Mata Samuel sedikit bergerak.“Hari ini seharusnya adalah upacara pelantikan Starvy. Tetapi telah dikacaukan oleh Nona Cintia dan keadaan Starvy cukup tertekan," Marcel terus berbicara. "Saya tidak tahu apakah nantinya akan mulus bagi Nona Cintia untuk mengambil alih Galaksi. Bagaimana pun juga, Jacob dan Starvy yang selalu bertanggung jawab atas Grup Galaksi.”Marcel melihat jemari bosnya yang mengetuk-ngetuk meja. Bos benar-benar berbeda terhadap Cintia. Jika tidak, dia tidak akan berusaha menyelamatkan Cintia dalam kebakaran. Hanya saja bosnya selalu menghindari wanita. Apa hatinya sudah berbunga saat baru saja sampai di Kota Bandung?Mengenai urusan pribadi bosnya, Marcel tidak berani banyak bertanya dan hanya bisa pasrah "Bos, apa Anda ingin membantunya secara diam-diam?”Samuel terdiam sejenak dan berkata, "Cintia bisa menjalankan Grup Galaksi sendiri, dia memiliki pendirian, dan kita hanya perlu memercayainya.”“Benar,“ kata Marcel dengan sopan. Dia juga merasa bahwa wanita
Tak lama kemudian.Marcel mengundang Samuel untuk rapat.Samuel keluar dari ruang rapat.Rein sedang menunggu di ruang tunggu, lalu dia melihat ada sekelompok orang berjalan melalui jendela."Apakah itu Tuan Samuel?" tanya Rein.Sekretaris itu langsung melirik ke luar dan dengan cepat menjawab, "Benar. Tuan Samuel akan menghadiri rapat sekarang."Rein meletakkan cangkir tehnya dan melihat lebih saksama.Kebetulan, Marcel menoleh ke arahnya.Rein tersenyum pada Marcel dan menganggukkan kepala untuk menyapa.Marcel mengerutkan kening.Kemudian, Marcel juga mengangguk balik dengan sopan.Marcel pun segera mengikuti bosnya masuk ke dalam lift.Marcel tidak tahu kalau dari sudut pandang Rein, Rein tidak dapat melihat Samuel sama sekali. Rein hanya bisa melihat orang-orang mengitarinya.Rein duduk kembali di kursi sambil menunggu Samuel.Grup Klan Purnomo akan membangun kawasan bisnis internasional yang terkemuka di Bandung, kawasan ini akan selesai dalam waktu dekat. Bisnis utama Grup Klan
"Membersihkan lokasi? Ini baru jam 6 lewat. Kamu pasti salah, ‘kan?" tanya Starvy dengan terkejut."Tidak salah. Tolong kalian berdua pergi sekarang.""Atas dasar apa? Kami bahkan belum selesai makan." Selama ini, Miya selalu sombong dan arogan, sekarang dia bahkan lebih marah."Tidak ada dasar apa-apa. Restoran kami tidak menyambut kalian.""Apa kamu tahu siapa aku?""Tidak tahu," jawab pelayan laki-laki itu blak-blakan."Kamu bahkan tidak tahu Miya Halim? Dia bintang besar, nona besar dari Grup Klan Halim." Starvy memberi tahu dari samping."Oh," jawab pelayan laki-laki itu, masih dengan ekspresi sangat tidak peduli. "Nona Miya, silakan lewat sini."Miya dan Starvy menggertakkan gigi mereka dengan marah saat mereka berdiri dan bersiap untuk pergi. Tiba-tiba, mereka melihat Cintia di meja sebelah. Wanita ini ternyata ada di sini juga?! Juga terlihat ada pria asing dan anak kecil di sisinya.Pria itu membuat terkejut wanita ambisius seperti Miya. Sejak kapan ada seorang pria yang beg
Setelah makan malam, tanpa menunda, Samuel membawa Erikson pulang dulu dan menyerahkannya kepada pengasuh, kemudian kembali ke mobil untuk mengantar Cintia kembali."Tuan Samuel tidak perlu begitu repot-repot. Aku bisa naik taksi sendiri," kata Cintia dengan nada sungkan."Ini bukan masalah. Selain itu, bukan aku yang mengemudi," kata Samuel dengan tenang.Sopirnya tiba-tiba merasa sedikit canggung. Dia merasa bahwa dia harus menghilang di tempat saat ini.Cintia tiba-tiba menjadi agak tidak bisa membalas.Mereka tetap diam sepanjang perjalanan ke Berlin Mansion.Cintia membuka pintu mobil. Karena tidak leluasa bergerak dengan kruk, pergerakannya relatif lambat, jadi ketika dia bersiap untuk turun dari mobil, Samuel telah berjalan ke sisi pintu mobilnya kemudian memapahnya dengan sopan.Cintia berkata, "Terima kasih.""Sama-sama." Samuel membantunya keluar dari mobil. Cintia bergantung pada kruk untuk pergi, tapi langkah kakinya tiba-tiba berhenti."Tuan Samuel." Cintia memand
"Apa?" Miya hampir melompat dari tempat duduknya.Anggota keluarga Halim lainnya juga tidak senang oleh tingkah Miya.Setelah berbicara dengan agen di telepon, mata Miya segera menjadi merah. Dia hampir masuk artis tingkat kelas dua sekarang, dan awalnya berencana untuk menggunakan drama ini menembus kelas dua ...."Ada apa lagi?" Rein bertanya dengan tidak sabar."Agenku mengatakan bahwa pihak investor akan menggantikan peran pemeran utama wanitaku."Rein terkejut dan berkata, "Jika aku tidak salah ingat, investornya adalah Media Furama keluarga Purnomo? Apakah kamu menyinggung keluarga Purnomo?""Bagaimana mungkin? Aku bahkan tidak kenal keluarga Purnomo." Miya buru-buru menyangkal dan berkata dengan emosional, "Kak, aku tidak senang. Bagaimanapun kamu harus membantuku mendapatkan peran ini. Peran ini sangat penting untuk kemajuanku dalam industri hiburan."Rein juga merasa aneh. Pada umumnya, hampir tidak mungkin menggantikan peran yang sudah dipilih. Pada saat itu, dia tiba
"Samuel ....""Maaf, aku terlambat pulang," kata Samuel.Cintia mengerutkan keningnya. Apakah itu ilusi? Dia selalu merasa bahwa Samuel saat ini benar-benar berbeda dari pria tegas yang biasanya dingin, tampaknya dia tiba-tiba memiliki apa yang harus dimiliki manusia, emosi dan gairah."Lepaskan aku dulu." Cintia menggerakkan tubuhnya. Dia benar-benar tidak bisa mendengar apa yang Samuel katakan."Kelak, akan ada aku." Samuel berkata serius di telinganya, seakan tidak dapat merasakan perlawanan Cintia. Seakan, ini adalah janji."Samuel ... ah!" Cintia berteriak. Tubuhnya tiba-tiba digendong secara horisontal oleh Samuel. Apakah pria ini punya hobi memeluk orang?!"Jangan sakiti kakimu." Samuel berbisik di telinganya. Dia pikir Samuel cukup mabuk, tapi bahkan bisa melihat luka kakinya saat ini. Jadi, dia tidak mabuk?! Setelah berpikir, Cintia memberontak tanpa kendali selama setengah detik.Samuel tidak mabuk, tapi setelah minum, tubuhnya masih merasa sedikit ringan. Hanya mengge
"Cintia, kenapa kamu datang ke sini?" tanya Rein sambil melindungi Starvy yang ada di belakangnya dengan postur melindungi. "Datang untuk mengemasi barangku," jawab Cintia acuh. Benar-benar sudah mati rasa. Sudah sepantasnya dia tidak merasakan perubahan emosional sedikit pun untuk pasangan pria dan wanita yang tidak tahu diri ini. Mereka tidak pantas mendapatkannya.Cintia tidak peduli apa yang sedang mereka berdua lakukan di dalam kantor dan segera berjalan masuk."Apa kamu sangat suka menggunakan barang bekas?" kata Cintia kepada Starvy, "Sampai menungguku datang untuk mengemasi barang-barangku. Bukankah lebih baik menggunakan yang baru?"Sebuah kalimat yang mengandung makna ganda.Wajah Starvy memerah. "Cintia, hari ini Starvy datang ke perusahaan hanya untuk menilai baju-baju yang akan ditampilkan dalam musim baru peragaan busana kita. Setelahnya aku akan membawanya ke kantormu. Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh," jelas Rein."Apa yang termasuk dengan jangan berpikir aneh? T
Starvy merasa sedikit malu. Faktanya, Lovely yang merupakan nomor satu di dunia sangatlah misterius dan rendah hati. Dibandingkan dengannya yang baru saja masuk lima besar tahun lalu, Lovely yang menjadi juara pertama selama tiga tahun berturut-turut, terlalu jauh untuk dibandingkan.Namun, pencapaian Starvy sudah dianggap sebagai keberadaan inovatif di Galaksi dan semua karyawan sangat memuja Starvy."Anda masih menjadi atasan yang hanya bisa berpangku tangan saja, ‘kan? Kalau begitu, semua orang bisa bersantai," kata Handi menyimpulkan secara sepihak.Tidak menutupi ejekannya kepada Cintia.Starvy tertawa diam-diam. Apa Cintia benar-benar berpikir kalau dia bisa mempunyai kehidupan yang baik saat dia mengambil kembali Galaxy?Selain Hendri, semua orang yang ada di sini merupakan bawahannya dan ayahnya. Cintia ingin membalikkan keadaan dalam 3 bulan dan membuat semua orang mendukungnya? Itu hal yang tidak mungkin terjadi."Pekerjaan saya di Klan Halim ...." Cintia tidak menyelesaika
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug