...Violet hanya merasa senang melihat kedatangan Nenek Desi dan Loren tanpa merasa terkejut sedikit pun, "Nenek, Loren, maaf sudah membuat kalian menunggu begitu lama!"Tadi dia sedang rapat dan baru diberitahu kalau Nenek Desi serta Loren ada di sini setelah rapat selesai. Mereka juga sudah lama menunggu.Nyonya Desi-lah yang menolak mengganggunya.Nyonya Desi memegang tangan Violet, wajahnya penuh dengan kesedihan, "Nak, kamu terlihat semakin kurus!"Violet memang kehilangan berat badan akhir-akhir ini, tubuhnya tidak dalam kondisi yang baik dan masih harus sibuk dengan rekonstruksi Keluarga Hardi.Dia tidak akan pernah membiarkan apa yang Adis pedulikan hancur.Melihat Nenek Desi terlihat sedih, rasanya seolah semua rasa lelah yang dia alami belakangan ini hilang dalam sekejap.Dia membantu Nenek Desi duduk di sofa, "Masih menegurku, kamu juga semakin kurus!"Saat berbicara, Violet merasakan denyut nadinya, "Kamu nggak enak badan?"Mengenai identitas Violet sebagai dokter sakti, Ne
Tingkah laku Mia yang genit membuat Loren semakin marah. Saat hendak memaki, Violet menghentikannya, "Bantu Nenek masuk ke mobil dulu.""Kakak ...." Loren agak khawatir, "Dia ini sangat jahat, kamu sama sekali bukan tandingannya."Violet tertawa, "Itu karena mungkin kamu nggak mengenalku dengan baik! Patuhlah, bawa Nenek ke mobil dan tunggu aku!"Loren ragu dan membantu Nenek Desi masuk ke dalam mobil.Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, Violet mendatangi Mia dengan tangan terulur untuk menerima undangannya dan langsung membukanya.Benar saja, itu tulisan tangan Leon.Heh, akhirnya dia bisa menikah dengan wanita yang dia cintai. Benar-benar tidak sabaran juga.Dia menutupnya, mengangkat tangan dan melemparnya langsung ke tempat sampah sejauh sepuluh meter darinya dengan akurat. Lalu dia mencibir ke arah Mia yang terlihat marah, "Mia, kamu pikir Leon bisa melindungimu?"Sorot mata Violet yang dingin membuat Mia menggigil. Dia menelan ludahnya dengan tenang, tetapi masih bersikeras un
Karena mereka semua, satu per satu, mengharapkan kepergian Violet, maka dia akan penuhi keinginan mereka.Selesai dengan ucapannya, Violet kembali menutup telepon dan dengan santai mencabut kabel teleponnya.Di ujung telepon sana, Leon memandang telepon yang telah ditutup, lalu tersenyum masam, "Cewek, kamu makin nggak sabar terhadapku."Leon hanya ingin memberitahukan Violet alasan mengapa dirinya harus menikahi Mia, tetapi dia bahkan tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan satu kalimat pun!Sudahlah, bahkan jika Leon mengatakan alasannya, Violet belum tentu percaya!Dia memanggil Joshua, "Ada petunjuk tentang orang di balik Mia?"Sejak Mia berterus terang padanya, Joshua mulai menyelidiki orang yang disebut-sebut sebagai pendukungnya itu."Sampai saat ini belum ada!" Joshua terlihat bingung. "Sejak kita bawa Mia keluar dari penjara, dia hanya tinggal di vila. Saat satu-satunya dia keluar adalah tengah malam di saat ke Vila Aster, setelah itu dia nggak pernah keluar lagi.""Da
"Nggak mungkin!"Hampir seketika, Violet langsung membantah keraguan Carmelia."Bagaimana kamu tahu itu nggak mungkin?" Sebuah kilatan samar melintas cepat di mata Carmelia, lalu dia bertanya lebih lanjut, "Jangan lupa, seberapa besar dia benci kamu?""Di matanya, kamu adalah algojo yang hancurkan kebahagiaannya dengan Mia.""Tiga tahun terakhir, bagaimana dia perlakukan kamu, apa kamu sudah lupa?""Terutama saat kamu berbaring di meja operasi, menunggu tanda tangannya untuk selamatkan nyawamu, apa yang Leon lakukan waktu itu?"Makin banyak Carmelia berbicara, makin meluap amarahnya. "Setelah kalian bercerai, awalnya dia pikir kamu akan jadi orang yang sengsara seperti yang dia bayangkan.""Tapi, kamu berubah menjadi putri Keluarga Ananta, sehingga dia makin yakin, kamu memang sudah tipu dia tiga tahun lalu. Jadi dia makin benci kamu, dan diam-diam bersekongkol dengan Mia untuk rencanakan kebakaran itu."Memang, apa yang dikatakan Carmelia sangat masuk akal. Leon memang sangat mencurig
Ini adalah hasil analisis dari sudut pandang psikologi.Tentu saja, juga mungkin bukan itu alasannya!Saat ini, dirinya dan Leon bisa dikatakan sedang berada dalam pertarungan yang setara. Bisa jadi, orang itu hanya ingin memanfaatkan situasi dan mendapatkan keuntungan dari perselisihan mereka.Apa pun alasannya, masih perlu pengamatan lebih lanjut untuk mengetahuinya!Setelah mengerutkan alis, Violet memberikan penjelasan kepada Sheva, "Rencana nggak berubah, kita akan terus mainkan peran sesuai dengan skenario pihak lawan!"Violet ingin melihat, drama tak masuk akal apa yang akan terjadi lagi selanjutnya!...Violet sama sekali tidak menyangka, perkembangan berikutnya akan membawa dia dan Leon menjadi pusat perhatian publik.Berita bahwa dia dan Leon pernah menikah menyebar luas hanya dalam semalam.Di depan gedung Grup Hardi, Violet baru saja turun dari mobil ketika sekelompok wartawan langsung mengerumuninya.Seorang wartawati berkacamata dan berambut kuncir kuda langsung melontark
Leon tidak selalu tunduk pada Mia. Malam itu, dia langsung mendatangi vila tempat Mia berada. "Mia, sebaiknya kamu jangan terlalu keterlaluan!""Keterlaluan?" Mia menunjukkan wajah penuh ejekan. "Sepertinya kamu nggak peduli dengan hidup atau matinya Violet. Kalau begitu, aku akan segera suruh orang untuk binasakan dia!"Leon belum pernah merasakan keinginan untuk membinasakan seseorang seperti ini. Ini adalah yang pertama kalinya. "Mia, suatu hari nanti, kamu akan bayar semua perbuatanmu!""Itu pun kalau Violet hidup lebih lama dariku!" Menggunakan Violet untuk mengancam Leon, Mia selalu berhasil. "Leon, aku bukan sedang bernegosiasi denganmu, aku sedang kasih tahu. Jadi, lebih baik segera lakukan, kesabaranku terbatas. Kalau aku sudah nggak sabar, entah apa yang akan kulakukan nanti!"Karena hingga kini belum ada petunjuk mengenai dalang di balik Mia, meski sangat tidak rela, Leon tetap memilih untuk menuruti permintaannya.Sesuai dengan perintah Mia, Leon mengadakan konferensi pers
"Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Bukankah kamu seorang tabib legendaris? Meski kamu nggak bisa selamatkan Adis, pastinya kamu bisa selamatkan bibi kandungmu sendiri!""Dia adalah anggota keluargamu yang terakhir di dunia ini. Kamu harus gunakan semua kemampuan yang kamu punya ....""Pergi!" Violet membentak dengan mata melotot, lalu melemparkan jarum perak ke arah Mia.Leon yang berada di dekatnya dengan cepat melindungi Mia ke dalam pelukannya. Setelah berhasil menghindar, dia menatap Violet dengan nggak senang. "Lihat baik-baik ini tempat siapa. Ini wilayahku, bukan tempat kamu buat onar!""Jangan marah, Paman!" Mia dengan lembut membelai dada Leon, menenangkannya. "Kak Violet cuma terlalu khawatir pada bibinya, jadi dia menyerangku. Mungkin dia merasa, kitalah yang bunuh bibinya!"Leon tertawa dingin. "Lalu, kalau memang benar, kenapa?""..." Violet sungguh tidak tahan lagi. "Katakan lagi apa yang baru saja kamu katakan!" "Dia cuma cari masalah!" Tatapan Leon makin dingin."Datang
Dengan upaya penyelamatan Violet, nyawa Carmelia memang berhasil diselamatkan, tetapi kesehatannya tak pernah bisa pulih seperti semula.Melihat Carmelia yang hanya bisa terbaring di tempat tidur, bahkan tidak mampu turun dari ranjang, hati Violet terasa seperti ditusuk pisau.Adis, Loren, dan kini bibinya sendiri ....Siapa pun yang berhubungan dengannya, sepertinya tidak pernah memiliki akhir yang baik!Mengingat kata-kata Leon, mata Violet memancarkan ketegasan yang dingin, "Leon, aku akan buat kamu bayar darah dengan darah!"...Vila Aster.Leon baru saja selesai mandi dan bersiap menuju kamar Violet untuk beristirahat.Belakangan ini, setiap malam dia tidur di kamar Violet.Meskipun di kamar itu, aura Violet sudah sangat memudar, setidaknya itu cukup untuk sedikit mengurangi rasa rindunya yang tak kunjung padam.Kalau tidak, dia tidak bisa memejamkan mata karena kerinduan terhadap Violet.Baru saja berbaring, ponselnya berbunyi. Itu panggilan dari Joshua. "Tuan Muda, ini celaka. S
"Violet ...."Leon yang sempat pingsan perlahan sadar kembali, "Nggak ada gunanya .... Sebelum mati, Adis sudah katakan, racun ini hanya dia sendiri yang bisa sembuhkan. Setelah kematiannya, aku tidak bisa temukan orang lain yang bisa bantu aku hilangkan racun ini.""Jadi jangan repot-repot lagi. Toh, hidupku juga sudah nggak ada harapan, begini juga sudah cukup baik.""Omong kosong apa itu!" Violet paling sebal mendengar kata-kata putus asa seperti ini. "Apa maksudmu hidupmu nggak ada harapan lagi? Bagaimana dengan nenek dan adik perempuanmu, mau kamu tinggalkan begitu saja?""Aku juga nggak tega tinggalkan mereka ... dan lebih nggak tega tinggalkan kamu ...." Leon menatap Violet dengan penuh perasaan. "Violet, aku tahu hubungan kita memang benar-benar sudah nggak ada harapan. Tapi, saat memikirkan bahwa aku nggak akan pernah bisa lihat kamu lagi, aku benar-benar merasa berat untuk lepaskan kamu."Violet, dulu aku sadar perasaanku terlalu terlambat, itulah yang buat kamu menderita beg
Setelah ucapan Violet tadi, Leon segera tampak tidak bersemangat.Kalau sebelumnya dia masih menyimpan sedikit harapan, sekarang secuil harapan pun tidak ada lagi.Sikap Violet sudah sangat jelas memperlihatkan bahwa Leon tidak punya kesempatan sedikit pun.Namun, Leon tidak berniat menyerah begitu saja. Hati seorang wanita sebenarnya tidak sulit untuk dimenangkan.Seperti kata pepatah, "Ketulusan bisa membelah batu". Asalkan dia cukup tulus, membuat Violet jatuh cinta lagi bukanlah hal yang mustahil!Memikirkan hal itu, semangat Leon pun membaik kembali. Dirinya mulai sering menunjukkan perhatian di depan Violet.Salah satu caranya mendekati Violet adalah, memberinya hadiah.Tentu saja, hadiah itu tidak boleh terlalu mahal tetapi juga tidak boleh terlalu sederhana.Jadi, dia membuatkan satu hadiah untuk Violet dengan tangannya sendiri.Sebuah liontin yang diukir dari kristal dengan bentuk wajahnya, terlihat sangat indah dan rumit.Saat memberikan itu, Leon berkata, "Terima kasih sudah
Leon menggeleng, "Memang musuhku cukup banyak. Kalau soal yang jago teknologi peretasan, ada sih, tetapi nggak ada yang bisa tandingi kemampuanmu.""Bagaimanapun, bahkan aku saja nggak bisa kalahkan kamu, apalagi mereka."Violet terdiam sejenak. Kenapa kalimat itu terdengar seperti sedang menyanjung?Sudahlah, yang penting Leon baik-baik saja, dan Violet tidak memperpanjang masalah ini.Hanya saja, setelah itu Violet tidak terus-menerus mengurung diri di ruang apotek lagi.Pertama, karena dia khawatir orang itu akan datang lagi. Kedua, karena penelitian obat penawar juga sudah hampir selesai.Melihat tujuan yang diinginkan mulai tercapai, Leon diam-diam merasa puas. Meski begitu, di permukaan dia tetap berlagak tenang.Taman di Vila Magnolia sangat luas dan penuh dengan bunga-bunga kesukaan Violet.Ada juga pergola anggur di sana.Hanya saja, sekarang sedang musim dingin, jadi taman itu tidak seindah dan sehidup saat musim semi. Namun, taman tetap saja terlihat menawan.Terutama saat s
Sebenarnya, dia kan sudah sebesar itu. Walaupun tengah malam menghilang, seharusnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan.Mungkin saja dia sedang sibuk dengan urusan tertentu.Bagaimanapun, Grup Jiwono adalah perusahaan sebesar itu, tidak mungkin semuanya diserahkan sepenuhnya pada Joshua.Namun, di sisi lain ... urusan apa yang begitu mendesak sampai tidak sempat memberi kabar sama sekali?Apalagi, saat ditelepon pun Leon tidak mengangkat.Sambil mengendarai mobil, Violet menyusuri sekitar Vila Magnolia, tetapi jejak Leon tetap tidak ditemukannya. Hati Violet pun mulai diliputi firasat buruk.Meskipun Adis sudah tiada, Leon masih punya musuh lain. Bagaimana kalau salah satu musuhnya datang untuk membalas dendam ....Namun, kemudian Violet merasa dirinya terlalu berlebihan. Musuh-musuh Leon seharusnya tidak berani mendekati wilayah kekuasaannya.Sebelum bergerak, mereka pasti akan mencari tahu siapa lawan mereka, dan mempertimbangkan apakah mereka sanggup menanggung akibatnya.Tiba-tiba,
"Kalau begitu, ganti orang lain saja!""Kamu sendiri tadi bilang, nggak ada yang lebih kenal kebiasaan hidupku selain Joshua. Tapi, kalau memang ada orang lain ... orang itu ...."Mata hitam Leon menatap Violet dengan tajam, "Tak lain dan tak bukan adalah kamu!"Violet terperanjat.Violet merasa seperti jatuh ke perangkap sendiri.Seharusnya dia tidak ikut campur, tetapi dia benar-benar khawatir dengan kesehatan Nenek ....Setelah berpikir sejenak, Violet berkata pada Leon, "Kamu bisa ikut aku kembali ke Vila Magnolia, tetapi kamu harus janji padaku, jangan lakukan hal yang nggak seharusnya dilakukan, jangan katakan hal yang nggak seharusnya dikatakan.""Begitu racunmu ditawarkan, kamu harus segera pindah, setelah itu kita nggak akan ada hubungan apa pun lagi!"Begitu racunnya terobati, hutang itu pun lunas, jadi tak perlu ada lagi kontak di antara mereka.Melihat ketegasan di mata Violet, Leon tidak menunjukkan banyak emosi. Mata hitamnya hanya sedikit meredup, lalu dia mengangguk, "B
Violet berdiri di sana, memperhatikan selama lebih dari sepuluh menit, tetapi tidak menemukan keanehan apa pun di wajah Leon.Kalau ini adalah penyamaran, Violet pasti bisa langsung mengenalinya. Kulit di wajahnya jelas asli, jadi sama sekali tidak mungkin Adis menyamar menjadi dia.Masih belum merasa tenang, Violet menunggu sampai Leon berbalik badan, lalu memeriksa bagian belakang kepalanya dan belakang telinganya, tetapi tetap tidak menemukan bekas apa pun.Karena ini bukan hal sepele, Violet akhirnya menghipnosis Leon, tetapi hasilnya tetap sama.Jadi, sepertinya mereka memang tadi terlalu banyak berpikir.Dengan pikiran itu, Violet akhirnya merasa lega dan keluar dari kamar Leon tanpa suara.Namun, tak lama setelah kepergiannya, Leon yang tadinya memejamkan mata tiba-tiba membuka matanya. Sepasang mata hitam itu bersinar dengan kilatan tajam yang mengerikan di dalam kegelapan kamar....Keesokan paginya.Leon sudah bangun lebih awal. Saat dia membuka pintu, Violet yang hendak meng
"Bagaimana anak nakal itu?""Kak, kakakku nggak apa-apa, 'kan?"Melihat yang tua dan yang muda, keduanya penuh dengan kekhawatiran pada Leon, Violet segera tersenyum menenangkan, "Hanya masalah kecil, sudah terselesaikan. Aku di sini, apa yang kalian khawatirkan lagi?"Sambil berkata begitu, Violet memapah lengan nenek itu, "Sudah malam, tekanan darah Nenek mudah naik, cepatlah tidur.""Lalu, kamu?" Nenek itu melihat jam dinding yang menghadap ke tangga, "Sekarang sudah lewat jam dua, kalau kamu pulang pasti sudah hampir pagi, tidurlah di sini saja!"Loren ikut berbicara, "Benar, Kak, sudah lama aku nggak ketemu kamu. Aku punya banyak hal yang mau aku ceritakan. Nanti kita tidur bareng, ya?"Tatapan penuh harap Loren membuat Violet tidak bisa menolak. Lagi pula, memang sudah larut malam, jadi dirinya mengangguk setuju, "Oke!"Sebenarnya, tidak pulang juga bukan masalah. Meskipun racun dalam tubuh Leon sudah ditekan dengan akupunktur, itu hanya untuk sementara, kalau terjadi sesuatu lag
Kalau dibilang tidak peka, tetapi dirinya tidak pernah bisa membantah keinginan Violet.Seharusnya, dalam situasi seperti ini, Leon mestinya terdiam kehabisan kata-kata. Namun nyatanya, dia justru pandai memanfaatkan kesempatan. "Aku tahu, jadi di saat-saat terakhir hidupku, aku harus ungkapkan isi hatiku. Kalau nggak, aku nggak akan punya kesempatan lagi.""..." Violet meliriknya sekilas tanpa berkata apa-apa, lalu melanjutkan akupunktur dengan pikiran terpusat.Di saat Violet tidak tahu bagaimana harus menanggapinya, sikap terbaik adalah mengabaikannya.Setelah diterapkan akupunktur pada tubuhnya sekitar dua puluh menit, kondisi Leon akhirnya membaik, wajahnya tak lagi sepucat tadi.Violet berdiri tegak di sisi ranjang, memandangnya dari atas. "Sekarang, bagaimana perasaanmu?"Leon tampak lemah seperti boneka rapuh yang bisa pecah kapan saja. Dengan suara lirih, dia menatap Violet. "Jauh lebih baik. Sebenarnya, aku nggak mau repotkan kamu. Tapi, siapa sangka, akhirnya tetap membuatmu
"Selama bertahun-tahun ini, meski banyak hal tak kudapatkan, setidaknya aku jadi mahir memasak."Violet pun tak sungkan, "Baiklah!"Melihat Felicia berjalan menjauh, Violet baru berbalik dan melangkah pergi. Dua hari berikutnya, Violet sepenuhnya berfokus pada peracikan obat penawar.Selama dua hari itu, Leon sama sekali tak meneleponnya.Ini membuat dirinya sempat berpikiran buruk.Namun setidaknya, ini membuktikan kalau racunnya belum kambuh dan Pil Embun memang berfungsi.Karena itu, Violet merasa lebih tenang.Akan tetapi, yang tak disangkanya, justru bukan Leon yang menelepon, melainkan Loren. Pada malam hari ketiga, suara cemas Loren terdengar di telepon, "Kak, cepat datang! Sesuatu terjadi pada kakakku!"Mendengar nada panik itu Loren, Violet langsung tahu ini masalah besar. Tanpa berpikir panjang, Violet segera mengemudikan mobil ke rumah lama Keluarga Jiwono.Begitu masuk, terlihat si Nenek dan Loren menunggu dengan wajah penuh kekhawatiran.Violet segera berjalan mendekat, "N