Share

Budak yang Terpilih

Author: Naomi Fa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tanpa diduga, ternyata peristiwa meninggalnya kakeknya tidak membawa dampak yang sangat besar seperti perkiraannya selama ini. Rupanya minimnya tugas direktur utamalah yang menjadi salah satu alasan mengapa kondisi perusahaan tak banyak berubah sepeninggalannya. 

Namun meskipun begitu, Elsie tidak menyangkal kalau topik 'penerus' saat ini masih gencar terdengar di antara karyawannya. Bahkan di antara para petinggi, ia bisa merasakan kebimbangan mereka yang terus merubah suara dukungan mereka. Hingga Elsie tidak bisa lagi menghitung seberapa banyak pendukungnya. 

"Jika begini, warisan itu akan jatuh ke tangan Eizel." ucapnya dengan menyebutkan nama, lantaran ia tak ingin menganggapnya sebagai saudaranya. Baginya pria itu hanyalah lintah penghisap. 

"Tak perlu khawatir. Kita bisa masih bisa menahan rapat pemegang saham, hingga pria itu menghubungi Anda." Sekretarisnya mencoba meyakinkannya. 

"Sudah berapa lama? Sudah berapa lama sejak keputusan pembatalan perpanjangan kontraknya?" tanyanya yang mulai melupakan hari, karena pekerjaan-pekerjaan yang menyibukkannya.

"Hampir sebulan."

Elsie menatap ke arah luar kaca mobilnya dan melihat sekilas gedung-gedung yang mereka lewati sepanjang perjalanan. "Itu artinya sebentar lagi kontraknya akan segera berakhir. Dia tidak memiliki pekerjaan lagi."

"Ya. Kurang lebih, tujuh hari lagi."

Dalam frustasi, Elsie mengepalkan kedua tangannya dan menggertakkan giginya, "Namun tetap saja, ini lebih lama daripada dugaanku. Kukira dia akan menghubungiku seminggu setelah pemberitahuan pembatalan kontrak itu."

"Itu sudah terlihat dari awal. Dia bukan orang yang mudah menyerah begitu saja."

"Tapi tetap saja, tiga minggu itu sudah keterlaluan."

"Kalau begitu, bagaimana jika kita mencari penggantinya? Seorang pria yang lebih mudah dibanding dirinya."

Tidak setuju dengan pendapatnya, Elsie langsung melancarkan mata bulatnya dan memelototinya dengan sorot mata mengerikan. "Pria yang terlalu mudah justru lebih mencurigakan. Itu artinya dia mendekatiku dengan maksud dan akan menjadi merepotkan kedepannya. Pria yang normal pasti akan mempertimbangkannya lebih dulu."

"Namun bukankah jika Alvan menyetujui pernikahan ini, dia juga mendekati Anda dengan maksud?"

Elsie mengangguk setuju pada pendapat Anna. "Ya, tapi bagiku yang terpenting dia tidak akan merebut hartaku. Itu saja. Aku tak peduli dengan 'maksud lain' dia mendekatiku."

Walaupun tak sepenuhnya setuju, Anna tidak menunjukkan pertentangannya dan hanya terdiam mengikuti keputusan Elsie.

"Sebentar. Nia tidak akan menusukku dari belakang, kan? Dari pembicaraan terakhir kali, sepertinya dia kurang setuju jika aku sedikit mendesaknya." Kecurigaan demi kecurigaan pun mulai muncul. "Coba hubungi dia."

Seperti perintahnya, Anna menghubungi Nia.

Setelah beberapa nada sambung, suara Nia terdengar di telepon. "Halo?"

"Nia?" Elsie menyambar ponselnya dari tangan sekretarisnya, lalu menempelkannya pada telinga. 

"Maafkan aku, aku sangat sibuk akhir-akhir ini. Jadi langsung saja, ada urusan apa? Aku cukup tahu kalau kau sangat sibuk, hingga sangat mustahil untuk menghubungiku tanpa ada tujuan." ucap Nia di ujung telepon.

"Begini. Ini mengenai Alvan. Apakah kau sudah memecatnya?" tanyanya. "Jangan tersinggung, aku hanya ingin meyakinkan saja."

"Tentu." tegas Nia sangat yakin, yang terdengar sangat jelas meskipun berada di ujung telepon lainnya. "Ada apa? Dia masih belum menghubungimu?"

"Ya." jawab Elsie yang kelewatan jelas rasa frustasinya. "Ini sudah tiga minggu dan dia masih belum menunjukkan tanda apapun. Sampai kapan aku harus menunggunya? Bagaimana jika warisan itu sudah jauh ke tangan Eizel sebelum dia menyetujuinya. Pertarungan selalu berbicara tentang ketepatan waktu."

"Benarkah? Padahal terakhir kali aku sudah mencoba meyakinkannya untuk menghubungimu. Tak kusangka dia masih mempertimbangkannya hingga hari ini? Lalu apa tindakanmu selanjutnya?"

Elsie tak ingin menjadi jahat. Namun dengan situasi yang diluar kendali seperti ini, rupanya ia tak bisa terus membiarkan dirinya menjadi lembek. Secepatnya ia harus bertindak.

Napas berat keluar dari hidungnya dan ia kini meneguhkan hatinya agar tidak goyah. "Aku akan menjadi jahat. Aku akan mendesaknya lebih keras lagi, hingga dia tak memiliki pertimbangan lain lagi."

Dari suaranya, Elsie terdengar mencoba untuk meminta belas kasihannya dan membatalkan maksudnya. "Haruskah kau melakukannya? Dia pasti akan segera menghubungimu. Aku yakin itu."

"Masalahnya aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."

Seperti Anna, Nia mempertanyakan hal yang sama. "Bagaimana jika kita mengubah targetmu? Kita mencari pria lain yang baik dan lebih mudah darinya."

"Tidak."

Seumur hidupnya, Elsie tidak pernah mengubah targetnya. Ia akan mengejar keinginannya hingga mendapatkannya, dan ia tak pernah gagal. Mengubah target, sama saja dengan mendeklarasikan kekalahannya.

"Aku mau pria itu."

"Tapi ...,"

"Tadi kau bilang, kau sibuk. Kalau begitu, aku tutup teleponnya sekarang."

Tanpa menunggu balasan dari temannya, Elsie memutus teleponnya dan menyerahkannya kembali pada sekretarisnya.

"Apakah Profesor Nia sudah menghentikannya?" tanya sekretarisnya begitu dia menerima ponsel miliknya.

"Ya. Nia sudah memecatnya. Dia bahkan menyuruhnya untuk segera menghubungiku." 

"Namun kenapa dia belum menghubungi kita?"

Elsie hanya terdiam, karena ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia tak pernah bertemu dengan seorang yang berpendirian teguh seperti ini dan ia tak bisa menyerah di tengah jalan.

"Haruskah kita membuat sedikit masalah lain?" tanyanya pada Anna.

"Direktur." seru Anna yang tampak menggila, lantaran bekerja pada orang yang memiliki harga diri tinggi seperti dirinya. "Kurasa kita harus menyerah. Meskipun kita bekerja di bisnis, kita harus tetap memiliki hati nurani. Dia seorang punggung keluarga, bagaimana kita bisa mendesaknya lagi?"

Tak ia sangka, ternyata Anna —yang selalu berhati dingin— lebih berperasaan dibandingkan dirinya. Elsie-lah satu-satunya manusia di sana yang berdarah dingin dengan semua keputusan sadis yang dimilikinya. 

"Justru karena itulah aku mempertimbangkannya lebih dalam. Keluarganya adalah kelemahan terbesarnya, dan jika kelemahan itu disertai dengan perasaan emosional, dia akan menjadi budak paling setia." Suara Elsie semakin memelan dan kini ia berbisik dengan sangat mengerikan, hingga telinganya sendiri tak tahan mendengar ucapannya. "Karena itu aku sangat menginginkannya."

Kini tak ada yang bisa menghentikannya, bahkan nuraninya pun mengibarkan bendera putih atas keserakahannya terhadap harta warisan. Tanpa menyadari dirinya menjadi dingin dan semakin dingin, sampai ia tak bisa tahu apa itu dingin. Karena dirinyalah kebekuan itu.

Suasana mobil menjadi amat sepi dan semua orang terdiam dalam pikirannya masing-masing. Hingga tiba-tiba ponselnya berbunyi dan sebuah nomor tak dikenal memecahkan suasana tidak menyenangkan tersebut.

Tanpa meminta ijinnya terkebih dulu, Anna langsung menjalankan tugasnya sebagai sekretaris dan menganggat teleponnya. Lalu tanpa ia ketahui penyebabnya, mendadak Anna melemparkan sorot mata terkejut dan menatapnya dengan mata yang sangat bulat.

"Tunggu sebentar." ucapnya di telepon, lalu dia menyerahkan panggilan misterius itu pada Elsie —yang jelas-jelas sedang tidak memiliki niat untuk menerima telepon siapapun—. "Direktur, ini."

Elsie menerima uluran ponselnya dan menempelkannya ti telinga, "Halo? Ini siapa?"

Dari ujung teleponnya terdengar suara pria yang membuat matanya terbelalak seketika, "Halo, Direktur. Anda masing mengenal saya? Perkenalkan saya Alvan. Saya menghubungi Anda untuk berbicara mengenai tawaran Anda sebelumnya."

Jika dirinya tidak berada di mobil, pasti ia sudah melonjak dari kursi dan melompat. Namun lagi-lagi karena harga dirinya, Elsie mencoba untuk menahan rasa antusiasnya dan menjawab dengan beribawa. "Ya."

"Apakah tawaran itu masih berlaku? Bisakah kita bertemu secara langsung untuk membahasnya?"

"Ya, Tentu. Di mana kau sekarang?"

...****************...

Related chapters

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Pangeran yang Pria Itu Akan Nikahi

    Setelah kedua pihak menyetujui perjanjian mereka dan bersumpah akan menepatinya, Elsie langsung memboyong Alvan ke sebuah butik pakaian yang tampak megah. Di sana, seperti anak hilang, tiba-tiba saja Alvan diarahkan ke ruangan ganti yang besar dan di sodorkan dengan banyak setelan pakaian, hingga ia tak ingat berapa banyak pakaian yang ia coba. Hanya kata "tidak", yang menjadi satu-satunya ingatannya, lantaran terus-menerus diucapkan Elsie sebagai tanda ia harus kembali ke ruang ganti."Bagaimana jika kita pilih saja satu dari semua yang sudah kita coba?" bantah Alvan ketika ia sudah merasa teralu lelah untuk harus bolak-balik dari ruang ganti ke ruang tunggu.Namun dengan wajah yang dingin, Elsie menunjukkan ketidaksetujuannya. "Sepanjang aku melihat, aku belum menemukan satu pun yang bagus."Alvan mengambil satu setelan berwarna merah tua yang berada di gantungan, lalu menunjukkannya pada Elsie. "Ini bagus.""Tidak. Menurutku itu kurang terlihat menonjol."

    Last Updated : 2024-10-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Haruskah Kunikahi Saja Saudara Angkatku?!

    Akhirnya tujuannya tercapai. Setelah menghabiskan tenaganya untuk berkeliling dan menyambut para tamu undangar, Elsie berhasil menyebarkan kabar pernikahannya.Banyak dari para pemegang saham yang mulai memihaknya, bahkan tak sedikit dari pihak saingannya yang mulai bersatu dengannya. Semua ini harus ia lakukan demi warisan itu. Ia akan segera menikahi Alvan dan mendapatkan semua harta warisan keluarganya."Kau senang?" tanya Alvan padanya setelah menyadari wajahnya tampak berseri-seri, meskipun kakinya menjerit kelelahan. "Kau tersenyum begitu lebar."Elsie menatap Alvan cukup lama dan melihat bagaimana pria itu mulai memperlakukannya tidak formal."Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya bingung."Kau berbicara dengan informal."Mendadak air muka Alvan berubah dan kini dia terlihat lebih sopan seperti dirinya ketika pertama kali menyetujui perjanjian ini. "Maafkan aku.""Tidak. Tidak masalah." Elsie menggeleng dan men

    Last Updated : 2024-10-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Sesama Pendosa

