Mata Elvano membulat sempurna, saat ia merasa ada seorang menarik lengannya. Dan, betapa terkejut dirinya, saat kepalanya bersandar pada dada bidang laki-laki. Ia mulai mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang sudah melakukan itu semua. Dan, ternyata orang itu adalah Denis.
"Kamu hebat ... saya bangga sama kamu," lirih Denis sambil mengelus kepala Elvano.
Dan, saat itu juga, Elvano menyadarinya. Denis sudah mendengar semua pembicaranya dengan Laura. Dan, Denis memeluknya untuk menenangkan dirinya.
"Sakit ... saya tidak mengira sesakit ini," lirih Elvano sambil mencengkeram dada sebelah kanannya.
Denis tidak kuasa lagi. Ia juga bisa merasakan kesedihan muridnya itu. Murid yang selama ini selalu terlihat dengan senyuman. Sekarang, terlihat begitu lemah di dalam pelukannya.
"Maaf, tidak ada yang bisa lakuin buat ngilangin rasa sakit kamu," ucap Denis dengan penuh rasa sedih.
Andai saja, ada hal yang bisa merubah kenyataan. Pasti, D
Jam 08.15. Felysia dan Brian sedang berada di dalam kelas XI MIPA-1. Felysia duduk di kursinya, sedangkan Brian berdiri tepat di samping Felysia. Felysia tidak tau pasti apa yang ingin Brian bicarakan dengannya. Tetapi, kelihatannya, laki-laki itu butuh waktu untuk menyampaikan isi hatinya."Kenapa? Ada masalah?" tanya Felysia sambil menatap manik mata Brian secara saksama."Aku mau ngasih kamu tau sesuatu," ucap Brian."Iya, mau ngasih tau apa?" tanya Felysia."Sebenarnya ak—" ucapan Brian terhenti karena tiba-tiba ada orang yang menendang tangan kirinya.Karena tendangan itu, Brian pun terpental ke arah kanan sambil memegangi tangan kirinya yang terasa sangat sakit. Dengan penuh emosi, Brian menatap orang yang telah menendangnya. Tetapi, sesaat, emosinya mereda tau, kalau orang yang menendangnya adalah Ardiansyah."Kita pergi dari sini," ucap Ardiansyah sambil menggenggam erat tangan Felysia."Apa maksud lo? Gua lagi bicara sama pacar gua,
Jam 20.00. Prata dan Reza sudah sampai di depan indekos Ardiansyah, dengan semua luka yang ada di wajahnya. Walau, wajah mereka berdua lebam, mereka masih sempat-sempatnya tersenyum lebar pada Arta yang sudah menunggu kepulangan mereka."Gimana?" tanya Arta pada Prata dan Reza yang baru saja sampai di hadapannya."Sempurna," jawab Reza.Arta pun mengangguk pelan. Ia tau betul, apa yang dimaksud sempurna oleh Reza. Ia yakin, kalau kedua orang itu bisa menyelesaikan masalah ini, tanpa membuat masalah baru lagi."Dia nggak keluar?" tanya Prata."Belum. Tapi, dia tadi sempat ngobrol sama gua. Dan, dia udah makan nasi bungkus dari Denis," jawab Arta."Baguslah kalau gitu. Setidaknya, dia sudah makan," ucap Reza.Tiba-tiba, ada sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan indekos Ardiansyah. Arta, Prata, dan Reza sudah sangat mengenali mobil itu. Dan, mereka tau pasti siapa pemilik mobil hitam itu. Pemilik mobil hitam itu adalah perempuan yang telah
Jam 19.00. Di rumah Laura. Atau lebih tepatnya, di ruang tamu. Sedang ada empat orang yang sedang duduk di sofa. Sepasang suami istri, anak perempuan satu-satunya, dan seorang laki-laki. Plak!...Suara tamparan itu terdengar jelas di telinga semua orang yang ada di ruang tamu. Tentu saja, Rizky lah yang membuat suara itu. Rizky lah yang menampar. Dan, Brian lah yang tertampar. Rizky sangat tidak percaya dengan apa yang sekarang ia alami. Ia tidak percaya, kalau anak perempuan yang selama ini ia jaga, ternyata sudah dirusak oleh laki-laki lain. Emosinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Sungguh, ia sangat membenci laki-laki itu. Andai saja, membunuh orang tidak berdosa. Pasti, Rizky sudah membunuh laki-laki itu sejak awal. "Laura. Bukannya kamu pacarnya Langit?" tanya Rizky sambil menatap Laura dengan tatapan tajam. "Bukan Laura yang salah, Om. Saya yang salah," sahut Brian. Plak!...Tamparan keras lagi. Tentu saja, Brian lah ya
Jam 19.00. Brian sedang berada di sebuah mini market untuk membeli beberapa cemilan untuk sang calon istrinya. Dengan sekeranjang penuh, ia berjalan menuju ke arah kasir. Lalu, membayar semua barang belanjaannya.Setelah selesai dengan urusannya di mini market. Ia pun keluar dari bangunan itu, lalu berjalan menuju rumah Laura yang letaknya tidak begitu jauh dari mini market itu.Ia memang sengaja berjalan kaki. Karena, malam ini ia berniat untuk memuaskan dirinya sebelum hari esok. Karena, hari esok adalah hari pernikahan dirinya dengan Laura.Langkahnya terhenti di depan sebuah gang sempit. Ia menatap gang sempit itu secara saksama. Kalau perhitungannya benar, gang itu adalah jalan pintas untuk ke rumah Laura. Gang itu bisa membuatnya lebih cepat 5 menit untuk sampai ke rumah Laura.Tanpa basa-basi lagi. Ia pun mulai berjalan memasuki gang itu. Dengan langkah pelannya, ia mulai memasuki gang itu. Matanya menatap dinding yang ada di samping kanannya.
Jam 09.00. Di depan sebuah gedung pernikahan. Sudah berdiri seorang laki-laki dengan setelan jas berwarna biru muda. Laki-laki itu sangat terlihat sangat tampan hari ini. Siapa lagi kalau bukan Ardiansyah Elvano Sora. Seorang laki-laki yang telah ditinggal nikah oleh pacarnya sendiri. Dengan sebuah senyuman, ia melangkahkan kakinya memasuki gedung pernikahan. Matanya melihat ke arah sekitar. Ia tersenyum kecil, saat melihat banyak teman Rizky dari angkatan laut mendatangi acara ini. Ia duduk di salah satu kursi yang posisinya ada di belakang. Ia sengaja duduk di paling belakang, agar Brian dan Laura tidak mengetahui kedatangannya ke gedung ini. Karena, ia tau kalau mereka berdua akan bersedih jika melihat kedatangannya. Jadi, ia memilih untuk menunda kemunculannya. Ardiansyah memandang wajah cantik Laura sambil tersenyum tipis. Perempuan itu sangatlah cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna putih. Ia pasti sangat bahagia, jika pasangan La
Jam 15.09. Felysia sudah sampai di rumahnya. Dengan langkah kecil ia berjalan menuju pintu kamarnya. Matanya menatap pintunya yang terlihat terbuka. Ia sangat yakin, kalau sebelum ia berangkat, ia sudah menutup pintu kamarnya rapat-rapat.Seketika, ia langsung mendapatkan firasat buruk. Ada seorang maling di kamarnya? Atau, ada seseorang penculik yang sedang bersembunyi di dalam kamarnya? Dengan perasaan khawatir, ia mulai melangkah mendekat ke arah pintu kamarnya. Ia pastikan, setiap langkahnya tidak menimbulkan bunyi. Agar, orang yang ada di dalam kamarnya, tidak mengetahui keberadaannya.Saat ia sudah berada di depan pintu, ia langsung mengintip dari sela-sela pintu. Ia melihat ada seorang gadis kecil yang sedang duduk di atas kasurnya sambil membaca sebuah buku novel.Felysia pun menghembuskan nafas lega. Karena, ternyata yang membuka pintu kamarnya adalah Nindy.Ia pun membuka pintu kamarnya lebar. Lalu, berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Jam 15.00. Felysia sedang berada di pinggir pantai. Tentu saja, ini adalah pantai yang dulu sering ia kunjungi dengan Elvano saat dirinya dan laki-laki itu masih SMP. Tentang ingatannya yang hilang. Sekarang ia sudah hampir mengingat seluruh kenangannya saat masih berada di bangku SMP. Bahkan, ia sudah mengingat semua kenangannya bersama Elvano. Sekarang, Felysia sudah tau tentang semuanya. Jadi, Elvano tidak bisa membohongi dirinya lagi. Sebenarnya, ia sangat ingin menemui Elvano, lalu bilang kepada laki-laki itu tentang ingatannya yang sudah pulih kembali. Tetapi, keinginannya itu, harus ia urungkan. Karena, beberapa hari ini, ia tidak melihat laki-laki itu di sekolah. Bahkan, ia tidak dapat menemukan laki-laki itu di indekosnya. Entah, laki-laki itu menghindarinya. Atau malah, laki-laki itu sudah pergi jauh darinya. Felysia menggenggam erat sebuah kalung berbentuk sayap malaikat. Itu adalah kalung yang dulu ia temukan saat sedang berwisata ke Bali. Dengan
Jam 06.45. Felysia sudah berada di depan kelas XII MIPA-1. Ia sedang menunggu kedatangan seorang laki-laki yang kemarin sempat ia peluk erat di bawah rintikan hujan deras.Dengan penuh bahagia, ia melihat ke arah seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arahnya. Laki-laki itu masih saja terlihat suram seperti biasanya."Selamat pagi," ucap Felysia.Tidak lama setelah itu, mata Felysia membulat sempurna. Bagaimana tidak? Laki-laki itu tidak membalas ucapannya sama sekali. Dengan mudahnya, laki-laki itu masuk ke dalam kelas tanpa menghiraukan dirinya yang sudah menunggu kedatangannya sejak dari tadi pagi.Tanpa berpikir panjang, Felysia pun langsung mengikuti langkah laki-laki itu. Ia ingin menanyakan, alasan kenapa laki-laki itu tidak menjawab sapaannya. Padahal kemarin mereka begitu dekat. Tetapi, kenapa sekarang laki-laki itu bersikap seakan tidak saling mengenal?"Hei, kalau ada yang salah bilang. Kenapa kamu nyuekin aku begitu aja?" t
Semua murid di SMP Alexander digegerkan dengan kabar tuan muda perusahaan Clover akan datang ke sekolah mereka.Tentu saja hal itu membuat semua warga sekolah menjadi sangat khawatir karena tiba-tiba mereka kedatangan tamu yang sangat penting.Perusahaan Clover sudah menyumbang banyak untuk SMP Alexander. Mulai dari dana, barang-barang, dan makanan. Jadi sedikit saja mereka membuat kesalahan, bisa-bisa perusahaan Clover tidak akan memberi bantuan lagi ke mereka. Dan jika itu terjadi, maka mereka akan kesusahan.Seluruh mata terpusat pada seorang gadis dan seorang laki-laki muda dengan jas hitam sedang berjalan masuk ke dalam area sekolahan.Laki-laki muda itu terlihat sangat berwibawa. Jadi sudah dipastikan kalau laki-laki itulah tuan muda yang sedang dibicarakan oleh warga sekolah. Sedangkan gadis yang sedang bersamanya itu adalah adik dari laki-laki itu."Selamat datang, Tuan Ardiansyah. Kalau boleh tau, ada urusan apa, ya? Kok datang menda
Makan malam keluarga Carles. Kalau biasanya cuma ada Hilda, Carles, dan Ardiansyah di meja makan. Kali ini sedikit berbeda. Karena Felysia, Nindy, Arta, Prata, dan Reza ikut dalam acara makan malam ini atas bujukan dari Ardiansyah.Tentu saja Hilda dan Carles tidak begitu masalah kalau sahabat-sahabat putranya ikut serta dalam acara makan malam ini. Mereka malah senang, karena dengan adanya mereka, Ardiansyah terlihat lebih bahagia dan sering tersenyum.Ardiansyah yang selalu terlihat tegas dan dingin. Malam ini terlihat begitu bahagia dan hangat. Sangat berubah dari hari-hari sebelumnya.Carles bahagia melihat itu. Karena akhirnya Ardiansyah menemukan bahagianya yang telah lama menghilang dari hidupnya."Katanya kamu mau tunangan. Acara tunangannya mau diadain di Indonesia atau di sini?" tanya Carles pada Ardiansyah.Ardiansyah langsung terdiam. Ia sama sekali belum memikirkan tentang tempat acara pertunangannya dengan Felysia. Karena ia pik
Setelah acara makannya selesai. Mereka pun melanjutkan perjalan ke rumah Ardiansyah yang letaknya tidak begitu jauh dari restoran tersebut.Karena letaknya tidak begitu jauh. Mereka hanya perlu waktu sekitar lima menit untuk sampai di rumah Ardiansyah.Dan akhirnya mereka sampai. Mobil mereka memasuki halaman rumah yang terbilang sangat luas. Di hadapan mereka sekarang berdiri sebuah rumah yang terlihat seperti istana mewah.Rumah itu terlihat sangat mewah dan megah. Sudah bisa ditebak, kalau rumah itu adalah rumah yang sangat mahal."Menurut laporan, ayah Anda sekarang masih ada di kantor. Jadi sepertinya hanya ada ibu Anda di dalam," ucap Selly saat mobil sudah berhenti sempurna."Kamu mau ikut masuk atau pulang?" tanya Ardiansyah sambil menatap Selly."Kelihatannya lebih baik saya pulang. Saya nggak begitu mau ikut campur dalam urusan ini," jawab Selly sambil memandang Ardiansyah."Oke. Biar supir ini yang nganter kamu pulang."
Rombongan Ardiansyah sudah sampai di Singapura. Mereka keluar dari bandara untuk menanti jemputan mereka.Ada satu hal lucu yang tadi terjadi di pesawat. Tadi saat pesawatnya ingin lepas landas, Nindy sangat merasa ketakutan, sampai-sampai memeluk tubuh Ardiansyah yang duduk tepat di samping kanannya dengan erat. Gadis kecil itu belum pernah naik pesawat sekali pun. Jadi wajar saja kalau gadis itu ketakutan saat harus naik pesawat untuk yang pertama kalinya.Dan sekarang gadis kecil itu sedang tertidur pulas di gendong Ardiansyah."Yang jemput kita supir rumah atau supir kantor?" tanya Ardiansyah pada Selly yang berdiri tepat di sebelah kirinya."Dua-duanya. Jadi akan dua mobil yang akan menjemput kita," jawab Selly.Ardiansyah pun mengangguk pelan setelah mendengar jawaban Selly. Dua mobil. Mobil pertama akan dinaiki oleh dirinya, Selly, Felysia, dan Nindy. Mobil kedua akan dinaiki oleh Arta, Prata, dan Reza.Tidak lama kemudian ada d
Hari keberangkatan Ardiansyah ke Singapura. Pesawatnya akan berangkat jam 10.00. Dan sekarang sudah jam 09.30.Ardiansyah tidak tau, kapan lagi ia akan ada kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Kenangannya di negeri ini sangatlah banyak. Membuatnya tersiksa oleh kerinduan jika tidak cepat-cepat pulang ke negeri ini.Pekerjaannya yang banyak membuatnya sangat susah untuk mempunyai waktu luang. Tetapi karena pekerjaannya yang banyak itulah, ia bisa mengalihkan pikiran sejenak dari semua sahabatnya yang ada di Indonesia.Rasanya baru kemarin ia sampai di Indonesia. Tetapi sekarang sudah harus kembali lagi ke Singapura. Sungguh, ia ingin menikmati waktu bersama sahabat-sahabatnya lebih lama lagi."Apakah Anda akan baik-baik saja setelah ini semua?" tanya Selly sambil memberikan sebuah kaleng minuman bersoda ke Ardiansyah."Apa maksud kamu?" tanya balik Ardiansyah sambil mengambil minuman yang disodorkan oleh Selly."Semua kenangan Anda di
Malam yang sangat dingin. Arta, Prata, dan Reza sedang bermain kartu di bawah langit malam. Dengan beralaskan tikar dan ditemani makanan ringan, mereka membuat malam yang sepi ini menjadi malam yang sangat ramai.Walau terasa sangat ramai. Tetapi tetap saja mereka merasa ada yang kurang. Bukan makanan maupun minuman. Tetapi orangnya. Ada satu orang yang tidak hadir di malam ini dan malam-malam sebelumnya.Orang itu sudah tidak pernah muncul lima tahun belakangan ini. Membuat mereka merasakan kesepian. Karena tanpa orang itu, tidak ada lagi makanan-makanan yang enak. Cuma masakan orang itu yang bisa memuaskan perut mereka. Cuma kehadiran orang itu yang bisa memenuhi lubang di hati mereka.Permainan terhenti, saat ada sebuah motor sport berhenti tepat di dekat mereka. Pengemudi itu menggunakan helm, jadi mereka tidak bisa melihat wajah sang pengemudi motor tersebut.Pengemudi itu mematikan motornya. Dan berjalan ke arah mereka dengan sebuah kantong plastik
Pagi ini, Triana sedang mengawasi Vitra dan Citra yang sedang berlatih di kolam renang. Kali ini mereka berlatih menggunakan kolam renang umum. Karena kolam renang di rumah Triana sedang dibersihkan.Triana mengawasi kedua muridnya itu dari pinggir lapangan. Ia tersenyum kecil, saat sadar bahwa kedua muridnya itu sudah sangat berkembang dibanding saat pertama kali ia melatih mereka.Gerakan renang kedua muridnya itu sudah hampir mirip dengan gerakan ibu mereka. Jadi Triana yakin, kalau kedua muridnya itu akan baik-baik saja di masa depan. Karena level mereka sudah jauh di atasnya.Dari dua muridnya itu, ia sangat mengandalkan Citra. Karena Citra bisa sangat rileks dan fokus saat sudah ada di dalam air. Sedangkan Vitra masih sering kehilangan konsentrasi saat berenang. Itu adalah satu-satunya kekurangan Vitra.Triana menyodorkan dua botol air mineral, saat dua muridnya itu sudah sampai ujung. Muridnya itu sudah berlatih sangat keras hari ini. Jadi su
Bel pulang sekolah berbunyi. Sontak semua murid yang ada di kelas langsung berteriak bahagia. Karena akhirnya mereka bisa lepas dari pelajaran-pelajaran yang membuat kepala mereka pusing.Seorang perempuan cantik keluar dari kelas VIII dengan sebuah senyuman di pipi manisnya. Perempuan itu adalah Nindy Carolina. Seorang siswi yang paling pintar di SMP Pelita.Bukan cuma kepintarannya saja yang membuatnya terkenal. Tetapi kecantikannya juga. Perempuan dengan para cantik itu sudah menolak banyak pria dengan alasan ingin fokus belajar. Dan saking banyaknya pria yang sudah ia tolak, ia bahkan sampai tidak bisa menyebutkannya satu per satu.Nindy berjalan ke arah luar bersama teman-temannya. Saat baru saja sampai di luar gerbang. Ia melihat banyak perempuan dari sekolahnya berkumpul di satu titik. Seakan sedang mengamati sesuatu."Itu ada apa?" tanya Nindy pada salah satu temannya."Katanya sih ada cowok ganteng banget di depan. Kayaknya lagi nung
5 tahun setelahnya. Brian sudah menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang ekspor dan impor. Bisa dibilang, sekarang Brian selalu bisa membeli apa yang diinginkannya dengan mudah. Bahkan uang yang ada di tabungannya sekarang sudah tidak bisa ia habiskan dalam kurun waktu 1 Minggu. Saking banyaknya, ia sampai tidak tau lagi mau diapakan semua uang yang ada di tabungannya. Oh, iya. Sekarang ia sudah punya anak. Hikari Aurora Xenovia. Hikari adalah nama yang disarankan oleh Ardiansyah. Sedangkan Aurora adalah nama yang disarankan oleh Laura. Dan Xenovia adalah nama yang disarankan oleh Brian. Brian benar-benar menamai anaknya menggunakan nama yang disarankan oleh sahabatnya itu. Karena baginya, nama Hikari itu adalah keinginan sahabatnya sebelum sahabatnya itu dikabarkan meninggal karena sebuah tembakan. Jadi Brian dengan suka rela mengabulkan keinginan terakhir sahabatnya itu. Hari ini adalah hari y