Pertanyaan Levin membuat Claire tersentak kaget, namun dengan cepat wanita itu menguasai dirinya dan menjawab ketus. Tidak ingin membuat Levin melihat kekacauan yang mendera hatinya hanya karena pertanyaan yang diajukan pria itu. “Jangan bicara sembarangan! Aku tidak akan hamil!” “Bagaimana kamu bisa begitu yakin? Kita melakukannya berulang kali, bahkan aku tidak pakai pengaman dan melepas benihku ke dalam rahim kamu, Claire!” Ucapan Levin membuat bulu kuduk Claire meremang. Rasa takut yang sempat dirasakannya beberapa waktu lalu kembali hadir. Padahal selama beberapa minggu terakhir Claire sudah berhasil mengenyahkannya, tapi ucapan Levin barusan membuat ketakutan Claire kembali muncul! Kurang ajar! Levin melepas cengkeramannya pada bahu Claire dan menyugar rambutnya dengan frustasi, berusaha menekan emosinya. Entah apa yang membuat Levin emosi seperti ini. Apakah benar hanya karena rasa bersalah? Atau karena Claire bersikap seolah yang mereka lewati malam itu tidaklah penting
Setelah rasa takutnya berangsur mereda, barulah Claire melangkah ke kantin, tempat dimana Nick menunggunya sambil makan dan bermain ponsel, mengabaikan sekitar. “Bagi donk!” serobot Claire tanpa rasa bersalah, mengambil alih sepiring batagor yang awalnya berada di hadapan Nick namun langsung disambar oleh Claire hingga beralih ke tangannya. Berganti pemilik dalam hitungan detik. “Kebiasaan deh! Main serobot aja. Kalau mau ya pesan sendiri donk. Lagian ini bukannya bagi, tapi ngerampok!” sungut Nick saat melihat batagornya sudah tandas tak bersisa dan beralih ke perut Claire, hanya tersisa bumbu kacangnya saja. “Ih, jadi cowok bawel banget sih? Pesan lagi aja, Nick. Sekalian aku juga mau 1 piring lagi,” pinta Claire membuat Nick terheran. “Yakin mau nambah? Biasanya kamu tidak suka dengan jajanan yang memakai bumbu kacang seperti siomay dan batagor, tapi kenapa sekarang jadi doyan?” selidik Nick, merasa heran dengan perubahan Claire yang mendadak. Bagaimana tidak heran kalau sa
Nick mendesah dalam hati. Jawaban Claire terdengar santai, namun di telinga Nick, ucapan itu terdengar seperti keluhan yang bernada sedih dan kesepian. Tidak heran kalau Nick hanya bisa menatap Claire dengan prihatin. Bersahabat sejak kecil membuat Nick tau pasti kalau hubungan Claire dengan daddy Alex cukup renggang, bahkan terlihat seperti orang asing yang tidak sengaja tinggal satu atap. Tidak terlihat seperti keluarga karena ada jarak yang memisahkan. Rumah besar yang mereka tinggali hanya ada Claire, daddy Alex, Susan yang adalah asisten rumah tangga yang sudah mengabdi sejak Claire baru lahir, dan security. Kepergian mommy Adele, mommy kandung Claire, karena kanker yang dideritanya membuat hubungan antara Claire dan daddy Alex merenggang tanpa sadar. Nick paham apa yang mendasari kerenggangan mereka, yaitu karena daddy Alex sengaja mencari kesibukan lain untuk bisa melupakan rasa sedihnya akibat kepergian sang istri tercinta, tapi sayangnya daddy Alex lupa bahwa Claire, y
“Sudahlah, karena Claire tidak ingin berurusan denganku lebih baik aku kembali menikmati hidup. Semenjak kejadian itu aku belum sempat menginjakkan kaki lagi ke klub malam untuk bersenang-senang. Bodohnya lagi saking cemasnya dengan Claire, aku berhenti mengencani wanita lain. Lebih baik nanti malam aku ke klub dan mencari wanita untuk memuaskan diri. Tidak perlu memikirkan Claire lagi. Lagipula Claire tidak membutuhkan pertanggungjawabanku dan berniat mengurus semuanya sendiri. Jadi, lebih baik malam ini aku bersenang-senang!” putus Levin. Keputusan yang didasari rasa kesal saat mengingat penolakan Claire. Pria itu baru saja membuat keputusan saat pintu kamarnya diketuk dan suara Johan terdengar dari luar kamar. “Tuan, apa saya boleh masuk?” “Masuk saja. Pintunya tidak dikunci.” Johan masuk dua detik kemudian, menatap Levin dengan pandangan menyelidik. “Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?” “Bukankah seharusnya saya yang bertanya? Apa yang terjadi hingga anda segusar ini? A
Levin menggeleng panik saat mendengar saran Johan. “Mendatangi orangtuanya? Apa yang harus aku katakan? Bilang kalau aku telah memperkosa putrinya sampai hamil di luar nikah, begitukah? Mana ada orangtua yang mengizinkan putrinya menikah dengan pria yang tega memperkosanya?” “Yah, soal itu tinggal pintar-pintar anda saja dalam mengambil hati calon mertua. Yang pasti anda harus bertanggung jawab jika ada benih yang dihasilkan karena kejadian malam itu, jangan menjadi pria brengsek. Apa anda tega membiarkan anak anda dicap sebagai anak haram?” tanya Johan.Levin terdiam. Kehadiran Johan membuat kepalanya semakin berdenyut pusing. ‘Anak haram? Tentu saja tidak mau!’ batin Levin menjawab pertanyaan yang diajukan Johan dalam hati, enggan menyuarakannya atau pria di hadapannya akan membuat Levin semakin merasa bersalah dan melupakan tekadnya barusan. “Tapi Claire bukanlah wanita yang mudah dibujuk. Dia sangat keras kepala.”“Jika anda terus berusaha, saya yakin lama-lama nona Claire aka
Waktu cepat berlalu, sudah lebih dari sebulan semenjak kejadian malam itu dan selama itu pula Levin mencoba berbagai macam cara agar dapat melupakan Claire.Lagipula Claire pun sudah menolaknya mentah-mentah saat Levin ingin bertanggung jawab, jadi tidak salah kan kalau Levin ingin kembali menikmati hidupnya seperti dulu? Seperti saat dirinya belum bertemu dengan Claire. Seperti saat otaknya belum dipenuhi dengan nama Claire terus menerus. Levin masih muda, ada banyak hal yang harus dirinya nikmati sebelum terlambat dan yang paling penting, masih banyak wanita yang mengantri mendekatinya dan memohon untuk dipuaskan di atas ranjang! Masih banyak kesenangan yang belum pernah Levin lakukan dan selagi masih muda, dirinya harus mencicipi semua kesenangan duniawi kan? Levin tidak ingin menyesal dan inilah yang dirinya lakukan. Hampir setiap malam Levin berada di bar dan ditemani oleh para wanita yang datang silih berganti, sesuai jari telunjuknya mengarah, hanya untuk menyen
Levin menghela nafas pelan, meratapi kesenangannya yang harus ‘terenggut’ setelah dipertemukan kembali dengan Claire. Jujur, Levin bosan jika hanya menuntaskan hasratnya melalui oral para wanita jalang.Levin bosan jika tidak bisa menikmati permainan di atas ranjang yang membuat hatinya terasa semakin dingin dan hambar. Levin ingin merasakan kehangatan dari pusat inti tubuh wanita dengan penuh gairah.Levin ingin menikmati setiap permainan mereka, bukan hanya sekedar ‘tumpah’!Levin sadar kalau para wanita itu merindukan kehebatannya di atas ranjang.Rindu pada cumbuannya yang menuntut dan bisa membangkitkan gairah wanita sampai ke level tertinggi. Rindu pada hentakan juniornya yang kuat dan bertenaga jika sedang berpacu di atas ranjang seperti kuda yang sedang bertempur di arena balap dan tidak terkalahkan, bukan yang ogah-ogahan seperti orang tidak niat begini! Levin ingin mendengar para wanita itu merintih, mengerang, mendesah dan menjerit puas samb
Levin menatap frustasi pada juniornya yang kembali mengacung tegak. Begitu tegang dan keras hendak dipuaskan lagi. Percuma Levin membujuknya agar kembali tidur karena juniornya tidak menuruti ucapannya. Terpaksa Levin menuntaskannya dengan menggunakan tangannya sendiri, berusaha keras mengeluarkan lahar panasnya agar merasa puas, namun sudah hampir 20 menit Levin memainkannya dan belum ada tanda-tanda akan keluar. Terpaksa Levin kembali membayangkan Claire saat mereka melalui malam panas berdua. Menjadikan Claire sebagai objek fantasinya untuk mendapat kenikmatan. Gerakan tangan Levin semakin cepat hingga akhirnya pria itu menggeram puas dan cairannya langsung tumpah begitu banyak membasahi lantai kamar mandi sebelum akhirnya juniornya kembali lemas setelah puas. Levin meninju tembok di hadapannya dengan geram.‘Shittt! Hampir 20 menit bermain sendiri aku tidak bisa puas, tapi hanya dengan membayangkan Claire, tidak sampai 5 menit aku sudah bisa langsung tump
Ciuman Levin terasa menuntut dan memabukkan membuat kedua tangan Claire otomatis bergerak naik melingkari leher Levin tanpa wanita itu sadari. Saat ini, Claire hanya mengikuti nalurinya sebagai seorang wanita yang butuh kepuasan! Tak bisa dipungkiri, bibirnya memang menolak, tapi tubuh Claire justru menginginkan hal yang sebaliknya. Oh, persetan dengan gairahnya yang tidak bisa dikendalikan!Persetan dengan yang namanya dosa, lagipula Claire sudah terlanjur hamil, membiarkan Levin kembali menidurinya tidak akan merugikan dirinya! Tidak akan mengubah kenyataan kalau dirinya memang sudah mengandung benih pria itu hingga berbadan dua! Dengan pemikiran itu, Claire akhirnya menyerah, tidak lagi menolak. Akal sehatnya sudah diambil alih oleh gairah sepenuhnya. Levin menampilkan senyum smirk saat Claire membalas ciumannya. Setelah yakin Claire tidak lagi berontak, Levin memperlambat tempo ciumannya, tidak ingin tergesa. Dirinya ingin menikmati ciuman kali ini denga
“What the hell?! Keluar dari kamarku, Brengsek!” maki Claire lepas kendali, lenyap sudah ketenangan yang sejak tadi dipertahankannya. “Tidak mau! Ini adalah satu-satunya tempat dimana kamu tidak akan melarikan diri dariku lagi, Claire!” “Aku tidak melarikan diri. Bukankah tadi sudah kukatakan kalau aku lelah dan ingin istirahat? Lagipula aku sudah menjawab pertanyaanmu, jadi kenapa kamu masih mendesakku?” elak Claire, tidak mengakui kalau dirinya enggan berlama-lama dengan Levin karena takut pria itu kembali melontarkan pertanyaan yang membuatnya stres. “Aku hanya ingin berbincang, tapi kamu tampak enggan dan malah mengusirku. Tidak bisakah kamu meluangkan sedikit waktu saja untukku? Selelah itukah kamu hingga tidak mau menemaniku berbincang sebentar saja?” Tidak. Sejujurnya Claire tidak terlalu lelah, hanya saja setiap ucapan atau pertanyaan yang keluar dari bibir Levin membuat Claire cemas. Menghantuinya dengan rasa was-was. Tidak heran kalau Claire lebih memi
Claire berdeham, tidak ingin terbawa perasaan hanya karena jawaban Levin. “Mungkin karena kamu merasa berdosa padaku.”“Ya, mungkin saja.”“Apa ada pertanyaan lain? Jika tidak, aku mau tidur!” “Kenapa kamu ingin cepat-cepat melarikan diri? Aku baru saja datang dan belum sempat berbincang denganmu,” keluh Levin. ‘Karena aku takut kamu menyadari kehamilanku!’ jawab Claire dalam hati. “Aku tidak melarikan diri, hanya saja aku merasa lelah setelah seharian pergi dengan Nick,” elak Claire, entah sengaja atau tidak. Levin mengepalkan tangan saat Claire menyebut nama Nick, seolah tidak enak jika tidak melibatkan Nick dalam perbincangan mereka. Padahal Levin sedang berusaha keras untuk tidak mengumpat saat mengetahui Claire pergi berduaan dengan pria itu! Oh, sepertinya Claire memang memiliki bakat alami untuk membuatnya kesal. Namun saat melihat raut wajah Claire yang tanpa dosa membuat Levin menyadari kalau wanita itu tidak berniat membuatnya ke
Malam harinya…Claire mendesah kesal saat telepon di kamarnya berbunyi dan security memberitahu tentang kedatangan Levin. Padahal Claire ingin istirahat karena tubuhnya terasa lelah setelah hampir seharian menemani Nick mencari kado untuk ulang tahun pernikahan orangtuanya, tapi Levin malah menghancurkan rencana Claire! Oh, ini semua pasti karena ucapan bodohnya yang mengiyakan permintaan Levin untuk berteman. Lihatlah apa yang terjadi sekarang? Tidak heran kalau Levin merasa bebas datang ke rumah ‘temannya’ kan? Damn! Ingin rasanya Claire mengusir Levin, tapi jika begitu dirinya akan terlihat seperti wanita yang tidak punya pendirian dan tidak bisa menepati ucapannya sendiri. Sedangkan Claire tidak suka dicap seperti itu. Meski enggan, Claire terpaksa menemui Levin. Claire turun dengan wajah memberengut kesal. Malam ini, meski hari minggu, daddy Alex harus pergi ke Singapura karena besok pagi ada meeting dengan salah satu rekan bisnisnya. Praktis, di rumah hanya
Claire menggenggam tangan daddy Alex sambil mengulas senyum tipis. “Ini memang sudah kehendak Tuhan, Dad. Yang penting daddy tidak pernah melupakan mommy. Mommy pasti merasa bahagia karena bisa menjadi pendamping hidup daddy meski dalam waktu yang terbilang singkat.”“Ya, kamu benar. Daddy pun merasa seperti itu. Kehadiran mommy kamu di dalam hidup daddy adalah hal yang paling membahagiakan untuk daddy.”Hening sejenak sebelum daddy Alex kembali bersuara. “Claire, daddy ingin minta maaf.”Claire mengangkat alis. Tidak paham kenapa daddy Alex meminta maaf padanya. Bukankah Claire yang membuat masalah? Tapi kenapa daddy Alex yang minta maaf?“Minta maaf mengenai apa, Dad? Seingatku daddy tidak memiliki kesalahan apapun padaku. Justru aku yang harus minta maaf karena telah membuat daddy kecewa.”Tapi anehnya, daddy Alex menggeleng.“Daddy berutang permintaan maaf pada kamu sejak lama. Saat mommy pergi meninggalkan kita, tidak seharusnya daddy sibuk ber
Claire memutar bola matanya dengan malas saat Nick tidak berhenti mengomel. Benarkan ucapannya semalam? Nick sangat protektif dan suka bersikap menyebalkan, inilah salah satu contoh nyatanya. Padahal hanya perkara ponsel tidak aktif, apalagi jika pria itu tau tentang kehamilan Claire? Nick pasti langsung ceramah tanpa jeda! Atau yang lebih parahnya lagi, misalkan Nick tau pria yang menghamili Claire adalah Levin, habis sudah riwayat Levin, dan juga riwayat Claire pastinya! Bisa terjadi perang ketiga tanpa peringatan! “Iyaaaaa, udah sih jangan marah-marah terus. Cepat tua lho! Lagipula ini masih pagi, tolong jangan mulai ceramah!” sungut Claire. “Aku khawatir, Claire! Aku pikir kamu lagi clubbing dan terkapar lagi entah dimana,” sindir Nick membuat Claire meringis, sadar kalau pria itu sedang menyindirnya yang pernah sekamar berduaan dengan Levin meski tanpa sadar.Oh, Nick tidak tau kalau Claire tidak akan clubbing lagi. Apa jadinya kalau dirinya masih minum alko
