Bab 12 Berkunjung di Malam Hari

"Apa?" Miya hampir melompat dari tempat duduknya.

Anggota keluarga Halim lainnya juga tidak senang oleh tingkah Miya.

Setelah berbicara dengan agen di telepon, mata Miya segera menjadi merah. Dia hampir masuk artis tingkat kelas dua sekarang, dan awalnya berencana untuk menggunakan drama ini menembus kelas dua ....

"Ada apa lagi?" Rein bertanya dengan tidak sabar.

"Agenku mengatakan bahwa pihak investor akan menggantikan peran pemeran utama wanitaku."

Rein terkejut dan berkata, "Jika aku tidak salah ingat, investornya adalah Media Furama keluarga Purnomo? Apakah kamu menyinggung keluarga Purnomo?"

"Bagaimana mungkin? Aku bahkan tidak kenal keluarga Purnomo." Miya buru-buru menyangkal dan berkata dengan emosional, "Kak, aku tidak senang. Bagaimanapun kamu harus membantuku mendapatkan peran ini. Peran ini sangat penting untuk kemajuanku dalam industri hiburan."

Rein juga merasa aneh. Pada umumnya, hampir tidak mungkin menggantikan peran yang sudah dipilih. Pada saat itu, dia tiba-tiba memikirkan sesuatu dan berkata, "Aku dengar Samuel dan Riko tumbuh bersama-sama sejak kecil. Meskipun Samuel tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun, hubungan mereka selalu baik. Apakah Riko sengaja meminta bantuan Samuel untuk mempersulit kamu?"

"Riko manusia licik ini!" Miya berkata dengan keras. Tidak ada keraguan tentang kata-kata Rein sama sekali.

"Jika kamu ingin peran ini, aku sarankan kamu berbicara dengan Riko, atau langsung mencari Samuel." Rein menyarankan.

"Kak, apa maksudmu?"

"Ayah mengatakan beberapa hari yang lalu bahwa Samuel memiliki kesan baik dengan dirimu dan ingin kamu pergi kencan buta dengannya. Begitu kamu menikah dengan Samuel, bukankah kamu bisa dengan mudah mendapatkan peran?"Rein berkata dengan jelas.

"Aku tidak mau! Siapa yang ingin menjadi ibu tiri? Dipukul sampai mati pun aku tidak mau." Miya menolak. "Dibandingkan dengan Samuel, aku lebih rela mencari Riko."

Rein tidak bicara lagi. Lagi pula, adiknya sejak kecil sudah biasa dimanjakan, tidak ada yang bisa memaksanya untuk melakukan hal-hal yang dia tidak ingin lakukan!

...

"Hatciu!"

Riko tiba-tiba bersin di ruang pribadi kelas atas klub senior terhormat. Tengah malam begini, siapa yang merindukannya?

"Kenapa diam saja? Dengan tak mudah, Tuan Muda Samuel setuju untuk datang minum. Ayo minum lebih banyak lagi." Steven Kartadi mendesak Riko.

"Malam ini kita tidak akan pulang sebelum mabuk. Riko buru-buru bicara. Juga tidak tahu apakah Samuel benar-benar kesal dengannya, tapi setelah terus-menerus dihubungi, dia akhirnya datang ke pesta mereka.

Hanya ada empat orang di ruangan pribadi: Samuel, Riko, Steven, dan Jimmy Surtawan. Mereka tumbuh bersama sejak kecil, tapi Samuel menghabiskan lebih banyak waktu di luar negeri, jadi mereka jarang berkumpul bersama. Reuni terakhir mereka berempat adalah delapan tahun yang lalu, ketika Samuel pulang untuk pesta penyambutan.

Malam itu, Samuel banyak minum. Mereka terus minum hingga pada akhirnya dia langsung menghilang.

"Tidak disangka delapan tahun berlalu dalam sekejap mata." Riko jarang-jarang mengingat masa lalu. Kemudian, dia mengangkat gelas ingin minum bersama Samuel.

Teleponnya tiba-tiba berdering. Riko sedikit tidak senang. Setelah dilihat, akhirnya dia menjawabnya, "Siapa ini?"

Pada saat ini, Miya kembali ke kamarnya dan memaksakan dirinya menelepon setelah menelan semua jenis kebencian terhadap Riko. Setelah mendengar suara Riko yang begitu acuh tak acuh, ekspresinya segera berubah. Nomor teleponnya tidak pernah berubah, bagaimana Riko tidak tahu?! Dia sengaja, ‘kan?! Pria begitu menjijikkan.

"Aku Miya."

Riko terkejut. Butuh waktu untuk memikirkan orang yang terkenal sepertinya. "Ada urusan apa?"

"Aku tahu kamu tidak bisa melupakanku, tapi apa kamu tidak merasa sangat kekanak-kanakan berbuat begitu padaku? Riko, kamu harus tahu, aku tidak akan menyukai orang sepertimu. Apalagi kamu makin sengaja mempersulitku seperti itu, aku akan makin tidak suka ...."

Riko langsung menutup teleponnya. Dasar gila, sampai menunda dia minum alkohol.

