Setelah Julia pergi, Cintia memilih sekretaris pria yang baru untuk dirinya dengan bantuan Hendri, yaitu Owen Saputra. Usianya masih muda, memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik dan belum lama bekerja di Galaksi. Dia juga tidak terlibat dalam kelompok tertentu.Pada hari Selasa, sesuai rencana awal, Starvy mempresentasikan sketsa desain untuk tiga bulan berikutnya.Di dalam ruang rapat yang luas, Starvy menjelaskan desainnya sendiri, tetapi dia semakin kehilangan kepercayaan diri di bawah pandangan tajam Cintia.Harus diakui, meskipun diberi waktu tambahan seminggu, Starvy tidak dapat menemukan inspirasi yang lebih baik atau menciptakan sesuatu yang baru. Desain yang dia tampilkan tetap berdasarkan kerangka dasar yang sama, dengan sedikit perubahan desain yang tidak terlalu mencolok."Jadi, Direktur Starvy, menurut pendapatmu, apakah desain ini layak diterima?" tanya Cintia sambil minum sedikit tehnya."Ketua, menurutku, mengikuti tren adalah hal yang penting, tapi itu tida
Jacob tampak ragu. Namun, jika dipikir-pikir, Cintia telah kesulitan mengelola Grup Galaksi akhir-akhir ini. Semua eksekutif di perusahaan tampak mengabaikannya, membuatnya sulit untuk mengembangkan pekerjaan di Galaksi. Jadi, apakah ide cerdasnya adalah menggunakan Starvy untuk mempengaruhi para eksekutif agar mendengarkan perintahnya?Ternyata hanya itu yang bisa dilakukan Cintia. Jacob mengira anak perempuannya ini bisa membuat perubahan besar."Starvy telah bekerja di Galaksi selama bertahun-tahun, dia tentu tidak kalah berpengalaman daripada kamu. Memilih untuk mempercayakan manajemen Galaksi kepada Starvy adalah langkah terbaik yang bisa kamu ambil!" Jacob terlihat puas dengan dirinya sendiri."Baiklah, aku akan mengikuti nasihatmu," jawab Cintia, meskipun dalam hatinya penuh dengan kepahitan. Dia tahu betul bahwa jika dia benar-benar memberikan posisi penting kepada Starvy, itu ibarat membiarkan serigala masuk ke dalam kandang domba."Oh, ya. Mengenai orang yang aku perkenalka
Starvy melihat jam, masih pukul tiga sore. "Masih ada dua jam lebih," ujarnya."Bisakah kamu pulang lebih awal?" Miya terdengar agak kesal. "Aku ingin mengajakmu pergi berbelanja bersamaku."Starvy agak ragu. Dulu, dia bisa pulang lebih awal tanpa melapor pada siapa pun, bahkan ayahnya tidak akan protes. Namun sekarang, Cintia yang bertanggung jawab atas Grup Galaksi, dia khawatir Cintia akan menemukan alasan untuk menyusahkannya. Namun, Starvy juga tidak berani membuat Miya marah. Agar bisa berhasil menikahi Rein, Starvy harus merawat adik iparnya dengan baik.Setelah mempertimbangkan semua hal tersebut, Starvy setuju dan menjawab, "Aku akan segera keluar. Di mana kamu ingin berbelanja?""Di Grand International Mall," balas Miya."Aku akan tiba dalam 20 menit," ujar Starvy.Starvy menutup telepon dan segera menuju ke tujuan tersebut dengan mobilnya.Di tempat lain.Cintia sedang duduk di kantornya, merancang sketsa desain ketika teleponnya berdering. Dia melihat panggilan tersebut
"Cintia?" Miya juga menyadari kedatangan Cintia pada saat itu.Suaranya cukup keras.Cintia mendengar teriakan Miya, tetapi dia memilih untuk tidak menghiraukannya."Cintia, apa yang kamu sombongkan?" ujar Miya dengan nada mengejek sambil menghampiri Cintia.Starvy juga segera menyusulnya.Dengan tatapan sinis, Miya melihat Erikson dan berkata, "Kamu sudah tidak sabar ingin menjadi ibu tiri, ‘kan? Cintia, kamu benar-benar memalukan kaum perempuan, rela mengorbankan begitu banyak hanya untuk menyenangkan seorang pria? Gaun di sini setidaknya ratusan juta, kamu benar-benar tidak pelit, ya!"Erikson mengerutkan kening kecilnya. Dia merasa agak kesal melihat dua tante yang tidak sopan ini telah merusak suasana belanja dia dan ibunya.Cintia melirik Miya, lalu dengan tenang membuka ponselnya dan menekan tombol pemutar. Suara Miya yang baru saja mengolok-olok Cintia terdengar dari ponselnya.Wajah Miya langsung berubah pucat.Dia tidak pernah menyangka bahwa Cintia akan merekam percakapann
Apa maksud dari "baiklah"? Apakah sudah cocok?Cintia sudah siap-siap untuk meminta karyawan butik mengemas setelan Erikson dan membawanya pergi. Lalu, dia melihat ada karyawan butik lain sedang membawa sebuah gaun pesta yang memukau."Aku ingin mencoba yang ini!" Miya berteriak kepada karyawan butik dengan mata berbinar. Dia langsung berjalan ke depan dan menghentikannya."Maaf, Nona Miya, gaun ini adalah milik Nona Cintia," kata karyawan butik dengan penyesalan."Apa maksudnya miliknya? Aku yang melihatnya lebih dulu! Aku ingin mencobanya sekarang juga," kata Miya dengan paksa. Bahkan tanpa persetujuan dari karyawan butik, dia langsung merebut dan mulai mencobainya dengan semangat.Setelah mencoba begitu banyak gaun, hanya gaun inilah yang memenuhi selera Miya."Ini benar-benar cantik," puji Starvy sambil merasa agak cemburu di dalam hatinya. Sebenarnya, dia juga tertarik pada gaun ini."Nona Miya, gaun ini adalah pesanan pribadi Nona Cintia ....""Berapakah harganya?" Miya sama se
Starvy membantu Miya menarik ritsleting dengan seluruh tenaga.Miya terus menahan napasnya. Namun, tak peduli bagaimanapun caranya, ritsleting itu tetap tidak bisa ditarik."Miya, aku benar-benar tidak bisa menariknya lagi," kata Starvy yang putus asa dan tidak berdaya."Bagaimana mungkin! Pinggangku sangat ramping!" kata Miya yang tidak bisa menerima kenyataan ini.Miya tidak dapat membayangkan bagaimana dia akan dicemooh oleh Cintia, kalau Cintia tahu Miya tidak dapat mengenakan gaun ini. Ini sungguh memalukan."Benar-benar tidak bisa lagi. Kalau dipaksa, risletingnya akan rusak.""Kalau rusak, ya sudah! Keluarkan tenagamu!""Kalau sampai rusak, kamu akan dicerca oleh Cintia. Cintia pasti akan menyuruhmu untuk ganti rugi.""Kalau aku tidak bisa mengenakannya, Cintia juga tetap akan menyuruhku untuk membayar gaun ini!" kata Miya dengan pelan sambil menggertakkan giginya."Pinggangmu sangat ramping. Kalau kamu saja tidak bisa memakainya, gaun ini pasti tidak akan muat untuk Cintia. Kal
Meskipun begitu, tidak ada yang mau mengakui kecantikan Cintia."Terima kasih." Cintia tersenyum lembut pada Erikson, lalu menoleh ke arah Miya, "Silahkan dibayar."Miya sangat kesal sampai wajahnya memerah.Cintia benar-benar bisa mengenakan gaunnya!"Kamu tidak mau mengaku kalah? Kenapa? Apakah Kamu tidak mau membayarnya?" kata Cintia mencibir.Miya menggertakkan giginya.Miya membuat taruhan di depan begitu banyak orang. Kalau Miya mengingkarinya, dia akan merasa sangat malu."Berapa harganya!" Miya menggertakkan giginya lagi."Nona Miya, gaun ini dijahit langsung dengan tangan dan dikerjakan secara khusus. Harganya senilai delapan belas miliar rupiah," jawab pegawai toko."Apa!" Miya mengira kalau dia sudah salah dengar.Gaun yang mewah, biasanya hanya senilai ratusan juta rupiah.Harga gaun ini bahkan melebihi belasan miliar rupiah!"Gaun ini dibuat di Jogjakarta. Ada lebih dari lima ratus butir berlian di gaun itu. Semuanya dijahit dengan tangan oleh seorang ahli terbaik," jelas
Cintia menggandeng tangan Erikson, lalu mereka meninggalkan toko.Begitu mereka sampai di gerbang mal, ada sesorang tiba-tiba berdiri di depan dan menghalangi jalan mereka."Kenapa? Apakah kamu sudah menyesal membelikan gaun ini?" Cintia terlihat tegang, lalu menatap Rein yang napasnya sedikit terengah-engah."Aku tidak sepelit itu." Rein menghela napas, "Semua sudah terjadi, lupakan saja. Lagi pula, kekayaan Keluarga Halim tidak akan terkuras hanya karena membeli gaun itu."Cintia tersenyum sinis.Benar.Keluarga Halim memang tidak akan kekurangan uang, tetapi kekayaan Keluarga Halim ini, semua berkat Cintia yang sudah bekerja keras untuk mereka!"Aku selalu menelepon dan mengirimkan pesan singkat padamu, tapi kamu selalu tidak menanggapinya," kata Rein terus terang dan mengabaikan sindiran Cintia."Apakah kamu sudah melupakan statusmu ….""Meskipun kita sudah berpisah, tapi kita tetap bisa berteman.""Itu hanya pendapatmu saja." Cintia memandang Rein dengan dingin, "Aku sudah menghap
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug