Belum selesai berbicara, Xeena sudah menutup telepon genggamnya dan terus berlari. Sayangnya orang-orang dengan pakaian serba hitam itu juga ikut berlari mengejar Xeena. Berkali-kali Xeena menyumpah karena rasa takutnya dan sesekali menoleh kebelakang. Semua berkas ditangannya berantakan hingga Xeena hanya menggenggam handphonenya saja. Semua lenyap karena ketakutan Xeena. Xeena terus berlari diantara keramaian. Berharap para orang aneh tersebut tak lagi mengikutinya.
Dengan langkah pasti Xeena memasuki sebuah hotel mewah termahal yang ada di London. Langkahnya semakin cepat saat mengetahui orang-orang berbaju hitam tersebut masih mengejarnya. Xeena berlari dan langsung masuk kesebuah lift. Sialnya pintu lift tersebut tak kunjung tertutup meski Xeena memencet tombol berkali-kali. Para pria berbaju hitam tersebut semakin mempercepat langkahnya dan mulai bingung dengan keberadaan Xeena. Xeena yang mulai panik saat salah satu dari mereka mulai berpencar dan berjalan menuju lift tempat Xeena berada.
Xeena menoleh kebelakang dan mendapati seorang pria yang tengah menatapnya heran. Dengan cepat kedua tangan Xeena menarik jas pria tersebut hingga membuat tubuh pria tersebut mendekat dengan cepat. Lalu Xeena membalikkan tubuhnya cepat hingga pria yang ia tarik mengikuti gerakan Xeena. Posisi mereka kini berubah. Pria tersebut berada di depan tubuh Xeena dan tepat membelakangi pintu lift.
Kini tubuh Xeena tertutup oleh tubuh pria yang berada tepat di hadapannya. Bahkan tangan Xeena masih memegang jas pria tersebut dengan kuat. Xeena menutup matanya rapat dan berharap orang-orang yang mengejarnya tak dapat menemukannya. Xeena sama sekali tak memperhatikan pria yang ia tarik dan sekitarnya. Seingat Xeena di dalam lift tersebut hanya ada dia dan pria yang tak ia kenal.
Pria tersebut menatap wajah Xeena lekat. Tersenyum tipis saat melihat mata Xeena yang tertutup dan peluh yang mengalir di dahi Xeena. Lalu beralih pada tangan Xeena yang masih memegang jasnya kuat. Pria tersebut tetap diam dalam posisinya. Samakin mendekat hingga tubuh Xeena benar-benar tak terlihat dari luar lift. Pria tersebut menoleh saat suara langkah kaki mendekat. Entah apa yang merasukinya, pria tersebut langsung memeluk tubuh Xeena dan membuat Xeena tenggelam dalam pelukannya.
"Ah ... sorry," ucap seorang pria dengan baju hitam yang memang mengejar Xeena.
Pria tersebut tersenyum dan hanya mengangguk pelan lalu kembali menatap tubuh Xeena yang diam berada di pelukannya. Pintu lift tertutup dan mulai naik keatas. Xeena bernapas lega dan melepaskan tubuhnya dari pria yang tiba-tiba memeluknya. Xeena menyandarkan tubuhnya pada dinding lift dan masih memejamkan matanya. Membuat pria tersebut tersenyum tipis.
"Jadi, apa kita harus mekakukannya disini?" tanya pria tersebut pelan.
Xeena tersadar dan membuka matanya. Membulatkan kedua matanya saat melihat pria asing tampan yang tepat berada di depannya. Mata Xeena meneliti wajah pria tersebut. Begitu asing dan tampan.
"Ap-apa?" tanya Xeena tak mengerti.
Pria tersebut tersenyum. "Jangan berpura-pura, kau yang memulai segalanya, Nona."
Xeena membeku dan mengikuti arah pandang dari pria di hadapannya yang mengarah pada kedua tangan Xeena yang masih memegang baju pria tersebut. Xeena langsung menurunkan tangannya. "Ma-maaf. Itu sebuah kesalahan."
Pria tersebut menaikkan satu alisnya. "Apakah itu juga suatu kesalahan?" pria tersebut menatap arah tombol pintu lift.
Xeena mengikuti dan hanya diam tak mengerti.
"Kau bahkan memencet tombol lantai paling atas. Bagaimana kau tahu kamarku ada disana?" tanya pria itu lagi.
