Felysia menatap serius semua buku yang ada di hadapannya. Ia sudah berkali-kali mempelajari semua materi yang ada di dalam buku itu. Dan, sekarang ia merasa bosan.
Di dalam kamar. Sendirian. Tidak ada kegiatan apapun selain membaca buku dan mengerjakan soal yang ada di buku latihan.
Sesekali, ia memakan sebuah kentang goreng yang berada tepat di samping tangan kanannya. Dan, tidak lupa meminum sebuah jus wortel yang tadi sempat ia bikin sendiri.
Tiba-tiba, ia mendengar ada seseorang yang sedang berusaha membuka pintu kamarnya. Pandangannya pun langsung tertuju pada pintu kamarnya yang semakin lama makin terbuka lebar. Dan, ternyata orang yang membuka pintu kamarnya adalah Reno.
"Lagi belajar?" tanya Reno sambil menatap Felysia.
"Iya. Tapi, sekarang lagi istirahat," jawab Felysia sambil menutup buku latihannya.
"Ada Ardiansyah di bawah. Temuin dulu gih."
Sontak, Felysia langsung berdiri. Lalu, berjalan ke arah kaca yang letaknya
Malam hari. Atau lebih tepatnya pukul 20.00. Citra sedang membolak-balikkan buku pelajaran. Saat ia bosan, ia mengambil laptopnya lalu menonton sebuah film. Sembari menonton film, ia sempatkan untuk memakan sebuah cemilan yang sempat tadi ia beli di supermarket.Saat film-nya sudah selesai, saat itu juga rasa bosannya mulai kembali. Ia berguling-guling di atas kasur ke sana ke mari untuk menghilangkan kebosanannya.Kegiatannya berhenti, saat melihat pintunya dibuka oleh seseorang. Ia mendengus kesal, saat mengetahui orang yang membuka pintu kamarnya adalah Vitra."Ya elah. Kayak anak kecil aja sih lo," ejek Vitra saat melihat kelakuan Citra seperti anak kecil."Lah, biarin. Orang yang punya tubuh gua. Bukan lo ini. Ngapain lo repot-repot," balas Citra dengan nada ketus."Ngapain lo ke sini? Mau minta cemilan? Nggak bakal gua kasih," lanjut Citra sambil mendekat ke arah cemilannya yang masih ada di atas kasurnya."Cih, nggak bakalan gua minta
Citra mendengus kesal, melihat Vitra yang masih dengan santainya tiduran di kasur UKS. Padahal sekarang sudah waktunya untuk latihan renang bersama anak ekskul renang yang lain. Dan, pelatih juga sedang menunggunya. Tetapi, Vitra tak kunjung turun dari ranjang UKS. Kemalasan kembarannya itu selalu membuat dirinya terjebak dalam masalah. Sudah beberapa kali, ia terlibat masalah hanya karena kembarannya itu. Karena kali ini, ia tidak ingin mendapatkan masalah. Ia pun keluar dari ruang UKS. Lalu berjalan ke arah kolam renang yang letaknya tidak begitu jauh dari gedung olahraga. Tetapi, langkahnya terhenti, saat melihat ada banyak murid sekolahnya sedang berkerumun di dekat gerbang sekolah. Dengan perasaan penuh penasaran. Ia berjalan mendekat ke arah kerumunan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Langkahnya terhenti, saat sudah berada di dekat kerumuman. Ia tidak bisa melihat lebih jelas. Karena di depannya sudah banyak perem
Felysia melangkahkan kakinya menelusuri bibir pantai dengan santainya. Dengan sebuah senyuman di bibirnya, ia memandang ke arah seorang laki-laki yang sedang mengawasinya dari jauh.Matahari sebentar lagi terbenam. Pemandangan indah itu akan ia nikmati bersama laki-laki itu. Laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi kekasihnya. Siapa lagi kalau bukan Ardiansyah Elvano Sora.Ia hanya melamun sebentar. Tetapi, laki-laki itu telah lenyap dari pandangannya. Ia melihat ke arah sekitar, untuk mencari keberadaan laki-laki itu. Dan, betapa terkejut dirinya, saat melihat laki-laki itu berada di belakangnya."Jangan ngelamun. Ntar malah kebawa ombak," ucap Ardiansyah sambil menyentil kening Felysia."Nggak bakal, lah. 'Kan udah besar. Mana kuat ombak bawa aku," ucap Felysia sambil mengelus-elus keningnya yang terasa sakit.Ardiansyah tersenyum tipis melihat perempuan itu sedang kesakitan. Entah apa yang terjadi, ia tiba-tiba melihat Laura sedang ada di
Ardiansyah menghela nafas panjang. Ia menutup matanya sambil menikmati angin yang menghembus ke arahnya.Sekarang, indekosnya sedang sepi. Karena, tiga sahabatnya sedang bekerja. Jadi, sekarang ia hanya ditemani oleh sebuah teh hangat dan biskuit.Ia duduk di sebuah gazebo yang ada di depan indekosnya. Sesekali, ia mengambil biskuit lalu memakannya.Sebenarnya, hari ini ia berniat untuk berlatih bela diri. Karena, selama beberapa hari belakangan ini, ia belum sempat berlatih. Jadwalnya semakin pada karena harus mengurus ego Valorant.Tiba-tiba, ia tersenyum kecil. Saat mendengar ada suara motor mendekat. Ia sudah sangat hafal dengan suara motor tersebut. Karena, sang pemilik motor itu adalah sahabatnya sendiri.Dan, tebakannya benar. Pemilik motor itu memarkirkan motornya tepat di samping gazebo. Lalu, pemilik motor itu duduk tepat di depan Ardiansyah."Brian," gumam Ardiansyah dengan suara sekecil mungkin agar Brian tidak menden
Tepat pukul 20.00. Ardiansyah memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas kecil miliknya. Karena tasnya kecil, jadi tidak banyak barang yang ia bawa. Cuma ada sebuah senter kecil, makanan ringan, dan sebuah pisau.Ia menatap pisau kecil itu secara saksama. Pisau itu adalah pisau yang sering dibawa oleh Aziel ke mana-mana. Pisau itu sekarang ada padanya, karena Aziel sendirilah yang memberikannya. Tetapi, Ardiansyah sama sekali belum pernah menggunakan pisau itu. Dan, pada akhirnya malam ini berencana untuk menggunakannya.Malam ini adalah malam yang selama ini telah ia tunggu-tunggu. Malam di mana ia bisa membalaskan kematian Aziel.Matanya melirik ke arah pintu kamarnya, karena merasa ada seseorang yang sedang menatapnya dari arah sana. Dan, benar. Ada seorang perempuan yang sedang berdiri di ambang pintu sembari menatapnya. Perempuan itu adalah Triana."Udah waktunya, ya?" tanya Triana sambil menatap Ardiansyah dengan saksama."Iya," jawab Ardians
Citra dan Vitra sekarang sudah ada di depan rumah Triana. Malam-malam seperti ini, memang tidak sopan berkunjung ke rumah orang lain. Tetapi, mereka harus melakukannya. Karena, sebentar lagi mereka akan menghadapi lomba tingkat nasional. Jadi, mereka ke sini untuk meminta waktu latihan tambahan, supaya nanti pas lomba kemungkinan mereka menang bertambah besar.Mereka sudah mengetuk pintu rumah Triana berkali-kali. Tetapi, tidak ada sahutan dari dalam. Dan, pintu rumah perempuan itu tidak terkunci. Jadi, mereka putuskan untuk langsung masuk ke dalam dan mencari keberadaan perempuan itu.Saat mereka sudah mulai memasuki ruang tengah. Mereka melihat ada seorang perempuan sedang tidur tengkurap di atas sofa. Dan kelihatannya itu adalah Triana."Anu, permisi," ucap Citra sambil menggoyang-goyangkan tubuh Triana.Sontak, Triana yang merasa tubuhnya digoyang-goyangkan langsung berdiri tegak. Lalu, pandangannya tertuju pada si kembar."Oh, kalian. Ngapain
Sekarang tim Alpha sudah berada di rumah orang yang akan mereka habisi. Dan, sekarang Denis sedang mencoba untuk menyadap seluruh CCTV yang ada di rumah target, agar para anggota yang lain bisa masuk tanpa takut ada barang bukti tentang keberadaan mereka.Tentu saja Denis tidak sendirian, ia ditemani oleh Rizky. Laki-laki itu bertugas untuk melindungi Rizky dari para pengawal."Masih lama, 'kah?" tanya Rizky pada Denis."Udah, suruh mereka masuk sekarang," ucap Denis dengan tegas.Sontak, Rizky melambai-lambaikan tangannya. Tanda kalau Denis sudah menyelesaikan tugasnya. Dan, dengan begitu para anggota yang lain bisa masuk ke dalam rumah target."Apa perlu gua matiin listrik rumah target?" tanya Denis sambil menatap Rizky."Bukannya nanti malah narik perhatian?" tanya Rizky."Kayaknya enggak, deh. Lagian para anggota yang lain pada bawa senter, 'kan? Kalau kita matiin listriknya, para pengawal yang ada di dalam rumah, bakal ke panel l
Ardiansyah dan Valorant sudah berada di kamar target. Kamarnya terbilang sangat luas dan sekarang semua listrik di rumah ini sedang mati. Jadi, mereka harus memastikan keberadaan target terlebih dahulu. Karena sangat berbahaya, kalau mereka langsung menyerang begitu saja. Bisa-bisa target berteriak memanggil bantuan dan mereka ketahuan.Sepintas, Valorant mendengar ada suara dengkuran. Dengan cepat, ia memberi isyarat kepada Ardiansyah kalau target sedang tidur di kasurnya. Ardiansyah pun langsung percaya dengan isyarat Valorant dan langsung berjalan pelan ke arah kasur.Tugas kali ini sangat sulit bagi Ardiansyah. Karena ia harus membuat target meninggal tanpa meninggalkan tanda-tanda kekerasan apa pun. Sedikit saja ia meninggalkan tanda kekerasan, pasti para polisi akan mengusut tuntas kasus pembunuhan ini. Dan, mereka akan tertangkap. Jadi, kali ini ia harus membuat kematian target seperti kematian karena penyakit.Jadi, ia putuskan untuk mendekap kepala targ