Cintia mendongak lalu menatap Samuel.Terlihat jelas, bahwa saat ini Samuel masih bernapas dengan terengah-engah.Selain itu, sepertinya wajah Samuel juga agak sedikit memerah tanpa dia sadari.Cintia mengerucutkan bibirnya lalu menundukkan kepala sambil mencuci tangan. Dia pura-pura tidak tahu seolah tidak terjadi apa-apa.Setelah beberapa saat, Samuel pun keluar.Cintia mencuci ruas jari tangannya sambil termenung. Di dalam benaknya, dia memikirkan banyak hal ....Cintia menutup keran air, membersihkan bercak air lalu dia keluar dari kamar mandi.Samuel tidak ada di dalam kamar, tetapi secara samar-samar Cintia melihat di samping ada sosok bayangan yang bergerak muncul di ruang ganti pakaian.Cintia lalu berjalan menuju ke ruang ganti, gerakannya tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat.Samuel sedang mengganti pakaian di dalam ruang ganti.Saat ini, Samuel mengenakan celana bokser hitam, celana ini tidak ada bedanya dengan yang dilihat oleh Cintia tadi saat di kamar mandi.Dala
Meski Cintia sudah mengatakan sampai tahap ini, tetap saja Samuel tidak melakukan tindakan.Dulu, menyentuh Cintia sedikit saja, menyebabkannya sampai membenci Samuel selama bertahun-tahun. Hal ini juga yang membuat Cintia menjadi jijik terhadap pria yang mendekatinya selama beberapa tahun.Apabila sekarang Samuel menyentuh Cintia, mungkin Cintia tidak mau bertemu dengannya lagi.Cintia pasti akan mengusir Samuel dari hidupnya selama-lamanya.Lebih baik Samuel menahan diri."Apakah kamu tidak mau?" tanya Cintia pada Samuel yang saat ini hanya diam saja."Tidak berani," jawab Samuel dengan jujur.Cintia membeku, dia tidak tahu perasaan seperti apa yang ada di dalam hatinya sekarang ini.Cintia merasa sedikit lucu bercampur dengan sedih.Tiba-tiba tangan Cintia menjadi tidak patuh.Tangannya berkeliaran ke tubuh Samuel yang saat ini telah bereaksi.Cintia berkata, "Kali ini, aku tak akan membencimu.""Cintia, sebenarnya ada apa ... denganmu?" Samuel meraih tangan Cintia yang berkeliaran
Sedikit gerakan kecil dari Cintia menyebabkan orang yang ada di sampingnya terbangun.Lebih tepatnya bukan terbangun, Samuel memang sudah bangun dari tadi, dia hanya menunggu Cintia bangun saja."Apakah kamu sudah lapar?" tanya Samuel.Terdengar suara maskulin ditambah nada lembut dari Samuel.Jadi, sekarang Samuel sangat berenergik dan ceria, sebaliknya seluruh tubuh Cintia terasa sakit dan pegal, serasa lebih buruk daripada mati."Sekarang jam berapa?" tanya Cintia."Jam 10 malam," jawab Samuel."Sudah sangat malam," seru Cintia."Kenapa tidak?" jawab Samuel sembari tersenyum tipis, nada bicaranya tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya."Mana Erik?""Erik mengatakan sekarang dia sudah besar, sudah saatnya dia tidur sendirian, jadi, sekarang ini Erik sudah tidur," ucap Samuel. Lalu dia menambahkan, "Erik juga mengatakan, sepertinya dia juga cocok menjadi seorang kakak."Cintia menatap Samuel, lalu dia meronta ingin segera bangun.Samuel memapah Cintia bangun dari ranjang untuk berdi
"Aku juga orang dewasa, secara naluri pasti punya kebutuhan biologis yang tidak bisa kuhindari, Kebetulan, aku juga hendak mengatasi traumaku. Aku mau mengakhiri semuanya secara tuntas," ucap Cintia dengan ekspresi dingin pada Samuel.Samuel menatapnya sambil tersenyum, dia terus tersenyum dingin."Tidak seharusnya kita bersama, saat pertama kali kita bertemu, itu sudah merupakan suatu kesalahan. Samuel, bukankah dulu aku pernah mengatakan padamu pilihan terbaik di antara kita adalah kamu bersama dengan Yulia dan aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan," ucap Cintia dengan yakin sambil menatap Samuel. Tidak ada perasaan yang tersisa, hanya ada perpisahan."Sudah begitu lama, apakah kamu tidak tersentuh sedikit pun?" tanya Samuel.Sudah berjuang sampai tahap ini, apakah tidak bisa mencoba sekali saja?"Tidak," jawab Cintia dengan tegas. "Hal ini hanya akan membuatku makin tidak tenang. Aku juga tidak tahu kapan telah menyinggung Yulia, juga tak tahu kapan dia akan membuatku celak
Kemungkinan besar, Samuel juga telah kehilangan nafsu makan.Pada akhirnya, Cintia menghabiskan masakan barat yang ada di depannya.Sebagai seorang ibu, Cintia tidak berhak untuk menyakiti tubuhnya sendiri.Cintia masih harus menjaga Erikson.Setelah meletakkan peralatan makanan, Cintia kembali ke kamar.Erikson telah tertidur lelap.Melihat gaya Erikson tidur serta kepolosannya, Cintia merasa keputusan yang dibuatnya itu sudah sangat benar.Keesokan harinya.Cintia mengucapkan selamat tinggal pada Erikson untuk sementara waktu.Sebelum Samuel dan Yulia benar-benar menikah, Erikson masih diasuh dan tinggal bersama Samuel.Cintia juga bukan orang yang sangat kejam sampai harus sekarang juga membawa Erikson pergi.Lagi pula, menurut Cintia untuk saat ini Erikson lebih aman berada di sisi Samuel."Mobil sudah ada di depan," ucap Samuel."Baik," jawab Cintia sembari mengusap wajah kecil Erikson, dia menghibur Erikson. "Tunggu beberapa hari lagi saat sekolah dimulai dan kamu kembali ke Kota
Mata Cintia berubah sedikit kemerahan.Sebenarnya, Cintia tidak terlalu memerhatikan bayangan Samuel, tetapi sosoknya sudah berjalan menjauh hingga menghilang.Namun, mata Cintia tetap saja memerah.Seperti ada sebuah perasaan yang tidak bisa dikatakan .... Seakan separuh hatinya menghilang, begitu sesak.Helikopter itu melayang lebih dari setengah jam, lalu mendarat di tempat khusus di pinggiran kota.Mobil sedan hitam milik Warto sudah menunggu di sana.Tentu saja, tidak hanya 1 mobil.Setelah kecelakaan itu, keamanan di sekitar Warto makin diperketat.Cintia turun dari helikopter.Dia kesulitan karena menggunakan kruk.Tiba-tiba ada sebuah tangan besar di depan Cintia saat dia bersusah payah turun dari helikopter.Cintia menengadahkan kepalanya dan melihat Warto yang duduk di kursi roda, mengarahkan tangannya pada Cintia.Sepertinya Warto terluka parah dalam kecelakaan mobil itu.Cintia tidak ragu meraih bantuan tangan Warto, turun dari helikopter, lalu mengikuti Warto menuju mobil
Aura mereka bisa membuat orang yang mendekat merasa tertekan.Cintia melangkah mendekat.Salah satu orang berjas hitam itu melapor pada mikrofon yang tergantung di kerahnya, baru setelah mendapat persetujuan dari orang di dalam ruangan, Cintia diperbolehkan masuk.Ruang pribadi VIP tentu saja berbeda dengan ruangan biasa.Dekorasi ruangan itu penuh dengan barang-barang berkualitas yang menarik.Tentu saja, Cintia tidak memiliki pemikiran untuk mengapresiasinya. Dia bersusah payah berjalan menuju meja di sana sambil menggunakan kruk.Orang yang sedang meminum teh dengan begitu elegan adalah Yulia.Dua orang pengawal berdiri di belakang Yulia dengan begitu gagah dan ada dua orang yang berjaga di ruangan itu.Jelas sekali kalau mereka begitu defensif pada Cintia.Kedatangan Cintia yang seorang diri membuat Yulia merasa terkejut, tetapi dia terbiasa untuk bisa menyembunyikan emosinya dengan baik."Duduk," ucap Yulia.Cintia pun tidak sungkan."Nona Cintia mau minum apa?""Kopi blue mountai
Yulia mengambil ponsel itu dan melihat foto yang ada di sana, seketika raut wajahnya berubah.Bahkan orang yang pintar menyembunyikan emosinya pun pasti marah melihat foto itu."Maksudmu apa?!" tanya Yulia pada Cintia.Baru saja Cintia berkata kalau dia dan Samuel sudah berpisah, tetapi dia malah memperlihatkan fotonya saat tidur bersama Samuel?Berlagak, ya?Pamer, ya?Walaupun pertunangan Yulia dan Samuel diumumkan setelah mereka sudah kenal lama, mereka sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun. Pegangan tangan pun tidak pernah.Makin Yulia memikirkannya, makin dia merasa marah."Cintia, jangan pikir kalau aku takut menyentuhmu, ya!" kata Yulia dengan menggertakkan giginya."Aku tidak menunjukkan foto itu untuk memamerkan seberapa dalam hubungan kami, apalagi untuk menyombongkan diri. Aku hanya menunjukkan kalau aku punya batas kesabaranku. Saat kamu menyentuh batas kesabaranku, aku bisa menyebarluaskan foto ini pada publik," ucap Cintia dengan perlahan dan jelas.Tatapan mata Yul
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug