Share

Pangeran yang Pria Itu Akan Nikahi

Author: Naomi Fa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah kedua pihak menyetujui perjanjian mereka dan bersumpah akan menepatinya, Elsie langsung memboyong Alvan ke sebuah butik pakaian yang tampak megah. Di sana, seperti anak hilang, tiba-tiba saja Alvan diarahkan ke ruangan ganti yang besar dan di sodorkan dengan banyak setelan pakaian, hingga ia tak ingat berapa banyak pakaian yang ia coba. Hanya kata "tidak", yang menjadi satu-satunya ingatannya, lantaran terus-menerus diucapkan Elsie sebagai tanda ia harus kembali ke ruang ganti.

"Bagaimana jika kita pilih saja satu dari semua yang sudah kita coba?" bantah Alvan ketika ia sudah merasa teralu lelah untuk harus bolak-balik dari ruang ganti ke ruang tunggu.

Namun dengan wajah yang dingin, Elsie menunjukkan ketidaksetujuannya. "Sepanjang aku melihat, aku belum menemukan satu pun yang bagus."

Alvan mengambil satu setelan berwarna merah tua yang berada di gantungan, lalu menunjukkannya pada Elsie. "Ini bagus."

"Tidak. Menurutku itu kurang terlihat menonjol." sahut Elsie.

Lalu Alvan meletakkan setelan merah tuanya dan mengambil warna lain yang lebih terang. "Jika ingin menonjol, kita bisa menggunakan warna yang terang. Di sini ada berbagai warna yang bisa kita pilih."

Ketika ia mencoba untuk bernegosiasi, para pegawai butik itupun menjadi ikut harap-harap cemas selagi mendengar tanggapan Elsie mengenai pakaian yang sudah ditampilkan. Bisa dimengerti, —selama ia bergulat dengan pakaiannya di ruang ganti tadi— semua orang bergotong-royong membongkar semua setelan yang mereka miliki untuk dibawa ke hadapan Elsie. Seperti dirinya, mereka pasti merasa lelah dan ingin semua kegaduhan ini segera berakhir. Namun sayang sekali, kepayahan mereka tak tersampaikan pada gadis itu, sehingga dengan tegas wanita itu menolak pendapatnya. 

"Tidak. Kita harus memilih yang terbaik."

Setelah berjam-jam duduk di kursinya dengan ditemani oleh sebuah majalah, Elsie akhirnya meninggalkan tempatnya dan berjalan menghampiri Alvan. Di saat yang sama, tiba-tiba bulu kuduknya meremang dan ia bisa merasakan aura kuat wanita itu yang menekannya. 

Elsie menyentuh tiap lekuk jasnya dan menepuk dadanya ringan, "Besok bukanlah acara biasa. Besok adalah acara ulang tahun perusahaan. Di sana semua musuhku akan datang untuk mengejekku, karena itu aku berencana untuk memberi mereka sedikit kejutan. 'Surprise'. Lalu memperkenalkanmu ke publik untuk pertama kalinya."

Semakin lama, suara Elsie semakin kecil dan dia pun mulai berbisik di telinganya. "Oleh karena itu, aku tidak menginginkan setelan yang biasa. Aku ingin pakaian yang menonjol yang mengintimidasi mereka, hingga tak ada satu pun yang berani mengangkat tumitnya. Kau sudah mengerti sekarang, calon suami?"

Tak ada pilihan lain untuk Alvan menyanggah, kini ia hanya mengangguk pasrah dan berusaha membiasakan diri dengan antrian setelan yang sudah menanti dirinya. "Baiklah. Mari kita coba yang lain."

Lalu semua pegawai pun segera menghela napas dan Elsie kembali lagi ke kursinya sambil berlaku seolah dia tidak mendengar apapun. 

Sayup-sayup, dari ruang gantinya, Alvan mendengar suara Elsie yang berbicara dengan pemilik butik —yang ikut duduk di sampingnya—. "Aku akan membeli semua setelan yang sudah dia coba."

Refleks, kepala Alvan langsung menoleh ke arah ruang tunggu, seolah tak ada tembok yang memisahkan dua ruangan tersebut.