    Begitu tiba di rumahnya, Eizel langsung menghancurkan semua benda yang ada di hadapannya. Dimulai dengan vas bunga, lalu hiasan meja yang terbuat dari kaca, hingga pajangan fotonya, semua mulai hancur satu per satu.Meskipun ia mencoba melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di rumah tersebut, api di dalam dirinya tak juga kunjung pudar. Justru emosinya semakin membesar, seolah ia menuangkan bensin ke atasnya.Ddrrtt ..., drrrtt ...Ponselnya berbunyi di saat yang tidak diinginkannya."Halo.""Halo." Suara Direktur Johan terdengar begitu sangat jelas di telepon. "Kau baik-baik saja? Kenapa pulang sebelum pestanya selesai?"Eizel melepaskan jasnya yang masih melekat pada tubuhnya, lalu melonggarkan dasinya yang terasa menekik dirinya. "Aku sedang tidak enak badan.""Ah, begitu. Sayang sekali. Padahal ini saat yang tepat untuk memperlihatkan diri ke dewan direksi."Dewan direksi, pemegang saham, warisan, masa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Diriku dalam Dunia Kanvas

    Sudah puluhan kali ia bertemu dengan para petinggi pemerintah, sudah ratusan kali ia bertatapan langsung dengan investor besar, dan tak terbilang jumlahnya Elsie bertemu orang terkemuka. Namun untuk pertama kali dalam hidupnya, ia bertemu dengan calon mertuanya. Meskipun pada awalnya ia tak merasa tak perlu menghakhawatirkan kondisi ini, tapi saat ia sudah di depan pintunya, ia merasa gugup juga.Tarik napas, keluarkan.Lalu ia mencengkram erat-erat buket bunganya dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu.Tak lama kemudian, pintu pun terbuka, dan meskipun mereka belum pernah bertemu, tapi wanita yang membukakannya pintu itu tidak menanyakan identitasnya. Seakan dia tahu siapa dirinya dan alasannya berada di sana."Silakan masuk." ajaknya sambil menuntun Elsie ke sebuah ruangan kecil yang berisikan ruang makan, ruang tamu dan ruang keluarga, sekaligus."Kau sudah datang?" Seorang wanita berkepala lima muncul dan tersenyum sangat ramah

    Last Updated : 2024-10-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Bellagaphone!

    Sudah ia duga, nama perusahaan keluarga Elsie cukup membuat ibunya terguncang. Bahkan ibunya yang tidak terlalu mengenal dunia bisnis saja, dia bisa tahu betapa besarnya perusahaan ini. Namun sangkanya, ibu dan adiknya akan merasa senang mendengar siapa bakal istrinya, seperti orang-orang pada umumnya. Tak pernah ia duga, mereka justru menjadi khawatir dan meragukan hubungan mereka."Benarkah Elsie adalah pewaris grup perusahaan itu?" tanya ibunya dengan suara yang terdengar sedikit panik."Ya. Dia cucu kandung satu-satunya keluarga itu." Meskipun Alvan belum terlalu mengerti mengenai keluarganya, setidaknya ia tahu informasi sederhana itu.Mendadak adiknya yang terus terdiam melihat ponsel, berteriak histeris sambil menunjukkan layar ponselnya pada ibunya, "Lihatlah, ibu! Luar biasa! Ternyata dia sangat populer di internet."Lalu tanpa melihat suasana tegang yang terbangun di meja makan itu, adiknya terus memuja Elsie dan menyombongkan pertem

    Last Updated : 2024-10-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kejapan yang Penuh Kesalahan

    Baru ia selesai berkeliling beberapa tempat dan hendak meletakkan kepalanya dengan nyaman di sofa, mendadak berita kehadiran seseorang membuatnya bangkit terduduk."Siapa?" tanyanya ulang atas berita yang tak pernah ia duga."Ibu Alvan." jawab Anna sambil mengulang kembali berita yang dia dengar dari meja resepsionis. "Ibu Alvan menunggu Anda di ruang tunggu. Apa yang harus saya lakukan?"Tak hanya bangkit terduduk, kini ia sudah berdiri tegap dengan panik. Elsie berjalan kian kemari dalam perasaan cemas, lalu memberikan instruksi darurat. "Katakan bahwa aku sedang melakukan urusan penting. Suruh dia menunggu.""Baik." Dengan sigap, Anna meneruskan instruksinya, lalu bersiap untuk perintah selanjutnya.Tanpa berlambat-lambat, Elsie segera menghubungi putra dari calon ibu mertuanya. Hingga sambil menunggu pria itu menerima panggilannya, ia mengetuk-ngetuk lantai dengan kakinya sesuai nada sambung yang terdengar."Halo?""Halo." jawabnya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kepalsuan yang Membusuk

    Sebagaimana janjinya, seusai kelasnya berakhir, Alvan langsung terburu-buru pergi menuju perusahaan Elsie. Namun untuk memastikan keadaan apa yang saat ini sedang terjadi di sana, Alvan menghubungi Elsie selama di perjalanan."Elsie." panggilnya segera setelah teleponnya diangkat. "Bagaimana di sana? Apakah yang dikatakan ibu? Aku sedang perjalanan ke sana."Sementara dirinya berbicara panjang lebar, di ujung telepon lainnya Alvin tidak mendengar respon apapun dari lawan bicaranya. Dari sana, ia pun menyadari kalau Elsie mungkin masih kesal padanya atas pembicaraan mereka di telepon terakhir kali."Elsie? Elsie, kau mendengarku?"Anehnya, —setelah ia merasa wanita itu marah padanya— tiba-tiba Elsie tertawa. Tertawa dengan sangat keras hingga ia menjauhkan ponselnya dari daun telinganya. Sekilas, ia menatap nama Elsie yang tertulis di layar teleponnya dengan pandangan heran, tapi —begitu ia memikirkan ulang tindakan Elsie yang

    Last Updated : 2024-10-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Jadilah Pengkhianat Sekali Lagi!

    Nia tidak tahu kenapa ia mendadak di panggil oleh Direktur Johan siang ini. Selain ia tak memiliki hubungan pribadi dengannya, ia juga tak mempunyai hubungan kerja dengan pria itu. Bahkan bisa dibilang Nia tidak mengenalnya dan jika bertemu di acara perusahaan Elsie, ia hanya sekedar menyapa untuk kesopanan.Namun dengan sangat mengejutkan, pria itu menghubungi ponselnya pagi tadi, dan tak hanya itu, dia juga meminta bertemu di jam makan siang. Entah hanya perasaannya atau mungkin memang seperti itu, Nia merasa ada yang mencurigakan dalam pertemuan ini.Sesaat ia sempat berpikir untuk melaporkannya pada Elsie dan meminta saran darinya, tapi karena ia tak memiliki bukti yang kuat untuk melandasi kecurigaannya, ia pun berpikir untuk menemuinya terlebih dulu untuk melihat apa yang terjadi.Siang itu, seperti waktu dan tempat yang dijanjikan, ia datang tepat waktu ke restoran yang Direktur Johan sebutkan.Seolah semua sudah dipersiapkan dengan baik, begitu

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Epilog

    Nia, Elsie dan Alvan naik ke panggung untuk foto bersama kedua mempelai.Namun entah hanya perasaanya saja atau memang seperti itu adanya, Nia merasakan ada yang ganjal dengan hubungan Nia dan Alvan. Memang ia tahu kalau mereka berdua berpandangan dengan tidak ramah di ruang pengantin, tapi ia tidak menyangka kalau masalah itu akan bertahan hingga acara pernikahan hampir selesai.Kini acara yang tersisa adalah pelemparan bunga.Semua orang bersiap di posisi dan Nia pun sedikit menyingkir ke sisi panggung untuk memberi Elsie ruang untuk dapat menangkap bunga.Satu. Dua. Tiga.Bunga pun terlempar dengan sangat anggun, tapi semakin dilihat, ada yang aneh dengan arah pelemparan bunga. Hingga tiba-tiba bunga itu mendekatinya dan jatuh di tangannya.Sontak hal tidak terduga itu membuat semua orang gempar dan bingung.Merasa dia bukan seharusnya yang berhak menerima bunga itu, Nia menatap Elsie yang seharusnya m

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kelelahan [Kebahagiaan] Yang Tidak Berakhir

    Ketika matahari mulai bergerak turun dan perlahan berjalan meninggalkan langit yang terang. Elsie duduk seorang diri di salah satu bangku rumah makan yang dibawah naungan perusahaannya, sambil menatap semburat warna jingga yang memenuhi langit. Sudah beberapa hari ia menetapkan untuk lembur beberapa hari di kantornya dan kini ia akhirnya keluar dari persembunyian setelah ia mengurung diri di dalam tembok kantornya. Semua ini karena bunga itu. Sungguh bunga yang sial. Bersamaan dengan kemarahannya yang kembali bangkit dari dalam hatinya, seorang pria yang ia benci selama beberapa hari ini malah muncul di depan wajahnya. Tidak perlu ditanya, Elsie pasti merasa marah. Dia sangat kesal hingga ketika Alvan mengambil duduk di depannya, ia berpaling ke arah lain seperti anak kecil. Namun masalahnya, ia tidak bisa menerima kekalahannya. Terlebih itu lantaran sebuah bunga sial yang malah terbang ke tempat yang salah. "Kenapa tidak pulang se

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Takdir Mereka Yang Melayang Di Udara

    Di tengah hiruk pikuk pernikahan yang meriah, Alvan dan Elsie duduk berdampingan dengan suasana kesenyapan yang mencekam layaknya yang terjadi pada pasangan yang sedang bertengkar.Hal ini dimulai lantaran Elsie melihat bagaimana Eizel sangat menyukai Anna dan tidak ragu-ragu dalam melangsungkan pernikahannya. Perasaan irinya itu pun ia sampaikan kepada Alvan, yang meskipun tampak tidak tergerak sedikitpun setelah mendengarkannya, tapi sejak mendengar Elsie menceritakannya, perlahan ia mulai mempertimbangkannya hal disebut dengan pernikahan.Namun Elsie yang tidak sabaran, merasa kode halusnya itu tidak akan mempan untu Alvan yang pada pandangannya tidak sensitif, sehingga Elsie dengan memberanikan diri mengatakan secara gamblang pada Alvan tentang keinginannya untuk menikah.Apakah itu salah? Tentu tidak. Terlebih Alvan tahu seberapa sulitnya bagi Elsie untuk memulai pembicaraan tentang pernikahan lebih dulu, dengan posisinya sebagai wanita. Itu adalah ke

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Keuntungan Menjadi Rekan Hidupku

    Alih-alih menunggu Anna di pelaminan dan melihat dari kejauhan calon istrinya yang berjalan seorang diri menghampirinya, Eizel memilih untuk berjalan bersama istrinya menuju ke pelaminan.Dengan menggandeng wanita yang dicintainya, ia mengumbar senyum yang sangat lebar nan bahagia. Lalu dengan mata yang saling berkaitan dengan Anna, ia menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya sangat beruntung memiliki wanita ini sebagai teman hidupnya.Hingga setiba mereka di pelaminan, mereka menjalani seluruh prosesi pernikahan dan dipenghujung acara, sang pembawa acara menyatakan bahwa mereka sudah resmi menjadi suami istri.Seketika ruang pernikahan itu menjadi amat riuh. Para tamu bertepuk tangan dan tak sedikit yang memberi sorakan atas status baru mereka.Di tengah kebahagiaan yang bertaburan seperti confetti, Eizel menatap langit-langit dengan tercengang.Hidup itu sebuah misteri...****************...~Du

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Perhatianmu Dan Cinta Dariku

    Dengan gaun yang indah yang Nia kenakan di acara pernikahan, ia berjalan tergopoh-gopoh menuju ruang tunggu pengantin. Semua ini adalah salah dari dirinya yang bangun terlambat.Kemarin malam, usai mengatakan salam tidurnya, Nia lupa menyalakan alarm. Hingga, akibat dari perbuatannya, mereka pun jadi bangun terlambat. Hanya untung saja, pengantin wanita sudah bangun lebih dulu dan langsung pergi ke tempat di mana dia akan di rias.Namun di mana kawannya yang satu lagi, kalau tidak salah dia yang bertanggung jawwab dengan bunga buketnya. Lantaran dia menyekap bunga itu sejak pagi, yang katanya itu dia lakukan untuk dapat terhubung dengan bunga. Sehingga ketika pengantin wanita melemparkan bunganya nanti, dia dapat menangkapnya dan segera menikah.Baru dia pikirkan, suara temannya itu sudah terdengar dari kejauhan, meskipun di lobi itu sudah dipenuhi oleh tamu yang berbicara sendiri layaknya suara lebah."Nia."Dengan gaun merah men

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Malam Bagi Para Pemilik Perut Kosong

    ~Lima bulan Kemudian."Untuk pernikahan besok. Bersulang.""Bersulang.""Bersulang."Tiga wanita itu pun saling menyatukan kaleng soda mereka, hingga berbunyi suara 'ting' dari permukaan kaleng mereka yang saling bersentuhan.Namun ketika mereka hendak meminumnya bersama, Elsie langsung mengurungkan niatnya dan meletakkan soda itu dengan tatapan sia-sia."Kenapa?" tanya Nia pada Elsie yang tampak kesal lantaran tidak dapat meminum sodanya.Selagi melihat tubuhnya, ia pun mengeluhkan lemaknya yang bertumbuh pesat. "Akhir-akhir ini berat badanku banyak naik. Jadi aku tidak bisa meminum ini dan membuat gaunku kekecilan."Mendengar alasan Elsie, membuat Anna dan Nia menghentikan aktivitas mereka. Hingga satu per satu mulai meletakkan kaleng sodanya."Benar juga." gumam Anna dengan menatap sedih minuman soda itu.Seusai kaleng soda, kini mata mereka tertuju pada makanan melimpah yang ditaruh di

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Hampir Saja Kekasihku Menjadi Kekasih Orang Lain

    "Kau sudah sampai kantor?" tanya Eizel pada Anna, setelah mereka berhasil masuk ke dalam kantor Direktur Eizel yang berdekatan dengan kantor direktur utama. "Kapan? Aku tidak melihat tasmu ketika datang ke kantor Elsie?""Sudah dari tadi." Anna tersenyum getir dan dia mengungkapkan fakta yang terjadi tadi pagi saat ia datang ke kantor. "Sebenarnya aku sudah sampai di kantor satu jam yang lalu."Mendengar kata satu jam, membuat Direktur Eizel mendelik tidak percaya. Namun memang begitulah faktanya, ia sama sekali tidak mengubah kebenaran yang ada. "Jika memang satu jam yang lalu, kenapa aku tidak melihatmu saat datang tadi? Bahkan aku tidak melihat tasmu di meja.""Itu, itu." Dengan terbata-bata Anna mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya tadi terjadi. "Saat aku datang, ternyata di dalam sudah ada Direktur Elsie dan Alvan di ruangan. Lalu karena tak ingin aku mengganggu mereka, Direktur Elsie menyuruhku untuk pergi berjalan-jalan selama beberapa menit. Jadi itul

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Alur Kehidupan

    Kenapa dari semua hal, peribahasa menggambarkan keterkejutan dengan 'sambaran petir'? Dulu Eizel sering mempertanyakannya. Namun pagi ini akhirnya ia pun tahu dengan sendirinya, betapa sangat mengejutkannya petir.Dari awal ke kantor, Eizel tidak mendapatkan firasat apapun. Hingga ketika ia hendak menyerahkan beberapa dokumen untuk di tinjau ulang oleh Elsie, ia merasa baru saja melihat adegan yang tidak pantas di ruangan wanita itu.Eizel melihat sepasang kekasih yang sedang menjalin asmara dengan berbicara manja satu sama lain. Ada kalanya Elsie mendadak mejaruk dan bersikap seolah akan mengakhiri hubungan, tapi dengan sikap yang sama kekanak-kanakannya, Alvan meredakan kekesalannya dan dua orang yang sedang kasmaran itu kembali mesra dengan berpelukan satu sama lain.Hingga karena ia berdiri mematung di depan pintu dalam jangka waktu yang cukup lama, pria dan wanita itu pun menyadari kehadirannya dan tersenyum lebar."Selamat pagi."

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Sekali Lagi Dan Terakhir Kalinya

    Sesuai janjinya, Alvan akan mendatangi Elsie untuk menyatakan perasaannya untuk terakhir kalinya. Namun lantaran selama beberapa hari ini Elsie tidak datang ke kantornya, Eizel —selaku orang yang membantunya—, dia memberikan alamat rumah Elsie padanya.Ternyata lokasi rumah Elsie tidak jauh dari kantor, dan begitu sampai di sana, Alvan tidak melihat tempat tinggal Elsie sebagai sebuah rumah, melainkan sebuah istana. Sangat besar dan megah. Namun apakah wanita itu tidak kesepian, tinggal di rumah sebesar itu untuk dirinya.Setelah membunyikan bel berkali-kali dan tidak mendapat tanggapan, serta menyadari tidak adanya satu mobil kesukaan wanita itu di halaman parkirannya. Alvan pun mengerti kalau wanita itu kini sedang tidak ada di rumah.Jadi dengan sabar dan jantung berdebar, Alvan menunggu wanita itu di depan rumahnya yang ternyata memakan waktu yang cukup lama.Hingga perlahan hari menjadi semakin malam, dan ketika jam menunjukkan bahwa hari

DMCA.com Protection Status