Home / CEO / Satu Malam dengan Bos Baruku / Keputusan Yang Benar

Share

Keputusan Yang Benar

Author: purplepen
last update Last Updated: 2024-11-13 16:49:17

Pertanyaan itu sangat serius, bukan?

Emily tak mampu berkata-kata. Masih memandang penuh Harry, pria itu berbeda kini. Sangat bersahabat lebih lembut dari sebelumnya.

“Hey,” panggil Harry, membuat lamunan Emily buyar.

“Hah, ma-maaf, Harry.”

“Tidak masalah. Aku yakin, kau sama kagetnya denganku. Aku tidak percaya akan bertemu lagi dengan gadis yang memintaku tidur dengannya. Jujur, ini kali pertama untukmu, bukan?”

Pertanyaan Harry membuat Emily tertangkap basah. Tentulah Harry tahu betul, bagaimana dia bersusah payah untuk memasuki tempat yang tak pernah disinggahi lelaki manapun. Emily gadis baik-baik, pikirnya.

“Dan terakhir … gadis itu memberikanku selembar uang merah sebagai bayaran akan permintaannya dan meninggalkanku begitu saja,” sindir Harry, ingin melihat reaksi Emily.

“Bu-bukan maksudku untuk membayarmu selembar itu,” jawab Emily malu. Wajah Emily merona sudah. “Aku tidak membawa uang lebih. Sungguh.”

Polos sekali Emily bagi Harry. Pantas saja, gadis sebaik Emily bisa diselingkuhi. Harry bisa merasakan semua kesedihan Emily kemarin, selama keduanya menikmati momen panas bersama. Di samping kenikmatan yang keluar dari mulut Emily, ada nama Jorell yang di udarakannya.

“Kau tidak ada disampingku, Emily.” Bersuara kembali, Harry kembali pada ingatan saat terbangun dari tidur indahnya. “Lalu, aku menemukan pesan yang kau tulis di secarik kertas. Kupikir kau meninggalkan nomor ponselmu, ternyata aku salah. Kau memberikanku selembar uang merah.”

Harry malah tertawa.

Emily mencerna semua momen baik ini. Ternyata Harry tak semengerikan yang ia pikirkan sejak pertama melihat kehadirannya di ruang makan.

“Kau tidak keberatan?” tanya Emily berhati-hati.

Sebelum membalas pertanyaan gadis unik itu, Harry kembali melaju pelan menyusuri jalanan kota siang itu. Tak sepadat jam kerja. Mungkin karena weekend.

“Aku keberatan?” ulang Harry, “itu seharusnya menjadi pertanyaanku, Emily. Kau bermain panas denganku kemarin. Bagaimana menurutmu? Kau tidak merasa rugi? atau … kau tidak ingin menuntut kerugian padaku?”

Siapa yang mau dituntut?

Itu kemauan Emily sendiri. Dibawa kemanapun, Emily-lah yang salah. Ia meminta dengan terang-terangan pada Harry malam itu, malam dimana ia diselingkuhi.

Emily menunduk wajah. Menyembunyikan rasa malu yang tidak bisa dibendung oleh apa pun.

“Tidak, Harry.”

Harry menoleh, “kau yakin?”

“Ya, karena itu mauku,” jawabnya dan membalas tatapan teduh Harry. “Aku yang memintamu. Seharusnya … kau yang rugi, bukan? Apa aku harus mengganti kerugian-mu, Harry?”

“Hmmm,” Harry berdehem tanpa menoleh, “aku ingin meminta ganti rugi padamu.”

Emily hampir saja tenggelam akan penilaiannya terhadap Harry. Seharusnya tidak perlu lagi mengatakan soal ganti rugi. Emily tentulah tak mampu menyanggupi. Gajinya saja tidak bersisa setengah dari gaji pokoknya tiap bulan. Ibu tiri dan sang ayah menjadi prioritas Emily selama bekerja. Belum lagi hutang piutang mereka yang menggunung.

“Kau ingin dibayar berapa?” ucap Emily setelah menjeda beberapa menit. “A-aku akan berusaha memenuhi itu jika sanggup.”

Kembali Harry menoleh ke Emily. Apa yang menjadi beban hidup gadis itu, pikirnya. Wajah cantik Emily tak tampak bahagia sejak kemarin.

“Kenapa kau ingin terus membayarku?”

“Hah?”

“Kau sudah kenal Papaku, Emily,” ucap Harry lagi. “Apa kau pikir aku kekurangan uang? Kau lihat kemarin malam, bukan? Apa aku sedang menjajakan diri di bar sana?”

Wah!

Kedengarannya Harry tersinggung akan perkataan Emily meskipun tak ada penekanan di setiap kata yang dia ucapkan. Emily benar-benar pusing dibuat Harry yang berubah-ubah. Penilaiannya pada Harry selalu salah.

“Hah, aku tidak bermaksud menyinggungmu, Harry. Maafkan, aku,” ujarnya, langsung memilih melengos kembali memandang pada jalan.

“Aku ingin kau membayarku dengan menerima perjodohan kita, Emily,” lanjut Harry, menarik atensi Emily. “Jangan menolak kemauan ibuku dan ibumu. Kau bisa menyanggupinya?”

“Oh, itu,” Emily menggantung suaranya. “Apa aku harus menjawabnya sekarang?”

Harry langsung memutar kepala guna memandang lurus pada Emily. Harry mencoba mengamati ekspresi dan mengartikan wajah perempuan itu. Namun, Harry sulit untuk menebaknya. Bukankah permintaan itu tidak sulit untuk dijawab.

“Kau ingin berpikir lebih dulu?”

Emily bukan tidak ingin memberikan jawaban pasti. Ia tak ingin terburu-buru, apalagi ia baru saja putus cinta. Hubungan yang sudah dibangun selama dua tahun seperti hidup yang sia-sia saja.

“Ya, Harry. Kau tahu sendiri bagaimana kondisiku saat ini. Aku tidak bisa berpikir jernih. Aku diselingkuhi kekasihku. Kami sudah dua tahun menjalin hubungan. Itu bukan waktu yang singkat bagiku. Selama ini, aku berpikir hubungan kami sehat dan baik-baik saja. Faktanya tidak. Dia bilang, aku egois. Aku hanya peduli dengan pekerjaanku tanpa tahu dia kesepian. Jadi, aku tidak ingin melakukan kesalahan yang sama. Berikan aku waktu untuk berpikir, Harry.”

Apakah benar semua itu?

Harry tak yakin soal ucapan Emily barusan. Bagaimana bisa seorang Emily egois? Dia sangat terluka di mata Harry kemarin malam.

“Baiklah,” jawabnya singkat, “aku menantikan jawaban pasti darimu. Kau tidak boleh menyalahkan dirimu akan kesalahan orang lain, Emily.”

Perkataan Harry menjadi penutup obrolan keduanya, dalam perjalanan menuju apartemen Emily.

Sesampainya di basement apartemen, Harry hendak mengantarkan Emily ke unit miliknya untuk memastikan gadis itu tiba dengan selamat. Namun, Emily menolak. Ia keberatan membuat Harry repot karena nya.

“Terima kasih, Harry.”

“Tidak perlu sungkan, Emily. Aku berharap … senin nanti akan menjadi pertemuan pertama kita yang lebih baik lagi.”

Emily mengangguk dan menarik sebuah senyum. “Sampai bertemu nanti, Harry.”

Setelah salam perpisahan menjadi penutup perjumpaan mereka, Emily turun dari mobil Harry dan berlalu pergi menuju pintu masuk basement, tanpa tahu Harry masih tak melepas Emily dari pandangannya.

Sebuah telapak tangan besar tiba-tiba menarik lengan Emily, ketika kedua kakinya hampir sampai di pintu. Sontak saja, langkah kakinya harus terhenti seraya menoleh.

“Dari mana saja kau, Emily?”

“Jorell?”

“Kau sengaja menghindar dariku, bukan? Kau tidak menyalakan ponselmu. Dari mana saja kau baru kembali? Dan siapa yang mengantarmu pulang!”

Dicecar banyak pertanyaan dari pria yang kini sudah berstatus mantan kekasih, membangkitkan emosi Emily kembali menyala.

“Lepaskan aku!” perintah Emily seraya menarik tangannya. “Kau pikir kau siapa sekarang? Jangan mengaturku!”

Bukannya melepas tangannya, Jorell semakin mencengkram keras tangan Emily.

“Kau masih punya urusan denganku, Emily.”

“Urusan? Urusanku denganmu? Kau sudah gila, Jorell. Aku tidak punya urusan apa pun lagi denganmu setelah kemarin malam. Pergi dari sini dan jangan datang lagi.”

“Kau tidak tahu selama ini, ‘kan? Aku belum mengatakan semua yang tidak kau tahu, Emily.”

“Sakit, Jorell! Lepaskan tanganku.”

“Lepaskan dia!”

Kedatangan Harry mengejutkan Emily dan Jorell. Emily pikir, pria itu sudah pergi dengan mobilnya.

“Kau siapa?!” bentak Jorell tak suka.

“Kubilang lepaskan tangannya!” Harry memanas, dan mencoba menarik paksa tangan Emily yang tampak memerah sudah.

Melihat Harry yang semakin ikut campur, Jorell akhirnya melepaskan tangan gadis yang dikhianatinya.

“Apa kau baik-baik saja, Emily?” Harry sentuh kulit yang memerah.

“Kau siapa?” tanya Jorell merasa risih akan perhatian Harry pada Emily. Mereka juga saling mengenal. Itu membuat Jorell gusar.

Harry menoleh membalas pandangan penasaran Jorell seraya mengambil dompet dalam kantong celana yang dia kenakan. Mengeluarkan satu kartu nama, Harry menyerahkannya ke Jorell.

“Mulai sekarang, semua yang berurusan dengan Emily menjadi urusanku,” kata Harry, bersuara tegas.

Tepat saat Harry maju untuk melindungi Emily, Emily dengan cepat menyadari satu hal. Satu hal yang pasti, bahwa keputusannya untuk menikah dengan pria itu, mungkin adalah keputusan yang benar.

Related chapters

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Aku Tidak Akan Melepasmu

    “Kau tak apa?”Setelah kepergian Jorell, Harry memastikan Emily lebih dulu. Memperhatikan perempuan di depannya penuh seksama.Emily menggeleng seraya tersenyum kecil.“Aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah membantuku.”Sesuatu yang mengganjal terpikir oleh Harry. Belum berniat berpindah tempat, Harry berniat untuk mengajukan sebuah pertanyaan.“Apa … dia?”“Hah?” Emily sedikit terkejut, mencoba memahami pertanyaan sang pria.“Ah, i-itu pria yang membuatmu mabuk kemarin malam dan berakhir denganku?” tanya Harry lagi.Bibir Emily terkatup rapat. Sedikit gugup, Emily menundukkan wajah seketika seraya menganggukkan kepala.“Benar. Aku tidak tahu kalau dia ada di sini.”“Kau perlu berhati-hati, Emily,” ujar Harry, sedikit merasa khawatir akan keberanian Jorell setelah menyakiti Emily. “Kau tidak tahu … apa yang dia inginkan darimu setelah mencampakkanmu kemarin.”Kedua orang yang baru saja ketemu kemarin malam hingga berbagi keringat serta kenikmatan dunia itu, tidak saling mengenal apa l

    Last Updated : 2024-12-01
  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Ada Aku

    “Darimana kau, Emily?” bisik Salvina, mendekati Emily yang baru saja duduk di sampingnya.Emily tak langsung menjawab. Ia hanya menatap kosong komputer yang ada di depannya.“Emily! Kau tak mendengarkanku? Kau dipanggil ke ruangan CEO,” lanjut Salvina, merasa sahabatnya itu dalam bahaya saja.Mendengar perkataan Salvina barusan, Emily menoleh padanya.“CEO baru itu memanggilku?” Emily mengulang.Mengangguk kecil, Salvina kemudian berkata, “ya, karena saat beliau memperkenalkan diri disini, kau pergi. Jadi, kau diminta untuk ke ruangannya.”‘Yang benar saja.’Emily semakin kalut sekarang. Bagaimana bisa Harry memintanya secara terang-terangan untuk ke ruangannya.“Emily,” panggil Pak Charles, manajer bagian produksi yang kini berjalan mendekati meja kerjanya.“Ya, Pak,” Emily refleks berdiri.“Kamu diminta ke ruangan CEO baru kita,” ucapnya seraya menatap Emily penuh selidik. “CEO baru itu ingin bertemu denganmu secara personal. Apa kalian saling mengenal?”Melihat suasana di sekitar t

    Last Updated : 2024-12-02
  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Apa Aku Pantas?

    Setelah merasa yakin untuk kembali bekerja, Emily pamit kepada Harry untuk kembali ke ruangannya dan bekerja. Diamnya Emily setelah bertemu dengan sang atasan baru, menyimpan tanda tanya besar dalam pikiran Salvina, sahabat dekat Emily.“Kita makan siang dimana, Emily?” tanya Salvina, saat jam makan siang hampir tiba.Emily berpindah tatapan dari layar komputer. “Makan di kantin perusahaan aja. Kau keberatan tidak?”Salvina membalas tatapan Emily sejenak.“Hemmmm … tidak masalah. Aku juga sedang malas keluar.”“Baiklah,” jawab Emily senang.Jam istirahat akhirnya datang. Beberapa karyawan sudah mulai memadati lorong kubikel. Emily dan Salvina pun bersiap untuk meninggalkan meja kerja masing-masin. Namun, siapa sangka Emily kedatangan rekan kerjanya.“Kau kenal Pak Harry, Emily?” Aretta, dia adalah senior di bagian produksi. Salah satu karyawan yang disegani oleh teman sejawatnya, dikarenakan kecantikan sekaligus jabatan serta keberadaan Aretta sebagai keluarga dari pemilik perusahaan

    Last Updated : 2024-12-03
  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Jatuh Cinta

    Harry: Aku tunggu di depan pintu basement.Sejak kemarin malam Harry tidak sabar untuk bertemu dengan Emily pagi ini. Ia berniat untuk mengejar Emily agar hubungan mereka semakin dekat dan akrab dengan cepat.Tidak peduli dengan ucapan Emily akan keputusannya saat terakhir kali di ruangan kerja Harry.Emily meminta waktu pada Harry agar memikirkan keputusan terbaik dalam memulai hubungan baru dengannya.Mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan sepatu pantofel hitam mengkilap, Harry penuh semangat berdiri di samping pintu keluar masuk basement untuk menantikan kedatangan wanita yang kini mengubah harinya.Hampir 15 menit lamanya, Harry mendapati kedatangan Emily ang kini mengenakan atasan putih motif bunga dengan rok ketat dengan tergesa-gesa seraya memandang padanya yang sudah mengulas senyum."Kau sudah lama di sini?' tanyanya dengan ekspresi khawatir.Harry mendekat. Ia tersenyum seraya menggeleng kepala. Harry sentuh rambut Emily yang sedikit berantakan."Aku baru saja tiba. K

    Last Updated : 2024-12-04
  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Aku Mencintaimu

    Setibanya Emily di meja kerjanya, ia duduk dalam diam seraya memandang pada layar komputer, tak lama senyum mengembang membingkai wajah cantiknya kini.'Astaga. Apa aku mulai tertarik padanya?'Sempat membatin, Emily menggeleng-gelengkan kepala."Woi!"Seketika saja Emily terlonjak kaget. Suara itu berasal dari Salvina yang baru saja tiba di depan meja kerjanya dan hendak duduk."Kau benar-benar keji, Emily," bisik Salvina, seolah merasa kesal. Padahal perempuan itu merasa senang karena Emily sepertinya sedang bahagia.Ya, Salvina memang bertekad untuk mempersatukan Emily dengan Atasan mereka."Keji? Kenapa aku keji?"Salvina memberutkan bibir. "Kau pura-pura bodoh. Aku tahu kau dijemput sama atasan baru kita, 'kan? Kalian bermesraan di mana tadi?"Sontak saja Emily menempelkan jari telunjuknya di atas bibir dengan takut, ia meminta Salvina untuk tidak berkata sembarangan di tempat mereka bekerja."Jangan membicarakan hal itu di sini, Salv. Aku gak mau jadi bahan gosipan anak-anak di

    Last Updated : 2024-12-05
  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Aku Merindukanmu

    "Duduklah denganku, Emily," ucap Salvina, kini menggenggam tangan Emily.Acara gathering dari perusahaan telah tiba. Hari yang ditunggu-tunggu oleh Harry."Bukankah kata Pak Hans kita memiliki nomor kursi masing-masing, Salv?"Salvina mengingat sejenak. "Astaga ... Aku lupa. Semoga saja, kita duduk bareng."Momen yang ditunggu oleh Emily maupun Salvina akhirnya datang juga. Keduanya memang ingin sekali berlibur bersama dengan teman-teman mereka. Mengenakan pakaian santai dengan sepatu kets kesukaannya, Emily sudah tampak sangat siap mengikuti rangkaian acara perusahaan tempat ia bekerja.Kedua Gadis itu sudah mendapati nomor tempat duduknya masing-masing, dan kini keduanya sedang berjalan menuju bus yang telah tersedia di halaman perusahaan untuk mengantarkan mereka ke tempat lokasi acara."Aku di sini, Emily," kata Salvina, yang menemukan lebih dulu tempat duduknya."Sepertinya aku di bagian—"Ucapan Emily harus terjedah. Ketika ia dapati sosok pria yang ia kenal duduk di salah satu

    Last Updated : 2024-12-06
  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Kau Kekasihnya Kan?

    “Kau tidak lelah, ‘kan?” tanya Harry, kini memilih duduk di samping Emily.Mereka mengikuti acara inti dari gathering perusahaan. Setelah bersama tadi, Emily memilih kembali ke kamarnya sebelum menimbulkan gosip baru.Emily menggeleng dengan sebuah senyum. “Tidak. Aku suka dengan acara seperti ini sejak Paman Kendrick mengadakannya beberapa tahun lalu.”“Wow, kau memuji?”“Tentu saja,” jawab Emily sedikit mendekat ke Harry untuk berbisik. “Paman adalah pria terbaik yang kukenal, Harry.”Emily terang-terangan memuji Papa dari pria yang kini menjadi kekasihnya itu. Karena sejauh Emily mengenal keluarga dari Paman Kendrick tak pernah ada kekecewaan yang dibuat oleh keluarga tersebut terhadap ia, ayah, dan ibunya. Pun dengan mendiang dari ibu Harry."Dia sangat menyayangimu asal kau tahu, Emily," jawab Harry lagi dengan senang.Emily tak percaya begitu saja. "Bagaimana bisa kau tahu?"Harry mengulas sebuah senyum. "Nanti aku beritahu semuanya."Nama Harry terdengar dari depan sana. Pembaw

    Last Updated : 2024-12-07
  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Pahitnya Masa Kecil

    "Akhirnya kau pulang juga," kata Iriana, ibu tiri Emily yang baru saja menyambut kedatangan pulang ke tempat kediaman orang tuanya dulu. Emily menyoroti kedatangannya saat ia membawa tas. "Apa yang kau bawa dari kota?" Dia bertanya lagi tanpa memikirkan Emily yang sudah melakukan perjalanan selama 3 jam lamanya."Emily?" Sosok ayah muncul dari depan serta memandang Emily penuh kerinduan."Ayah," ucapnya, kini meletakkan tas di atas sofa kemudian mendekati sang ayah untuk memeluk.Emily berhamburan ke dalam pelukan sang ayah. Memeluk pria yang tak lagi muda itu dengan penuh kasih meskipun ia tahu rasa sakit dalam diri ditimbulkan dari hubungan yang diciptakan oleh ayahnya sendiri. Iriana yang melihat pemandangan seperti itu rasanya sangat jengkel. "Apa kabarmu, Ayah?" tanya Emily, melepaskan kini dekapannya untuk memandang wajah nya."Ayah sehat, Emily. Kenapa tidak kau katakan pulang hari ini? Ayah bisa menjemputmu, Nak," ucap Ayah Bens, kini mengusap puncak kepala Emily.Emily me

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Pahitnya Masa Kecil

    "Akhirnya kau pulang juga," kata Iriana, ibu tiri Emily yang baru saja menyambut kedatangan pulang ke tempat kediaman orang tuanya dulu. Emily menyoroti kedatangannya saat ia membawa tas. "Apa yang kau bawa dari kota?" Dia bertanya lagi tanpa memikirkan Emily yang sudah melakukan perjalanan selama 3 jam lamanya."Emily?" Sosok ayah muncul dari depan serta memandang Emily penuh kerinduan."Ayah," ucapnya, kini meletakkan tas di atas sofa kemudian mendekati sang ayah untuk memeluk.Emily berhamburan ke dalam pelukan sang ayah. Memeluk pria yang tak lagi muda itu dengan penuh kasih meskipun ia tahu rasa sakit dalam diri ditimbulkan dari hubungan yang diciptakan oleh ayahnya sendiri. Iriana yang melihat pemandangan seperti itu rasanya sangat jengkel. "Apa kabarmu, Ayah?" tanya Emily, melepaskan kini dekapannya untuk memandang wajah nya."Ayah sehat, Emily. Kenapa tidak kau katakan pulang hari ini? Ayah bisa menjemputmu, Nak," ucap Ayah Bens, kini mengusap puncak kepala Emily.Emily me

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Kau Kekasihnya Kan?

    “Kau tidak lelah, ‘kan?” tanya Harry, kini memilih duduk di samping Emily.Mereka mengikuti acara inti dari gathering perusahaan. Setelah bersama tadi, Emily memilih kembali ke kamarnya sebelum menimbulkan gosip baru.Emily menggeleng dengan sebuah senyum. “Tidak. Aku suka dengan acara seperti ini sejak Paman Kendrick mengadakannya beberapa tahun lalu.”“Wow, kau memuji?”“Tentu saja,” jawab Emily sedikit mendekat ke Harry untuk berbisik. “Paman adalah pria terbaik yang kukenal, Harry.”Emily terang-terangan memuji Papa dari pria yang kini menjadi kekasihnya itu. Karena sejauh Emily mengenal keluarga dari Paman Kendrick tak pernah ada kekecewaan yang dibuat oleh keluarga tersebut terhadap ia, ayah, dan ibunya. Pun dengan mendiang dari ibu Harry."Dia sangat menyayangimu asal kau tahu, Emily," jawab Harry lagi dengan senang.Emily tak percaya begitu saja. "Bagaimana bisa kau tahu?"Harry mengulas sebuah senyum. "Nanti aku beritahu semuanya."Nama Harry terdengar dari depan sana. Pembaw

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Aku Merindukanmu

    "Duduklah denganku, Emily," ucap Salvina, kini menggenggam tangan Emily.Acara gathering dari perusahaan telah tiba. Hari yang ditunggu-tunggu oleh Harry."Bukankah kata Pak Hans kita memiliki nomor kursi masing-masing, Salv?"Salvina mengingat sejenak. "Astaga ... Aku lupa. Semoga saja, kita duduk bareng."Momen yang ditunggu oleh Emily maupun Salvina akhirnya datang juga. Keduanya memang ingin sekali berlibur bersama dengan teman-teman mereka. Mengenakan pakaian santai dengan sepatu kets kesukaannya, Emily sudah tampak sangat siap mengikuti rangkaian acara perusahaan tempat ia bekerja.Kedua Gadis itu sudah mendapati nomor tempat duduknya masing-masing, dan kini keduanya sedang berjalan menuju bus yang telah tersedia di halaman perusahaan untuk mengantarkan mereka ke tempat lokasi acara."Aku di sini, Emily," kata Salvina, yang menemukan lebih dulu tempat duduknya."Sepertinya aku di bagian—"Ucapan Emily harus terjedah. Ketika ia dapati sosok pria yang ia kenal duduk di salah satu

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Aku Mencintaimu

    Setibanya Emily di meja kerjanya, ia duduk dalam diam seraya memandang pada layar komputer, tak lama senyum mengembang membingkai wajah cantiknya kini.'Astaga. Apa aku mulai tertarik padanya?'Sempat membatin, Emily menggeleng-gelengkan kepala."Woi!"Seketika saja Emily terlonjak kaget. Suara itu berasal dari Salvina yang baru saja tiba di depan meja kerjanya dan hendak duduk."Kau benar-benar keji, Emily," bisik Salvina, seolah merasa kesal. Padahal perempuan itu merasa senang karena Emily sepertinya sedang bahagia.Ya, Salvina memang bertekad untuk mempersatukan Emily dengan Atasan mereka."Keji? Kenapa aku keji?"Salvina memberutkan bibir. "Kau pura-pura bodoh. Aku tahu kau dijemput sama atasan baru kita, 'kan? Kalian bermesraan di mana tadi?"Sontak saja Emily menempelkan jari telunjuknya di atas bibir dengan takut, ia meminta Salvina untuk tidak berkata sembarangan di tempat mereka bekerja."Jangan membicarakan hal itu di sini, Salv. Aku gak mau jadi bahan gosipan anak-anak di

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Jatuh Cinta

    Harry: Aku tunggu di depan pintu basement.Sejak kemarin malam Harry tidak sabar untuk bertemu dengan Emily pagi ini. Ia berniat untuk mengejar Emily agar hubungan mereka semakin dekat dan akrab dengan cepat.Tidak peduli dengan ucapan Emily akan keputusannya saat terakhir kali di ruangan kerja Harry.Emily meminta waktu pada Harry agar memikirkan keputusan terbaik dalam memulai hubungan baru dengannya.Mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan sepatu pantofel hitam mengkilap, Harry penuh semangat berdiri di samping pintu keluar masuk basement untuk menantikan kedatangan wanita yang kini mengubah harinya.Hampir 15 menit lamanya, Harry mendapati kedatangan Emily ang kini mengenakan atasan putih motif bunga dengan rok ketat dengan tergesa-gesa seraya memandang padanya yang sudah mengulas senyum."Kau sudah lama di sini?' tanyanya dengan ekspresi khawatir.Harry mendekat. Ia tersenyum seraya menggeleng kepala. Harry sentuh rambut Emily yang sedikit berantakan."Aku baru saja tiba. K

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Apa Aku Pantas?

    Setelah merasa yakin untuk kembali bekerja, Emily pamit kepada Harry untuk kembali ke ruangannya dan bekerja. Diamnya Emily setelah bertemu dengan sang atasan baru, menyimpan tanda tanya besar dalam pikiran Salvina, sahabat dekat Emily.“Kita makan siang dimana, Emily?” tanya Salvina, saat jam makan siang hampir tiba.Emily berpindah tatapan dari layar komputer. “Makan di kantin perusahaan aja. Kau keberatan tidak?”Salvina membalas tatapan Emily sejenak.“Hemmmm … tidak masalah. Aku juga sedang malas keluar.”“Baiklah,” jawab Emily senang.Jam istirahat akhirnya datang. Beberapa karyawan sudah mulai memadati lorong kubikel. Emily dan Salvina pun bersiap untuk meninggalkan meja kerja masing-masin. Namun, siapa sangka Emily kedatangan rekan kerjanya.“Kau kenal Pak Harry, Emily?” Aretta, dia adalah senior di bagian produksi. Salah satu karyawan yang disegani oleh teman sejawatnya, dikarenakan kecantikan sekaligus jabatan serta keberadaan Aretta sebagai keluarga dari pemilik perusahaan

