Meskipun begitu, tidak ada yang mau mengakui kecantikan Cintia."Terima kasih." Cintia tersenyum lembut pada Erikson, lalu menoleh ke arah Miya, "Silahkan dibayar."Miya sangat kesal sampai wajahnya memerah.Cintia benar-benar bisa mengenakan gaunnya!"Kamu tidak mau mengaku kalah? Kenapa? Apakah Kamu tidak mau membayarnya?" kata Cintia mencibir.Miya menggertakkan giginya.Miya membuat taruhan di depan begitu banyak orang. Kalau Miya mengingkarinya, dia akan merasa sangat malu."Berapa harganya!" Miya menggertakkan giginya lagi."Nona Miya, gaun ini dijahit langsung dengan tangan dan dikerjakan secara khusus. Harganya senilai delapan belas miliar rupiah," jawab pegawai toko."Apa!" Miya mengira kalau dia sudah salah dengar.Gaun yang mewah, biasanya hanya senilai ratusan juta rupiah.Harga gaun ini bahkan melebihi belasan miliar rupiah!"Gaun ini dibuat di Jogjakarta. Ada lebih dari lima ratus butir berlian di gaun itu. Semuanya dijahit dengan tangan oleh seorang ahli terbaik," jelas
Cintia menggandeng tangan Erikson, lalu mereka meninggalkan toko.Begitu mereka sampai di gerbang mal, ada sesorang tiba-tiba berdiri di depan dan menghalangi jalan mereka."Kenapa? Apakah kamu sudah menyesal membelikan gaun ini?" Cintia terlihat tegang, lalu menatap Rein yang napasnya sedikit terengah-engah."Aku tidak sepelit itu." Rein menghela napas, "Semua sudah terjadi, lupakan saja. Lagi pula, kekayaan Keluarga Halim tidak akan terkuras hanya karena membeli gaun itu."Cintia tersenyum sinis.Benar.Keluarga Halim memang tidak akan kekurangan uang, tetapi kekayaan Keluarga Halim ini, semua berkat Cintia yang sudah bekerja keras untuk mereka!"Aku selalu menelepon dan mengirimkan pesan singkat padamu, tapi kamu selalu tidak menanggapinya," kata Rein terus terang dan mengabaikan sindiran Cintia."Apakah kamu sudah melupakan statusmu ….""Meskipun kita sudah berpisah, tapi kita tetap bisa berteman.""Itu hanya pendapatmu saja." Cintia memandang Rein dengan dingin, "Aku sudah menghap
Samuel tidak membalas pesan.Cintia mengerutkan bibirnya, lalu menoleh ke arah Erikson, "Erik, ayahmu lembur malam ini. Apakah kamu mau ikut bersamaku pulang ke rumahku?""Boleh." Erikson yang merasa bersemangat, "Aku ingin main ke rumah Mami."Cintia sedikit tersenyum, kemudian dia mengusap kepala Erikson yang kecil dengan penuh kasih sayang.Setelah pulang ke rumah, Cintia menyalakan TV dan memutarkan kartun untuk Erikson. Kemudian, Cintia mulai memikirkan makan malam yang harus disiapkan untuk Erikson.Meskipun Cintia sudah bertahun-tahun tinggal seorang diri, dia tidak punya waktu untuk memasak karena sibuk mencari uang. Kalau Cintia tidak punya uang, dia akan memasak mi instan. Kalau Cintia punya uang, dia akan memesan makanan dari luar.Setelah berpikir panjang, Cintia pun memutuskan untuk memesan makanan saja.Cintia tidak perlu khawatir mengenai kebersihan dan keamanan makanan, kalau dia memesannya dari restoran kelas atas.Cintia duduk di sebelah Erikson dan mulai memilih maka
"Mami, kenapa wajahmu memerah?" Setelah Erikson mengukur dengan tangannya, dia menyadari keanehan Cintia.Erikson menatap Cintia dengan wajah yang polos.Cintia semakin tersipu saat Erikson menatapnya.Akhirnya Cintia dapat mengerti kalau ucapan anak-anak itu polos dan tidak bermaksud jahat.Cintia pun berkata dengan buru-buru, "Kamu tunggu di sini, aku akan mengambilkan baju dan memakaikannya untukmu.""Baik." Erikson mengangguk patuh.Cintia mengambil baju putih miliknya. Baju itu cukup untuk menutupi sampai lutut Erikson, jadi tidak perlu mengenakan celana.Cintia memeluk Erikson dan duduk di kasurnya yang empuk, lalu Cintia pun mengeringkan rambut Erikson.Saat rambutnya dikeringkan, Erikson merasa semakin mengantuk.Erikson pun tertidur.Ketika Cintia mengembalikan pengering rambut itu, Erikson sudah berbaring di atas kasur dan tertidur.Melihat wajah Erikson yang imut itu, membuat hati Cintia terasa hangat.Cintia memeluk Erikson yang tertidur, lalu mengambil selimut untuk Erikso
"…" Cintia masih mengira Samuel tidak melihat pesannya, "Jadi untuk apa kamu ke sini?""Makan."Cintia benar-benar kehabisan kata-kata."Kamar mandi di sebelah mana?" tanya Samuel."Di dalam."Karena tinggal sendiri, Cintia tidak memiliki kamar mandi umum bahkan ruang tamu di kamar studionya dibuat transparan tanpa sekat.Samuel masuk ke kamar, melirik Erikson yang tertidur, lalu langsung berjalan ke kamar mandi. Saat Cintia berbalik ingin pergi, tiba-tiba dia teringat sesuatu, tepat saat Samuel akan menutup pintu, Cintia bergegas ke kamar mandi.Samuel mengernyitkan alis dan berkata, "Nona Cintia, ini …."Wajah Cintia sedikit merah. Ketika selesai mandi, Cintia mengganti semua pakaian termasuk pakaian dalam di kamar mandi, dan dia meninggalkannya di sana. Cintia mengambil pakaiannya dan langsung menyembunyikan di belakangnya.Samuel melihatnya dan terlihat tertawa.Setelah mengambil pakaiannya, Cintia berbalik dan langsung pergi …."Nona Cintia." Samuel yang di belakang memang
Selama ini, Samuel tidak pernah mengatakan latar belakang keluarganya, dia hanya memberi tahu namanya adalah Samuel Purnomo."Ya." Samuel mengakui, lalu bertanya, "Kapan kamu mengetahuinya?""Baru saja." Cintia menjawab, "Tapi tidak sulit untuk mengetahuinya. Nama belakangmu adalah Purnomo, yang kedua adalah ayah tunggal, dan yang ketiga adalah dermawan. Satu-satunya hal yang tidak cocok mungkin adalah …."Samuel memiringkan kepala sambil mengangkat alisnya."Kamu jauh lebih tampan dari rumor yang beredar.""Makasih Nona Cintia atas pujiannya.""…" Cintia hanya mengungkapkan sebuah fakta."Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu," kata Samuel secara langsung.Sebenarnya Cintia juga tidak peduli. Mereka tidak berada pada situasi di mana mereka harus saling merendahkan satu sama lain. Hari ini dia bertanya, tetapi itu kebetulan karena tanggal 17 bertepatan dengan ulang tahun Tuan Besar Frans yang ke-70, setidaknya Cintia perlu mengerti untuk apa Samuel memintanya meluangka
"Benarkah?""Ya."Besok Tuan Besar Frans akan merayakan ulang tahunnya yang ke-70. Setelah mendapat persetujuan, Erikson dengan senang hati mengikuti Paman John pergi.Cintia dengan cepat mengganti pakaian dan merias wajahnya untuk pergi bekerja.Saat dia memasuki kantor, Owen menyerahkan sebuah undangan, "Tuan Besar Frans dari Grup Purnomo mengundang Anda ke pesta ulang tahunnya besok malam."Cintia mengambilnya dengan santai, membukanya dan melihat namanya yang ditulis tangan di dalam undangan dengan kaligrafi yang tegas, lembut, serta luwes. Tidak tahu mengapa, tetapi dia yakin kalau itu dari Samuel.Pintu kantor tiba-tiba dibuka. Pandangan Cintia tertuju pada Starvy."Kak, aku mencarimu."Cintia meminta Owen ke luar dan meletakkan undangan itu sambil lalu."Meskipun kemarin aku ke luar karena ada urusan, kamu tidak perlu menampilkan pemberitahuan ketidakhadiranku di situs resmi Perusahaan, ‘kan?!" Starvy akhirnya tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Segera setelah masuk ker
Di ruang pesta yang mewah sudah sangat ramai.Hampir semua kalangan atas di Kota Bandung datang ke pesta ini.Starvy mengikuti Jacob, Claudia, serta Lukas masuk ke ruang pesta dengan ekspresi yang sangat senang.Biasanya pesta Grup Purnomo tidak dapat diikuti oleh perusahaan biasa, bahkan kalau anak orang kaya juga susah menghadiri pesta ini kecuali anak itu mendapatkan perhatian khusus dan kasih sayang dari orang tuanya. Jadi mereka yang hadir hari ini melambangkan status dan kedudukan mereka tidaklah biasa. Bisa dibilang, ini merupakan suatu kehormatan besar!"Starvy!" Miya dari kejauhan memanggilnya."Ayah, aku ke tempat temanku dulu.""Pergilah!" Jacob mengingatkannya, "Lebih perhatikan sikapmu, pesta hari ini berbeda dengan pesta biasanya, jadi jangan bersikap tidak sopan.""Tenang saja, Starvy sejak kecil sudah sangat patuh," kata Claudia dengan bangga.Jacob juga mengangguk dengan senang.Starvy pun berjalan ke arah Miya dengan senang.Di samping Miya ada Rein, saat ini di sekit
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug