“Kekasih baru?” ucap Emily sangat kecil, sehingga tak ada yang mendengarnya.
“Apa maksudmu, Harry? Bagaimana bisa … kau menuduh ku memiliki kekasih seperti Emily? Kau mabuk? Apa kau sudah gila? Yang benar saja kau ini. Kau-lah yang seharusnya memiliki kekasih seperti Emily,” celetuknya panjang lebar seolah tidak terima oleh tuduhan putranya. Kendrick ikut terkejut akan pikiran sang putra tunggal, pewaris kekayaannya itu. Bagaimana bisa, dia mengatakan Emily itu kekasihnya sementara Harry tahu betul, bagaimana dia kehilangan istri sekaligus ibunya yang tak pernah bisa Kendrick lupakan. Mendengar perkataan sang Papa, Harry hanya biasa saja. Tidak seperti Emily yang sudah mati ketakutan kini. “Emily … ini putraku, Harry,” Kendrick memperkenalkan. “Aku sudah memberitahukan padamu waktu itu, bukan? Dia baru saja pulang dari luar negeri. Kedepannya,dia akan ikut bekerja di perusahaan ku.” “A-ah, iya, Paman,” jawab Emily singkat seraya terbata-bata. Bola matanya melirik sekilas ke arah Harry. Emily bersumpah demi apa pun. Bagaimana bisa ujungnya seperti ini? Emily pikir, ia tidak akan bertemu lagi dengan Harry setelah melakukan malam panas kemarin. Lalu, apa ini? Bagaimana caranya untuk berpura-pura tidak kenal atau tidak terjadi apa pun di antara mereka. Baru berpisah beberapa jam saja, dan sekarang? Harry kembali muncul di hadapannya. Pikiran Emily sedang dipenuhi banyak pertanyaan. Seperti apa kedepannya, jika nanti mereka bekerja di satu perusahaan. Mau ditaruh dimana muka Emily? “Aku belum memutuskan soal itu, Pa,” jawab Harry sangat dingin. Harry mengubah pandangan untuk kembali bertemu tatapan dengan Emily. “Siapa gadis uang merah ini, Pa?” Astaga! Harry benar-benar membaca pesannya tadi, bukan? Gadis uang merah katanya? Sungguh, ini sangat memalukan bagi Emily. Sejak melihat kedatangan Harry disini, jantung Emily seolah mau lepas saja. Dia tampak sangat tampan ternyata. Sebab, kemarin malam, Emily tidak sejelas sekarang memandang penuh pada wajah Harry yang duduk di hadapannya kini. Kejadian tadi malam di antara mereka turut kembali datang memenuhi ingatan Emily. Bahkan, suara Harry yang mendesah penuh tekanan juga masih terekam jelas. Itu sungguh tak terlupakan bagi Emily pribadi. “Gadis uang merah?” Kendrick mengulang bingung. “Emily! Namanya Emily, Harry. Dia salah satu karyawan terbaik di perusahaanku. Kedepannya, kau akan sering bertemu dengannya,” ujar Kendrick, menggantung sebuah senyum. Dia sangat senang. Harry tak segan memandang penuh pada Emily yang sudah berubah tampilan itu. Berbeda sekarang dengan kemarin. Pagi ini, di kediaman orang tuanya, Emily tampak lebih casual berbalut kaos putih motif beruang. Rambut panjangnya yang kemarin tergerai, kini diikat rapi ke belakang. Emily cantik tanpa riasan. Tak sanggup terus ditatap, Emily menunduk wajah. Mengulum jarinya di atas paha, menandakan ia benar-benar sangat gugup. “Halo, Emily,” sapa Harry, mencoba menenangkan Emily yang terlihat jelas tak nyaman akan suasana ini. “Perkenalkan aku, Harry.” Segera Emily mengangkat wajah untuk membalas tatapan Harry yang tak sedingin tadi. “Ha-halo, Harry,” jawabnya, benar-benar gugup. “Iya. Aku karyawan Paman Kendrick.” “Kalau begitu … aku menerima tawaranmu, Pa,” ucap Harry tanpa ragu. “Tapi tidak dengan perjodohan yang Papa inginkan itu.” ‘Perjodohan?’ Kendrick tersenyum kecil. Meletakkan kedua alat makan di sisi piring, pria paruh baya itu melipat telapak tangan. “Kau yakin, Harry?” “Tentulah aku sangat yakin,” jawab Harry, masih melirik Emily seraya mengambil gelas bening berisi air putih. Dia meneguk tanpa melepas pandangan pada gadis di depan sana. “Aku tidak berpikir demikian,” Kendrick sangat yakin sekali lagi. “Nyatanya … kau sangat tertarik setelah tahu Emily merupakan karyawanku, Harry.” Kedua anak manusia itu bersama-sama mengarahkan pandangan pada Kendrick. Sepakat dalam hati, apa yang hendak diutarakan Kendrick dari ucapannya. “Aku ingin bekerja dengannya, Pa,” kata Harry jujur, penuh maksud terselubung. “Papa sendiri yang mengatakan … dia adalah karyawan terbaikmu,” tambahnya dan kembali memandang ke Emily, “aku ingin tahu, seberapa hebat karyawan pilihanmu, Pa.” Harry menarik kecil sudut-sudut bibirnya seraya menatap teduh manik coklat Emily yang sejak tadi diam membisu. Tentu saja Emily membisu. Ini di luar akal pikiran. “Kau harus menerima perjodohan itu, Harry. Sebabnya … untuk itu aku memanggil Emily datang ke rumah ini,” aku Kendrick akhirnya. Spontan saja, Emily maupun Harry menoleh bersama-sama. Bola mata yang membesar pun, tampak jelas memancarkan kekagetan di antara keduanya. “Apa yang barusan Papa katakan?” Pertanyaan yang sama ada di pikiran Emily kini. Kendrick tersenyum lebar. Mendorong tubuhnya untuk bersandar pada kursi, Kendrick memandang penuh Harry. “Anakku … kau ingin tempo hari, bukan? Wasiat ibumu memintaku untuk menjodohkanmu dengan gadis pilihannya. Dan kau marah besar padaku sampai tak pulang ke rumah setelah tiba di sini. Dan pagi ini, aku ingin memperkenalkan gadis itu secara langsung padamu,” Perlahan kedua bibir Harry terangkat. Rasa tak percaya turut melambung dalam pikiran keduanya. Emily sendiri semakin mematung akan fakta barusan. Bagaimana bisa ada perjodohan ini? “Emily?” tanya Harry, nyaris tak terdengar oleh siapapun. “Emily,” panggil Kendrick membuyarkan rasa kagetnya. “Ya, ya, Paman?” Kendrick tentula paham akan keadaan ini. Emily sama terkejutnya dengan Harry. “Wasiat mendiang ibunya Harry disalin oleh mendiang ibumu. Perjodohan ini, disepakati oleh kami berempat termasuk ayahmu. Jadi, aku berharap penuh padamu maupun Harry. Kalian tidak boleh menolak keinginan kedua orang yang sangat kami cintai.” Kedua orang itu terpana dalam keheningan. Pikiran mereka diisi dengan berbagai pertanyaan. Apakah semesta sedang membolak balikkan keadaan Emily? Batin Emily tak tahu harus menanggapi apa. Ini seperti drama yang harus berlanjut dengan pemeran pengganti pria dalam hidupnya. Setelah dicampakkan Jorell, Emily bertemu Harry dan melakukan hubungan panas satu malam dengannya. Lalu, setelah itu, ia kembali dipertemukan dengan Harry sebagai calon istri dari pewaris tunggal di keluarganya. Sungguh, Emily merasa sedang berada di alam mimpinya. Tak ada lagi percakapan yang serius setelah kata perjodohan diucapkan oleh Kendrick. Pria tua itu meminta Harry untuk mengantarkan Emily pulang ke apartemennya, dan sengaja membiarkan keduanya untuk saling mengenal. “Apa kau baik-baik saja, Emily?” tanya Harry, membelah keheningan di antara mereka. Duduk di samping Harry, di mobil mewah miliknya, membuat Emily ingin mati saja. Ini gila. Benar-benar sangat gila. Wangi citrus parfum yang dikenakan Harry, masih sama seperti kemarin malam. Bagaimana ini? Emily masih mengingat gagahnya Harry kemarin, hingga ia susah untuk bernafas kini. “A-aku baik-baik saja,” jawabnya, kembali menatap pada jalanan kota. Harry tersenyum, “kita bertemu lagi, Emily. Kupikir … kau bilang di suratmu kau takkan mengingat apa-apa tentang malam itu, dan kini kau ada di sampingku?” “Hah, a-ku juga tak percaya dengan ini, Harry,” balasnya singkat, bersamaan dengan mobil yang terhenti sebab adanya lampu merah. Sepertinya ini kesempatan baik buat Harry memastikan. Menghentikan mobil, Harry menarik sedikit tubuhnya untuk bisa memandang sempurna pada gadis yang tak bersuara banyak sehebat tadi malam itu. “Emily,” panggilnya lebih dulu, untuk mendapatkan Emily menatapnya. “Ya?” “Apakah kau serius mau menikah denganku?”Pertanyaan itu sangat serius, bukan?Emily tak mampu berkata-kata. Masih memandang penuh Harry, pria itu berbeda kini. Sangat bersahabat lebih lembut dari sebelumnya.“Hey,” panggil Harry, membuat lamunan Emily buyar. “Hah, ma-maaf, Harry.”“Tidak masalah. Aku yakin, kau sama kagetnya denganku. Aku tidak percaya akan bertemu lagi dengan gadis yang memintaku tidur dengannya. Jujur, ini kali pertama untukmu, bukan?”Pertanyaan Harry membuat Emily tertangkap basah. Tentulah Harry tahu betul, bagaimana dia bersusah payah untuk memasuki tempat yang tak pernah disinggahi lelaki manapun. Emily gadis baik-baik, pikirnya.“Dan terakhir … gadis itu memberikanku selembar uang merah sebagai bayaran akan permintaannya dan meninggalkanku begitu saja,” sindir Harry, ingin melihat reaksi Emily.“Bu-bukan maksudku untuk membayarmu selembar itu,” jawab Emily malu. Wajah Emily merona sudah. “Aku tidak membawa uang lebih. Sungguh.”Polos sekali Emily bagi Harry. Pantas saja, gadis sebaik Emily bisa dise
“Kau sangat manis, Alice.”“Kau juga, Sayang. Aku benar-benar sangat beruntung, di hari ulang tahunmu ini, akulah orang pertama yang datang memberikan kejutan spesial untukmu.”“Hemmmm … kau benar-benar sangat legit, seperti cake yang kau bawakan untukku tadi.”“Lebih kencang, Jorrell.”Obrolan romantis dan suara kenikmatan dunia itu sejak tadi menyapa gendang telinga seorang Emily, gadis berambut panjang sepinggang dengan bola mata kecoklatan saat ia tiba, dan harus berhenti tepat di depan pintu kamar hotel milik kekasihnya, Jorell.Siapa sangkah, Emily yang sudah mempersiapkan segala embel-embel untuk surprise ulang tahun Jorell, kekasihnya, yang sudah dipacari selama 2 tahun lamanya harus berakhir dengan kekecewaan seperti di hadapannya kini. Ya, Emily dengan jelas melihat apa yang sedang Jorell lakukan sampai detik itu. Gerakan serta segala jenis suara dari dalam sana, pun Emily ingat betul. Tampak api amarah mulai menyala-nyala. Matanya membesar. Dada mula kembang kempis sepert
"Aku ingin menghabiskan malam ini denganmu.”Spontan saja, pria bernama Harry sedikit menjauh. Raut wajah kaget tercetak jelas di sana. Bagaimana mungkin dua orang asing harus menghabiskan malam bersama. Mereka tidak saling mengenal, itu poin pentingnya.“Menghabiskan malam denganmu? Memangnya, kau pikir siapa kau ini, Nona?”Emily terdiam sejenak sebelum berkata, “Apa kau keberatan? Aku ingin menghabiskan malam panas denganmu. Tidakkah itu sangat jelas kukatakan?”Pria asing itu memasang wajah bingung, setelah tahu permintaan Emily. Harapan besar juga terpancar jelas di kedua bola mata Emily. “Aku terlalu sibuk untuk melakukan hal itu,” jawab Harry santai, kini kedua tangannya bersedekap di atas bidang dada tegapnya. “Coba beritahu apa yang bisa kau janjikan padaku hingga aku mau melakukannya denganmu, Nona.”Bukankah itu sebuah tawar menawar?Emily kemudian berpikir. Apa yang harus diberikan agar pria asing itu mau memenuhi keinginannya malam ini. Emily tidak bisa kehilangan kesemp
"Saya akan kesana sekarang, Paman.” Emily mendapati panggilan penting ketika pagi menuju siang itu, setelah ia sadar akan dirinya yang terbaring di samping tubuh kekar pria asing yang bahkan ia tak tahu namanya itu. Meringis sakit pada beberapa bagian tubuh, sebab adegan penuh adegan yang diberikan Harry padanya meninggalkan bekas yang cukup tak tertahan rasanya. Benar saja, Emily mengacungkan jempol akan keterampilan Harry dalam memuaskannya. Apalagi … bagi Emily yang kurang pergaulan seperti yang dikatakan oleh Jorell, tentulah membuatnya kaget akan kenikmatan sesaat itu. Namun, ia rasanya sangat malu dan tak punya muka untuk menantikan Harry terbangun dari tidurnya yang lelap. Sebaiknya, Emily memang lebih baik kabur diam-diam menuju mall yang juga ada di hotel untuk membeli pakaian ganti. Mendapati panggilan penting dari perusahaan tempatnya bekerja di hari weekend, tentulah hal yang harus digaris bawahi, sebab yang membuat panggilan tersebut adalah orang terpenting di peru