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Ada Aku

    “Darimana kau, Emily?” bisik Salvina, mendekati Emily yang baru saja duduk di sampingnya.Emily tak langsung menjawab. Ia hanya menatap kosong komputer yang ada di depannya.“Emily! Kau tak mendengarkanku? Kau dipanggil ke ruangan CEO,” lanjut Salvina, merasa sahabatnya itu dalam bahaya saja.Mendengar perkataan Salvina barusan, Emily menoleh padanya.“CEO baru itu memanggilku?” Emily mengulang.Mengangguk kecil, Salvina kemudian berkata, “ya, karena saat beliau memperkenalkan diri disini, kau pergi. Jadi, kau diminta untuk ke ruangannya.”‘Yang benar saja.’Emily semakin kalut sekarang. Bagaimana bisa Harry memintanya secara terang-terangan untuk ke ruangannya.“Emily,” panggil Pak Charles, manajer bagian produksi yang kini berjalan mendekati meja kerjanya.“Ya, Pak,” Emily refleks berdiri.“Kamu diminta ke ruangan CEO baru kita,” ucapnya seraya menatap Emily penuh selidik. “CEO baru itu ingin bertemu denganmu secara personal. Apa kalian saling mengenal?”Melihat suasana di sekitar t

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Aku Tidak Akan Melepasmu

    “Kau tak apa?”Setelah kepergian Jorell, Harry memastikan Emily lebih dulu. Memperhatikan perempuan di depannya penuh seksama.Emily menggeleng seraya tersenyum kecil.“Aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah membantuku.”Sesuatu yang mengganjal terpikir oleh Harry. Belum berniat berpindah tempat, Harry berniat untuk mengajukan sebuah pertanyaan.“Apa … dia?”“Hah?” Emily sedikit terkejut, mencoba memahami pertanyaan sang pria.“Ah, i-itu pria yang membuatmu mabuk kemarin malam dan berakhir denganku?” tanya Harry lagi.Bibir Emily terkatup rapat. Sedikit gugup, Emily menundukkan wajah seketika seraya menganggukkan kepala.“Benar. Aku tidak tahu kalau dia ada di sini.”“Kau perlu berhati-hati, Emily,” ujar Harry, sedikit merasa khawatir akan keberanian Jorell setelah menyakiti Emily. “Kau tidak tahu … apa yang dia inginkan darimu setelah mencampakkanmu kemarin.”Kedua orang yang baru saja ketemu kemarin malam hingga berbagi keringat serta kenikmatan dunia itu, tidak saling mengenal apa l

  • Satu Malam dengan Bos Baruku   Keputusan Yang Benar

    Pertanyaan itu sangat serius, bukan?Emily tak mampu berkata-kata. Masih memandang penuh Harry, pria itu berbeda kini. Sangat bersahabat lebih lembut dari sebelumnya.“Hey,” panggil Harry, membuat lamunan Emily buyar. “Hah, ma-maaf, Harry.”“Tidak masalah. Aku yakin, kau sama kagetnya denganku. Aku tidak percaya akan bertemu lagi dengan gadis yang memintaku tidur dengannya. Jujur, ini kali pertama untukmu, bukan?”Pertanyaan Harry membuat Emily tertangkap basah. Tentulah Harry tahu betul, bagaimana dia bersusah payah untuk memasuki tempat yang tak pernah disinggahi lelaki manapun. Emily gadis baik-baik, pikirnya.“Dan terakhir … gadis itu memberikanku selembar uang merah sebagai bayaran akan permintaannya dan meninggalkanku begitu saja,” sindir Harry, ingin melihat reaksi Emily.“Bu-bukan maksudku untuk membayarmu selembar itu,” jawab Emily malu. Wajah Emily merona sudah. “Aku tidak membawa uang lebih. Sungguh.”Polos sekali Emily bagi Harry. Pantas saja, gadis sebaik Emily bisa dise

DMCA.com Protection Status