Lagi, daddy Alex mendesah berat. Melihat kekecewaan yang terpancar dari wajah sang daddy membuat rasa bersalah yang menyerbu hati Claire kian meningkat.
Selama ini Claire bertekad untuk tidak mengecewakan orangtuanya, tapi lihatlah kini apa yang dirinya lakukan terhadap daddy Alex? Claire bukan hanya mengecewakan daddy Alex, tapi juga membuatnya malu dengan hamil di luar nikah, tanpa tau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya, setidaknya itulah yang Claire akui pada daddy Alex.“Apa kamu tidak berniat mengugurkan bayi itu?”“Tentu saja tidak, Dad! Bayi ini tidak berdosa, jadi aku tidak akan pernah membunuhnya. Apalagi meski bayi ini hadir karena kecerobohanku, tapi dia tetap darah dagingku, Dad!” sergah Claire, cukup kaget dengan pertanyaan daddy Alex.Tak urung hal itu membuat hati Claire bergetar takut. Takut daddy Alex memaksanya untuk melakukan aborsi, hal yang tidak mungkin Claire lakukan.Cukup sekali dirinya melakukan kesalahan, Claire tidak ingin melakDaddy Alex mengusap wajahnya yang terlihat semakin tua setelah mendengar pengakuan Claire. Pria paruh baya itu menghela nafas berat. “Jujur, daddy sangat kecewa dengan kamu. Selama ini daddy tidak pernah melarang kamu untuk melakukan apapun yang kamu suka, tapi daddy sudah berulang kali mengingatkan kamu agar tidak melewati batas, tapi malah akhirnya terjadi hal seperti ini. Namun di sisi lain, daddy menghargai kejujuran kamu. Mengakui hal sebesar ini pasti bukan hal yang mudah untuk kamu.” “Maaf, Dad.”“Tapi daddy juga merasa bangga karena kamu berani bertanggung jawab atas kesalahan yang telah kamu lakukan, meski tanpa sengaja. Kamu sudah dewasa dan sudah bisa menentukan jalan hidupmu sendiri, jadi jika kamu merasa Melbourne adalah negara yang tepat untuk ditinggali, daddy tidak akan melarang kamu. Daddy akan mendukung apapun keputusan kamu, asalkan kamu yakin kalau itu memang yang terbaik untukmu dan si kecil.”Claire menatap daddy Alex dengan mata berkaca-kaca.
Daddy Alex mengangkat alis saat mendengar permintaan Claire. “Nick juga tidak tau tentang kehamilan kamu? Bagaimana mungkin kamu menutupinya dari Nick yang adalah sahabat terdekatmu?”“Mungkin saja, Dad. Karena sampai detik ini hanya daddy yang tau dan aku juga tidak ingin orang lain tau mengenai kehamilanku, termasuk Nick.”“Daddy paham jika kamu tidak ingin orang lain tau mengenai kehamilanmu, tapi harusnya dengan Nick tidak masalah kan?” tanya daddy Alex, masih belum memahami jalan pikiran putri kandungnya. “Justru jika Nick tau mengenai kehamilanku, itu akan menjadi masalah besar, Dad. Daddy tau sendiri kalau Nick jauh lebih protektif daripada daddy. Selain protektif, Nick juga suka bertindak menyebalkan, dia pasti akan mengomeliku dan menceramahiku habis-habisan. Padahal daddy saja tidak melakukannya,” sungut Claire membuat daddy Alex terkekeh pelan. Tidak bisa memungkiri kebenaran dari ucapan putrinya. Ya, bagaimanapun juga daddy Alex melihat Nick tumbuh
Claire memutar bola matanya dengan malas saat Nick tidak berhenti mengomel. Benarkan ucapannya semalam? Nick sangat protektif dan suka bersikap menyebalkan, inilah salah satu contoh nyatanya. Padahal hanya perkara ponsel tidak aktif, apalagi jika pria itu tau tentang kehamilan Claire? Nick pasti langsung ceramah tanpa jeda! Atau yang lebih parahnya lagi, misalkan Nick tau pria yang menghamili Claire adalah Levin, habis sudah riwayat Levin, dan juga riwayat Claire pastinya! Bisa terjadi perang ketiga tanpa peringatan! “Iyaaaaa, udah sih jangan marah-marah terus. Cepat tua lho! Lagipula ini masih pagi, tolong jangan mulai ceramah!” sungut Claire. “Aku khawatir, Claire! Aku pikir kamu lagi clubbing dan terkapar lagi entah dimana,” sindir Nick membuat Claire meringis, sadar kalau pria itu sedang menyindirnya yang pernah sekamar berduaan dengan Levin meski tanpa sadar.Oh, Nick tidak tau kalau Claire tidak akan clubbing lagi. Apa jadinya kalau dirinya masih minum alko
