Tingkah laku Mia yang genit membuat Loren semakin marah. Saat hendak memaki, Violet menghentikannya, "Bantu Nenek masuk ke mobil dulu.""Kakak ...." Loren agak khawatir, "Dia ini sangat jahat, kamu sama sekali bukan tandingannya."Violet tertawa, "Itu karena mungkin kamu nggak mengenalku dengan baik! Patuhlah, bawa Nenek ke mobil dan tunggu aku!"Loren ragu dan membantu Nenek Desi masuk ke dalam mobil.Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, Violet mendatangi Mia dengan tangan terulur untuk menerima undangannya dan langsung membukanya.Benar saja, itu tulisan tangan Leon.Heh, akhirnya dia bisa menikah dengan wanita yang dia cintai. Benar-benar tidak sabaran juga.Dia menutupnya, mengangkat tangan dan melemparnya langsung ke tempat sampah sejauh sepuluh meter darinya dengan akurat. Lalu dia mencibir ke arah Mia yang terlihat marah, "Mia, kamu pikir Leon bisa melindungimu?"Sorot mata Violet yang dingin membuat Mia menggigil. Dia menelan ludahnya dengan tenang, tetapi masih bersikeras un
Karena mereka semua, satu per satu, mengharapkan kepergian Violet, maka dia akan penuhi keinginan mereka.Selesai dengan ucapannya, Violet kembali menutup telepon dan dengan santai mencabut kabel teleponnya.Di ujung telepon sana, Leon memandang telepon yang telah ditutup, lalu tersenyum masam, "Cewek, kamu makin nggak sabar terhadapku."Leon hanya ingin memberitahukan Violet alasan mengapa dirinya harus menikahi Mia, tetapi dia bahkan tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan satu kalimat pun!Sudahlah, bahkan jika Leon mengatakan alasannya, Violet belum tentu percaya!Dia memanggil Joshua, "Ada petunjuk tentang orang di balik Mia?"Sejak Mia berterus terang padanya, Joshua mulai menyelidiki orang yang disebut-sebut sebagai pendukungnya itu."Sampai saat ini belum ada!" Joshua terlihat bingung. "Sejak kita bawa Mia keluar dari penjara, dia hanya tinggal di vila. Saat satu-satunya dia keluar adalah tengah malam di saat ke Vila Aster, setelah itu dia nggak pernah keluar lagi.""Da
"Nggak mungkin!"Hampir seketika, Violet langsung membantah keraguan Carmelia."Bagaimana kamu tahu itu nggak mungkin?" Sebuah kilatan samar melintas cepat di mata Carmelia, lalu dia bertanya lebih lanjut, "Jangan lupa, seberapa besar dia benci kamu?""Di matanya, kamu adalah algojo yang hancurkan kebahagiaannya dengan Mia.""Tiga tahun terakhir, bagaimana dia perlakukan kamu, apa kamu sudah lupa?""Terutama saat kamu berbaring di meja operasi, menunggu tanda tangannya untuk selamatkan nyawamu, apa yang Leon lakukan waktu itu?"Makin banyak Carmelia berbicara, makin meluap amarahnya. "Setelah kalian bercerai, awalnya dia pikir kamu akan jadi orang yang sengsara seperti yang dia bayangkan.""Tapi, kamu berubah menjadi putri Keluarga Ananta, sehingga dia makin yakin, kamu memang sudah tipu dia tiga tahun lalu. Jadi dia makin benci kamu, dan diam-diam bersekongkol dengan Mia untuk rencanakan kebakaran itu."Memang, apa yang dikatakan Carmelia sangat masuk akal. Leon memang sangat mencurig
Ini adalah hasil analisis dari sudut pandang psikologi.Tentu saja, juga mungkin bukan itu alasannya!Saat ini, dirinya dan Leon bisa dikatakan sedang berada dalam pertarungan yang setara. Bisa jadi, orang itu hanya ingin memanfaatkan situasi dan mendapatkan keuntungan dari perselisihan mereka.Apa pun alasannya, masih perlu pengamatan lebih lanjut untuk mengetahuinya!Setelah mengerutkan alis, Violet memberikan penjelasan kepada Sheva, "Rencana nggak berubah, kita akan terus mainkan peran sesuai dengan skenario pihak lawan!"Violet ingin melihat, drama tak masuk akal apa yang akan terjadi lagi selanjutnya!...Violet sama sekali tidak menyangka, perkembangan berikutnya akan membawa dia dan Leon menjadi pusat perhatian publik.Berita bahwa dia dan Leon pernah menikah menyebar luas hanya dalam semalam.Di depan gedung Grup Hardi, Violet baru saja turun dari mobil ketika sekelompok wartawan langsung mengerumuninya.Seorang wartawati berkacamata dan berambut kuncir kuda langsung melontark
Leon tidak selalu tunduk pada Mia. Malam itu, dia langsung mendatangi vila tempat Mia berada. "Mia, sebaiknya kamu jangan terlalu keterlaluan!""Keterlaluan?" Mia menunjukkan wajah penuh ejekan. "Sepertinya kamu nggak peduli dengan hidup atau matinya Violet. Kalau begitu, aku akan segera suruh orang untuk binasakan dia!"Leon belum pernah merasakan keinginan untuk membinasakan seseorang seperti ini. Ini adalah yang pertama kalinya. "Mia, suatu hari nanti, kamu akan bayar semua perbuatanmu!""Itu pun kalau Violet hidup lebih lama dariku!" Menggunakan Violet untuk mengancam Leon, Mia selalu berhasil. "Leon, aku bukan sedang bernegosiasi denganmu, aku sedang kasih tahu. Jadi, lebih baik segera lakukan, kesabaranku terbatas. Kalau aku sudah nggak sabar, entah apa yang akan kulakukan nanti!"Karena hingga kini belum ada petunjuk mengenai dalang di balik Mia, meski sangat tidak rela, Leon tetap memilih untuk menuruti permintaannya.Sesuai dengan perintah Mia, Leon mengadakan konferensi pers
"Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Bukankah kamu seorang tabib legendaris? Meski kamu nggak bisa selamatkan Adis, pastinya kamu bisa selamatkan bibi kandungmu sendiri!""Dia adalah anggota keluargamu yang terakhir di dunia ini. Kamu harus gunakan semua kemampuan yang kamu punya ....""Pergi!" Violet membentak dengan mata melotot, lalu melemparkan jarum perak ke arah Mia.Leon yang berada di dekatnya dengan cepat melindungi Mia ke dalam pelukannya. Setelah berhasil menghindar, dia menatap Violet dengan nggak senang. "Lihat baik-baik ini tempat siapa. Ini wilayahku, bukan tempat kamu buat onar!""Jangan marah, Paman!" Mia dengan lembut membelai dada Leon, menenangkannya. "Kak Violet cuma terlalu khawatir pada bibinya, jadi dia menyerangku. Mungkin dia merasa, kitalah yang bunuh bibinya!"Leon tertawa dingin. "Lalu, kalau memang benar, kenapa?""..." Violet sungguh tidak tahan lagi. "Katakan lagi apa yang baru saja kamu katakan!" "Dia cuma cari masalah!" Tatapan Leon makin dingin."Datang
Dengan upaya penyelamatan Violet, nyawa Carmelia memang berhasil diselamatkan, tetapi kesehatannya tak pernah bisa pulih seperti semula.Melihat Carmelia yang hanya bisa terbaring di tempat tidur, bahkan tidak mampu turun dari ranjang, hati Violet terasa seperti ditusuk pisau.Adis, Loren, dan kini bibinya sendiri ....Siapa pun yang berhubungan dengannya, sepertinya tidak pernah memiliki akhir yang baik!Mengingat kata-kata Leon, mata Violet memancarkan ketegasan yang dingin, "Leon, aku akan buat kamu bayar darah dengan darah!"...Vila Aster.Leon baru saja selesai mandi dan bersiap menuju kamar Violet untuk beristirahat.Belakangan ini, setiap malam dia tidur di kamar Violet.Meskipun di kamar itu, aura Violet sudah sangat memudar, setidaknya itu cukup untuk sedikit mengurangi rasa rindunya yang tak kunjung padam.Kalau tidak, dia tidak bisa memejamkan mata karena kerinduan terhadap Violet.Baru saja berbaring, ponselnya berbunyi. Itu panggilan dari Joshua. "Tuan Muda, ini celaka. S
Kemampuan Violet, memang membuat Mia sedikit terkejut.Tidak heran jika ada orang lain yang, seperti dirinya, ingin Violet mati. Dengan kemampuan seperti itu, dia memang menakutkan!Leon menatap Mia dengan wajah penuh kebencian, "Keluar!"Selain dua kata itu, dia tidak ingin mengatakan apa pun lagi padanya!Mia tidak hanya tidak pergi, tetapi malah berjalan ke arah Leon, memaksa dirinya duduk di pangkuannya. "Kenapa, marah ya?"Tangannya dengan lembut mengusap jakun Leon yang berbentuk sempurna, "Tapi apa yang aku katakan adalah kenyataan. Dia memang sudah nggak cinta kamu lagi. Yang lebih kejam adalah, ini semua salahmu sendiri!"Leon langsung mencengkeram tangan Mia yang asal menyentuh dirinya, mengangkatnya dari pangkuannya, dan menghempaskan dia ke lantai."Leon!" Mia yang terjatuh ke lantai menatapnya dengan sangat tidak senang. "Aku sedang mengandung anakmu!""Hah!" Leon bangkit dari kursinya, berjalan mendekati Mia. Saat dia hendak bangun, dia menekan tangan Mia ke lantai dengan
Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu
Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku
Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya
Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d
"Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg
"Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng
Meskipun baru saja mengatakannya dengan tegas, Adis tetap tidak bisa tetap acuh tak acuh saat melihat Violet benar-benar akan menyerang dirinya sendiri.Adis segera membungkuk, mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke Violet.Batu itu mengenai pergelangan tangan Violet dan pisaunya jatuh ke tanah.Mata Adis memerah saat menatap Violet. "Kalau ... kalau saja kamu nggak bertemu Leon, apa kamu akan memilihku?"Jika mereka nggak berpisah saat itu dan selalu bersama, apa Violet akan jatuh cinta padanya, bukan pada Leon?Violet tahu bahwa kebenaran itu terlalu kejam bagi Adis, terutama sekarang Violet tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tapi tetap tidak ingin berbohong kepadanya!"Nggak!" Violet mengatakan hal yang sama, "Kamu hanyalah Kakak bagiku! Kalaupun nggak ada Leon, akan ada orang lain. Jadi situasi saat ini antara kamu dan aku nggak ada hubungannya dengan Leon.""Haha!" Adis tertawa, tetapi air mata mengalir dari sudut matanya. "Violet, kamu terus bilang bahwa kamu m
"Kamu lebih baik mati daripada bersamaku?"Tidak ada yang lebih menyakiti Adis selain kata-kata Violet.Adis sudah melakukan banyak hal hanya untuk bersama Violet.Bahkan sampai berpura-pura menjadi Leon, tapi pada akhirnya, tetap dengan mudah diungkap olehnya.Bukan hanya itu saja, Violet juga sangat tidak berperasaan terhadapnya!"Adis, entah kamu menggunakan identitas mana pun, jiwamu nggak akan pernah berubah. Perasaanku padamu ...."Violet menatap Adis dengan serius. "Aku juga!""Entah aku menggunakan identitas apa pun, kamu nggak akan pernah jatuh cinta padaku!" Adis merasa seolah-olah hatinya sedang dipotong olehnya dengan pisau.Awalnya berpikir bisa memenangkan cintanya dengan mengubah identitasnya menjadi Leon.Meski bukan untuknya tapi untuk Leon, yang penting bisa bersamanya.Demi mencintainya, Adis betul-betul merendahkan dirinya, tapi yang diberikannya hanyalah sikap yang kejam.Adis semakin tidak rela memikirkannya. Saat menatap Violet, tatapan matanya berangsur-angsur b
"Terserahmu saja!" Violet tidak ingin berkata terlalu banyak padanya. "Adis, aku akan memberimu waktu tiga hari lagi untuk memikirkannya. Sebaiknya kamu katakan apa yang ingin aku ketahui, kalau nggak ....""Haha, nggak perlu menunggu tiga hari. Aku sudah memberitahumu apa yang perlu kamu ketahui. Jangan lagi berkhayal. Semua yang aku katakan padamu memang benar!"Adis segera menyela perkataannya. "Adapun mayat Leon, sama saja seperti yang aku katakan padamu di awal. Mayatnya sudah jadi makanan ikan.""Kawanan ikan itu sangat besar. Aku mengoleskan obat ke mayatnya dan dalam waktu kurang dari lima menit, mayatnya sudah habis.""..."Violet mengepalkan tangannya, tidak berkata apa-apa lagi, berbalik dan pergi, meninggalkan Adis sendirian di ruang pengobatan.Yang tidak diketahuinya adalah bahwa Adis sangat akrab dengan ruang pengobatan ini.Karena di sinilah Adis membunuh gurunya dengan tangannya sendiri.Alasannya adalah ....Begitulah kejadian hari itu, gurunya bertemu dengannya di lu