"Semua?!" gumamnya sambil membayangkan puluhan setelan yang sudah ia coba dalam beberapa jam belakangan ini. 

Sesaat ia membayangkan rentetan tagihan yang harus dibayarkan, hingga kemudian ia mulai tersadar. —Tidak seperti dirinya— bagi wanita itu, setelan ini tidak ada harganya. Dunia yang ia jalani, sangat berbeda dengan wanita itu. 

Lalu sambil menatap kosong ke arah kaca, ia melihat dirinya dan pakaian luar biasa yang dikenakannya. "Cinderella. Rupanya aku sedang berada di dalam dunia dongeng."

~Keesokan harinya~

Sebuah mobil mewah berhenti di depan rumahnya. Seperti yang ia duga, ia langsung melihat Elsie, begitu ia membuka pintu belakang mobil. 

"Hai." Sapanya singkat yang dijawabnya dengan anggukan kepala. "Masuklah."

Lalu selama perjalanan, ia terus disorot oleh mata Elsie yang memindai dirinya dari kepala hingga kaki. 

"Ada apa?" tanya Alvan setelah merasa risi dengan tatapan matanya. "Apakah ada yang salah?"

"Ya. Sangat banyak." komentar Elsie atas kerapiannya berpakaian. "Anna, ayo kita ke salon sebentar. Kita harus menata ulang rambutnya."

Alvan menyentuh rambutnya dan merasa pergi ke salon adalah hal yang sedikit berlebihan. Namun karena ia sedang berperan sebagai Cinderella, ia membiarkan mereka menata rambutnya dan memoles wajahnya seperti yang mareka mau. Sehingga, ketika matanya terbuka dari rasa kantuk, tiba-tiba ia melihat sosok lain di bayangan cermin yang ada di depannya. 

Rambutnya yang ditata indah, riasan tipis yang melapisi wajahnya, dan sedikit pelembap yang menyempurnakan penampilannya. Kini ia menjadi orang yang sangat berbeda. 

"Berdiri." Perintah Elsie yang merupakan suatu keharusan untuknya. 

Lalu wanita itu membenarkan posisi dasinya dan merapikan pakaiannya. "Sekarang semuanya sempurna."

Setelah berkata semuanya sudah beres, anehnya wanita itu kembali menatapnya lekat-lekat seolah masih ada yang kurang.

"Ada apa?" tanyanya sambil mengerutkan dahi.

Bukannya menjawab pertanyaannya dengan berbicara baik-baik, Elsie justru membalas pertanyaannya dengan memukul punggungnya, yang bukan hanya sekali tapi beberapa kali. 

"Ah." desahnya kesakitan.

"Jangan terlalu kaku. Kau akan membuat semuanya terlalu jelas. Kenapa kau tidak mengumumkan saja secara langsung kalau kita menikah karena perjanjian?"

"Ah. Maafkan aku." Alvan menyentuh belakang lehernya dan mencoba menghilangkan rasa dingin yang menjalar di tengkuknya karena rasa tegang.

Elsie memegang tangannya dan mengarahkannya pada pinggangnya, hingga ia mendelik terkejut.

"Apa ...?!"

"Aku kekasihmu mulai dari sekarang. Tidak. Maksudku mulai dari kemarin. Jadi berlakulah sebagai calon suamiku dan berusahalah untuk mencintaiku. Ingat, kau sudah berjanji akan membantuku mendapatkan warisan keluargaku. Jadi lakukanlah sesuai perjanjian kita."

Alvan menatap tangannya yang ada di pinggang wanita itu, lalu mempererat pelukannya. "Baiklah. Ayo kita berangkat, Elsie."

Seringai puas keluar dari wajah Elsie, ketika ia menyebutkan namanya alih-alih memanggilnya secara formal. Lali ia mengangguk, "Ya. Ayo kita berangkat sekarang."

Malam itu, Alvan masuk ke dalam dunia yang berbeda. Seperti Cinderella dalam cerita, semua mata terarah padanya begitu ia memasuki ruang pesta. Mungkin karena pakaian mencolok yang dipilihkan Elsie untuknya, tapi mungkin juga karena wanita berpengaruh yang ada di sampingnya. Seperti pangeran yang menari bersama Cinderella dan membuat siapapun merasa iri pada wanita tersebut.  Situasi ini pun juga serupa. 

Hanya saja, ada satu hal yang berbeda.

"Perkenalkan ini Alvin, calon suamiku." Elsie menyelipkan tangannya di sela lengan Alvin dan tersenyum begitu bahagia sebagaimana seorang pengantin wanita. "Kami akan segera menikah."

Ada satu hal yang membedakan dirinya dengan Cinderella. Cinderella mencintai pangeran dan begitu pula sebaliknya. Namun dalam kasusnya, Alvan tidak mencintai Elsie, dan begitu juga sebaliknya. Sebab ini bukan dongeng, ini adalah dunia realitas. 

...****************...

Related chapters

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Haruskah Kunikahi Saja Saudara Angkatku?!

    Akhirnya tujuannya tercapai. Setelah menghabiskan tenaganya untuk berkeliling dan menyambut para tamu undangar, Elsie berhasil menyebarkan kabar pernikahannya.Banyak dari para pemegang saham yang mulai memihaknya, bahkan tak sedikit dari pihak saingannya yang mulai bersatu dengannya. Semua ini harus ia lakukan demi warisan itu. Ia akan segera menikahi Alvan dan mendapatkan semua harta warisan keluarganya."Kau senang?" tanya Alvan padanya setelah menyadari wajahnya tampak berseri-seri, meskipun kakinya menjerit kelelahan. "Kau tersenyum begitu lebar."Elsie menatap Alvan cukup lama dan melihat bagaimana pria itu mulai memperlakukannya tidak formal."Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya bingung."Kau berbicara dengan informal."Mendadak air muka Alvan berubah dan kini dia terlihat lebih sopan seperti dirinya ketika pertama kali menyetujui perjanjian ini. "Maafkan aku.""Tidak. Tidak masalah." Elsie menggeleng dan men

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Sesama Pendosa

    Begitu tiba di rumahnya, Eizel langsung menghancurkan semua benda yang ada di hadapannya. Dimulai dengan vas bunga, lalu hiasan meja yang terbuat dari kaca, hingga pajangan fotonya, semua mulai hancur satu per satu.Meskipun ia mencoba melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di rumah tersebut, api di dalam dirinya tak juga kunjung pudar. Justru emosinya semakin membesar, seolah ia menuangkan bensin ke atasnya.Ddrrtt ..., drrrtt ...Ponselnya berbunyi di saat yang tidak diinginkannya."Halo.""Halo." Suara Direktur Johan terdengar begitu sangat jelas di telepon. "Kau baik-baik saja? Kenapa pulang sebelum pestanya selesai?"Eizel melepaskan jasnya yang masih melekat pada tubuhnya, lalu melonggarkan dasinya yang terasa menekik dirinya. "Aku sedang tidak enak badan.""Ah, begitu. Sayang sekali. Padahal ini saat yang tepat untuk memperlihatkan diri ke dewan direksi."Dewan direksi, pemegang saham, warisan, masa

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Diriku dalam Dunia Kanvas

    Sudah puluhan kali ia bertemu dengan para petinggi pemerintah, sudah ratusan kali ia bertatapan langsung dengan investor besar, dan tak terbilang jumlahnya Elsie bertemu orang terkemuka. Namun untuk pertama kali dalam hidupnya, ia bertemu dengan calon mertuanya. Meskipun pada awalnya ia tak merasa tak perlu menghakhawatirkan kondisi ini, tapi saat ia sudah di depan pintunya, ia merasa gugup juga.Tarik napas, keluarkan.Lalu ia mencengkram erat-erat buket bunganya dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu.Tak lama kemudian, pintu pun terbuka, dan meskipun mereka belum pernah bertemu, tapi wanita yang membukakannya pintu itu tidak menanyakan identitasnya. Seakan dia tahu siapa dirinya dan alasannya berada di sana."Silakan masuk." ajaknya sambil menuntun Elsie ke sebuah ruangan kecil yang berisikan ruang makan, ruang tamu dan ruang keluarga, sekaligus."Kau sudah datang?" Seorang wanita berkepala lima muncul dan tersenyum sangat ramah

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Bellagaphone!

    Sudah ia duga, nama perusahaan keluarga Elsie cukup membuat ibunya terguncang. Bahkan ibunya yang tidak terlalu mengenal dunia bisnis saja, dia bisa tahu betapa besarnya perusahaan ini. Namun sangkanya, ibu dan adiknya akan merasa senang mendengar siapa bakal istrinya, seperti orang-orang pada umumnya. Tak pernah ia duga, mereka justru menjadi khawatir dan meragukan hubungan mereka."Benarkah Elsie adalah pewaris grup perusahaan itu?" tanya ibunya dengan suara yang terdengar sedikit panik."Ya. Dia cucu kandung satu-satunya keluarga itu." Meskipun Alvan belum terlalu mengerti mengenai keluarganya, setidaknya ia tahu informasi sederhana itu.Mendadak adiknya yang terus terdiam melihat ponsel, berteriak histeris sambil menunjukkan layar ponselnya pada ibunya, "Lihatlah, ibu! Luar biasa! Ternyata dia sangat populer di internet."Lalu tanpa melihat suasana tegang yang terbangun di meja makan itu, adiknya terus memuja Elsie dan menyombongkan pertem

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kejapan yang Penuh Kesalahan

    Baru ia selesai berkeliling beberapa tempat dan hendak meletakkan kepalanya dengan nyaman di sofa, mendadak berita kehadiran seseorang membuatnya bangkit terduduk."Siapa?" tanyanya ulang atas berita yang tak pernah ia duga."Ibu Alvan." jawab Anna sambil mengulang kembali berita yang dia dengar dari meja resepsionis. "Ibu Alvan menunggu Anda di ruang tunggu. Apa yang harus saya lakukan?"Tak hanya bangkit terduduk, kini ia sudah berdiri tegap dengan panik. Elsie berjalan kian kemari dalam perasaan cemas, lalu memberikan instruksi darurat. "Katakan bahwa aku sedang melakukan urusan penting. Suruh dia menunggu.""Baik." Dengan sigap, Anna meneruskan instruksinya, lalu bersiap untuk perintah selanjutnya.Tanpa berlambat-lambat, Elsie segera menghubungi putra dari calon ibu mertuanya. Hingga sambil menunggu pria itu menerima panggilannya, ia mengetuk-ngetuk lantai dengan kakinya sesuai nada sambung yang terdengar."Halo?""Halo." jawabnya

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kepalsuan yang Membusuk

    Sebagaimana janjinya, seusai kelasnya berakhir, Alvan langsung terburu-buru pergi menuju perusahaan Elsie. Namun untuk memastikan keadaan apa yang saat ini sedang terjadi di sana, Alvan menghubungi Elsie selama di perjalanan."Elsie." panggilnya segera setelah teleponnya diangkat. "Bagaimana di sana? Apakah yang dikatakan ibu? Aku sedang perjalanan ke sana."Sementara dirinya berbicara panjang lebar, di ujung telepon lainnya Alvin tidak mendengar respon apapun dari lawan bicaranya. Dari sana, ia pun menyadari kalau Elsie mungkin masih kesal padanya atas pembicaraan mereka di telepon terakhir kali."Elsie? Elsie, kau mendengarku?"Anehnya, —setelah ia merasa wanita itu marah padanya— tiba-tiba Elsie tertawa. Tertawa dengan sangat keras hingga ia menjauhkan ponselnya dari daun telinganya. Sekilas, ia menatap nama Elsie yang tertulis di layar teleponnya dengan pandangan heran, tapi —begitu ia memikirkan ulang tindakan Elsie yang

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Jadilah Pengkhianat Sekali Lagi!

    Nia tidak tahu kenapa ia mendadak di panggil oleh Direktur Johan siang ini. Selain ia tak memiliki hubungan pribadi dengannya, ia juga tak mempunyai hubungan kerja dengan pria itu. Bahkan bisa dibilang Nia tidak mengenalnya dan jika bertemu di acara perusahaan Elsie, ia hanya sekedar menyapa untuk kesopanan.Namun dengan sangat mengejutkan, pria itu menghubungi ponselnya pagi tadi, dan tak hanya itu, dia juga meminta bertemu di jam makan siang. Entah hanya perasaannya atau mungkin memang seperti itu, Nia merasa ada yang mencurigakan dalam pertemuan ini.Sesaat ia sempat berpikir untuk melaporkannya pada Elsie dan meminta saran darinya, tapi karena ia tak memiliki bukti yang kuat untuk melandasi kecurigaannya, ia pun berpikir untuk menemuinya terlebih dulu untuk melihat apa yang terjadi.Siang itu, seperti waktu dan tempat yang dijanjikan, ia datang tepat waktu ke restoran yang Direktur Johan sebutkan.Seolah semua sudah dipersiapkan dengan baik, begitu

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Mantan Kawan Baik

    "Tidak. Aku tidak akan setuju." tegas Elsie ketika Alvan mendatanginya dengan permintaan yang mustahil."Aku tetap harus bekerja, sebagai bentuk tanggung jawab atas keluargaku. Jadi tolong perpanjang kontrakku di toko."Meskipun Alvan adalah kekasih palsunya, tapi Elsia tetap tak bisa membiarkan calon suaminya bekerja sambilan di sebuah toko.Bagaimana jika nanti akan ada seorang dari para petinggi perusahaannya yang melihatnya di toko? Bagaimana jika mereka mengenalinya?Bukannya ia merasa malu dengan profesi pria itu. Hanya saja, ia takut jika nantinya orang-orang itu mencoba mencari celah dan menjadikan profesi Alvan sebagai kelemahannya? Mereka mungkin akan berkicau tentang pantas dan tidak pantas, lalu menghambat pernikahannya. Sehingga ia akan kehilangan warisannya.Itu tidak boleh terjadi.Elsie mendongak menatap Alvan yang berdiri di depan mejanya, lalu menyunggingkan sebuah senyum yang mencurigakan. "Kau hanya memerlukan

Latest chapter

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Epilog

    Nia, Elsie dan Alvan naik ke panggung untuk foto bersama kedua mempelai.Namun entah hanya perasaanya saja atau memang seperti itu adanya, Nia merasakan ada yang ganjal dengan hubungan Nia dan Alvan. Memang ia tahu kalau mereka berdua berpandangan dengan tidak ramah di ruang pengantin, tapi ia tidak menyangka kalau masalah itu akan bertahan hingga acara pernikahan hampir selesai.Kini acara yang tersisa adalah pelemparan bunga.Semua orang bersiap di posisi dan Nia pun sedikit menyingkir ke sisi panggung untuk memberi Elsie ruang untuk dapat menangkap bunga.Satu. Dua. Tiga.Bunga pun terlempar dengan sangat anggun, tapi semakin dilihat, ada yang aneh dengan arah pelemparan bunga. Hingga tiba-tiba bunga itu mendekatinya dan jatuh di tangannya.Sontak hal tidak terduga itu membuat semua orang gempar dan bingung.Merasa dia bukan seharusnya yang berhak menerima bunga itu, Nia menatap Elsie yang seharusnya m

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kelelahan [Kebahagiaan] Yang Tidak Berakhir

    Ketika matahari mulai bergerak turun dan perlahan berjalan meninggalkan langit yang terang. Elsie duduk seorang diri di salah satu bangku rumah makan yang dibawah naungan perusahaannya, sambil menatap semburat warna jingga yang memenuhi langit. Sudah beberapa hari ia menetapkan untuk lembur beberapa hari di kantornya dan kini ia akhirnya keluar dari persembunyian setelah ia mengurung diri di dalam tembok kantornya. Semua ini karena bunga itu. Sungguh bunga yang sial. Bersamaan dengan kemarahannya yang kembali bangkit dari dalam hatinya, seorang pria yang ia benci selama beberapa hari ini malah muncul di depan wajahnya. Tidak perlu ditanya, Elsie pasti merasa marah. Dia sangat kesal hingga ketika Alvan mengambil duduk di depannya, ia berpaling ke arah lain seperti anak kecil. Namun masalahnya, ia tidak bisa menerima kekalahannya. Terlebih itu lantaran sebuah bunga sial yang malah terbang ke tempat yang salah. "Kenapa tidak pulang se

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Takdir Mereka Yang Melayang Di Udara

    Di tengah hiruk pikuk pernikahan yang meriah, Alvan dan Elsie duduk berdampingan dengan suasana kesenyapan yang mencekam layaknya yang terjadi pada pasangan yang sedang bertengkar.Hal ini dimulai lantaran Elsie melihat bagaimana Eizel sangat menyukai Anna dan tidak ragu-ragu dalam melangsungkan pernikahannya. Perasaan irinya itu pun ia sampaikan kepada Alvan, yang meskipun tampak tidak tergerak sedikitpun setelah mendengarkannya, tapi sejak mendengar Elsie menceritakannya, perlahan ia mulai mempertimbangkannya hal disebut dengan pernikahan.Namun Elsie yang tidak sabaran, merasa kode halusnya itu tidak akan mempan untu Alvan yang pada pandangannya tidak sensitif, sehingga Elsie dengan memberanikan diri mengatakan secara gamblang pada Alvan tentang keinginannya untuk menikah.Apakah itu salah? Tentu tidak. Terlebih Alvan tahu seberapa sulitnya bagi Elsie untuk memulai pembicaraan tentang pernikahan lebih dulu, dengan posisinya sebagai wanita. Itu adalah ke

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Keuntungan Menjadi Rekan Hidupku

    Alih-alih menunggu Anna di pelaminan dan melihat dari kejauhan calon istrinya yang berjalan seorang diri menghampirinya, Eizel memilih untuk berjalan bersama istrinya menuju ke pelaminan.Dengan menggandeng wanita yang dicintainya, ia mengumbar senyum yang sangat lebar nan bahagia. Lalu dengan mata yang saling berkaitan dengan Anna, ia menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya sangat beruntung memiliki wanita ini sebagai teman hidupnya.Hingga setiba mereka di pelaminan, mereka menjalani seluruh prosesi pernikahan dan dipenghujung acara, sang pembawa acara menyatakan bahwa mereka sudah resmi menjadi suami istri.Seketika ruang pernikahan itu menjadi amat riuh. Para tamu bertepuk tangan dan tak sedikit yang memberi sorakan atas status baru mereka.Di tengah kebahagiaan yang bertaburan seperti confetti, Eizel menatap langit-langit dengan tercengang.Hidup itu sebuah misteri...****************...~Du

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Perhatianmu Dan Cinta Dariku

    Dengan gaun yang indah yang Nia kenakan di acara pernikahan, ia berjalan tergopoh-gopoh menuju ruang tunggu pengantin. Semua ini adalah salah dari dirinya yang bangun terlambat.Kemarin malam, usai mengatakan salam tidurnya, Nia lupa menyalakan alarm. Hingga, akibat dari perbuatannya, mereka pun jadi bangun terlambat. Hanya untung saja, pengantin wanita sudah bangun lebih dulu dan langsung pergi ke tempat di mana dia akan di rias.Namun di mana kawannya yang satu lagi, kalau tidak salah dia yang bertanggung jawwab dengan bunga buketnya. Lantaran dia menyekap bunga itu sejak pagi, yang katanya itu dia lakukan untuk dapat terhubung dengan bunga. Sehingga ketika pengantin wanita melemparkan bunganya nanti, dia dapat menangkapnya dan segera menikah.Baru dia pikirkan, suara temannya itu sudah terdengar dari kejauhan, meskipun di lobi itu sudah dipenuhi oleh tamu yang berbicara sendiri layaknya suara lebah."Nia."Dengan gaun merah men

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Malam Bagi Para Pemilik Perut Kosong

    ~Lima bulan Kemudian."Untuk pernikahan besok. Bersulang.""Bersulang.""Bersulang."Tiga wanita itu pun saling menyatukan kaleng soda mereka, hingga berbunyi suara 'ting' dari permukaan kaleng mereka yang saling bersentuhan.Namun ketika mereka hendak meminumnya bersama, Elsie langsung mengurungkan niatnya dan meletakkan soda itu dengan tatapan sia-sia."Kenapa?" tanya Nia pada Elsie yang tampak kesal lantaran tidak dapat meminum sodanya.Selagi melihat tubuhnya, ia pun mengeluhkan lemaknya yang bertumbuh pesat. "Akhir-akhir ini berat badanku banyak naik. Jadi aku tidak bisa meminum ini dan membuat gaunku kekecilan."Mendengar alasan Elsie, membuat Anna dan Nia menghentikan aktivitas mereka. Hingga satu per satu mulai meletakkan kaleng sodanya."Benar juga." gumam Anna dengan menatap sedih minuman soda itu.Seusai kaleng soda, kini mata mereka tertuju pada makanan melimpah yang ditaruh di

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Hampir Saja Kekasihku Menjadi Kekasih Orang Lain

    "Kau sudah sampai kantor?" tanya Eizel pada Anna, setelah mereka berhasil masuk ke dalam kantor Direktur Eizel yang berdekatan dengan kantor direktur utama. "Kapan? Aku tidak melihat tasmu ketika datang ke kantor Elsie?""Sudah dari tadi." Anna tersenyum getir dan dia mengungkapkan fakta yang terjadi tadi pagi saat ia datang ke kantor. "Sebenarnya aku sudah sampai di kantor satu jam yang lalu."Mendengar kata satu jam, membuat Direktur Eizel mendelik tidak percaya. Namun memang begitulah faktanya, ia sama sekali tidak mengubah kebenaran yang ada. "Jika memang satu jam yang lalu, kenapa aku tidak melihatmu saat datang tadi? Bahkan aku tidak melihat tasmu di meja.""Itu, itu." Dengan terbata-bata Anna mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya tadi terjadi. "Saat aku datang, ternyata di dalam sudah ada Direktur Elsie dan Alvan di ruangan. Lalu karena tak ingin aku mengganggu mereka, Direktur Elsie menyuruhku untuk pergi berjalan-jalan selama beberapa menit. Jadi itul

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Alur Kehidupan

    Kenapa dari semua hal, peribahasa menggambarkan keterkejutan dengan 'sambaran petir'? Dulu Eizel sering mempertanyakannya. Namun pagi ini akhirnya ia pun tahu dengan sendirinya, betapa sangat mengejutkannya petir.Dari awal ke kantor, Eizel tidak mendapatkan firasat apapun. Hingga ketika ia hendak menyerahkan beberapa dokumen untuk di tinjau ulang oleh Elsie, ia merasa baru saja melihat adegan yang tidak pantas di ruangan wanita itu.Eizel melihat sepasang kekasih yang sedang menjalin asmara dengan berbicara manja satu sama lain. Ada kalanya Elsie mendadak mejaruk dan bersikap seolah akan mengakhiri hubungan, tapi dengan sikap yang sama kekanak-kanakannya, Alvan meredakan kekesalannya dan dua orang yang sedang kasmaran itu kembali mesra dengan berpelukan satu sama lain.Hingga karena ia berdiri mematung di depan pintu dalam jangka waktu yang cukup lama, pria dan wanita itu pun menyadari kehadirannya dan tersenyum lebar."Selamat pagi."

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Sekali Lagi Dan Terakhir Kalinya

    Sesuai janjinya, Alvan akan mendatangi Elsie untuk menyatakan perasaannya untuk terakhir kalinya. Namun lantaran selama beberapa hari ini Elsie tidak datang ke kantornya, Eizel —selaku orang yang membantunya—, dia memberikan alamat rumah Elsie padanya.Ternyata lokasi rumah Elsie tidak jauh dari kantor, dan begitu sampai di sana, Alvan tidak melihat tempat tinggal Elsie sebagai sebuah rumah, melainkan sebuah istana. Sangat besar dan megah. Namun apakah wanita itu tidak kesepian, tinggal di rumah sebesar itu untuk dirinya.Setelah membunyikan bel berkali-kali dan tidak mendapat tanggapan, serta menyadari tidak adanya satu mobil kesukaan wanita itu di halaman parkirannya. Alvan pun mengerti kalau wanita itu kini sedang tidak ada di rumah.Jadi dengan sabar dan jantung berdebar, Alvan menunggu wanita itu di depan rumahnya yang ternyata memakan waktu yang cukup lama.Hingga perlahan hari menjadi semakin malam, dan ketika jam menunjukkan bahwa hari

DMCA.com Protection Status