"Apa? Apa maksudmu? Aku hanya terlalu panik hingga memencet tombol secara acak," sanggah Xeena sambil mendengus kesal.
Xeena bergeser dan sedikit menjauh dari pria asing di hadapannya.
"Kau benar-benar tak mengenalku?" tanya pria itu tak yakin.
Xeena menghela napas panjang dan menghembuskannya kasar. Lalu menatap pria asing tersebut yang juga tengah menatapnya. "Tentu saja. Memang kau siapa hingga aku harus mengenalmu. Aku hanya meminta perlindungan tubuhmu dari orang-orang aneh yang mengejarku. Itu saja,"
Pria tersebut masih menatap Xeena yang terlihat sangat cuek. Seulas senyum terukir saat menyadari sesuatu. Ini pertama kali dalam hidupnya ada seorang wanita yang begitu tak memperdulikan keberadaannya meski hanya sedang berdua. Biasanya diantara mereka, akan langsung merayu dan berharap agar dirinya melakukan sesuatu yang lebih.
"Rex Benedict Acacio. Kau masih tak mengenalku?" tanya Rex lagi.
Xeena menaikkan satu alisnya dan menggeleng. "Tidak dan aku tak peduli padamu," Xeena berjalan melewati Rex dan memencet tombol agar lift tersebut berhenti.
Rex tertawa pelan. "Ini benar-benar berbeda dari biasanya. Apakah di London hanya nama Raiden yang selalu mereka kenal?"
Xeena menoleh dan menatap tak mengerti. "Raiden lagi? Sebenarnya siapa Raiden dan pria ini? Kenapa hari ini begitu banyak yang menyebut nama Raiden? Ah sial, hari ini benar-benar melelahkan."
Rex masih menunggu jawaban dari pertanyaannya. Namun gadis di depannya sama sekali tak bergeming. Gadis itu hanya menatap pintu lift yang perlahan berhenti dan terbuka. Rex langsung menarik tangan gadis tersebut hingga tubuh gadis tersebut menubruk tubuhnya.
"Karena kau sudah disini, maka temani aku untuk malam ini saja. Aku akan memberikan bayaran berapa pun yang kau minta." Rex masih menatap Xeena yang terlihat marah karena kata-katanya.
Dukkk! Xeena langsung menendang kaki Rex. "Aku bukan wanita yang seperti kau pikirkan! Ah, sial! Aku berharap tak pernah bertemu lagi dengan pria sepertimu."
Xeena melepaskan tangan Rex dan langsung melangkah keluar. Meninggalkan Rex yang masih tersenyum simpul. Rex menatap punggung Xeena yang mulai hilang dari pandangannya. Detik berikutnya Rex menepuk jidatnya pelan.
"Astaga, aku lupa menanyakan namanya. Dia benar-benar gadis yang menarik,"
Rex baru saja akan keluar dari dalam lift dan langkahnya terhenti saat matanya menemukan sesuatu di lantai. Rex memungut benda tersebut dan tersenyum saat menyadari kalung indah tersebut berukir sebuah nama dengan taburan batu manik yang indah.
"Xeena," ucap Rex pelan.
Senyum di bibir Rex semakin mengembang. Digenggamnya kalung tersebut dan berucap pelan. "Bagaimana ini? Aku mempunyai alasan untuk menemuimu lagi. Dan aku tak akan membiarkan kesempatan itu terlewat."
***
Xeena melangkah gontai menuju apartemennya. Membuka pintu apartemennya, masuk dan langsung mengunci pintunya rapat. Xeena bernapas lega dan mengelus dadanya. Sangat bersyukur bahwa ia bisa lepas dari kejaran orang aneh meski harus bertemu pria yang menyebalkan. Xeena berbalik badan dan melangkah pelan. Menghidupkan lampu dan detik berikutnya Xeena membeku. Di dalam rumahnya telah duduk seorang pria tampan dan beberapa orang berbaju hitam yang pernah mengejarnya.
"Aaaaaa...! Siapa kau?! Kenapa bisa masuk kedalam rumahku! Pencu-"
Belum selesai Xeena berbicara, dua pria berbaju hitam tersebut sudah membungkam mulut Xeena dan memegang tangan Xeena. Membawa Xeena duduk pada sebuah kursi dan berhadapan dengan pria tampan yang tengah menatapnya.
"Hah, tak bisa kupercaya. Kau, wanita bayaran itu, kan? Apa kau menguntitku?" tanya Raiden di tengah senyum tipisnya.
Xeena hanya bisa menggelengkan kepalanya karena mulutnya masih di bungkam.
"Jangan berteriak, atau kami akan membunuhmu." salah seorang pria berbaju hitam itu berbisik pelan di telinga Xeena.
Xeena mengangguk dan ketakutan. Air matanya sudah berada di pelupuk mata dan siap turun kapanpun. Raiden yang menyadari itu hanya menghela napas kasar. Mengangkat tangannya dan salah seorang dari pengawalnya memberikan sebuah bungkusan. Raiden menerima barang tersebut dan meletakkan di depan Xeena.
"Buka," perintah Raiden.
Xeena mengangguk dan dengan gemetaran mengambil barang tersebut. Membuka pelan dan Xeena diam saat mengetahui barang-barang yang hilang karena kejaran para pria aneh itu ada di depan matanya. Xeena memandang Raiden lagi dan tak tahu harus berkata apa.
"Apa kau menguntitku, wanita bayaran?" tanya Raiden dingin.
"Apa? Untuk apa aku menguntit pria sepertimu? Dan apa ini? Kenapa kau masuk kedalam apartemen seorang wanita diam-diam?" balas Xeena dengan kesal.
"Karena aku pemilik Paragues Apartemen. Dan kau, telah merugikanku dengan tidak membayar sewa."
Xeena terhenyak. "Ta-tapi tetap saja. Kau tak harus melakukan hal gila sejauh ini. Bahkan sampai menyewa pria aneh untuk memburuku. Ah, sial!"
Raiden diam sesaat. "Apa yang kau inginkan hingga kau menguntit kehidupanku?"
Xeena menaikan satu alisnya dan tertawa kecil. "Apa-apaan ini? Sudah kukatakan, aku tak menguntitmu! Aku bahkan tak mengenalmu! Ah, kenapa hari ini begitu banyak hal yang aneh?!"
"Raiden Agera Calisto. Kau benar-benar masih tak mengenalku?" tanya Raiden lagi.
Xeena tertawa. "Apa? Jadi kau yang bernama Raiden? Ya ampun, akhirnya. Dengar Tuan, awalnya aku sangat bingung ketika hari ini begitu banyak orang menyebut namamu. Aku bahkan tak mengenalmu. Dan sekarang kau datang padaku? Seharusnya aku yang bertanya. Siapa kau dan apa maumu?"
Raiden mulai jengah. Salah satu pengawal Raiden menyerahkan lembaran foto di tangan Raiden. Detik berikutnya Raiden melemparkan lembaran foto tersebut di atas meja tepat di depan Xeena. Xeena diam dan hanya mengambil satu foto dari yang Raiden berikan. Xeena membelalakan matanya saat melihat foto itu dengan jelas.
"I-ini," ucap Xeena bingung.
"Masih menyangkal jika kau tak menguntitku, wanita bayaran?" tanya Raiden dingin.
"Tunggu, apa maksudmu? Bukankah kau yang menguntitku? Dari mana kau dapatkan foto ini? Kau bahkan sampai melacak akun media sosialku?" Xeena masih tak mengerti maksud Raiden dan semakin membuat Raiden bosan.
"Jangan terlalu lelah bekerja, Sayang. Aku mencintaimu, Kekasihku." ucap Raiden mengulang kata-kata yang pernah Xeena tulis.
Xeena berdiri dan langsung menunjuk Raiden. "Kau benar-benar penguntit. Bagaimana kau tahu ucapan yang kuberikan pada kekasihku?" ucap Xeena dengan yakin.
Raiden menaikkan satu alisnya. "Kekasihmu?"
Xeena tergagap. "Y-ya, tentu saja."
Raiden menggelengkan kepalanya. "Bukan hanya wanita bayaran saja tapi kau juga bodoh. Kau merugikanku karena foto itu."
"Apa? Bagaimana bisa? Ini bahkan sama sekali tak berhubungan denganmu," sanggah Xeena cepat.
