Mata Cintia berubah sedikit kemerahan.Sebenarnya, Cintia tidak terlalu memerhatikan bayangan Samuel, tetapi sosoknya sudah berjalan menjauh hingga menghilang.Namun, mata Cintia tetap saja memerah.Seperti ada sebuah perasaan yang tidak bisa dikatakan .... Seakan separuh hatinya menghilang, begitu sesak.Helikopter itu melayang lebih dari setengah jam, lalu mendarat di tempat khusus di pinggiran kota.Mobil sedan hitam milik Warto sudah menunggu di sana.Tentu saja, tidak hanya 1 mobil.Setelah kecelakaan itu, keamanan di sekitar Warto makin diperketat.Cintia turun dari helikopter.Dia kesulitan karena menggunakan kruk.Tiba-tiba ada sebuah tangan besar di depan Cintia saat dia bersusah payah turun dari helikopter.Cintia menengadahkan kepalanya dan melihat Warto yang duduk di kursi roda, mengarahkan tangannya pada Cintia.Sepertinya Warto terluka parah dalam kecelakaan mobil itu.Cintia tidak ragu meraih bantuan tangan Warto, turun dari helikopter, lalu mengikuti Warto menuju mobil
Aura mereka bisa membuat orang yang mendekat merasa tertekan.Cintia melangkah mendekat.Salah satu orang berjas hitam itu melapor pada mikrofon yang tergantung di kerahnya, baru setelah mendapat persetujuan dari orang di dalam ruangan, Cintia diperbolehkan masuk.Ruang pribadi VIP tentu saja berbeda dengan ruangan biasa.Dekorasi ruangan itu penuh dengan barang-barang berkualitas yang menarik.Tentu saja, Cintia tidak memiliki pemikiran untuk mengapresiasinya. Dia bersusah payah berjalan menuju meja di sana sambil menggunakan kruk.Orang yang sedang meminum teh dengan begitu elegan adalah Yulia.Dua orang pengawal berdiri di belakang Yulia dengan begitu gagah dan ada dua orang yang berjaga di ruangan itu.Jelas sekali kalau mereka begitu defensif pada Cintia.Kedatangan Cintia yang seorang diri membuat Yulia merasa terkejut, tetapi dia terbiasa untuk bisa menyembunyikan emosinya dengan baik."Duduk," ucap Yulia.Cintia pun tidak sungkan."Nona Cintia mau minum apa?""Kopi blue mountai
Yulia mengambil ponsel itu dan melihat foto yang ada di sana, seketika raut wajahnya berubah.Bahkan orang yang pintar menyembunyikan emosinya pun pasti marah melihat foto itu."Maksudmu apa?!" tanya Yulia pada Cintia.Baru saja Cintia berkata kalau dia dan Samuel sudah berpisah, tetapi dia malah memperlihatkan fotonya saat tidur bersama Samuel?Berlagak, ya?Pamer, ya?Walaupun pertunangan Yulia dan Samuel diumumkan setelah mereka sudah kenal lama, mereka sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun. Pegangan tangan pun tidak pernah.Makin Yulia memikirkannya, makin dia merasa marah."Cintia, jangan pikir kalau aku takut menyentuhmu, ya!" kata Yulia dengan menggertakkan giginya."Aku tidak menunjukkan foto itu untuk memamerkan seberapa dalam hubungan kami, apalagi untuk menyombongkan diri. Aku hanya menunjukkan kalau aku punya batas kesabaranku. Saat kamu menyentuh batas kesabaranku, aku bisa menyebarluaskan foto ini pada publik," ucap Cintia dengan perlahan dan jelas.Tatapan mata Yul
Satu-satunya orang yang bisa membuat Yulia terancam adalah Samuel. Saat skandal Samuel muncul, di mana menarik banyak perhatian publik, Keluarga Tambunan akan memilih untuk mengakhiri pertunangan Yulia dan Samuel untuk melindungi reputasi keluarga mereka.Namun, hal itu akan menyebabkan kerugian besar terhadap Keluarga Tambunan. Di satu pihak, itu kerugian Yulia sendiri. Dia mencintai Samuel dan semua orang bisa melihatnya. Di lain pihak, akhirnya pertunangan mereka akan merugikan bisnis Keluarga Tambunan.Jadi, baik Keluarga Tambunan maupun Yulia, tidak akan berani bertindak serampangan terhadap Cintia."Apa kamu pikir, dengan kekuatan keluargaku dan Keluarga Purnomo, tidak bisa menghentikan satu berita?" Yulia tentu saja tidak merasa terancam. "Jimmy mengalami kecelakaan mobil yang hebat, tapi tidak ada orang lain yang tahu. Kamu seharusnya tahu kapabilitas keluarga kami berdua melebihi apa yang kamu bayangkan.""Bagaimana kalau Warto?" tanya Cintia pada Yulia.Raut wajah Yulia berub
Cintia melihat Yulia dengan pandangan dingin.Badannya pun ikut tegang.Cintia bisa merasa udara dingin dari belakang tubuhnya.Dia menekan rasa takutnya dan tetap tenang."Pernahkah terpikir olehmu, bagaimana aku bisa mencapai titik ini?" Yulia tertawa dengan liar.Walaupun Cintia tidak menunjukkannya, Yulia tahu kalau Cintia pasti merasa takut.Tidak ada seorang pun yang tidak takut dalam situasi seperti itu."Apa kamu menyesal mati di tanganku?" tanya Yulia pada Cintia. "Jujur saja, sudah beberapa kali aku ingin membunuhmu, tapi semua meleset. Sekarang masih ada kejadian baik seperti ini, bahkan kejadian baik yang datang dengan sukarela. Cintia, terlalu arogan bukanlah sesuatu yang bagus!""Apa kamu pikir Samuel akan memaafkanmu setelah membunuhku?""Tidak akan, tapi apa Samuel akan memaafkanku sekarang?" tanya Yulia membalikkan pertanyaan.Tatapan Cintia berubah dingin."Perlakuan yang sama, kenapa tidak menyelesaikan masalahnya terlebih dulu? Mungkin saja Samuel menyerah sepenuhny
"Apa kamu tidak takut kehilangan posisi di Keluarga Tambunan? Apa kakekmu akan memberikan penjelasan yang bagus? Jangankan kakekmu, apa yang kamu lakukan bisa saja langsung dihukum! Keluargamu akan hancur.""Kalau kamu berkata seperti itu ...." Warto merasa ragu sesaat.Ada sedikit kelicikan di mata Yulia.Saat menghadapi keuntungan, Keluarga Tambunan selalu tidak berbelas kasih, tidak pernah ragu untuk menggunakan segala cara, bahkan mengorbankan hati nurani.Jangan katakan penolong hidup mereka, bahkan keluarga terdekat saja bisa mereka tinggalkan."Tiba-tiba terpikirkan olehku, kalau kita terus bertahan seperti ini, hubungan kita akan makin menegang. Bisa jadi kamu akan menyuruh kakek atau kakakmu langsung untuk membunuh Cintia. Kalau begitu, aku akan membunuhmu demi Cintia dan kalau aku membunuhmu, kakek dan kakakmu akan melaporkanku pada polisi. Bagaimana caranya keluargamu berdebat tanpa aku? Kakek dan kakakmu pasti akan senang dengan keadaan ini, bukan?"Raut wajah Yulia seketik
Kembali ke mobil sedan Warto.Cintia tidak bisa menahan helaan napasnya.Dia jelas tidak setenang kelihatannya.Tidak ada seorang pun yang tidak takut saat ditodong oleh pistol.Namun, Cintia sudah menahan ketakutannya dari tadi.Cintia mengingatkan dirinya sendiri, Warto adalah orang yang bisa dia percaya.Kalau keyakinannya salah pun, Cintia hanya bisa menerima nasib."Aku kira kamu tidak akan takut," canda Warto, lalu berkata dengan nada menyalahkan, "Bertemu sendirian dengan Yulia. Apa kamu benar-benar berpikir badanmu itu kebal?"Cintia menoleh dan melihat Warto, lalu berkata, "Kamu 'kan datang.""Kalau aku tidak memberi alat isyarat itu, kamu pasti sudah mati," ucap Warto dengan nada berat.Untung saja, Warto berpikir panjang.Untung saja, Warto sadar seperti apa watak Yulia.Yulia adalah orang yang berusaha mencapai tujuannya dengan cara apa pun."Sebenarnya ...." Cintia mengakui, "Aku memintamu mengantarku ke sini untuk melindungiku. Kalau tidak, aku juga sanggup menemuinya sen
Hari demi hari berganti.Sampai pada hari ini, berita pernikahan besar Yulia dan Samuel 3 hari lagi tersebar luas.Berlalu begitu cepat.Cintia menurunkan ponselnya.Dia pun bangkit dan pergi rapat.Empat pengawal yang diatur Warto masih mengikutinya, mereka tidak terpisahkan.Selain ke kamar mandi dan mengganti pakaian.Awalnya Cintia tidak terbiasa dan orang-orang perusahaan juga tidak terbiasa. Namun, mereka akhirnya mulai terbiasa dengan itu.Selama rapat, banyak telepon masuk dari Starvy di ponsel Cintia.Cintia sengaja menayalakan mode diam.Kenapa Starvy meneleponnya? Cintia tahu jelas kalau Starvy sengaja untuk mengejeknya.Bagaimanapun, pada akhirnya Samuel bersama dengan Yulia.Sekarang, Starvy bisa dianggap sebagai orang suruhan Yulia.Jujur saja, Cintia tidak tahu sampai kapan Starvy bisa berada di jalan itu.Saat Starvy tidak berguna lagi, dia akan mati mengenaskan....Grup Dijaya.Starvy melihat pada ponselnya.Cintia tidak menjawab panggilannya?Ya, Starvy menelepon unt
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug