Lomba renang tingkat nasional. Tentu saja Vitra dan Citra sudah siap untuk hari ini. Dengan segala latihannya selama ini, mereka yakin kalau mereka akan bisa memenangkan pertandingan kali ini.
Ini memang pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di tingkat nasional. Makanya sekarang mereka merasa gugup. Jantung mereka berdetak lebih kencang dibanding pertandingan sebelum-sebelumnya.
Vitra sudah bersiap di lintasannya dengan 5 orang yang akan menjadi lawannya. Pandangannya melihat ke arah para penonton, ia mencari sosok sahabatnya. Namun tak kunjung mendapati keberadaan sahabatnya itu.
Apakah sahabatnya tidak datang? Tetapi kenapa? Kan ini adalah hari yang penting untuknya.
Mata Vitra mendapati ada seorang laki-laki paruh baya di antara ribuan penonton. Laki-laki itu duduk dengan tenangnya sambil melihat ke arahnya.
Senyumannya mengembang sempurna, karena pada akhirnya sang ayah mau datang untuk melihat dirinya bertanding.
Tau tentang keberada
Reno menatap Felysia dengan tatapan sayu. Tentu saja, ia sudah mendapatkan kabar dari tim Alpha tentang kejadian Ardiansyah.Ia juga merasa hancur, saat tau kalau Ardiansyah sudah tiada dan mayatnya belum ditemukan sampai sekarang. Tetapi, ia yakin, kalau kedua anaknya akan lebih hancur darinya jika tau tentang hal ini. Jadi ia bingung, apakah ia harus memberitahukan kedua anaknya tentang hal yang menimpa Ardiansyah atau tidak.Ia merasa kalau kedua anaknya berhak tau tentang hal itu. Tetapi, sangat sulit baginya untuk menjelaskan semuanya. Ia tidak tau harus mulai dari mana. Cerita bagaimana. Dan harus menjelaskan seperti apa. Ia bahkan tidak tau harus berekspresi bagaimana jika tiba-tiba Nindy menanyakan tentang Ardiansyah yang sudah lama tidak datang ke rumah. Haruskah ia berbohong? Tetapi untuk apa? Jika pada akhirnya kedua anaknya akan tau dengan sendirinya.Tidak peduli seberapa lama ia menutupi rahasia ini. Pasti cepat atau lambat, kedua anaknya itu
Acara pernikahan Denis dan Triana. Semua orang yang ada di sana terlihat sedang bergembira. Karena melihat orang yang mereka sayang menikah.Semua tamu undangan hari ini datang. Termasuk Vitra, Citra, Rizky, Brian, Laura, Felysia, Reno, Nindy Valorant, dan tim Alpha.Terdapat banyak pilihan makanan yang tersedia. Membuat para tamu bebas memilih makanan yang mereka suka. Bahkan ada beberapa tamu yang memilih untuk membungkus makanan itu untuk makan di rumah.Bukan cuma makanan. Minumannya juga ada banyak. Mulai dari minuman bersoda, sirup sampai minuman Boba. Membuat para tamu betah berlama-lama berada di acara ini.Denis dan Triana sengaja menyediakan banyak makanan dan minuman di pesta pernikahannya. Semua itu mereka dedikasikan hanya untuk satu orang. Elvano Ardiansyah Sora. Orang yang selama ini sudah membantu banyak hal. Orang yang sangat berharga bagi mereka.Tetapi siapa yang tau akan masa depan? Mereka tidak tau kalau Ardiansyah
Brian sudah ada di tepi laut di mana letak sahabatnya terakhir terlihat. Ia tau tempat ini dari Rizky. Ya tidak mudah untuk mencari tau tempat ini. Karena ia harus membujuk Rizky untuk memberi tau tempat ini. Membujuk Rizky bukanlah hal yang mudah. Karena laki-laki itu masih belum terbuka dengannya.Dengan sebuah sebuket bunga di tangannya. Ia duduk di pinggir laut sambil memandang ke arah laut. Ia tersenyum kecil, membayangkan kalau sekarang Ardiansyah sedang duduk di sampingnya menikmati pemandangan ini bersamanya.Di laut ini, sahabatnya menghembuskan nafas terakhirnya. Laut inilah saksi bisu Ardiansyah menjalankan tugas terakhirnya sebagai ketua tim Alpha.Begitu banyak hal yang belum Brian ketahui tentang Ardiansyah. Tetapi itu sekarang sudah tidak penting. Karena sekarang sahabatnya itu sudah tidak ada di sisinya. Sahabatnya itu sekarang sedang menunggunya di alam lain. Menunggunya datang untuk tertawa bersama lagi.Ia tidak tau, apakah sahaba
Denis sedang menonton TV bersama Triana di ruang tengah. Perempuan yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya itu mulai sekarang akan tinggal bersamanya di rumah ini.Akhirnya ada orang lain yang menemaninya di rumah ini. Sudah bertahun-tahun ia tinggal di rumah ini sendirian. Dan ia juga sudah mulai bosan dengan kesendirian. Tetapi sekarang kesendirian itu akan berakhir. Karena sekarang Triana sudah hadir dalam kehidupannya.Mulai sekarang rumah ini akan menjadi lebih rame dibandingkan sebelum-sebelumnya. Jika sebelumnya hanya suara-suara TV yang menemani keseharian Denis di rumah. Sekarang ada suara lembut Triana yang akan selalu terdengar di telinganya.Di saat semuanya sedang fokus dengan acara TV. Tiba-tiba telepon rumah Denis berbunyi. Letak telfon tersebut ada di samping TV. Jadi suara telepon itu terdengar jelas di telinga Denis dan Triana."Biar aku aja yang ngangkat," ucap Triana sambil berdiri.Ia berjalan mendekat ke arah telepon terseb
Citra sedang melihat Vitra yang sedang berlatih di kolam renang. Akhir-akhir ini kembarannya itu sangat-sangat sering berlatih. Ya secara tidak langsung, Citra tau apa alasan kembarannya itu berlatih. Apalagi kalau bukan Ardiansyah.Benar, kembarannya itu sering-sering berlatih karena ingin menghilangkan Ardiansyah dari kepalanya. Karena semakin ia berlatih, semakin ia sibuk, semakin sedikit waktu untuk memikirkan Ardiansyah. Dan jika ia cuma memiliki waktu untuk memikirkan Ardiansyah, ia cepat atau lambat akan bisa merelakan kepergian sahabatnya itu.Memang seperti inilah Vitra. Selalu menjadikan renang sebagai pelampiasannya.Ada satu orang lagi yang mengawasi Vitra. Orang itu adalah Valorant. Laki-laki itu duduk di dekat Citra sambil memandang Vitra yang sedang berenang dari ujung kolam ke ujung kolam yang lain."Kenapa pada akhirnya Ar milih buat balas dendam?" tanya Citra kepada Valorant yang duduk tepat di sampingnya.Citra dan Vi
Denis sudah berada di kampung nelayan bersama dengan Triana. Seperti namanya, hampir semua masyarakat di sini bekerja sebagai nelayan. Menggantungkan hidup mereka dari hasil ikan yang berhasil mereka tangkap lalu mereka jual ke para pengunjung yang datang ke kampung mereka.Suasananya sangat ramai. Hampir semua orang yang ke sini memiliki satu tujuan yang sama. Yaitu, membeli ikan segar dengan harga yang cukup murah.Memang inilah keunggulan kampung nelayan. Para nelayan menjual ikan yang baru saja mereka tangkap dengan harga yang terbilang cukup murah. Ikan yang segar dan murah itu pasti sangat menarik perhatian para ibu-ibu rumah tangga. Dan beginilah sistem transaksi di kampung nelayan.Ikan dijual pada orang yang lebih dulu membayar. Kadang para pembeli sering kehabisan ikan karena saking lakunya ikan-ikan di kampung nelayan ini.Triana yang tidak mau kehabisan ikan pun langsung menerjang maju ke arah para penjual. Mata Triana tertuju pada ikan-
Felysia sedang ada di sebuah mini market bersama Nindy. Mereka ada di sini untuk membeli sebuah cemilan untuk mereka nanti malam saat menonton film bersama di kamar Felysia.Soal cemilan-cemilan yang akan dibeli, Felysia menyerahkannya pada Nindy. Selera adiknya itu sama persis dengan seleranya. Jadi tidak akan masalah untuknya, jika adiknya itu yang memilih cemilan-cemilan yang akan mereka beli.Saat Nindy sedang sibuk memilih-milih cemilan. Felysia menunggu adiknya itu di area mie. Ia berniat untuk membeli beberapa mie rebus. Tentu saja untuk dimakannya nanti malam sambil menonton film bersama Nindy.Saat ia memilih mie. Ada seseorang yang menarik perhatiannya. Ia tidak bisa melihat sosok orang itu. Karena orang itu menggenakan topi, masker, dan sebuah Hoodie.Felysia semakin penasaran dengan sosok laki-laki tersebut. Makanya ia memandang sosok itu terus menerus. Dan tanpa ia sadari, sosok itu sudah memergoki Felysia yang sedang melihatnya secara saksam
Malam hari yang tenang. Diiringi oleh derasnya air hujan yang membasahi bumi. Denis menikmati dinginnya hawa hujan. Menghirup bau khas hujan yang sudah lama tidak tercium oleh hidungnya.Dengan sebuah kertas di tangannya, ia membayangkan kalau di antara ribuan rintik hujan tersebut ada seorang laki-laki yang berlarian ke sana ke mari sambil tertawa manis.Laki-laki yang ada di pikirannya itu adalah Ardiansyah. Orang yang telah menjadi sahabatnya beberapa tahun belakangan ini.Laki-laki itu sangat suka dengan hujan. Bahkan saking sukanya, saat hujan turun pasti laki-laki itu akan berlari keluar dengan bahagianya bermain hujan.Tingkah laki-laki itu memang seperti anak kecil. Tetapi memang begitulah ia. Dari luar memang tampak seperti anak kecil. Tetapi dari dalam ia sudah seperti orang dewasa yang selalu memikirkan hal-hal sekecil apa pun.Denis menatap kertas yang ada di genggamannya. Kertas itu ia temukan di kampung nelayan. Memang ia sudah