Raiden hanya diam dan membuka handphonenya. Satu menit kemudian Raiden melemparkan handphonenya ke arah Xeena. Xeena dengan sigap menangkap handphone Raiden dan melihat apa yang Raiden tengah coba tunjukkan. Xeena terbelalak kaget saat mengetahui akun media sosialnya diikuti oleh ribuan followers. Tak hanya itu, bahkan foto yang pernah ia unggah telah menerima ribuan komentar dari orang yang berbeda. Xeena menelan susah air ludahnya. Xeena benar-benar tak menyangka foto yang ia unggah akan jadi topik utama di media sosial.
"Masih tak mengerti?" tanya Raiden lagi.
Xeena menatap Raiden dan balik melempar handphone Raiden. Salah seorang dari pengawal Raiden dengan cepat menangkap handphone tersebut. Dengan penuh percaya diri Xeena tersenyum tipis.
"Apa masalahmu? Aku hanya mengunggah fotoku dan kekasihku," ucap Xeena yakin.
Raiden ikut berdiri dan menatap Xeena bosan. "Masalahnya aku adalah pria yang berada di fotomu."
Xeena terkejut dan menatap Raiden. "Apa?"
"Aku adalah orang yang kau sebut Kekasihmu!"
Xeena lemas dan langsung terduduk. Matanya menatap kosong tanpa berkedip. Raiden kembali duduk dan menatap Xeena.
"Sudah mengerti? Kau benar-benar merugikanku dan harus mempertanggungjawabkan semuanya."
Xeena menatap Raiden sedih. "Maafkan aku, aku tak sengaja. Sungguh, aku hanya tengah bosan dan mengambil fotomu tanpa sengaja. Dan aku hanya ingin bersenang-senang di media sosial tanpa maksud apapun. Kumohon maafkan aku, jangan laporkan aku pada polisi," Xeena bangun dan menundukkan badannya berkali-kali.
"Tanpa sengaja?" tanya Raiden memastikan.
Xeena mengangguk.
Raiden diam dan berpikir. Menimbang semua keuntungan dari perbuatan tak sengaja yang Xeena lakukan. Raiden tersenyum pada pilihannya dan menatap Xeena. "Tapi kau tetap harus bertanggung jawab,"
Xeena memasang tampang sedih. "Ayolah, aku hanya tak sengaja."
Raiden mengulurkan tangannya dan salah satu pengawal membuka kopernya. Menyerahkan sebuah surat pada Raiden lalu Raiden berdiri dan meletakkan surat tersebut di depan Xeena.
"Tanda tangani," ucap Raiden jelas.
Xeena diam dan menatap sebuah surat di depannya. "Apa ini," ucap Xeena pelan.
Xeena membaca surat tersebut dan langsung membulatkan matanya tak percaya. "Surat kontrak???" Xeena membaca surat itu sekali lagi.
Surat perjanjian Kontrak.
1. Karena tersangka melakukan tindakan yang membuat korban merasa tidak nyaman, tersangka harus sedia setiap saat untuk menebus semua kesalahan yang di buat tersangka pada korban.
2. Tersangka harus bersedia menuruti semua perkataan korban dan tanpa bantahan.
3. Tersangka harus menikah dengan korban selama 1 tahun untuk meredakan gosip yang ada.
4. Selama pernikahan tidak saling mencampuri urusan pribadi dan tak ada sentuhan fisik agar proses perceraian dapat di lakukan.
5. Setelah 1 tahun tersangka bebas dan kontrak berakhir, dengan korban membayar sejumlah uang untuk tersangka dan bukan berupa warisan.
Raiden Agera Calisto.
Xeena membeku dan masih menatap ukiran nama dengan tinta emas di pojok kanan bawah surat kontrak tersebut. Xeena bahkan tak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Hanya satu tahun. Dan setelah itu kau bebas," ucap Raiden menjelaskan.
Xeena masih diam dan itu membuat Raiden gusar."Kau juga akan mendapatkan semua yang kau inginkan. Setelah kontrak selesai kau juga menerima bayaran atas semuanya," ucap Raiden lagi.
"Jika aku tak mau?" ucap Xeena pelan.
"Maka kau harus siap menebus semuanya di meja persidangan. Atau kau ingin perusahaan Ayahmu aku hancurkan?"
Xeena bangun dan menatap Raiden tak percaya. "Kau, kau bahkan sudah menyelidiki semua hal tentangku?"
Raiden tersenyum tipis. "Tentu saja. Karena kau telah masuk dalam hidupku tanpa ijin dan membuat namaku tercoreng. Kau pikir aku senang dengan semua isi surat kontrak tersebut? Aku bahkan sama sekali tak tertarik dengan body triplekmu!"
Xeena memelototkan matanya. "Apa?"
Tanpa menjawab Raiden maju dan langsung menyentuh dada Xeena. Membuat Xeena murka dan langsung meraih tas beserta isinya yang baru saja Raiden kembalikan.
Bugh! Tas tersebut langsung menampar pipi Raiden. Membuat Raiden menunduk sebentar dan diam."Mr. Raiden," ucap para pengawal khawatir.
"Kurang ajar! Kau sangat tidak sopan!" ucap Xeena marah dan langsung menjauh dari Raiden.
Raiden mengangkat kepalanya dan tertawa kecil. Memegang pipinya yang sakit dan menatap Xeena. "Sudah kukatakan. Kau rata dan aku tak tertarik padamu!"
"Pria gila yang mesum!" ucap Xeena kesal.
"Tanda tangani surat tersebut." Raiden menatap surat di meja dengan pena di atasnya.
Xeena terdiam dan berpikir. Tentang semua kesusahan hidup yang ia derita. "Berapa banyak?" tanya Xeena pada akhirnya. "Berapa banyak yang kudapatkan jika aku menandatangani surat tersebut?"
Raiden tersenyum dan sangat mengerti. "Sebanyak yang kau inginkan. Dan ah, aku tambahkan ini dan dengar baik-baik. Di depan umum kita harus bersikap layaknya pasangan yang saling mencintai."
Xeena tertawa dengan permintaan Raiden. "Sandiwara? Itu mudah. Baiklah, aku ingin tahu apa saja yang aku dapatkan dari menjalani semua rencanamu."
"Kemewahan yang selalu wanita inginkan. Tidak, kau akan dapatkan lebih dari itu semua."
Xeena tertawa dan mulai tergiur. "Aku ingin $ 500 juta dolar."
Raiden tertawa kecil. "Aku berikan $ 2 triliun dolar. Bagaimana?"
Xeena tersenyum. "Sial, sekaya apa pria yang di hadapanku ini? Aku benar-benar penasaran. Xeena menatap Raiden lagi dan mengulurkan tangannya. "Setuju."
Raiden ikut tersenyum dan langsung menjabat tangan Xeena. "Pilihan yang tepat."
Xeena melangkah dan melihat isi kontrak itu sekali lagi. Tak lama Xeena menandatangani surat tersebut dan langsung memberikan pada Raiden.
"Kau hanya perlu mengikuti semua perintahku seperti apa yang tertera di surat. Dan pernikahan, aku ingin semua dalam bulan ini. Jangan khawatirkan apapun karena aku akan menyiapkan segalanya," ucap Raiden.
Xeena hanya mengangguk dan menatap punggung Raiden yang telah berjalan melewatinya menuju pintu apartemennya. Semua pria berbaju hitam mengikuti Raiden dan hanya menundukkan badan saat melewati Xeena. Tak lama mereka semua pun pergi dari apartemen Xeena dan kini hanya tinggal Xeena sendiri dengan senyum puasnya.
"Hahaha, selamat datang kehidupan yang menyenangkan."
Xeena berjingkrak senang tanpa pernah berpikir semua masalah yang akan dihadapinya. Semua masalah saat ia memilih masuk dalam kehidupan seorang Raiden. Semua masalah saat Xeena telah menyandang gelar Nyonya Calisto sang istri dari jutawan muda Raiden Agera Calisto.
Raiden menatap monitor di depannya dengan senyum tipis. Sebuah foto gadis kecil yang terlihat lucu membuatnya tersenyum tanpa sebab. Raiden terus menatap monitornya dan melihat semua foto yang baru saja orang kepercayaannya kirimkan."Aozora Xeena Gilhive," gumam Raiden pelan sambil menatap foto gadis kecil tersebut. "... gadis lucu yang penuh dengan kejutan."Sebuah ketukan pelan di pintu kantornya membuat Raiden terkejut. Dengan cepat Raiden mematikan monitornya dan bersikap seperti biasanya."Masuk," ucap Raiden.Seorang pria tengah baya masuk dan menghormat pada Raid
"Hei, apa yang kau lihat?" tanya Raiden lembut di telinga Xeena.Pipi Xeena bersemu merah saat tubuh Raiden semakin dekat. Mata Xeena tertuju pada tubuh Raiden yang begitu dekat dengan tubuhnya. Glek! Xeena menelan air liurnya menyaksikan oto-otot perut Raiden yang terbentuk indah. "Demi apa pun, kenapa pria mesum di depanku ini memiliki tubuh yang seksi? Oh, otot itu ... bolehkah aku menyentuhnya?"Tanpa sadar tangan Xeena terulur mendekati perut Raiden. Raiden yang tengah memperhatikan itu menaikkan satu alisnya. Tersenyum tipis saat melihat rona merah di wajah Xeena. Grep! Raiden menangkap dan menggenggam tangan Xeena.
"Tak penting bagi hidupnya. Jika seperti itu, maka aku akan membuat diriku begitu penting untuk hidupmu, Xeena." Rex tersenyum yakin mengatakan itu semua. Seyakin langkahnya untuk mendekati Xeena lebih jauh.***Raiden menatap seluruh penjuru toko yang baru saja ia datangi. Berharap sosok Xeena berdiri disana dan tetap menunggunya. Namun semua hanyalah harapan kosong karena sampai detik ini, Raiden sama sekali tak melihat Xeena. Raiden berjalan menyusuri toko lain dan melihat teliti. Menajamkan pandangannya dan mengingat sosok Xeena yang telah datang bersamanya."Kemana dia pergi? Apa aku terlalu lama menyelesaikan urusanku?"
"Mari kita lihat, apa yang coba kau sembunyikan dariku, Xeena."Mobil Raiden melaju meninggalkan Paragues apartemen. Hari semakin malam namun Raiden masih duduk di ruangan kerjanya. Beberapa informasi yang baru saja masuk, membuatnya tersenyum tipis."Aozora Xeena Gilhive, mempunyai masa lalu yang buruk namun lucu,"Raiden kembali membaca informasi yang baru saja ia terima."Pffffff, hahaha ... ya ampun, aku tak tahan lagi,"Raiden memegang perutnya sambil menghapus air matanya. Tawa lepas yang baru saja Raiden lakukan tanpa
Raiden tersenyum mengingat kejadian siang ini. Percakapannya dengan keluarga Chasiel cukup membuatnya menemukan sedikit Informasi tentang Xeena. Raiden berjalan menatap ramainya kota London dari jendela ruang kerjanya. Segelas wine ditangannya menemani dinginnya malam namun hati Raiden sedikit menghangat saat kembali mengingat percakapan siang ini.*Flashback *"Apakah kalian hanya berdua?" tanya Raiden hati-hati.Violette menatap Raiden sambil menggeleng. "Sahabat wanitaku baru saja pergi," Raiden tersenyum tipis. "Ah, wanita yang kulihat sedan
"Rex Benedict Acacio. Ah, jadi kau juga pergi menemuinya saat bertemu denganku di cafe beberapa hari lalu? Aozora Xeena Gilhive adalah tunangan dari Raiden Agera Calisto. Bukan Rex Benedict Acacio atau siapa pun itu!""A-agera,""Apakah kau sangat menyukai Rex?"Xeena bangun dan mendekati Raiden. "A-agera ini tak seperti yang kau lihat. Aku bisa jelaskan,"Raiden bangun dan menatap Xeena yang lebih rendah dari tubuhnya. "Benarkah? Apa yang akan kau jelaskan?""A-aku,"Raiden
Xeena memandang aneh pada Raiden yang tengah duduk dan tersenyum. Kehilangan kontrak atau batalnya kerjasama harusnya membuat Raiden kesal. Tapi yang dilihat Xeena justru sebaliknya. Astaga, dia ini kenapa? Apakah dia masih waras? Dia baru saja membatalkan kontrak yang akan terjadi. Itu berarti dia kehilangan milyaran dolar untuk keuntungan perusahaannya. Aku benar-benar tak mengerti pikirannya. "Xeena," Raiden menoleh dan memanggil Xeena pelan."Ya, Pak.""Berhenti memanggilku Pak. Kita pergi sekarang,""Kemana?" tanya Xeena dengan wajah polos.
Xeena masih duduk di Cameroon cafe dengan tangan menghitung kekayaan Raiden. Sedangkan Violette telah lebih dulu pergi karena ada sesuatu yang hendak ia urus. "I-itu berarti, jumlah pemasukannya perbulan sudah tak terhitung? Dia, kaya sekali ya...," gumam Xeena pelan. Tanpa memperhatikan pandangan orang-orang di sekitarnya, Xeena masih menikmati pesanannya yang belum ia habiskan. Saat seorang pria tiba-tiba saja duduk di depannya, Xeena terkejut dan langsung tersedak makanan yang baru saja ia makan. "A-agera," "Hmm," tanpa memperhatikan Xeena, Raiden ikut memesan secan
Bukankah cinta itu benar-benar nyata keindahannya? Saat kita mencintai seseorang, kita akan selalu menyebut namanya meski matanya tak pernah tertuju pada kita. Saat kita mencintai seseorang, kita akan selalu bersikap tegar dan berdiri dengan senyum dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Meski itu luka, meski itu air mata dan meski itu derita yang ia tawarkan.Aku, Aozora Xeena Gilhive, aku akhiri kisahku dengan goresan tinta emas yang ia suguhkan. Segala kemewahan dan sangkar emas yang ia tawarkan padaku hingga mematahkan sayapku untuk terbang. Dia, tetap seakan tak tersentuh dan tetap utuh layaknya salju yang tak akan mencair meski di musim panas.Aku tak ingin seperti ini. Sendiri dan sepi. Hingga aku memutuskan untuk meraihnya dalam sangkar emas yang ia ciptakan. Aku akan m
Satu tahun kemudian semua kehidupan seakan berubah. Banyak hal yang terjadi hingga kebahagiaan begitu terpancar di wajah mereka. Rex tersenyum penuh sayang saat mata itu kecil yang bening itu menatapnya tanpa berkedip."Panggil aku Daddy." Rex menatap bayi laki-laki yang tengah menatapnya.Xeena menggeleng dan mengusap rambut anak kecil tersebut. "Kau membuatnya takut, Rex."Rex tersenyum. "Kau dengar kan jagoan? Panggil aku Daddy karena aku adalah Daddymu.""Omong kosong apa yang kau katakan pada Putraku, Rex!" potong Raiden tiba-tiba saat Raiden baru saja pulang dan mendengar semua kata-kata Rex.Rex menoleh. "Kenapa? Bukankah itu benar? Dia sangat mirip denganku." Rex menggendong
Raiden melangkah pelan lalu kemudian mempercepat langkahnya. Xeena yang melihat itu berlari mempersempit jarak di antara mereka. Saat Raiden merentangkan kedua tangannya, Xeena masuk dalam pelukan Raiden. Mereka saling memeluk erat tanpa memperhatikan sekitarnya.Tak ada kata yang terucap. Keduanya saling diam hingga mereka kembali duduk di sebuah cafe dan saling berhadapan. Raiden tersenyum tipis dan menatap mata Xeena lekat."Kenapa kau menyusulku?" tanya Raiden memecah kebisuan."Itu,"Xeena diam dan tak melanjutkan kata-katanya. Apa yang harus ia katakan? Bukankah aneh jika ia langsung mengatakan bahwa dirinya mencintai Riaden.
Raiden menatap tiket pesawat di tangannya lalu membalikkan badannya. Duduk di bangku antrian dan menatap kosong di depan."Semua telah berakhir, Raiden. Semua telah berakhir. Kau dapatkan apa yang kau tuai," batin Raiden.***Sedangkan di dalam pesta. Xeena menoleh kebelakang saat sosok Raiden berjalan gontai meninggalkan pestanya. Xeena terpaku pada kotak cincin yang berada di lantai tak jauh darinya. Xeena melangkah dan memungut kotak itu. Membukanya dan menatap lama."Agera," ucap Xeena lirih."Kau menyesali keputusanmu?" tanya Rex jelas.Xeena menoleh dan mencoba menyembunyikan kotak cincin d
Xeena menutup pintu kamarnya dan memegang dadanya. Detak jantungnya bahkan belum berdetak normal semenjak ia bertemu Raiden. Sangat tak disangka, Raiden menautkan tangannya erat. Hal itu membuat hati Xeena terenyuh. Xeena menatap tangannya, pada sebuah cincin pernikahan yang masih terpasang di jarinya."Kau datang lebih cepat dari yang aku pikirkan. Dan kita bertemu lebih cepat dari yang aku duga."Xeena Bejalan menuju meja riasnya dan melepaskan cincin di jarinya. "Tidak. Semua telah berakhir. Aku telah berusaha selama ini. Dan aku harus kuat di depan matamu. Bahwa kau memang sudah tak berarti di hidupku!"Xeena diam sesaat, menetralkan rasa sakit yang menjalar di hatinya. Ini sudah sangat lama, usaha yang Xeena lakukan untuk melupakan Raiden terlihat sia-sia hari ini. Nyatanya
Satu tahun berlalu sejak kejadian itu. Raiden terpuruk dalam rasa kehilangan. Hatinya merasa kosong sejak ia tak dapat menemukan Xeena. Raiden bahkan membayar beberapa orang mencari keberadaan Xeena di London namun tak ada yang dapat menemukan Xeena. Xeena menghilang dan tak ada satupun yang bisa menghubunginya.Berkali-kali Raiden mendatangi Violette dan Nathan namun nyatanya mereka berdua bungkam. Ketakutan Raiden semakin menjadi saat Rex ikut menghilang bersamaan dengan hilangnya Xeena. Ancaman yang Rex berikan selalu terngiang di telinga Raiden. Hal itu membuat Raiden tak dapat hidup dengan tenang.Seperti malam ini, Raiden terjaga dari tidurnya dan duduk termangu dengan segelas wine di tangannya. Ingatannya kembali pada masa saat tangannya menggenggam tangan Xeena."Na, aku
Raiden tertunduk lesu dan berpikir. Menimbang semua pilihan dan dampak untuk hidupnya. Sekilas wajah Xeena terbanyang, senyum itu, tawa itu, akankah dia akan merindukannya?""Tidak, kontrak itu masih berjalan. Keluarga Xeena tak akan mampu membayar denda yang aku minta." ucap Raiden dalam hati."Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Raiden lirih.Michael tertawa. "Kenapa kau lakukan itu pada Anakku?"Raiden mendongak mendapati pertanyaan yang sama. "Aku tak tahu apa maksudmu,""Jangan berpura-pura lagi. Kau tak pernah menikah dengan anakku! Semua hanya kontrak!"Deg! Mata Raiden terbelalak sesaat. Pandangannya luruh dengan tawa ke
Satu minggu setelah pertengkaran itu, Raiden terlihat sangat sibuk. Xeena pun terlihat sama. Pagi ini, Raiden menatap menu sarapan paginya yang dibuatkan oleh Xeena. Raiden duduk di meja makan dan menatap Xeena yang terlihat menikmati makanannya tanpa sepatah kata pun."Aku minta maaf," ucap Raiden dingin memecah kebisuan.Xeena mendongak, menatap Raiden sesaat lalu kembali pada makanannya..Merasa tak ada tanggapan, Raiden menatap Xeena lama. "Kau tak dengar?""..." Xeena tetap diam."Jangan mendiamkan aku Xeena! Kau seperti orang bisu yang tak bisa bicara! Kau bahkan sudah mengabaikanku selama satu minggu!"Xeena meletakkan sendok
Raiden melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kata-kata rex terngiang jelas di telinganya."Tidak!Dia hanya milikku." batin Raiden keras. Raiden mendesah kasar dan berpikir lagi secara logis. "Bukankah ini yang aku mau? Aku tak inginkan Xeena berada di sisiku. Tapi aku juga tak ingin Xeena menjadi milik siapa pun. Aku tak ingin ada satu orangpun memiliki dirinya."Raiden terus saja berpikir tanpa memperhatikan semua hal yang Rebecca bicarakan. Hatinya terasa nyeri saat membayangkan xeena tersenyum dalam pelukan Rex. "Haruskah aku melepaskanmu? Bukankah ini yang aku inginkan. Aku sangat yakin bahwa ini yang aku inginkan. Aku tak ingin ada cinta di hatimu, aku tak ingin kau memiliki perasaan itu. Karena kita hanya sebatas kontrak. Ya, kita hanya sebatas kontrak. Dan hal yang kulakukan