Claire menggenggam tangan daddy Alex sambil mengulas senyum tipis. “Ini memang sudah kehendak Tuhan, Dad. Yang penting daddy tidak pernah melupakan mommy. Mommy pasti merasa bahagia karena bisa menjadi pendamping hidup daddy meski dalam waktu yang terbilang singkat.”“Ya, kamu benar. Daddy pun merasa seperti itu. Kehadiran mommy kamu di dalam hidup daddy adalah hal yang paling membahagiakan untuk daddy.”Hening sejenak sebelum daddy Alex kembali bersuara. “Claire, daddy ingin minta maaf.”Claire mengangkat alis. Tidak paham kenapa daddy Alex meminta maaf padanya. Bukankah Claire yang membuat masalah? Tapi kenapa daddy Alex yang minta maaf?“Minta maaf mengenai apa, Dad? Seingatku daddy tidak memiliki kesalahan apapun padaku. Justru aku yang harus minta maaf karena telah membuat daddy kecewa.”Tapi anehnya, daddy Alex menggeleng.“Daddy berutang permintaan maaf pada kamu sejak lama. Saat mommy pergi meninggalkan kita, tidak seharusnya daddy sibuk ber
Malam harinya…Claire mendesah kesal saat telepon di kamarnya berbunyi dan security memberitahu tentang kedatangan Levin. Padahal Claire ingin istirahat karena tubuhnya terasa lelah setelah hampir seharian menemani Nick mencari kado untuk ulang tahun pernikahan orangtuanya, tapi Levin malah menghancurkan rencana Claire! Oh, ini semua pasti karena ucapan bodohnya yang mengiyakan permintaan Levin untuk berteman. Lihatlah apa yang terjadi sekarang? Tidak heran kalau Levin merasa bebas datang ke rumah ‘temannya’ kan? Damn! Ingin rasanya Claire mengusir Levin, tapi jika begitu dirinya akan terlihat seperti wanita yang tidak punya pendirian dan tidak bisa menepati ucapannya sendiri. Sedangkan Claire tidak suka dicap seperti itu. Meski enggan, Claire terpaksa menemui Levin. Claire turun dengan wajah memberengut kesal. Malam ini, meski hari minggu, daddy Alex harus pergi ke Singapura karena besok pagi ada meeting dengan salah satu rekan bisnisnya. Praktis, di rumah hanya
Malam telah larut, namun ada satu tempat yang justru semakin riuh saat malam semakin pekat. Tempat itu bernama bar. Hingar bingar musik terdengar memekakkan telinga, musik berdentum kencang di salah satu bar yang berada di hotel bintang lima – Bali, tempat dimana para anak muda semangat bergoyang untuk melepas penat. Musik beat yang menghentak membuat sekumpulan anak muda itu semakin bersemangat untuk mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh DJ professional. Namun meski begitu, tidak semua anak muda turun ke area dance floor. Levin, salah satunya, pria tampan yang masih berusia belia itu hanya asyik menikmati musik sambil menikmati alkohol yang tersedia di hadapannya. Sesekali kepalanya bergoyang mengikuti alunan musik yang ada. Tubuhnya bersandar nyaman pada sofa empuk yang ditempatinya sejak tadi, tentu saja dengan ditemani wanita yang bergelayut manja di lengannya. Bagi Levin, wanita, alkohol dan bar adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal yang membuatnya senang dan bisa m
Levin mengernyitkan kening, mencoba memfokuskan pandangan pada gadis yang sudah dikerumuni oleh banyak pria bagaikan gula dikerumuni semut. Tampak jelas kalau para pria itu tidak sabar ingin segera membawa gadis itu masuk ke ruangan tertutup untuk melampiaskan segala hal yang ada di dalam pikiran kotor mereka. Pikiran yang ada di benak setiap pria jika melihat wanita seksi, cantik dan menggoda di dekat mereka yaitu keinginan primitive agar dapat memiliki wanita tersebut meski hanya satu malam. Tentu saja arti memiliki disini hanya ingin menikmati tubuh sang wanita tanpa ada niat untuk bertanggung jawab. Hanya bersenang-senang semata. ‘Sepertinya aku mengenal gadis itu. Wajahnya terlihat familiar. Apakah aku pernah bertemu dengannya sebelum ini? Tapi bertemu dimana? Atau hanya sekedar mirip? Atau aku yang salah ingat atau salah lihat?’ batin Levin penasaran. Ditambah lagi dengan keterbatasan jarak dan cahaya membuat Levin harus berusaha keras agar bisa melihat wajah sang gadis deng
Claire berusaha tenang, tidak ingin kegelisahannya terlihat jelas. Tidak ingin orang lain tau kalau tubuhnya sedang bereaksi aneh akan hal yang belum pernah dilakukannya. