Setelah rasa takutnya berangsur mereda, barulah Claire melangkah ke kantin, tempat dimana Nick menunggunya sambil makan dan bermain ponsel, mengabaikan sekitar. “Bagi donk!” serobot Claire tanpa rasa bersalah, mengambil alih sepiring batagor yang awalnya berada di hadapan Nick namun langsung disambar oleh Claire hingga beralih ke tangannya. Berganti pemilik dalam hitungan detik. “Kebiasaan deh! Main serobot aja. Kalau mau ya pesan sendiri donk. Lagian ini bukannya bagi, tapi ngerampok!” sungut Nick saat melihat batagornya sudah tandas tak bersisa dan beralih ke perut Claire, hanya tersisa bumbu kacangnya saja. “Ih, jadi cowok bawel banget sih? Pesan lagi aja, Nick. Sekalian aku juga mau 1 piring lagi,” pinta Claire membuat Nick terheran. “Yakin mau nambah? Biasanya kamu tidak suka dengan jajanan yang memakai bumbu kacang seperti siomay dan batagor, tapi kenapa sekarang jadi doyan?” selidik Nick, merasa heran dengan perubahan Claire yang mendadak. Bagaimana tidak heran kalau sa
Nick mendesah dalam hati. Jawaban Claire terdengar santai, namun di telinga Nick, ucapan itu terdengar seperti keluhan yang bernada sedih dan kesepian. Tidak heran kalau Nick hanya bisa menatap Claire dengan prihatin. Bersahabat sejak kecil membuat Nick tau pasti kalau hubungan Claire dengan daddy Alex cukup renggang, bahkan terlihat seperti orang asing yang tidak sengaja tinggal satu atap. Tidak terlihat seperti keluarga karena ada jarak yang memisahkan. Rumah besar yang mereka tinggali hanya ada Claire, daddy Alex, Susan yang adalah asisten rumah tangga yang sudah mengabdi sejak Claire baru lahir, dan security. Kepergian mommy Adele, mommy kandung Claire, karena kanker yang dideritanya membuat hubungan antara Claire dan daddy Alex merenggang tanpa sadar. Nick paham apa yang mendasari kerenggangan mereka, yaitu karena daddy Alex sengaja mencari kesibukan lain untuk bisa melupakan rasa sedihnya akibat kepergian sang istri tercinta, tapi sayangnya daddy Alex lupa bahwa Claire, y
“Sudahlah, karena Claire tidak ingin berurusan denganku lebih baik aku kembali menikmati hidup. Semenjak kejadian itu aku belum sempat menginjakkan kaki lagi ke klub malam untuk bersenang-senang. Bodohnya lagi saking cemasnya dengan Claire, aku berhenti mengencani wanita lain. Lebih baik nanti malam aku ke klub dan mencari wanita untuk memuaskan diri. Tidak perlu memikirkan Claire lagi. Lagipula Claire tidak membutuhkan pertanggungjawabanku dan berniat mengurus semuanya sendiri. Jadi, lebih baik malam ini aku bersenang-senang!” putus Levin. Keputusan yang didasari rasa kesal saat mengingat penolakan Claire. Pria itu baru saja membuat keputusan saat pintu kamarnya diketuk dan suara Johan terdengar dari luar kamar. “Tuan, apa saya boleh masuk?” “Masuk saja. Pintunya tidak dikunci.” Johan masuk dua detik kemudian, menatap Levin dengan pandangan menyelidik. “Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?” “Bukankah seharusnya saya yang bertanya? Apa yang terjadi hingga anda segusar ini? A
Levin menggeleng panik saat mendengar saran Johan. “Mendatangi orangtuanya? Apa yang harus aku katakan? Bilang kalau aku telah memperkosa putrinya sampai hamil di luar nikah, begitukah? Mana ada orangtua yang mengizinkan putrinya menikah dengan pria yang tega memperkosanya?” “Yah, soal itu tinggal pintar-pintar anda saja dalam mengambil hati calon mertua. Yang pasti anda harus bertanggung jawab jika ada benih yang dihasilkan karena kejadian malam itu, jangan menjadi pria brengsek. Apa anda tega membiarkan anak anda dicap sebagai anak haram?” tanya Johan.Levin terdiam. Kehadiran Johan membuat kepalanya semakin berdenyut pusing. ‘Anak haram? Tentu saja tidak mau!’ batin Levin menjawab pertanyaan yang diajukan Johan dalam hati, enggan menyuarakannya atau pria di hadapannya akan membuat Levin semakin merasa bersalah dan melupakan tekadnya barusan. “Tapi Claire bukanlah wanita yang mudah dibujuk. Dia sangat keras kepala.”“Jika anda terus berusaha, saya yakin lama-lama nona Claire aka
Waktu cepat berlalu, sudah lebih dari sebulan semenjak kejadian malam itu dan selama itu pula Levin mencoba berbagai macam cara agar dapat melupakan Claire.Lagipula Claire pun sudah menolaknya mentah-mentah saat Levin ingin bertanggung jawab, jadi tidak salah kan kalau Levin ingin kembali menikmati hidupnya seperti dulu? Seperti saat dirinya belum bertemu dengan Claire. Seperti saat otaknya belum dipenuhi dengan nama Claire terus menerus. Levin masih muda, ada banyak hal yang harus dirinya nikmati sebelum terlambat dan yang paling penting, masih banyak wanita yang mengantri mendekatinya dan memohon untuk dipuaskan di atas ranjang! Masih banyak kesenangan yang belum pernah Levin lakukan dan selagi masih muda, dirinya harus mencicipi semua kesenangan duniawi kan? Levin tidak ingin menyesal dan inilah yang dirinya lakukan. Hampir setiap malam Levin berada di bar dan ditemani oleh para wanita yang datang silih berganti, sesuai jari telunjuknya mengarah, hanya untuk menyen
Levin menghela nafas pelan, meratapi kesenangannya yang harus ‘terenggut’ setelah dipertemukan kembali dengan Claire. Jujur, Levin bosan jika hanya menuntaskan hasratnya melalui oral para wanita jalang.Levin bosan jika tidak bisa menikmati permainan di atas ranjang yang membuat hatinya terasa semakin dingin dan hambar. Levin ingin merasakan kehangatan dari pusat inti tubuh wanita dengan penuh gairah.Levin ingin menikmati setiap permainan mereka, bukan hanya sekedar ‘tumpah’!Levin sadar kalau para wanita itu merindukan kehebatannya di atas ranjang.Rindu pada cumbuannya yang menuntut dan bisa membangkitkan gairah wanita sampai ke level tertinggi. Rindu pada hentakan juniornya yang kuat dan bertenaga jika sedang berpacu di atas ranjang seperti kuda yang sedang bertempur di arena balap dan tidak terkalahkan, bukan yang ogah-ogahan seperti orang tidak niat begini! Levin ingin mendengar para wanita itu merintih, mengerang, mendesah dan menjerit puas samb
Levin menatap frustasi pada juniornya yang kembali mengacung tegak. Begitu tegang dan keras hendak dipuaskan lagi. Percuma Levin membujuknya agar kembali tidur karena juniornya tidak menuruti ucapannya. Terpaksa Levin menuntaskannya dengan menggunakan tangannya sendiri, berusaha keras mengeluarkan lahar panasnya agar merasa puas, namun sudah hampir 20 menit Levin memainkannya dan belum ada tanda-tanda akan keluar. Terpaksa Levin kembali membayangkan Claire saat mereka melalui malam panas berdua. Menjadikan Claire sebagai objek fantasinya untuk mendapat kenikmatan. Gerakan tangan Levin semakin cepat hingga akhirnya pria itu menggeram puas dan cairannya langsung tumpah begitu banyak membasahi lantai kamar mandi sebelum akhirnya juniornya kembali lemas setelah puas. Levin meninju tembok di hadapannya dengan geram.‘Shittt! Hampir 20 menit bermain sendiri aku tidak bisa puas, tapi hanya dengan membayangkan Claire, tidak sampai 5 menit aku sudah bisa langsung tump
Levin gelisah. Antara hati nurani dan gairah berperang dalam dadanya. Tidak bisa dipungkiri, Levin adalah pria normal yang pasti tergoda saat melihat seorang gadis telanjang tepat di hadapannya, apalagi yang secantik Claire, sambil mengerang pula! Erangan yang mengundang Levin untuk melakukan hal terlarang itu. Erangan yang mengundang Levin untuk menyentuh Claire secepatnya. Erangan yang mengundang Levin agar segera menyatukan tubuh dengan Claire. Erangan yang mengundang Levin agar juniornya dan milik Claire bersatu dalam gairah.Erangan yang membuat Levin paham kalau Claire butuh pelampiasan untuk meredakan hasratnya akibat obat perangsang yang sudah masuk ke dalam tubuhnya. Tapi hati nuraninya menolak. Levin sadar kalau itu salah. Bukannya Levin takut pada dosa. Sama sekali tidak. Pria atheis sepertinya tidak peduli pada dosa, ingat saja tidak. Levin hanya tidak ingin jika saat sadar nanti mendapati Claire menangis histeris hanya karena ditiduri secara
Rasa cemburu menguasai hati Levin meski pria itu belum atau enggan menyadarinya. Dengan kalap Levin melarikan mobilnya secepat mungkin, berharap dengan begitu amarahnya bisa mereda meski rasanya mustahil karena bayangan akan kedekatan Claire dan Nick menempel erat dalam benaknya, seolah sedang mengejeknya, membuat Levin semakin geram! Hatinya kian panas! ‘Tidak bisa seperti ini. Aku harus bisa merebut Claire. Aku tidak suka melihat mereka sedekat itu! Aku harus bisa memisahkan mereka berdua. Tidak ada yang boleh sedekat itu dengan wanita yang aku inginkan!’ tekad Levin, mengabaikan kenyataan kalau Claire dan Nick sudah bersahabat sejak kecil dan mustahil untuk dipisahkan! Nick mungkin sudah bersahabat dengan Claire sejak lama, tapi Levin tidak akan mundur. Dirinya bukan seorang pengecut. Levin akan memperjuangkan wanita yang diinginkannya. Kali ini, Levin sudah meneguhkan hati untuk mengejar Claire. Tidak ada lagi keraguan di hatinya. Pertemuan tidak sengaja
Levin masih mengingat jelas ucapan beberapa kawan-kawannya yang menyukai Claire namun ditolak mentah-mentah, padahal sepenglihatan Levin, Claire adalah tipe yang supel alias mudah bergaul dengan orang lain, selalu bersikap ramah, tidak pernah memperlihatkan sifat sombong, tapi kenapa jika menyangkut dengan lawan jenis yang menyukainya, wanita itu akan langsung menolak dengan tegas? Apa karena belum menemukan pria yang tepat?Atau karena Claire memang tidak tertarik dengan pria? Apakah Claire alergi pria?Tapi rasanya tidak mungkin karena Claire bisa begitu dekat dengan Nick yang katanya adalah sahabatnya. Terlalu dekat malah! Mungkinkah Claire diam-diam menyukai Nick hingga selalu menolak setiap pria yang datang mendekatinya, termasuk Levin? Atau yang lebih parahnya lagi, mungkinkah Claire sudah berpacaran dengan Nick tanpa diketahui oleh siapapun? Hubungan cinta yang berkedok persahabatan? Melihat betapa dekatnya mereka berdua, rasanya kemungkinan itu bi
Di lain sisi, bukan hanya Levin yang memperhatikan interaksi antara Claire dan Nick dengan kesal, tapi ada orang lain juga, yaitu Mia. Awalnya, dirinya ingin bergabung, tapi melihat kedekatan Claire dan Nick, Mia memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Tidak ingin menjadi pihak ketiga yang diabaikan. Jujur, setiap kali mereka berkumpul bertiga, Mia selalu tersisihkan. Hanya dianggap sebagai obat nyamuk! Menyakitkan bukan?Memang, Claire selalu mengajaknya masuk ke dalam obrolan, tapi tidak dengan Nick yang selalu mengabaikan keberadaannya dan enggan mengajaknya berbincang.Mia bahkan merasa kalau Nick membencinya, entah karena apa. Tatapan mata pria itu seolah sedang menyelidikinya, selalu menatap curiga, takut Mia menyakiti Claire. Yah, meski tidak sepenuhnya salah karena Mia memang berniat mencelakakan Claire karena iri dengan segala hal yang ada di diri Claire hingga membuatnya dendam dan ingin menghancurkan wanita itu! Mia ingin agar Claire merasakan bagaimana r
Nick menggeleng, mengusir pikirannya yang sempat melantur karena mengagumi kesetiaan daddy Alex. Kesetiaan yang belum tentu bisa dilakukan oleh setiap pria. Nick tidak berkomentar lagi, tidak ingin membuat Claire semakin pusing. Matanya malah menatap heran pada sahabatnya yang hanya mengaduk makan siangnya tanpa minat dan tidak bersemangat, wajahnya pun terlihat lesu dan pucat. “Kamu kenapa, Claire? Aku lihat dari tadi kamu tampak lesu, tidak selera makan juga, malah sedikit pucat. Kamu sakit?” tanya Nick, nada suaranya sarat akan kecemasan. Claire terdiam. Sejak tadi pagi, Claire memang merasa kondisi tubuhnya kurang fit. Mungkin karena terlalu sering begadang. Jujur saja akhir-akhir ini Claire tidak bisa tidur dengan nyenyak. Hatinya terus merasa gelisah. Entah kenapa. Tapi Claire tidak ingin membuat Nick khawatir akan keadaannya. “Tidak, hanya memikirkan soal skripsi. Apa aku bisa melewati sidang dengan baik? Apa dosen pengujiku akan mencecarku dengan berbagai
Levin terus menghujam miliknya dengan begitu dalam agar menyatu erat dengan milik Claire dan kembali berteriak puas saat lagi-lagi meraih puncak kenikmatan dan menyemburkan benihnya tanpa ragu ke dalam rahim Claire, entah untuk yang keberapa kalinya. Levin pun sudah lupa saking nikmatnya. “Oh my God! Tubuhmu sungguh nikmat, Claire!” geram Levin sambil menenggelamkan juniornya ke dalam milik Claire, membiarkan lahar panasnya tumpah di dalam sana! Setelah tuntas, barulah Levin melepaskan penyatuan tubuh mereka dan berbaring telentang di samping tubuh Claire dengan nafas terengah akibat terlalu lama bekerja keras di atas ranjang. Terlalu lama mengeksplor tubuh molek Claire. Pria itu masih sibuk meresapi rasa nikmat yang didapatkannya dari tubuh Claire secara gratis! Ibarat kata, malam ini Levin seolah mendapatkan jackpot! Tidak dipungut bayaran, tapi bisa mencicipi tubuh Claire sepuasnya, masih virgin pula! Nikmat sekali hidupnya malam ini. Mungkin akhir-akhir ini Levin
“Holy shittt! Bagaimana bisa kamu masih perawan?!” teriak Levin frustasi saat menyadari kalau dirinya telah merenggut mahkota dari seorang gadis yang tidak sadar akan kelakuannya sendiri karena berada dibawah pengaruh obat perangsang. Meskipun dirinya seorang playboy dan sering meniduri banyak wanita, tapi Levin tidak pernah memperkosa gadis manapun. Mereka sepakat melakukannya karena suka sama suka, mau sama mau, ingin sama ingin, tanpa ada unsur keterpaksaan! Dan wanita yang ditidurinya selama ini tidak ada yang masih perawan. Semuanya adalah wanita bekas pakai yang sering melakukan hubungan seks dengan pria manapun! Berbeda dengan apa yang terjadi malam ini! Oh sialan! Sekarang harus bagaimana? Berhenti? Tidak mungkin! Juniornya sudah tegang begini masa iya berhenti? Kasihan, pasti si junior merasa sengsara! Apalagi gairah sudah menguasainya membuat Levin hilang akal dan memutuskan untuk tetap melanjutkan perbuatannya. Menutup mata dan telinga atas rintihan kesakit
Levin gelisah. Antara hati nurani dan gairah berperang dalam dadanya. Tidak bisa dipungkiri, Levin adalah pria normal yang pasti tergoda saat melihat seorang gadis telanjang tepat di hadapannya, apalagi yang secantik Claire, sambil mengerang pula! Erangan yang mengundang Levin untuk melakukan hal terlarang itu. Erangan yang mengundang Levin untuk menyentuh Claire secepatnya. Erangan yang mengundang Levin agar segera menyatukan tubuh dengan Claire. Erangan yang mengundang Levin agar juniornya dan milik Claire bersatu dalam gairah.Erangan yang membuat Levin paham kalau Claire butuh pelampiasan untuk meredakan hasratnya akibat obat perangsang yang sudah masuk ke dalam tubuhnya. Tapi hati nuraninya menolak. Levin sadar kalau itu salah. Bukannya Levin takut pada dosa. Sama sekali tidak. Pria atheis sepertinya tidak peduli pada dosa, ingat saja tidak. Levin hanya tidak ingin jika saat sadar nanti mendapati Claire menangis histeris hanya karena ditiduri secara
Levin menatap frustasi pada juniornya yang kembali mengacung tegak. Begitu tegang dan keras hendak dipuaskan lagi. Percuma Levin membujuknya agar kembali tidur karena juniornya tidak menuruti ucapannya. Terpaksa Levin menuntaskannya dengan menggunakan tangannya sendiri, berusaha keras mengeluarkan lahar panasnya agar merasa puas, namun sudah hampir 20 menit Levin memainkannya dan belum ada tanda-tanda akan keluar. Terpaksa Levin kembali membayangkan Claire saat mereka melalui malam panas berdua. Menjadikan Claire sebagai objek fantasinya untuk mendapat kenikmatan. Gerakan tangan Levin semakin cepat hingga akhirnya pria itu menggeram puas dan cairannya langsung tumpah begitu banyak membasahi lantai kamar mandi sebelum akhirnya juniornya kembali lemas setelah puas. Levin meninju tembok di hadapannya dengan geram.‘Shittt! Hampir 20 menit bermain sendiri aku tidak bisa puas, tapi hanya dengan membayangkan Claire, tidak sampai 5 menit aku sudah bisa langsung tump
Levin menghela nafas pelan, meratapi kesenangannya yang harus ‘terenggut’ setelah dipertemukan kembali dengan Claire. Jujur, Levin bosan jika hanya menuntaskan hasratnya melalui oral para wanita jalang.Levin bosan jika tidak bisa menikmati permainan di atas ranjang yang membuat hatinya terasa semakin dingin dan hambar. Levin ingin merasakan kehangatan dari pusat inti tubuh wanita dengan penuh gairah.Levin ingin menikmati setiap permainan mereka, bukan hanya sekedar ‘tumpah’!Levin sadar kalau para wanita itu merindukan kehebatannya di atas ranjang.Rindu pada cumbuannya yang menuntut dan bisa membangkitkan gairah wanita sampai ke level tertinggi. Rindu pada hentakan juniornya yang kuat dan bertenaga jika sedang berpacu di atas ranjang seperti kuda yang sedang bertempur di arena balap dan tidak terkalahkan, bukan yang ogah-ogahan seperti orang tidak niat begini! Levin ingin mendengar para wanita itu merintih, mengerang, mendesah dan menjerit puas samb