Jam 09.00. Hari ini, di SMA Nusa Bangsa akan diadakan sebuah pertandingan lomba renang. Kali ini, SMA Pelita akan melawan SMA Cipta Karya. Tentu saja, para orang tua murid juga diundang untuk melihat pertandingan itu.
SMA Nusa Bangsa. Kali ini, sangat mengandalkan Hariz dan Laura. Karena, Hariz adalah ketua ekskul renang pria dan Laura adalah ketua ekskul renang putri.
Sedangkan, SMA Cipta Karya. Kali ini, sangat berharap dengan Vitra dan Citra. Sepasang adik-kakak yang memiliki wajah kembar. Citra, sang kakak menjabat sebagai ketua ekskul renang putri. Sedangkan, Vitra, menjabat sebagai ketua ekskul renang pria.
Kedua orang yang selama ini bisa dibilang tidak dapat dikalahkan. Apa lagi, Vitra. Laki-laki itu sudah menantang seluruh murid ekskul renang yang ia temui. Dan, selalu berakhir dengan sebuah kemenangan.
Kali ini, Vitra berharap, kalau ada salah satu anggota ekskul renang SMA Nusa Bangsa bisa mengalahkannya. Ia sudah sangat muak dengan kekalahan.
Pada detik-detik, Laura mulai tenggelam, para penonton sudah heboh. Rizky saat itu sudah ingin langsung terjun ke dalam kolam, lalu menyelamatkan anak perempuannya itu. Tetapi, langkahnya terhenti, saat ada seorang anak muda berlari melewatinya dengan wajah cemas.Dari wajah anak muda itu, sangat terlihat jelas, kalau dirinya sangat-sangat khawatir dengan Laura. Jadi, Rizky memilih untuk menghentikan langkahnya. Dan, melihat bagaimana anak muda itu menyelamatkan putrinya.Rizky mengenal baik anak muda itu. Anak muda itu adalah murid dari salah satu sahabat dekatnya yang sekarang sudah tidak ada lagi di dunia ini. Anak muda itu bernama Elvano Ardiansyah Sora."Perlihatkan ke orang tua ini, sejauh mana Aziel sudah membimbing mu," gumam Rizky.Ardiansyah langsung terjun begitu saja ke dalam kolam renang. Laura ada di lintasan nomor 4. Berada di tengah-tengah. Jadi, ia memerlukan waktu untuk mencapai tempat Laura.Tetapi, ini m
13.00. Ruangan UKS SMA Nusa Bangsa. Di sebuah kasus yang di dalam ruangan itu, terbaring lemas seorang perempuan cantik.Perempuan itu sudah sadar sedari sekitar 5 menit yang lalu. Jadi, tenaganya sudah mulai pulih sekarang. Dan, sekarang, ia hanya menunggu izin dari Vito untuk pulang ke rumah.Selain menunggu izin dari Vito. Ia juga sedang menunggu dua laki-laki yang sangat berharga baginya. Laki-laki yang pertama adalah Rizky. Dan, yang kedua adalah Ardiansyah.Ia sangat bahagia, saat teringat kejadian tadi. Ia masih ingat jelas, sebelum ia pingsan, ia melihat Ardiansyah sedang berusaha menyelamatkannya."Eh, gua dengar. Tapi, si Ardi nantangin si kembar lomba renang. Karena si kembar ngejek si Laura," ucap seseorang yang sempat melewati depan UKS.Sontak, Laura langsung mengepalkan kedua tangannya. Pandangannya langsung menatap seorang perempuan yang sedari tadi menunggunya. Perempuan itu adalah Felysia."Seperti yang lo
Jam 16.00. Felysia dan Ardiansyah sudah berada di pantai yang jaraknya tidak begitu jauh dari SMP Pelita. Felysia ke sini untuk mendengarkan cerita tentang Langit. Sedangkan, Ardiansyah ke sini, untuk menceritakan kepada Felysia sedikit tentang dirinya di masa SMP. Tentu saja, Ardiansyah tidak akan bilang ke Felysia, kalau dirinya adalah Langit.Mereka berdua berdiri tepat di bibir pantai. Menatap indahnya ombak pantai. Seperti dulu lagi. Dengan orang yang sama. Dengan perasaan yang sama. Tapi, dengan sosok yang berbeda. Ardiansyah yang sekarang bukanlah Langit yang dulu.Ardiansyah yang sekarang hanyalah seorang pengecut yang tidak berani mengungkapkan identitasnya dan perasaannya sendiri. Perasaanya kepada Felysia tidak sedikit pun berubah. Masih sama seperti dulu. Dan, semakin hari, semakin menggila."Lo sama Langit dulu sering banget ke sini," ucap Ardiansyah."Ke sini? Ngapain?" tanya Felysia."Nikmati senja, beli air kelapa muda, berbincang,
Jam 15.00. Seperti biasanya, Ardiansyah harus menjadi guru les buat Felysia. Mengajari perempuan itu tentang ilmu fisika. Dan, memastikan, kalau perempuan itu mendapatkan nilai di atas rata-rata saat tes kenaikan kelas.Sekarang, situasinya sudah berbeda. Kalau biasanya, hanya ada Ardiansyah dan Felysia. Sekarang, ada satu orang tambahan yang ikut belajar bersama. Orang itu adalah Nindy.Benar, Nindy. Hubungan gadis kecil itu dengan Felysia sudah mulai membaik. Sekarang kedua perempuan itu sudah lebih sering saling sapa. Dan, lebih sering terlihat sedang berdua. Tentu saja, itu semua karena Ardiansyah. Ardiansyah lah yang memaksa Felysia untuk bersikap baik kepada Nindy. Dan, Ardiansyah lah yang paling berkontribusi dalam membaiknya hubungan Felysia dan Nindy.Saat ini Felysia, Nindy, dan Ardiansyah sedang berada di ruang tamu rumah Felysia. Felysia dan Nindy sedang berusaha mengerjakan soal yang diberikan Ardiansyah. Dan, Ardiansyah sedang menyibukkan diri dengan
Jam 20.00. Ardiansyah sedang berjalan menuju ke arah indekosnya. Langkahnya terhenti, saat melihat pintu indekos Arta, Prata, dan Reza terbuka lebar.Dengan perasaan khawatir. Ia percepat langkahnya menuju ke indekos ketiga orang itu. Langkahnya terhenti, saat sudah berada di ambang pintu. Matanya membulat sempurna, saat melihat indekos ketiga orang itu sangat-sangat berantakan. Lebih berantakan dari biasanya.Perlahan, ia melangkah masuk ke dalam. Memandang ke arah sekitar. Sangat jarang sekali, ketiga orang itu tidak ada di dalam indekos. Apa lagi, sekarang sudah malam.Ia hentikan langkahnya, saat melihat sebuah surat tergeletak di atas lantai. Ia pun membungkuk, lalu mengambil secarik surat itu."Temui kami di tempat biasanya. Ayo kita tuntaskan dendam yang ada," ucap Ardiansyah membacakan isi surat itu.Dilihat dari tulisannya. Pasti, bukan Arta, Prata, dan Reza yang menuliskan surat itu. Ardiansyah sudah sangat hafal gimana bentuk tulis
Jam 10.00. Laura baru saja mendapatkan sebuah pesan dari Reza. Setelah membaca pesan itu, langsung berlari menuju ke arah garasi rumahnya.Tanpa berpamitan, ia langsung melenggang begitu saja menaiki mobil kesayangan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Berkali-kali ia menekan klakson mobilnya, agar semua pengendara yang ada di depannya menyingkir.Tak lama kemudian, ia sudah sampai di parkiran rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya, ia pun langsung menuju ke arah resepsionis rumah sakit, untuk menanyakan di mana tempat Ardiansyah dirawat.Setelah tau di mana tempatnya, ia pun langsung menuju ke ruangan itu. Ia sudah pernah dirawat di rumah sakit ini. Jadi, ia masih sedikit ingat tentang ruangan-ruangan yang ada di dalam rumah sakit.Langkahnya mulai perlahan, saat sudah dekat dengan ruangan Ardiansyah. Matanya menatap Arta, Prata dan Reza yang sedang duduk kursi."Kenapa kalian nggak masuk ke dalam? Siapa yang jaga Ar?" tanya Laura
Jam 14.00. Seorang pria berjalan santai menelusuri koridor rumah sakit. Langkahnya terhenti di depan sebuah ruangan. Tangannya mulai mengarah ke gagang pintu. Pria itu menghembuskan nafasnya, lalu membuka pintu tersebut.Matanya menatap ke arah seorang laki-laki yang sedang duduk di atas kasur sambil membaca sebuah buku novel. Ia ikut tersenyum saat melihat laki-laki itu tersenyum."Oh, Pak Denis. Gimana kabar Anda?" tanya laki-laki itu sambil menutup buku novelnya.Laki-laki itu adalah Ardiansyah. Salah satu muridnya yang sangat nekat melawan sekelompok preman dan akhirnya terbaring di kasur rumah sakit karena mendapatkan sebuah tusukan pisau tepat di perut sebelah kanannya."Pak Denis? Kenapa bengong aja?" tanya Ardiansyah."Gimana kabar kamu?" tanya Pak Denis sambil menutup pintu."Sehat-sehat saja. Mana mungkin, orang seperti saya mati hanya karena sebuah tusukan pisau."Denis menggelengkan kepalanya secara perlahan. Ia tidak
Jam 17.00. Reno menghembuskan nafasnya perlahan, setelah mendapatkan telepon dari Denis. Laki-laki itu sudah cerita tentang semua rencana Ardiansyah ke depannya.Ia memang tidak rela jika harus membiarkan Nindy pergi bersama Ardiansyah. Tetapi, kalau kecurigaan Ardiansyah benar, rencana itu yang dapat menyelamatkan Nindy dari penculikan.Matanya beralih menatap gadis kecil yang sedang makan bersama Felysia di meja makan. Ia tersenyum kecil, sekarang kedua putrinya itu tidak saling mengacuhkan lagi. Ia bahkan, sering memergoki kedua putrinya itu sedang berbicara berdua di halaman rumah.Ia berjalan perlahan menuju ke arah meja makan. Langkahnya terhenti, saat sudah berada di samping kursi. Lalu secara perlahan, ia pun duduk manis di kursinya."Nindy kamu liburan nggak?" tanya Reno. Dan, langsung mendapatkan sebuah tatapan dari Nindy dan Felysia."Liburan? Nindy kan harus sekolah," ucap Nindy."Ayah yang akan ngurus surat izin kamu