Daddy Alex mengangkat alis saat mendengar permintaan Claire. “Nick juga tidak tau tentang kehamilan kamu? Bagaimana mungkin kamu menutupinya dari Nick yang adalah sahabat terdekatmu?”“Mungkin saja, Dad. Karena sampai detik ini hanya daddy yang tau dan aku juga tidak ingin orang lain tau mengenai kehamilanku, termasuk Nick.”“Daddy paham jika kamu tidak ingin orang lain tau mengenai kehamilanmu, tapi harusnya dengan Nick tidak masalah kan?” tanya daddy Alex, masih belum memahami jalan pikiran putri kandungnya. “Justru jika Nick tau mengenai kehamilanku, itu akan menjadi masalah besar, Dad. Daddy tau sendiri kalau Nick jauh lebih protektif daripada daddy. Selain protektif, Nick juga suka bertindak menyebalkan, dia pasti akan mengomeliku dan menceramahiku habis-habisan. Padahal daddy saja tidak melakukannya,” sungut Claire membuat daddy Alex terkekeh pelan. Tidak bisa memungkiri kebenaran dari ucapan putrinya. Ya, bagaimanapun juga daddy Alex melihat Nick tumbuh
Daddy Alex mengusap wajahnya yang terlihat semakin tua setelah mendengar pengakuan Claire. Pria paruh baya itu menghela nafas berat. “Jujur, daddy sangat kecewa dengan kamu. Selama ini daddy tidak pernah melarang kamu untuk melakukan apapun yang kamu suka, tapi daddy sudah berulang kali mengingatkan kamu agar tidak melewati batas, tapi malah akhirnya terjadi hal seperti ini. Namun di sisi lain, daddy menghargai kejujuran kamu. Mengakui hal sebesar ini pasti bukan hal yang mudah untuk kamu.” “Maaf, Dad.”“Tapi daddy juga merasa bangga karena kamu berani bertanggung jawab atas kesalahan yang telah kamu lakukan, meski tanpa sengaja. Kamu sudah dewasa dan sudah bisa menentukan jalan hidupmu sendiri, jadi jika kamu merasa Melbourne adalah negara yang tepat untuk ditinggali, daddy tidak akan melarang kamu. Daddy akan mendukung apapun keputusan kamu, asalkan kamu yakin kalau itu memang yang terbaik untukmu dan si kecil.”Claire menatap daddy Alex dengan mata berkaca-kaca.
Lagi, daddy Alex mendesah berat. Melihat kekecewaan yang terpancar dari wajah sang daddy membuat rasa bersalah yang menyerbu hati Claire kian meningkat. Selama ini Claire bertekad untuk tidak mengecewakan orangtuanya, tapi lihatlah kini apa yang dirinya lakukan terhadap daddy Alex? Claire bukan hanya mengecewakan daddy Alex, tapi juga membuatnya malu dengan hamil di luar nikah, tanpa tau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya, setidaknya itulah yang Claire akui pada daddy Alex. “Apa kamu tidak berniat mengugurkan bayi itu?”“Tentu saja tidak, Dad! Bayi ini tidak berdosa, jadi aku tidak akan pernah membunuhnya. Apalagi meski bayi ini hadir karena kecerobohanku, tapi dia tetap darah dagingku, Dad!” sergah Claire, cukup kaget dengan pertanyaan daddy Alex.Tak urung hal itu membuat hati Claire bergetar takut. Takut daddy Alex memaksanya untuk melakukan aborsi, hal yang tidak mungkin Claire lakukan. Cukup sekali dirinya melakukan kesalahan, Claire tidak ingin melak