Tepat pukul 20.00. Ardiansyah memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas kecil miliknya. Karena tasnya kecil, jadi tidak banyak barang yang ia bawa. Cuma ada sebuah senter kecil, makanan ringan, dan sebuah pisau.
Ia menatap pisau kecil itu secara saksama. Pisau itu adalah pisau yang sering dibawa oleh Aziel ke mana-mana. Pisau itu sekarang ada padanya, karena Aziel sendirilah yang memberikannya. Tetapi, Ardiansyah sama sekali belum pernah menggunakan pisau itu. Dan, pada akhirnya malam ini berencana untuk menggunakannya.
Malam ini adalah malam yang selama ini telah ia tunggu-tunggu. Malam di mana ia bisa membalaskan kematian Aziel.
Matanya melirik ke arah pintu kamarnya, karena merasa ada seseorang yang sedang menatapnya dari arah sana. Dan, benar. Ada seorang perempuan yang sedang berdiri di ambang pintu sembari menatapnya. Perempuan itu adalah Triana.
"Udah waktunya, ya?" tanya Triana sambil menatap Ardiansyah dengan saksama.
"Iya," jawab Ardians
Citra dan Vitra sekarang sudah ada di depan rumah Triana. Malam-malam seperti ini, memang tidak sopan berkunjung ke rumah orang lain. Tetapi, mereka harus melakukannya. Karena, sebentar lagi mereka akan menghadapi lomba tingkat nasional. Jadi, mereka ke sini untuk meminta waktu latihan tambahan, supaya nanti pas lomba kemungkinan mereka menang bertambah besar.Mereka sudah mengetuk pintu rumah Triana berkali-kali. Tetapi, tidak ada sahutan dari dalam. Dan, pintu rumah perempuan itu tidak terkunci. Jadi, mereka putuskan untuk langsung masuk ke dalam dan mencari keberadaan perempuan itu.Saat mereka sudah mulai memasuki ruang tengah. Mereka melihat ada seorang perempuan sedang tidur tengkurap di atas sofa. Dan kelihatannya itu adalah Triana."Anu, permisi," ucap Citra sambil menggoyang-goyangkan tubuh Triana.Sontak, Triana yang merasa tubuhnya digoyang-goyangkan langsung berdiri tegak. Lalu, pandangannya tertuju pada si kembar."Oh, kalian. Ngapain
Sekarang tim Alpha sudah berada di rumah orang yang akan mereka habisi. Dan, sekarang Denis sedang mencoba untuk menyadap seluruh CCTV yang ada di rumah target, agar para anggota yang lain bisa masuk tanpa takut ada barang bukti tentang keberadaan mereka.Tentu saja Denis tidak sendirian, ia ditemani oleh Rizky. Laki-laki itu bertugas untuk melindungi Rizky dari para pengawal."Masih lama, 'kah?" tanya Rizky pada Denis."Udah, suruh mereka masuk sekarang," ucap Denis dengan tegas.Sontak, Rizky melambai-lambaikan tangannya. Tanda kalau Denis sudah menyelesaikan tugasnya. Dan, dengan begitu para anggota yang lain bisa masuk ke dalam rumah target."Apa perlu gua matiin listrik rumah target?" tanya Denis sambil menatap Rizky."Bukannya nanti malah narik perhatian?" tanya Rizky."Kayaknya enggak, deh. Lagian para anggota yang lain pada bawa senter, 'kan? Kalau kita matiin listriknya, para pengawal yang ada di dalam rumah, bakal ke panel l
Ardiansyah dan Valorant sudah berada di kamar target. Kamarnya terbilang sangat luas dan sekarang semua listrik di rumah ini sedang mati. Jadi, mereka harus memastikan keberadaan target terlebih dahulu. Karena sangat berbahaya, kalau mereka langsung menyerang begitu saja. Bisa-bisa target berteriak memanggil bantuan dan mereka ketahuan.Sepintas, Valorant mendengar ada suara dengkuran. Dengan cepat, ia memberi isyarat kepada Ardiansyah kalau target sedang tidur di kasurnya. Ardiansyah pun langsung percaya dengan isyarat Valorant dan langsung berjalan pelan ke arah kasur.Tugas kali ini sangat sulit bagi Ardiansyah. Karena ia harus membuat target meninggal tanpa meninggalkan tanda-tanda kekerasan apa pun. Sedikit saja ia meninggalkan tanda kekerasan, pasti para polisi akan mengusut tuntas kasus pembunuhan ini. Dan, mereka akan tertangkap. Jadi, kali ini ia harus membuat kematian target seperti kematian karena penyakit.Jadi, ia putuskan untuk mendekap kepala targ
Triana sedang menikmati semangkok mie rebus sambil menonton acara kesayangannya. Sesekali ia tertawa melihat tingkah lucu salah satu tokoh kesayangannya.Tanpa ia sadari, sudah jam 23.00. Yang berarti ia harus segara tidur, supaya besok bisa bangun pagi-pagi sekali. Memastikan semua hal yang akan ia gunakan besok lusa sudah siap.Saat Triana ingin beranjak ke kamar. Tiba-tiba ia mendengar ketukan pintu.Ia tersenyum kecil. Karena ia sangat yakin, kalau orang yang mengetuk pintu rumahnya adalah Ardiansyah. Akhirnya laki-laki itu berhasil kembali dengan selamat."Masuk 'aja, kali. Biasanya aja langsung masuk tanpa ngetuk pintu," ucap Triana dengan keras supaya orang yang ada di depan pintu bisa mendengar suaranya.Tetapi, orang yang ada di depan pintu itu tak kunjung masuk. Malahan orang itu makin keras mengetuk pintu rumah Triana.Di saat itu, Triana langsung curiga. Kalau memang benar Ardiansyah yang ada di depan pintu, pasti lak
Lomba renang tingkat nasional. Tentu saja Vitra dan Citra sudah siap untuk hari ini. Dengan segala latihannya selama ini, mereka yakin kalau mereka akan bisa memenangkan pertandingan kali ini.Ini memang pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di tingkat nasional. Makanya sekarang mereka merasa gugup. Jantung mereka berdetak lebih kencang dibanding pertandingan sebelum-sebelumnya.Vitra sudah bersiap di lintasannya dengan 5 orang yang akan menjadi lawannya. Pandangannya melihat ke arah para penonton, ia mencari sosok sahabatnya. Namun tak kunjung mendapati keberadaan sahabatnya itu.Apakah sahabatnya tidak datang? Tetapi kenapa? Kan ini adalah hari yang penting untuknya.Mata Vitra mendapati ada seorang laki-laki paruh baya di antara ribuan penonton. Laki-laki itu duduk dengan tenangnya sambil melihat ke arahnya.Senyumannya mengembang sempurna, karena pada akhirnya sang ayah mau datang untuk melihat dirinya bertanding.Tau tentang keberada
Reno menatap Felysia dengan tatapan sayu. Tentu saja, ia sudah mendapatkan kabar dari tim Alpha tentang kejadian Ardiansyah.Ia juga merasa hancur, saat tau kalau Ardiansyah sudah tiada dan mayatnya belum ditemukan sampai sekarang. Tetapi, ia yakin, kalau kedua anaknya akan lebih hancur darinya jika tau tentang hal ini. Jadi ia bingung, apakah ia harus memberitahukan kedua anaknya tentang hal yang menimpa Ardiansyah atau tidak.Ia merasa kalau kedua anaknya berhak tau tentang hal itu. Tetapi, sangat sulit baginya untuk menjelaskan semuanya. Ia tidak tau harus mulai dari mana. Cerita bagaimana. Dan harus menjelaskan seperti apa. Ia bahkan tidak tau harus berekspresi bagaimana jika tiba-tiba Nindy menanyakan tentang Ardiansyah yang sudah lama tidak datang ke rumah. Haruskah ia berbohong? Tetapi untuk apa? Jika pada akhirnya kedua anaknya akan tau dengan sendirinya.Tidak peduli seberapa lama ia menutupi rahasia ini. Pasti cepat atau lambat, kedua anaknya itu
Acara pernikahan Denis dan Triana. Semua orang yang ada di sana terlihat sedang bergembira. Karena melihat orang yang mereka sayang menikah.Semua tamu undangan hari ini datang. Termasuk Vitra, Citra, Rizky, Brian, Laura, Felysia, Reno, Nindy Valorant, dan tim Alpha.Terdapat banyak pilihan makanan yang tersedia. Membuat para tamu bebas memilih makanan yang mereka suka. Bahkan ada beberapa tamu yang memilih untuk membungkus makanan itu untuk makan di rumah.Bukan cuma makanan. Minumannya juga ada banyak. Mulai dari minuman bersoda, sirup sampai minuman Boba. Membuat para tamu betah berlama-lama berada di acara ini.Denis dan Triana sengaja menyediakan banyak makanan dan minuman di pesta pernikahannya. Semua itu mereka dedikasikan hanya untuk satu orang. Elvano Ardiansyah Sora. Orang yang selama ini sudah membantu banyak hal. Orang yang sangat berharga bagi mereka.Tetapi siapa yang tau akan masa depan? Mereka tidak tau kalau Ardiansyah
Brian sudah ada di tepi laut di mana letak sahabatnya terakhir terlihat. Ia tau tempat ini dari Rizky. Ya tidak mudah untuk mencari tau tempat ini. Karena ia harus membujuk Rizky untuk memberi tau tempat ini. Membujuk Rizky bukanlah hal yang mudah. Karena laki-laki itu masih belum terbuka dengannya.Dengan sebuah sebuket bunga di tangannya. Ia duduk di pinggir laut sambil memandang ke arah laut. Ia tersenyum kecil, membayangkan kalau sekarang Ardiansyah sedang duduk di sampingnya menikmati pemandangan ini bersamanya.Di laut ini, sahabatnya menghembuskan nafas terakhirnya. Laut inilah saksi bisu Ardiansyah menjalankan tugas terakhirnya sebagai ketua tim Alpha.Begitu banyak hal yang belum Brian ketahui tentang Ardiansyah. Tetapi itu sekarang sudah tidak penting. Karena sekarang sahabatnya itu sudah tidak ada di sisinya. Sahabatnya itu sekarang sedang menunggunya di alam lain. Menunggunya datang untuk tertawa bersama lagi.Ia tidak tau, apakah sahaba
Semua murid di SMP Alexander digegerkan dengan kabar tuan muda perusahaan Clover akan datang ke sekolah mereka.Tentu saja hal itu membuat semua warga sekolah menjadi sangat khawatir karena tiba-tiba mereka kedatangan tamu yang sangat penting.Perusahaan Clover sudah menyumbang banyak untuk SMP Alexander. Mulai dari dana, barang-barang, dan makanan. Jadi sedikit saja mereka membuat kesalahan, bisa-bisa perusahaan Clover tidak akan memberi bantuan lagi ke mereka. Dan jika itu terjadi, maka mereka akan kesusahan.Seluruh mata terpusat pada seorang gadis dan seorang laki-laki muda dengan jas hitam sedang berjalan masuk ke dalam area sekolahan.Laki-laki muda itu terlihat sangat berwibawa. Jadi sudah dipastikan kalau laki-laki itulah tuan muda yang sedang dibicarakan oleh warga sekolah. Sedangkan gadis yang sedang bersamanya itu adalah adik dari laki-laki itu."Selamat datang, Tuan Ardiansyah. Kalau boleh tau, ada urusan apa, ya? Kok datang menda
Makan malam keluarga Carles. Kalau biasanya cuma ada Hilda, Carles, dan Ardiansyah di meja makan. Kali ini sedikit berbeda. Karena Felysia, Nindy, Arta, Prata, dan Reza ikut dalam acara makan malam ini atas bujukan dari Ardiansyah.Tentu saja Hilda dan Carles tidak begitu masalah kalau sahabat-sahabat putranya ikut serta dalam acara makan malam ini. Mereka malah senang, karena dengan adanya mereka, Ardiansyah terlihat lebih bahagia dan sering tersenyum.Ardiansyah yang selalu terlihat tegas dan dingin. Malam ini terlihat begitu bahagia dan hangat. Sangat berubah dari hari-hari sebelumnya.Carles bahagia melihat itu. Karena akhirnya Ardiansyah menemukan bahagianya yang telah lama menghilang dari hidupnya."Katanya kamu mau tunangan. Acara tunangannya mau diadain di Indonesia atau di sini?" tanya Carles pada Ardiansyah.Ardiansyah langsung terdiam. Ia sama sekali belum memikirkan tentang tempat acara pertunangannya dengan Felysia. Karena ia pik
Setelah acara makannya selesai. Mereka pun melanjutkan perjalan ke rumah Ardiansyah yang letaknya tidak begitu jauh dari restoran tersebut.Karena letaknya tidak begitu jauh. Mereka hanya perlu waktu sekitar lima menit untuk sampai di rumah Ardiansyah.Dan akhirnya mereka sampai. Mobil mereka memasuki halaman rumah yang terbilang sangat luas. Di hadapan mereka sekarang berdiri sebuah rumah yang terlihat seperti istana mewah.Rumah itu terlihat sangat mewah dan megah. Sudah bisa ditebak, kalau rumah itu adalah rumah yang sangat mahal."Menurut laporan, ayah Anda sekarang masih ada di kantor. Jadi sepertinya hanya ada ibu Anda di dalam," ucap Selly saat mobil sudah berhenti sempurna."Kamu mau ikut masuk atau pulang?" tanya Ardiansyah sambil menatap Selly."Kelihatannya lebih baik saya pulang. Saya nggak begitu mau ikut campur dalam urusan ini," jawab Selly sambil memandang Ardiansyah."Oke. Biar supir ini yang nganter kamu pulang."
Rombongan Ardiansyah sudah sampai di Singapura. Mereka keluar dari bandara untuk menanti jemputan mereka.Ada satu hal lucu yang tadi terjadi di pesawat. Tadi saat pesawatnya ingin lepas landas, Nindy sangat merasa ketakutan, sampai-sampai memeluk tubuh Ardiansyah yang duduk tepat di samping kanannya dengan erat. Gadis kecil itu belum pernah naik pesawat sekali pun. Jadi wajar saja kalau gadis itu ketakutan saat harus naik pesawat untuk yang pertama kalinya.Dan sekarang gadis kecil itu sedang tertidur pulas di gendong Ardiansyah."Yang jemput kita supir rumah atau supir kantor?" tanya Ardiansyah pada Selly yang berdiri tepat di sebelah kirinya."Dua-duanya. Jadi akan dua mobil yang akan menjemput kita," jawab Selly.Ardiansyah pun mengangguk pelan setelah mendengar jawaban Selly. Dua mobil. Mobil pertama akan dinaiki oleh dirinya, Selly, Felysia, dan Nindy. Mobil kedua akan dinaiki oleh Arta, Prata, dan Reza.Tidak lama kemudian ada d
Hari keberangkatan Ardiansyah ke Singapura. Pesawatnya akan berangkat jam 10.00. Dan sekarang sudah jam 09.30.Ardiansyah tidak tau, kapan lagi ia akan ada kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Kenangannya di negeri ini sangatlah banyak. Membuatnya tersiksa oleh kerinduan jika tidak cepat-cepat pulang ke negeri ini.Pekerjaannya yang banyak membuatnya sangat susah untuk mempunyai waktu luang. Tetapi karena pekerjaannya yang banyak itulah, ia bisa mengalihkan pikiran sejenak dari semua sahabatnya yang ada di Indonesia.Rasanya baru kemarin ia sampai di Indonesia. Tetapi sekarang sudah harus kembali lagi ke Singapura. Sungguh, ia ingin menikmati waktu bersama sahabat-sahabatnya lebih lama lagi."Apakah Anda akan baik-baik saja setelah ini semua?" tanya Selly sambil memberikan sebuah kaleng minuman bersoda ke Ardiansyah."Apa maksud kamu?" tanya balik Ardiansyah sambil mengambil minuman yang disodorkan oleh Selly."Semua kenangan Anda di
Malam yang sangat dingin. Arta, Prata, dan Reza sedang bermain kartu di bawah langit malam. Dengan beralaskan tikar dan ditemani makanan ringan, mereka membuat malam yang sepi ini menjadi malam yang sangat ramai.Walau terasa sangat ramai. Tetapi tetap saja mereka merasa ada yang kurang. Bukan makanan maupun minuman. Tetapi orangnya. Ada satu orang yang tidak hadir di malam ini dan malam-malam sebelumnya.Orang itu sudah tidak pernah muncul lima tahun belakangan ini. Membuat mereka merasakan kesepian. Karena tanpa orang itu, tidak ada lagi makanan-makanan yang enak. Cuma masakan orang itu yang bisa memuaskan perut mereka. Cuma kehadiran orang itu yang bisa memenuhi lubang di hati mereka.Permainan terhenti, saat ada sebuah motor sport berhenti tepat di dekat mereka. Pengemudi itu menggunakan helm, jadi mereka tidak bisa melihat wajah sang pengemudi motor tersebut.Pengemudi itu mematikan motornya. Dan berjalan ke arah mereka dengan sebuah kantong plastik
Pagi ini, Triana sedang mengawasi Vitra dan Citra yang sedang berlatih di kolam renang. Kali ini mereka berlatih menggunakan kolam renang umum. Karena kolam renang di rumah Triana sedang dibersihkan.Triana mengawasi kedua muridnya itu dari pinggir lapangan. Ia tersenyum kecil, saat sadar bahwa kedua muridnya itu sudah sangat berkembang dibanding saat pertama kali ia melatih mereka.Gerakan renang kedua muridnya itu sudah hampir mirip dengan gerakan ibu mereka. Jadi Triana yakin, kalau kedua muridnya itu akan baik-baik saja di masa depan. Karena level mereka sudah jauh di atasnya.Dari dua muridnya itu, ia sangat mengandalkan Citra. Karena Citra bisa sangat rileks dan fokus saat sudah ada di dalam air. Sedangkan Vitra masih sering kehilangan konsentrasi saat berenang. Itu adalah satu-satunya kekurangan Vitra.Triana menyodorkan dua botol air mineral, saat dua muridnya itu sudah sampai ujung. Muridnya itu sudah berlatih sangat keras hari ini. Jadi su
Bel pulang sekolah berbunyi. Sontak semua murid yang ada di kelas langsung berteriak bahagia. Karena akhirnya mereka bisa lepas dari pelajaran-pelajaran yang membuat kepala mereka pusing.Seorang perempuan cantik keluar dari kelas VIII dengan sebuah senyuman di pipi manisnya. Perempuan itu adalah Nindy Carolina. Seorang siswi yang paling pintar di SMP Pelita.Bukan cuma kepintarannya saja yang membuatnya terkenal. Tetapi kecantikannya juga. Perempuan dengan para cantik itu sudah menolak banyak pria dengan alasan ingin fokus belajar. Dan saking banyaknya pria yang sudah ia tolak, ia bahkan sampai tidak bisa menyebutkannya satu per satu.Nindy berjalan ke arah luar bersama teman-temannya. Saat baru saja sampai di luar gerbang. Ia melihat banyak perempuan dari sekolahnya berkumpul di satu titik. Seakan sedang mengamati sesuatu."Itu ada apa?" tanya Nindy pada salah satu temannya."Katanya sih ada cowok ganteng banget di depan. Kayaknya lagi nung
5 tahun setelahnya. Brian sudah menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang ekspor dan impor. Bisa dibilang, sekarang Brian selalu bisa membeli apa yang diinginkannya dengan mudah. Bahkan uang yang ada di tabungannya sekarang sudah tidak bisa ia habiskan dalam kurun waktu 1 Minggu. Saking banyaknya, ia sampai tidak tau lagi mau diapakan semua uang yang ada di tabungannya. Oh, iya. Sekarang ia sudah punya anak. Hikari Aurora Xenovia. Hikari adalah nama yang disarankan oleh Ardiansyah. Sedangkan Aurora adalah nama yang disarankan oleh Laura. Dan Xenovia adalah nama yang disarankan oleh Brian. Brian benar-benar menamai anaknya menggunakan nama yang disarankan oleh sahabatnya itu. Karena baginya, nama Hikari itu adalah keinginan sahabatnya sebelum sahabatnya itu dikabarkan meninggal karena sebuah tembakan. Jadi Brian dengan suka rela mengabulkan keinginan terakhir sahabatnya itu. Hari ini adalah hari y