Miya tidak percaya saat melihat kata "Pembicaraan telah berakhir". Riko benar-benar menutup teleponnya?! Saat itu, dia sangat marah sehingga hampir saja membuang ponselnya! Dia menggertakkan giginya dan dengan marah mengirim pesan lain kepada Riko, "Aku akan datang menemuimu besok, jangan bersikap tidak tahu diri!'

Riko melihat pesan itu. Dia benar-benar berpikir Miya memiliki kebiasaan ingin selalu disanjung dan sedang berhalusinasi.

"Siapa? Steven memperhatikan ekspresi Riko dan secara santai bertanya.

"Miya." Riko merasa kesal.

"Bukankah kamu sangat menyukainya saat SMA? Kenapa, sekarang sudah tidak ada perasaan lagi?"

"Suka apanya?"Riko terlihat tidak peduli. "Waktu itu masih muda, bukankah pasti akan suka pada gadis cantik? Jika begitu, aku lebih suka Cintia, bagaimanapun dia paling cantik."

Tangan Samuel yang memegang gelas anggur tiba-tiba mengetat.

Jimmy menatap Samuel, dengan senyum simpul di sudut mulutnya.

"Bicara tentang Cintia, bukankah pesta pertunangannya dengan Rein telah gagal beberapa waktu yang lalu? Aku mendengar bahwa keluarga Halim menggunakan ini sebagai alasan dan tidak berencana untuk menikah Cintia lagi," kata Steven.

"Keluarga Halim membenci masa lalu Cintia." Sambil minum, Riko berkata, "Sebenarnya, sebagai seorang pria, normal untuk merasa keberatan, tetapi jika keberatan tidak seharusnya mengganggu Cintia! Pikirkanlah tentang pengorbanan Cintia untuk keluarga Halim saat itu, benar-benar bisa disebut berkorban mati-matian. Aku telah bertemu dengannya beberapa kali di klub ini, semuanya demi sponsor untuk keluarga Halim. Dia mabuk, muntah parah, dan dilecehkan orang juga adalah hal wajar. Aku pikir pada saat itu Rein sungguh gila karena tidak menikahi Cintia! Hasilnya, dia sungguh memilih menjadi binatang biadab!"

Tangan Samuel yang memegang gelas anggur menjadi lebih kencang.

"Jangan bicara tentang keluarga Halim lagi, sungguh sial. Ayo minum!" Riko berusaha memperbaiki suasana. Dia biasanya tidak banyak berbicara tentang hal-hal yang memengaruhi perasaannya.

Mereka pun mulai minum. Hanya Samuel yang makin diam.

"Ayo keluar dan merokok." Jimmy meletakkan gelasnya dan memanggil Samuel.

Samuel dan Jimmy keluar dari ruangan pribadi dan pergi ke kebun langit luar untuk menghirup udara segar. Mereka berdua merokok.

Jimmy mengambil inisiatif untuk membuka topik dan berkata, "Aku juga telah bertemu Cintia beberapa kali. Sekali dia mengalami gastroragia dan aku membawanya ke rumah sakit."

Samuel mengambil napas dalam dan perlahan-lahan mengembuskannya, asap menutupi matanya.

"Namun, dapat dilihat bahwa Cintia cukup tangguh dan tidak dapat dijatuhkan oleh orang biasa," Jimmy berkata dengan nada tenang. Samuel sudah selesai merokok. Kecepatannya menakjubkan.

Dia mematikan bokong rokoknya dan langsung memindahkan topik, "Aku beri tahu kamu satu hal. Sesuatu. Lily Triadi akan menggantikan Miya untuk bergabung dengan seri TV baru yang diinvestasi Media Furama sebagai pemeran utama wanitanya."

Mata Jimmy berkilat dan dia berkata secara langsung, "Dia tidak pernah bekerja sama dengan Furama."

"Dia tidak bisa menolak." Dan dia sudah menolak, yang tidak berguna. "Bersiaplah."

"Hmm." Jimmy menjawab.

"Katakan pada mereka, aku akan pergi dulu." Samuel pun pergi. Dia duduk di mobilnya. Semuanya dalam pikirannya adalah tentang Riko dan Jimmy berbicara tentang Cintia.

"Pergi ke Berlin Mansion." Samuel tiba-tiba memerintahkan.

"Baik."

Mobilnya segera berputar.

Samuel masuk ke kompleks dan berhenti di depan pintu rumah Cintia. Perlahan-lahan, dia menekan bel pintu.

Setelah beberapa saat, pintunya terbuka. Cintia melihat Samuel yang berwajah merah, dan bau anggur yang menerpa memberitahunya bahwa Samuel mabuk. Jadi, setelah makan malam dengannya, dia pergi minum lagi?!

Akal sehat memberi tahu Cintia bahwa Samuel sangat berbahaya saat ini. Di tengah malam, pria dan wanita lajang bersama .... Saat dia ingin menutup pintunya, tubuhnya tiba-tiba menabrak dada yang kuat dan hangat, dan seluruh tubuh dipeluk erat di lengannya.