Home / Romansa / Sayangilah Aku / Bab 2. Pertengkaran

Share

Bab 2. Pertengkaran

last update Last Updated: 2022-03-04 12:35:15

Vira sedang berbelanja di pasar bersama teman-temannya, karena haus. Mereka pun memutuskan untuk istirahat sembari meminum jus.

Kebetulan, Angga juga ada di sana sambil duduk manis bersama seorang wanita. Bahkan mereka terlihat sangat dekat. Dia mengusap wajahnya sambil tersenyum.

Melihat hal itu, Bianca, teman Vira menyenggol lengan Vira sambil bertanya, ''Itu bukannya suamimu?"

Vira tersenyum mengangguk. Awalnya dia merasa biasa saja bahkan senang karena melihat suaminya ada di sini. Namun semakin lama, dia menjadi gelisah. Apalagi saat melihat wanita yang ada di samping sang suami. Hatinya hancur melihat kemesraan dua pasangan tersebut. Karena penasaran bercampur sakit hati, Vira pun beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Angga.

"Mas, dia siapa?" tanya Vira dengan suara serak, menahan tangisnya.

Deg

Angga yang tadinya santai kini menjadi kaget melihat kedatangan istrinya. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Kemudian menatap Vira.

"Vira? Apa yang kamu lakukan di sini? Gak nyangka ya kita bisa ketemu di sini.." ujarnya sambil tersenyum. Vira memutar bola matanya malas.

"Gak penting. Aku tanya sama kamu, siapa dia? Mas? Kenapa wanita itu ada bersamamu?" 

Jantung Angga berdegup kencang. Keringat dingin mengucur deras membasahi wajahnya. Dia benar-benar gugup.

Angga berusaha menenangkan dirinya dengan mengembuskan napasnya.

"Dia itu sebenarnya---"

"Aku pacarnya, Angga." Belum sempat Angga menjawab pertanyaan Vira, Farah tiba-tiba memotong ucapannya dan membuat semua terkejut. Terutama Vira.

Dia menjambak rambutnya karena shock akibat terkejut mendengar ucapan wanita tersebut. 

Angga mendekati Vira dan memegang bahunya. Dia berusaha menjelaskan apa yang terjadi, tapi Vira tidak percaya dan justru pergi meninggalkannya begitu saja dengan rasa sakit dalam hatinya.

Angga hanya diam. Dia merasa bersalah pada istrinya, tapi disisi lain, dia juga ingin menjelaskan tentang kesalahpahaman ini, namun tidak sanggup.

Kini dia hanya bisa diam dan menatap Farah yang ada di depannya ini dengan kesal kemudian pergi.

***

Malam hari, terdengar suara keributan dari balik kamar sepasang suami istri itu yang tak lain adalah Angga dan Vira.

Vira mengambil sebuah vas bunga yang ada di dekat rak buku dan melemparkannya karena kesal bercampurnya amarah.

Prang!

Mendengar pecahan vas tersebut membuat Angga makin tidak nyaman. Dia berjalan menghampiri sang istri dan menamparnya.

Vira hanya diam dan terkejut. Dia memegangi pipinya karena kesakitan sambil menatap Angga melas.

"Mas, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu nampar aku? Kamu sudah gila ya, Mas?!'' tanyanya sambil menatap Angga, laki-laki yang berstatus menjadi suaminya tersebut. 

Mendengar pertanyaan Vira, istrinya, Angga tersebut menjadi semakin geram. Dia menatap wanita yang ada didepannya ini dengan marah sambil mencengkram bajunya.

"Kamu yang gila! Udah aku bilang, aku gak selingkuh. Kamu salah paham!" 

Vira hanya terkekeh dan menundukkan tatapannya. Matanya menjadi berkaca-kaca. Air mata tumpah membasahi pipinya. Dadanya sesak dan sakit mengingat kejadian tadi pagi.

Angga mengembuskan napasnya. Dia berjalan menghampiri Vira dan duduk di ranjang, berusaha dekat dengan sang istri.

"Sayang ... Kamu salah paham. Wanita itu hanya orang yang ingin memisahkan kita. Tolong dengarkan aku," pinta Angga.

"Setelah semuanya sudah jelas. Kamu baru mau menjelaskannya? Apa yang bisa kamu katakan? Sudah jelas tadi kamu selingkuh. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kamu dekat sama wanita. Hiks.." ujar Vira sambil menangis.

"Terus mau kamu apa? Apa yang bisa kulakukan supaya kamu mau memaafkan aku?" 

Vira menatap Angga.

"Aku mau ... Kita pisah." 

Mendengar pernyataan istrinya tersebut membuat Angga yang tadinya berusaha tenang kini menjadi marah besar. Dia kembali menampar sang istri. 

"Apa kamu tau apa itu pisah? Kamu yakin? Bagaimana dengan anak kita nantinya? Terutama bayi yang kamu kandung? Dia juga butuh kita."

Angga berusaha membujuk Vira agar membatalkan permintaannya. Namun Vira hanya diam. Dia tetap keras kepala.

Karena tidak tahu harus bagaimana lagi merayu. Angga akhirnya mengalah. Dia pun terdiam sejenak kemudian berkata pada istrinya sambil menunjuk pintu.

"Baiklah. Kalau itu maumu, silahkan kamu pergi. Gak ada yang larang kamu. Ayo keluar sekarang!"

Vira tersenyum kecut. Hati kecilnya benar-benar merasa sedih nan sakit mendengar ucapan sang suami. 

Dia berdiri dan menatap Angga.

"Baik." Lalu, dia membuka lemarinya dan berusaha mengemasi barang-barangnya tersebut.

Sedangkan Angga hanya duduk dan diam. Merasa putus asa.

****

Aarav sedang bermain game. Dia yang tidak sengaja mendengar keributan ayah ibunya menjadi tidak nyaman dan menemui mereka di kamar orang tuanya.

Sesampainya di kamar, Aarav terkejut melihat suasana di ruang ini. Vas bunga, gelas, semua barang jatuh berantakan di lantai akibat pertengkaran tadi. Selain itu, dia juga kaget dan sedih melihat orang tuanya tersebut.

Aarav menghampiri Angga dan bertanya, "Pa ... Ini ada apa?" Bukannya menjawab, Angga hanya diam membiarkan anaknya terlarut dalam pertanyaan yang menghantuinya.

Karena tidak ada jawaban dari sang ayah. Aarav pun menghampiri sang ibu, namun jawabannya sama. Dia hanya diam.

Karena tidak ada jawaban. Aarav pun merasa semakin sedih. Dia terdiam. 

Selang beberapa saat, Aarav melihat sang ibu beranjak dengan membawa sebuah koper. Dia menghampirinya.

"Ma ... Mama mau kemana? Tolong jangan tinggalin aku, Ma .." pinta Aarav dengan mata yang berkaca-kaca sambil memeluk ibunya tersebut.

Vira hanya diam dan tersenyum kecil. Dia juga merasa iba melihat keadaan anaknya. Tangannya mengelus rambut Aarav dengan penuh kasih sayang kemudian mengusap pipinya.

"Aarav sayang. Mama pamit pergi ya, kamu di sini sama Papa. Jaga diri baik-baik, Mama sayang sama kamu," ucapnya.

"Ma? Mama mau kemana?" 

Vira hanya diam. Dia melangkahkan kakinya pergi keluar rumah.

Aarav menghampiri Angga dan berusaha meminta penjelasan tentang apa yang terjadi. Dia juga meminta sang ayah agar menghentikan kepergian Mamanya. Namun lagi dan lagi Angga hanya diam, tidak menghiraukan anaknya tersebut.

Melihat sikap sang ayah, dan kepergian sang ibu. Serta suasana yang sunyi seperti ini membuat Aarav menjadi sakit hati. Dia berlari ke kamarnya menangis sesenggukan di atas kasur.

-Bersambung-

Related chapters

  • Sayangilah Aku    Bab 3. Sedih

    Semenjak kepergian sang ibu, Aarav menjadi terpuruk. Dia sangat sedih. Apalagi, ayahnya juga sering mendiamkannya, bahkan pergi keluar rumah. Jarang sekali pulang. Membuat Aarav semakin kesepian. Karena stres, Aarav menjadi sering menghabiskan waktunya di kamar. Mengurung diri dari keramaian. Bahkan dari teman-temannya. Kegelapan yang tadinya adalah hal yang menakutkan bagi Aarav, sekarang adalah hal yang paling menenangkannya. Kesunyian ini benar-benar indah meski harus dihiasi dengan tangis. tok tok tok Mendengar suara ketukan pintu, Aarav pun segera menghapus air matanya dan beranjak dari kasurnya kemudian membuka pintu. Dia melihat Ana, bibinya, sedang berdiri sambil membawa nampan yang terdapat makanan. Ana tersenyum menatap Aarav. "Aarav, ayo makan. Ini sudah malam, kamu belum makan dari pagi. Ayo makanlah nanti kamu bisa sakit. Baiklah kalau kamu tid

    Last Updated : 2022-03-04
  • Sayangilah Aku    Bab 4. Hancur

    Aarav pulang ke rumah. Sesampainya di sana, dia bergegas pergi menemui ayahnya karena tidak sabar menahan rasa rindunya setelah lama tidak bertemu dengan orang tua. Ingin menghabiskan waktu bersama sang ayah meski hanya sebentar. Namun saat dia hendak membuka pintu, samar-samar dia mendengar suara aneh dari balik pintu. Karena penasaran, Aarav pun segera membuka pintu kamar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Dan .... Deg Mata Aarav melotot terkejut tak percaya melihat apa yang ada di depannya saat ini. Tangisannya tumpah membasahi pipinya. Bagai ditusuk seribu duri, hati Aarav kini menjadi hancur melihat ayah yang dia sayangi bersama seorang wanita selain ibunya dalam satu ranjang. "Tidak ... Aku pasti lagi halu," ucap Aarav sambil menggelengkan kepalanya dan menepuk pipinya, berusaha untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa itu salah. Me

    Last Updated : 2022-03-04
  • Sayangilah Aku    Bab 5. Keretakan

    Aarav berjalan sempoyongan. Dia tidak bisa mengontrol tubuhnya sendiri akibat kehilangan kesadaran setelah meminum banyak alkohol. Di tengah jalan, Aarav terkejut melihat sebuah mobil datang melaju cepat ke arahnya. Sebisa mungkin, dia segera berlari menghindari mobil tersebut, tapi tidak bisa. Mobil itu justru berhenti saat Aarav hendak melarikan diri. Sesaat Aarav terdiam. Dia melihat plat mobil yang tak asing di depannya ini. _Ceklek_ Seorang pria turun dari mobil. Dia membuka kaca mata hitam yang dipakai dan meletakkannya di saku, kemudian berjalan menghampiri Aarav. Aarav mengedipkan matanya. Dia berusaha menyadarkan dirinya sendiri dari mabuknya itu sembari melihat pria yang sekarang ada di dekatnya. Sebelum kesadaran Aarav terkumpul. Tiba-tiba saja pria itu menjewer telinga Aarav sehingga membuatnya kesakitan.

    Last Updated : 2022-03-04
  • Sayangilah Aku    Bab 6. Diam-diam

    Aarav sedang duduk di kelas sambil membaca buku IPA, mata pelajaran kesukaannya apalagi tentang materi biologi. Di saat sedang santai belajar, tiba-tiba Dennis datang dan memukulnya tanpa alasan, membuat Aarav merasa kesakitan. Dia memegangi bahunya yang terasa perih itu dan menatap Dennis dengan ketakutan. Jantungnya berdetak kencang merasa gugup dan kakinya gemetar. Keringat dingin mengucur membasahi rambut hingga tubuhnya. Aarav menjadi sangat gugup. Apalagi saat Dennis melempar sebuah buku ke arahnya sambil tersenyum licik. "Hei culun, tolong kerjain tugasku!" pinta Dennis dengan kasar pada Aarav. Aarav hanya diam. Dia berusaha menolak permintaannya itu dengan menggelengkan kepalanya. "Maaf, aku tidak bisa. Aku lagi sibuk soalnya, lebih baik kamu belajar mengerjakan soalnya sendiri," tolaknya halus. Dennis memandang A

    Last Updated : 2022-03-04
  • Sayangilah Aku    Bab 7. Rayuan

    Ana sedang membersihkan ruang keluarga. Di sana dia melihat Angga sedang duduk sambil fokus bekerja dengan menggunakan laptopnya. Dia terus mengamati majikannya itu sambil menyapu lantai. Samar-samar, saat sedang menyapu, tanpa disengaja Ana mendengar percakapan Angga yang sedang bertelepon. Suara Angga saat itu terdengar sangat emosi dan cemas, membuat Ana menjadi penasaran akan percakapan mereka. Karena penasaran, dia pun mencoba untuk menguping pembicaraan Angga di belakang sofa sambil pura-pura menyapu agar tidak menimbulkan rasa curiga. "Apa? Aku gak bisa ke sana. Aku lagi sibuk. Lain kali saja," tolak Angga pada si penelpon. "Tidak bisa, Pak. Anda harus datang. Ada hal penting yang harus saya bicarakan," desak penelpon. Angga memegang dahinya dan menundukkan tatapannya. Dia mengembuskan napasnya kemudian melanjutkan obrolannya. "Baiklah kalau begitu. Saya akan ke sana," pungkas Angga. Dia lalu mematikan

    Last Updated : 2022-03-04
  • Sayangilah Aku    Bab 8. Masa lalu

    Angga sedang duduk makan malam bersama Aarav. Seperti biasa, mereka hanya diam dan memakan makanannya tanpa berkata apa-apa. Sikap dingin mereka membuat suasana menjadi sunyi. Aarav memakan makanannya dengan lahap kemudian pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Angga yang melihatnya merasa kesal. Dia memandang kepergian Aarav dan menggelengkan kepalanya pelan kemudian melanjutkan makannya. Selesai makan, Angga pergi ke ruang kerjanya. Di sana di lantas membuka laptopnya dan segera membuka berkas-berkas yang ada di dalamnya kemudian menyelesaikan kekurangan pekerjaannya tadi sore. Angga mengerjakan pekerjaannya dengan fokus dan cepat diiringi dengan pertanyaan dan bayangan akan sosok wanita yang tadi dia temui. Wanita itu benar-benar telah membuat Angga menjadi gelisah. Dengan perasaan kesal. Angga menggerakkan bola matanya ke kanan atas sembari berpikir mengingat apa yang terjadi padanya waktu itu.#FlashbackAngga mera

    Last Updated : 2022-03-09
  • Sayangilah Aku    Bab 9. Diam-diam (2)

    Aarav berangkat ke sekolah. Sesampainya di sana, dia segera memakirkan motornya dan melepas helmnya. Kemudian merapikan seragamnya sejenak. Sekilas Aarav memandangi bunga-bunga yang ada di halaman sekolah sambil tersenyum kecil.Aldo, teman Aarav datang menghampirinya dan menepuk bahunya.Aarav berbalik dan menatap Aldo sambil tersenyum kecil."Iya? Ada apa?""Ayo berangkat ke kelas sama aku!" ajak Aldo. "Baik!'Aldo pun menggenggam tangan Aarav dan mengajaknya masuk ke kelas bersama.***Saat istirahat, Tiara jajan di kantin bersama Annisa.Bisa dikatakan, Tiara dan Annisa Mereka berdua adalah sahabat dekat, setiap hari, bahkan setiap saat mereka selalu bersama. Dimana ada Annisa disitu pasti ada Tiada. Kadang karena kedekatan mereka, mereka sering disebut saudara yang tak terpisahkan.Tiara memandangi sate yang ada di depannya. Dia memegang sate tersebut kemudian pergi menemui ibu kantin

    Last Updated : 2022-03-09
  • Sayangilah Aku    Bab 10. Penolakan

    Sesampainya di rumah, Tiara berterimakasih pada Aldo karena mau mengantarkannya pulang. Sedangkan Aldo hanya diam dan tersenyum, dia kemudian pamit pergi.Di perjalanan, Aldo terus saja tersenyum. Hatinya merasa lega dan bahagia bisa mengantarkan Tiara pulang ke rumah dengan motornya itu. Dia begitu bahagia bisa dekat dengannya meski hanya sekedar boncengan motor, seolah sedang memadu kasih. Hujan yang turun deras membuat cinta ini semakin terasa indah.Aldo tersenyum memejamkan matanya dan menikmati setiap tetes air hujan yang membasahi wajahnya sambil bergumam, "Aku suka kamu, Tiara.''Dia yang tidak bisa menahan perasaannya itu pun memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya di kampus besok.***Tiara dan Annisa sedang mengobrol bersama di kelas. Sekilas, Tiara mengalihkan perhatiannya dari Annisa dengan memandangi kelas Aarav. Matanya masih setia menunggu kedatangan Aarav di kelasnya. "Apa yang kau lakukan?" tany

    Last Updated : 2022-03-09

Latest chapter

  • Sayangilah Aku    Bab 51

    "Tidak, Mama darimana saja? Aarav habis beli makanan kesukaan mama, tau?" ujar Aarav berusaha mengalihkan pembicaraan.Vira menatap putranya dengan dingin. Dia berjalan mendekat sambil bertanya, "Kamu tadi bilang Mama kenapa?"Aarav tersenyum. "Tadi, Aarav juga pengen disuapi Mama cuma mama tidak ada di sini.. jadi Tante Farah yang menyuapi Aarav," jelasnya.Vira terdiam. Dia menghela napas sambil melirik Farah dengan kesal. Sementara wanita itu justru membalasnya dengan senyuman."Biar aku makan sendiri," ujar Aarav mengambil makanan yang dipegang Farah lalu memakannya sendiri.Farah tersenyum menatap Aarav. "Gimana? Kamu suka?" tanyanya ramah melihat lelaki itu makan dengan lahap.Aarav mengangguk. Dia tersenyum senang. "Makanan Tante memang selalu enak. Aku suka..""Baguslah. Kapan-kapan main ke rumah Tante, biar Tante masakin makanan yang lebih banyak buat kamu.." ujar Farah pada Aarav sambil melirik Vira yang sedang menatapnya dingin."Sepertinya itu lain kali. Karena, Aarav juga

  • Sayangilah Aku    Bab 50

    Reina berjalan menghampiri Aarav. Dia tersenyum ramah menatap lelaki yang merupakan kakak kandungnya itu."Hai. Good morning," sapa Reina.Aarav membalas senyuman Reina. "Morning. Bagaimana kabarmu? Kau pasti senang kan bisa tidur di kamar mewah?" tebaknya.Reina menghela napas. Dia mengangguk pelan."Iya, tapi aku juga sedih. Aku rindu Mama. Oh ya, bagaimana harimu dengan beliau? Rasa rindumu sudah berkurang bukan?" Aarav menggeleng. Wajahnya menjadi datar dan hanya tersenyum. "Iya, aku senang bisa sama Mama. Jujur, aku ngga enak dengan keputusan papa buat tukaran posisi seperti ini..." ujar Aarav sambil menunduk.Reina merangkul Aarav. "Kau yang sabar. Kita pasti akan jadi keluarga harmonis.."Aarav hanya diam dan tersenyum kecil. Dia membelai rambut Reina dengan kasih. "Makasih adikku sayang," ucapnya.***"Aarav dan Reina kakak adik? Itu berarti aku bisa menjadi pacarnya?" tanya Tiara pada dirinya sendiri karena senang mengetahui kenyataan hubungan Reina dan Aarav."Mereka sauda

  • Sayangilah Aku    bab 49

    Angga menatap Reina tak percaya. Dia memangku pipi putrinya itu sambil menatap dengan mata yang berkaca-kaca. "Putriku.." ucapnya senang lalu memeluk Reina.Reina membalas pelukannya. "Papa? Selama ini, papa ada dimana? Kenapa mama tidak pernah bercerita bahwa--""Sudahlah. Yang sudah berlalu, biarlah berlalu. Sekarang, yang penting kita bisa bertemu dan berkumpul kembali. Aku senang sekali," ucap Aarav sambil berjalan menghampiri Reina.Reina menatap Aarav tak percaya. Dia masih ling lung. Pikirannya butuh waktu untuk mencerna keadaan. Angga menatap Vira dengan senyuman dan mata yang berkaca-kaca. Namun, sang istri justru membalasnya dengan tatapan dingin."Ini sudah malam. Kau harus istirahat. Reina, kau di sini, temani mama. Dan kau Aarav, ayo pulang. Kita akan menyiapkan sesuatu untuk mama nanti.." jelas Angga.Reina mengerutkan kening. "Sesuatu apa?"Aarav hendak menjawab pertanyaan Reina, namun saat melihat ekspresi Angga yang melarangnya memberi tahu rencana surprise mereka pu

  • Sayangilah Aku    Bab 48

    Saat sedang terpaku akan keadaan, tiba-tiba ponsel Aarav berbunyi. Segera, diapun pamit keluar untuk menjawab telepon tersebut."Halo, iya ada apa, Pa?" tanya Aarav dengan suara serak seperti ingin menangis, namun juga tersenyum senang."Kau dimana? kenapa belum pulang sore begini?" Angga juga terdengar khawatir.Mengetahui ayahnya yang sedang mencemaskan keadaan dia, Aarav pun merencanakan sesuatu untuk kedua orang tuanya tersebut. Dia tersenyum."Papa, Aarav lagi di rumah sakit, kepala Aarav sangat sakit," jelas Aarav sembari memegang kepalanya, membuat Angga terkejut."Apa?! Kenapa tidak menghubungi papa? sebentar, papa ke sana sekarang juga!" Telepon terputus. Terlihat raut panik Angga, dia segera mengeluarkan mobil dan bergegas ke rumah sakit. Berbeda dengan sang ayah yang panik setengah mati, Aarav justru tersenyum kesenangan. Saking senangnya, dia hampir melempar ponselnya. Namun, Reina datang dan menangkapnya sehingga ponsel lelaki itu tidak jadi menyentuh lantai."Kau ini, p

  • Sayangilah Aku    Bab 47

    "Mama, aku pulang," ucap Reina setelah membuka pintu dan berjalan menghampiri ibunya, sedangkan Aarav hanya terdiam. Dia masih memikirkan perasaanya yang gelisah tanpa sebab setiap saat. Reina yang melihatnya langsung menegur Aarav."Hei, kau kenapa diam di situ? Ayo masuk," ajaknya.Aarav mengedipkan matanya. Dia tersenyum kecil kemudian berjalan menghampiri Reina yang sedang duduk di samping ibunya.Vira yang tadinya tertidur kini menjadi bangun saat mendengar percakapan Aarav dan Reina di ruangannya. Pelan-pelan dia membuka kedua matanya sambil menyandarkan tubuhnya di pojok ranjang. Dia memandangi sekelilingnya sekilas lalu kembali menatap Reina. Dia tersenyum kecil."Kamu sudah pulang? Kapan?" tanya Vira ramah.Reina tersenyum mengangguk. "Baru saja kok, Ma," jawabnya.Saat mendengar suara ibu Reina, perasaan Aarav menjadi makin gelisah. Suara itu sangat tidak asing di telinganya bahkan itu adalah suara yang biasa dia dengar sewaktu masih kecil saat ibunya masih bersamanya. Aara

  • Sayangilah Aku    Bab 46

    Aarav mencoba untuk mengontrol tubuhnya dan berjalan dengan benar seolah tidak terjadi apa-apa. Akan tetapi, itu selalu gagal sebab dia sering terjatuh akibat tidak sengaja kesenggol batu yang ada di jalan.Tiba-tiba, sorot mata Aarav tertuju pada sosok wanita yang sedang berjalan di pojokan jalan. Dia menyipitkan kedua matanya berusaha untuk melihat wanita itu untuk mengenali wajahnya. Aarav terdiam, saat sedang sibuk berpikir sambil menatap, tiba-tiba wanita itu sudah ada di dekatnya. "Ada apa?" tanya wanita itu yang penasaran sekaligus tidak nyaman karena ditatap oleh Aarav.Mendengar suara yang menurutnya tidak asing, Aarav menoleh ke arah sumber suara tersebut. Lagi dan lagi, kini dia malah melihat wajah ibunya. Aarav mengerutkan keningnya. 'Sebenarnya ada apa ini? Apa aku halusinasi?' "M---ma---ma. Ini Mama?" tanya Aarav terbata-bata dan sedikit gugup.Vira mengerutkan keningnya. Dia menggelengkan kepalanya pelan."Mama? Dengar, kau pasti salah. Aku bukan ibumu, sudah ya, aku

  • Sayangilah Aku    Bab 45

    Di dalam mobil, Aarav duduk sambil memandangi pemandangan yang ada di jalanan seperti pepohonan, warung makan sederhana, bengkel dan masih banyak lagi. Meski tatapannya sibuk menatap pemandangan tersebut, tapi pikirannya masih terfokus oleh hal yang sama. Rasa penasaran kembali menyelimuti benaknya. Sekian tahun berlalu, akhirnya dia bisa melihat sekaligus dekat dengan sosok wanita yang dia rindukan meski sebentar. Tapi tunggu dulu, apa benar apa yang lihat itu memang nyata? Atau dia hanya terlalu rindu hingga tidak sengaja halusinasi?Angga yang melihat anaknya terdiam sambil melamun berusaha menyadarkannya. Dia tersenyum menatap Aarav."Ada apa Aarav?" tanya Angga ramah.Aarav menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa kok, Pa.." jawabnya lalu menunduk dan mengembuskan napasnya berat. Sedangkan Angga hanya diam sembari menyetir mobil.***"Aarav, kamu mau nggak nanti malam main sama aku di sini kaya biasa?" pinta Nathan pada Aarav di telepon.Aarav mengerutkan keningnya."Tempat b

  • Sayangilah Aku    Bab 44

    Melihat suasana yang kini sedikit tegang dan sunyi, pak guru berusaha menenangkan para siswa dan mereka pun melanjutkan pelajaran.Reina dan Aarav kembali ke bangku masing-masing. Semua pun terdiam dan mengerjakan tugas. Sedangkan Dennis, dia terus menatap Reina kesal.***Sepulang sekolah, Reina masih merasa bersalah pada Aarav sebab gara-gara kesalahannya, laki-laki itu jadi kena hukuman. Reina melirik Aarav yang terdiam sejak tadi pagi, dia mengembuskan napasnya berat. Saat hendak mengucapkan sesuatu, tiba-tiba dia terkejut karena Aarav tidak ada di depannya. Dia pun ikut berdiri dan bergegas menyusul Aarav yang keluar kelas."Aarav," panggil Reina sambil menepuk bahu Aarav.Aarav menoleh. Dia menatap Reina sambil tersenyum kecil."Iya ada apa?"Reina menunduk kemudian kembali menatap Aarav."Kamu kenapa?""Kenapa bagaimana?"Reina menggaruk rambutnya. "Tadi itu kamu serius? M

  • Sayangilah Aku    Bab 43

    Sepulang sekolah, Dennis diam-diam mengikuti Reina yang ia berjalan pulang ke rumahnya. Dia melangkahkan kakinya pelan-pelan tepat di belakang Reina.Reina menghentikan langkahnya. Dia mengerutkan keningnya, merasa heran dengan apa terjadi. _"Seperti ada yang mengikuti_" tanyanya dalam hati kemudian menoleh ke belakang. Sorot matanya terkejut melihat Dennis tepat di depannya saat ini. Dia menatap Dennis sambil mengerutkan keningnya karena heran sekaligus kaget."Kamu? Kenapa kamu ngikutin aku?" tanya Reina penasaran pada Dennis.Dennis tersenyum kecil. "Ya gak apa-apa kan? orang aku pengin jalan ma kamu," jawabnya. Reina menggekeng. Dia melirik Dennis kesal."Apaan sih? sudah sana pergi! Aku gak mau jalan sama kamu!" usirnya.Dennis menggeleng. Dia tidak menghiraukan permintaan Reina dan tetap keras kepala mengikuti gadis itu. Reina berusaha tetap diam sambil berjalan. Hatinya menjadi gelisah apalagi pria itu kini berada tepat di sampingnya. Dia m

DMCA.com Protection Status