tahu betapa kerasnya Alvan bekerja untuk dirinya selama ini.

Ia tahu, Alvan sudah melakukan kesalahan besar kemarin. Nia juga mengerti betapa malunya Elsie hari itu lantaran tindakan Alvan padanya. Namun tetap saja Nia merasa hukuman ini terlalu berat untuk Alvan.

Rupanya kebimbangannya ini terendus oleh Elsie, yang melihat seluruh isi pikirannya dari matanya. Dengan mata yang masih menatapnya dingin, dia menanyakan hal yang sangat sulit untuk ia jawab, "Kenapa? Kau tidak bisa? Meskipun aku sahabatmu, kau tidak bisa memenuhi satu keinginanku ini saja?"

Karena dia sudah mengetahuinya, Nia pun akhirnya berhenti menutupi keraguannya dan menghela napasnya keras-keras. "Elsie, kau tahu, dia adalah tulang punggung keluarganya. Karena itulah aku merasa kasihan padanya dan memilihnya menjadi asistenku dibandingkan orang lain."

"Aku sudah tahu. Aku tidak akan pernah menyuruhmu, tanpa sebuah persiapan."

"Sebenci itukah kau padanya? Ya, kau bisa mendendam padanya, tapi bagaimana dengan keluarganya?"

"Aku yang akan mengurusnya, kau hanya perlu memecatnya, itu saja." ucap Elsie sambil menghisap tehnya yang sudah mendingin di atas meja. 

"Baiklah. Andaikan aku memecatnya, lalu apa yang akan kau lakukan setelahnya? Kau akan melihat kesengsaraannya dari jauh dan menikmati balas dendammu?"

"Nia."

Rupanya ia sudah terlalu banyak bicara dan membuatnya merasa kesal, hingga kini Elsie sedikit membentaknya. Namun dengan nada yang perlahan, Elsie kembali menyelesaikan ucapannya. "Kau tidak perlu khawatir dengan semua hal itu, karena aku merencanakan ini hanya agar dapat sedikit mendesaknya. Begitu saja."

"Mendesak?" Nia akhirnya menyadari kalau arah pembicaraan yang ia pikirkan dan apa yang Elsie maksudkan, sangatlah berbeda. "Apa maksudmu?"

Seolah sebuah monster keluar darinya, Elsie menunjukkan seringai yang membuat bulu kuduknya langsung berdiri. "Aku ingin menjadikannya suamiku."

Entah ini adalah kebencian yang menjadi cinta, ia tak mengerti kenapa temannya tiba-tiba menginginkan Alvan menjadi suaminya setelah semua yang terjadi hari itu. "Kau menyukainya?"

"Tidak." tegasnya yang Nia tahu kalau ucapannya sungguh benar dan tidak ada kebohongan dalam perkataannya. "Aku membencinya."

"Kalau kau membencinya, kenapa kau menginginkannya menjadi suamimu?" tanyanya yang mungkin akan juga ditanyakan orang lain jika mendengar pernyataan semacam ini. 

"Karena aku membencinya." Sebuah luka tampak mengapung di permukaan mata Elsie, yang membuatnya tak bisa berkata apa-apa. "Karena aku tak mau lemah di depan sebuah hubungan. Aku menginginkan seorang suami yang dapat kubenci seumur hidup."

Mendengar alasannya, Nia menjadi tak kuasa lagi untuk berkata-kata. 

"Apakah aku salah?" tanya Elsie, begitu melihatnya bungkam.

"Tidak. Hanya saja aku tidak mau kau berakhir tidak bahagia karena luka yang kau miliki."

Elsie memaksakan sebuah senyum dan mencoba terlihat kuat seperti biasa. "Justru sebaliknya. Aku akan bahagia karena luka yang kumiliki. Aku belajar dari luka ini dan tidak akan terluka lagi untuk kedua kalinya."

"Kuharap begitu." 

Mendadak suasana mereka terlalu sepi dan menyedihkan, berbeda jauh dari kesan kemarahan yang ia rasakan ketika sampai di tempat ini. Mungkin karena luka ini. 

"Jika kau berkata ingin mendesaknya, apakah itu artinya dia menolak?"

Elsie mengangguk. "Tentu. Jika dia langsung menerimanya, dia pasti tidak normal."

"Berarti dia mata duitan." lanjutnya.

Lalu Elsie menambahkan ucapannya. "Lalu aku pasti akan membatalkan lamaranku sesegera mungkin. Aku harus menghindari laki-laki yang mencintai harta."

"Jika itu kriteriamu, maka kau sudah memilih pria yang tepat."

"Benarkah?"

"Namun bagaimana jika dia tetap terus menolakmu? Bukankah kau harus menyerah dan mencari pria lain?"

"Tidak. Dia tidak akan selamanya menolakku. Aku pasti akan menciptakan situasi yang tepat agar dia menerimaku. Aku akan memaksanya."

Selagi mereka bersama-sama menatap jalanan, Nia terkekeh membayangkan situasi Alvan. "Tiba-tiba aku merasa sedikit iba padanya. Jika tahu akan menjadi seperti ini, seharusnya aku memperlakukannya lebih baik, dulu."

...****************...

Related chapters

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Tumbal Pernikahan

    Semenjak pertemuannya dengan wanita itu, Alvan merasa ada yang janggal dalam kehidupannya.Manajer toko yang sebelumnya berjanji hendak memperpanjang kontrak kerjanya, mendadak berubah pikiran dan membatalkan perpanjangannya.Lalu ditengah persoalan itu, Profesor Nia memperlakukannya dengan baik, bahkan sangat baik. Seolah dia hendak memberikan kesan baik sebelum mengucapkan salam perpisahan dan memecatnya.Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa mendadak kehidupannya yang stabil berubah menjadi seperti ini?Alvan yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Profesor Nia yang mungkin mengetahui penyebab kondisi ini melebihi dirinya."Profesor, apakah aku akan segera dipecat?" tanyanya di tengah mereka menyantap makan siang bersama.Profesor Nia nyaris tersedak ketika mendengar pertanyaannya, lalu menatap makanannya dan bergumam, "Maaf.""Kenapa? Apakah kinerja saya kurang bai

    Last Updated : 2021-03-23
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Budak yang Terpilih

    Tanpa diduga, ternyata peristiwa meninggalnya kakeknya tidak membawa dampak yang sangat besar seperti perkiraannya selama ini. Rupanya minimnya tugas direktur utamalah yang menjadi salah satu alasan mengapa kondisi perusahaan tak banyak berubah sepeninggalannya.Namun meskipun begitu, Elsie tidak menyangkal kalau topik 'penerus' saat ini masih gencar terdengar di antara karyawannya. Bahkan di antara para petinggi, ia bisa merasakan kebimbangan mereka yang terus merubah suara dukungan mereka. Hingga Elsie tidak bisa lagi menghitung seberapa banyak pendukungnya."Jika begini, warisan itu akan jatuh ke tangan Eizel." ucapnya dengan menyebutkan nama, lantaran ia tak ingin menganggapnya sebagai saudaranya. Baginya pria itu hanyalah lintah penghisap."Tak perlu khawatir. Kita bisa masih bisa menahan rapat pemegang saham, hingga pria itu menghubungi Anda." Sekretarisnya mencoba meyakinkannya."Sudah berapa lama? Sudah berapa lama sejak ke

    Last Updated : 2021-03-26
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Pangeran yang Pria Itu Akan Nikahi

    Setelah kedua pihak menyetujui perjanjian mereka dan bersumpah akan menepatinya, Elsie langsung memboyong Alvan ke sebuah butik pakaian yang tampak megah. Di sana, seperti anak hilang, tiba-tiba saja Alvan diarahkan ke ruangan ganti yang besar dan di sodorkan dengan banyak setelan pakaian, hingga ia tak ingat berapa banyak pakaian yang ia coba. Hanya kata "tidak", yang menjadi satu-satunya ingatannya, lantaran terus-menerus diucapkan Elsie sebagai tanda ia harus kembali ke ruang ganti."Bagaimana jika kita pilih saja satu dari semua yang sudah kita coba?" bantah Alvan ketika ia sudah merasa teralu lelah untuk harus bolak-balik dari ruang ganti ke ruang tunggu.Namun dengan wajah yang dingin, Elsie menunjukkan ketidaksetujuannya. "Sepanjang aku melihat, aku belum menemukan satu pun yang bagus."Alvan mengambil satu setelan berwarna merah tua yang berada di gantungan, lalu menunjukkannya pada Elsie. "Ini bagus.""Tidak. Menurutku itu kurang terlihat menonjol."

    Last Updated : 2021-03-27
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Haruskah Kunikahi Saja Saudara Angkatku?!

    Akhirnya tujuannya tercapai. Setelah menghabiskan tenaganya untuk berkeliling dan menyambut para tamu undangar, Elsie berhasil menyebarkan kabar pernikahannya.Banyak dari para pemegang saham yang mulai memihaknya, bahkan tak sedikit dari pihak saingannya yang mulai bersatu dengannya. Semua ini harus ia lakukan demi warisan itu. Ia akan segera menikahi Alvan dan mendapatkan semua harta warisan keluarganya."Kau senang?" tanya Alvan padanya setelah menyadari wajahnya tampak berseri-seri, meskipun kakinya menjerit kelelahan. "Kau tersenyum begitu lebar."Elsie menatap Alvan cukup lama dan melihat bagaimana pria itu mulai memperlakukannya tidak formal."Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya bingung."Kau berbicara dengan informal."Mendadak air muka Alvan berubah dan kini dia terlihat lebih sopan seperti dirinya ketika pertama kali menyetujui perjanjian ini. "Maafkan aku.""Tidak. Tidak masalah." Elsie menggeleng dan men

    Last Updated : 2021-03-28
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Sesama Pendosa

    Begitu tiba di rumahnya, Eizel langsung menghancurkan semua benda yang ada di hadapannya. Dimulai dengan vas bunga, lalu hiasan meja yang terbuat dari kaca, hingga pajangan fotonya, semua mulai hancur satu per satu.Meskipun ia mencoba melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di rumah tersebut, api di dalam dirinya tak juga kunjung pudar. Justru emosinya semakin membesar, seolah ia menuangkan bensin ke atasnya.Ddrrtt ..., drrrtt ...Ponselnya berbunyi di saat yang tidak diinginkannya."Halo.""Halo." Suara Direktur Johan terdengar begitu sangat jelas di telepon. "Kau baik-baik saja? Kenapa pulang sebelum pestanya selesai?"Eizel melepaskan jasnya yang masih melekat pada tubuhnya, lalu melonggarkan dasinya yang terasa menekik dirinya. "Aku sedang tidak enak badan.""Ah, begitu. Sayang sekali. Padahal ini saat yang tepat untuk memperlihatkan diri ke dewan direksi."Dewan direksi, pemegang saham, warisan, masa

    Last Updated : 2021-03-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Diriku dalam Dunia Kanvas

    Sudah puluhan kali ia bertemu dengan para petinggi pemerintah, sudah ratusan kali ia bertatapan langsung dengan investor besar, dan tak terbilang jumlahnya Elsie bertemu orang terkemuka. Namun untuk pertama kali dalam hidupnya, ia bertemu dengan calon mertuanya. Meskipun pada awalnya ia tak merasa tak perlu menghakhawatirkan kondisi ini, tapi saat ia sudah di depan pintunya, ia merasa gugup juga.Tarik napas, keluarkan.Lalu ia mencengkram erat-erat buket bunganya dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu.Tak lama kemudian, pintu pun terbuka, dan meskipun mereka belum pernah bertemu, tapi wanita yang membukakannya pintu itu tidak menanyakan identitasnya. Seakan dia tahu siapa dirinya dan alasannya berada di sana."Silakan masuk." ajaknya sambil menuntun Elsie ke sebuah ruangan kecil yang berisikan ruang makan, ruang tamu dan ruang keluarga, sekaligus."Kau sudah datang?" Seorang wanita berkepala lima muncul dan tersenyum sangat ramah

    Last Updated : 2021-03-30
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Bellagaphone!

    Sudah ia duga, nama perusahaan keluarga Elsie cukup membuat ibunya terguncang. Bahkan ibunya yang tidak terlalu mengenal dunia bisnis saja, dia bisa tahu betapa besarnya perusahaan ini. Namun sangkanya, ibu dan adiknya akan merasa senang mendengar siapa bakal istrinya, seperti orang-orang pada umumnya. Tak pernah ia duga, mereka justru menjadi khawatir dan meragukan hubungan mereka."Benarkah Elsie adalah pewaris grup perusahaan itu?" tanya ibunya dengan suara yang terdengar sedikit panik."Ya. Dia cucu kandung satu-satunya keluarga itu." Meskipun Alvan belum terlalu mengerti mengenai keluarganya, setidaknya ia tahu informasi sederhana itu.Mendadak adiknya yang terus terdiam melihat ponsel, berteriak histeris sambil menunjukkan layar ponselnya pada ibunya, "Lihatlah, ibu! Luar biasa! Ternyata dia sangat populer di internet."Lalu tanpa melihat suasana tegang yang terbangun di meja makan itu, adiknya terus memuja Elsie dan menyombongkan pertem

    Last Updated : 2021-04-04
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kejapan yang Penuh Kesalahan

    Baru ia selesai berkeliling beberapa tempat dan hendak meletakkan kepalanya dengan nyaman di sofa, mendadak berita kehadiran seseorang membuatnya bangkit terduduk."Siapa?" tanyanya ulang atas berita yang tak pernah ia duga."Ibu Alvan." jawab Anna sambil mengulang kembali berita yang dia dengar dari meja resepsionis. "Ibu Alvan menunggu Anda di ruang tunggu. Apa yang harus saya lakukan?"Tak hanya bangkit terduduk, kini ia sudah berdiri tegap dengan panik. Elsie berjalan kian kemari dalam perasaan cemas, lalu memberikan instruksi darurat. "Katakan bahwa aku sedang melakukan urusan penting. Suruh dia menunggu.""Baik." Dengan sigap, Anna meneruskan instruksinya, lalu bersiap untuk perintah selanjutnya.Tanpa berlambat-lambat, Elsie segera menghubungi putra dari calon ibu mertuanya. Hingga sambil menunggu pria itu menerima panggilannya, ia mengetuk-ngetuk lantai dengan kakinya sesuai nada sambung yang terdengar."Halo?""Halo." jawabnya

    Last Updated : 2021-04-05

Latest chapter

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Epilog

    Nia, Elsie dan Alvan naik ke panggung untuk foto bersama kedua mempelai.Namun entah hanya perasaanya saja atau memang seperti itu adanya, Nia merasakan ada yang ganjal dengan hubungan Nia dan Alvan. Memang ia tahu kalau mereka berdua berpandangan dengan tidak ramah di ruang pengantin, tapi ia tidak menyangka kalau masalah itu akan bertahan hingga acara pernikahan hampir selesai.Kini acara yang tersisa adalah pelemparan bunga.Semua orang bersiap di posisi dan Nia pun sedikit menyingkir ke sisi panggung untuk memberi Elsie ruang untuk dapat menangkap bunga.Satu. Dua. Tiga.Bunga pun terlempar dengan sangat anggun, tapi semakin dilihat, ada yang aneh dengan arah pelemparan bunga. Hingga tiba-tiba bunga itu mendekatinya dan jatuh di tangannya.Sontak hal tidak terduga itu membuat semua orang gempar dan bingung.Merasa dia bukan seharusnya yang berhak menerima bunga itu, Nia menatap Elsie yang seharusnya m

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kelelahan [Kebahagiaan] Yang Tidak Berakhir

    Ketika matahari mulai bergerak turun dan perlahan berjalan meninggalkan langit yang terang. Elsie duduk seorang diri di salah satu bangku rumah makan yang dibawah naungan perusahaannya, sambil menatap semburat warna jingga yang memenuhi langit. Sudah beberapa hari ia menetapkan untuk lembur beberapa hari di kantornya dan kini ia akhirnya keluar dari persembunyian setelah ia mengurung diri di dalam tembok kantornya. Semua ini karena bunga itu. Sungguh bunga yang sial. Bersamaan dengan kemarahannya yang kembali bangkit dari dalam hatinya, seorang pria yang ia benci selama beberapa hari ini malah muncul di depan wajahnya. Tidak perlu ditanya, Elsie pasti merasa marah. Dia sangat kesal hingga ketika Alvan mengambil duduk di depannya, ia berpaling ke arah lain seperti anak kecil. Namun masalahnya, ia tidak bisa menerima kekalahannya. Terlebih itu lantaran sebuah bunga sial yang malah terbang ke tempat yang salah. "Kenapa tidak pulang se

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Takdir Mereka Yang Melayang Di Udara

    Di tengah hiruk pikuk pernikahan yang meriah, Alvan dan Elsie duduk berdampingan dengan suasana kesenyapan yang mencekam layaknya yang terjadi pada pasangan yang sedang bertengkar.Hal ini dimulai lantaran Elsie melihat bagaimana Eizel sangat menyukai Anna dan tidak ragu-ragu dalam melangsungkan pernikahannya. Perasaan irinya itu pun ia sampaikan kepada Alvan, yang meskipun tampak tidak tergerak sedikitpun setelah mendengarkannya, tapi sejak mendengar Elsie menceritakannya, perlahan ia mulai mempertimbangkannya hal disebut dengan pernikahan.Namun Elsie yang tidak sabaran, merasa kode halusnya itu tidak akan mempan untu Alvan yang pada pandangannya tidak sensitif, sehingga Elsie dengan memberanikan diri mengatakan secara gamblang pada Alvan tentang keinginannya untuk menikah.Apakah itu salah? Tentu tidak. Terlebih Alvan tahu seberapa sulitnya bagi Elsie untuk memulai pembicaraan tentang pernikahan lebih dulu, dengan posisinya sebagai wanita. Itu adalah ke

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Keuntungan Menjadi Rekan Hidupku

    Alih-alih menunggu Anna di pelaminan dan melihat dari kejauhan calon istrinya yang berjalan seorang diri menghampirinya, Eizel memilih untuk berjalan bersama istrinya menuju ke pelaminan.Dengan menggandeng wanita yang dicintainya, ia mengumbar senyum yang sangat lebar nan bahagia. Lalu dengan mata yang saling berkaitan dengan Anna, ia menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya sangat beruntung memiliki wanita ini sebagai teman hidupnya.Hingga setiba mereka di pelaminan, mereka menjalani seluruh prosesi pernikahan dan dipenghujung acara, sang pembawa acara menyatakan bahwa mereka sudah resmi menjadi suami istri.Seketika ruang pernikahan itu menjadi amat riuh. Para tamu bertepuk tangan dan tak sedikit yang memberi sorakan atas status baru mereka.Di tengah kebahagiaan yang bertaburan seperti confetti, Eizel menatap langit-langit dengan tercengang.Hidup itu sebuah misteri...****************...~Du

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Perhatianmu Dan Cinta Dariku

    Dengan gaun yang indah yang Nia kenakan di acara pernikahan, ia berjalan tergopoh-gopoh menuju ruang tunggu pengantin. Semua ini adalah salah dari dirinya yang bangun terlambat.Kemarin malam, usai mengatakan salam tidurnya, Nia lupa menyalakan alarm. Hingga, akibat dari perbuatannya, mereka pun jadi bangun terlambat. Hanya untung saja, pengantin wanita sudah bangun lebih dulu dan langsung pergi ke tempat di mana dia akan di rias.Namun di mana kawannya yang satu lagi, kalau tidak salah dia yang bertanggung jawwab dengan bunga buketnya. Lantaran dia menyekap bunga itu sejak pagi, yang katanya itu dia lakukan untuk dapat terhubung dengan bunga. Sehingga ketika pengantin wanita melemparkan bunganya nanti, dia dapat menangkapnya dan segera menikah.Baru dia pikirkan, suara temannya itu sudah terdengar dari kejauhan, meskipun di lobi itu sudah dipenuhi oleh tamu yang berbicara sendiri layaknya suara lebah."Nia."Dengan gaun merah men

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Malam Bagi Para Pemilik Perut Kosong

    ~Lima bulan Kemudian."Untuk pernikahan besok. Bersulang.""Bersulang.""Bersulang."Tiga wanita itu pun saling menyatukan kaleng soda mereka, hingga berbunyi suara 'ting' dari permukaan kaleng mereka yang saling bersentuhan.Namun ketika mereka hendak meminumnya bersama, Elsie langsung mengurungkan niatnya dan meletakkan soda itu dengan tatapan sia-sia."Kenapa?" tanya Nia pada Elsie yang tampak kesal lantaran tidak dapat meminum sodanya.Selagi melihat tubuhnya, ia pun mengeluhkan lemaknya yang bertumbuh pesat. "Akhir-akhir ini berat badanku banyak naik. Jadi aku tidak bisa meminum ini dan membuat gaunku kekecilan."Mendengar alasan Elsie, membuat Anna dan Nia menghentikan aktivitas mereka. Hingga satu per satu mulai meletakkan kaleng sodanya."Benar juga." gumam Anna dengan menatap sedih minuman soda itu.Seusai kaleng soda, kini mata mereka tertuju pada makanan melimpah yang ditaruh di

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Hampir Saja Kekasihku Menjadi Kekasih Orang Lain

    "Kau sudah sampai kantor?" tanya Eizel pada Anna, setelah mereka berhasil masuk ke dalam kantor Direktur Eizel yang berdekatan dengan kantor direktur utama. "Kapan? Aku tidak melihat tasmu ketika datang ke kantor Elsie?""Sudah dari tadi." Anna tersenyum getir dan dia mengungkapkan fakta yang terjadi tadi pagi saat ia datang ke kantor. "Sebenarnya aku sudah sampai di kantor satu jam yang lalu."Mendengar kata satu jam, membuat Direktur Eizel mendelik tidak percaya. Namun memang begitulah faktanya, ia sama sekali tidak mengubah kebenaran yang ada. "Jika memang satu jam yang lalu, kenapa aku tidak melihatmu saat datang tadi? Bahkan aku tidak melihat tasmu di meja.""Itu, itu." Dengan terbata-bata Anna mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya tadi terjadi. "Saat aku datang, ternyata di dalam sudah ada Direktur Elsie dan Alvan di ruangan. Lalu karena tak ingin aku mengganggu mereka, Direktur Elsie menyuruhku untuk pergi berjalan-jalan selama beberapa menit. Jadi itul

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Alur Kehidupan

    Kenapa dari semua hal, peribahasa menggambarkan keterkejutan dengan 'sambaran petir'? Dulu Eizel sering mempertanyakannya. Namun pagi ini akhirnya ia pun tahu dengan sendirinya, betapa sangat mengejutkannya petir.Dari awal ke kantor, Eizel tidak mendapatkan firasat apapun. Hingga ketika ia hendak menyerahkan beberapa dokumen untuk di tinjau ulang oleh Elsie, ia merasa baru saja melihat adegan yang tidak pantas di ruangan wanita itu.Eizel melihat sepasang kekasih yang sedang menjalin asmara dengan berbicara manja satu sama lain. Ada kalanya Elsie mendadak mejaruk dan bersikap seolah akan mengakhiri hubungan, tapi dengan sikap yang sama kekanak-kanakannya, Alvan meredakan kekesalannya dan dua orang yang sedang kasmaran itu kembali mesra dengan berpelukan satu sama lain.Hingga karena ia berdiri mematung di depan pintu dalam jangka waktu yang cukup lama, pria dan wanita itu pun menyadari kehadirannya dan tersenyum lebar."Selamat pagi."

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Sekali Lagi Dan Terakhir Kalinya

    Sesuai janjinya, Alvan akan mendatangi Elsie untuk menyatakan perasaannya untuk terakhir kalinya. Namun lantaran selama beberapa hari ini Elsie tidak datang ke kantornya, Eizel —selaku orang yang membantunya—, dia memberikan alamat rumah Elsie padanya.Ternyata lokasi rumah Elsie tidak jauh dari kantor, dan begitu sampai di sana, Alvan tidak melihat tempat tinggal Elsie sebagai sebuah rumah, melainkan sebuah istana. Sangat besar dan megah. Namun apakah wanita itu tidak kesepian, tinggal di rumah sebesar itu untuk dirinya.Setelah membunyikan bel berkali-kali dan tidak mendapat tanggapan, serta menyadari tidak adanya satu mobil kesukaan wanita itu di halaman parkirannya. Alvan pun mengerti kalau wanita itu kini sedang tidak ada di rumah.Jadi dengan sabar dan jantung berdebar, Alvan menunggu wanita itu di depan rumahnya yang ternyata memakan waktu yang cukup lama.Hingga perlahan hari menjadi semakin malam, dan ketika jam menunjukkan bahwa hari

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status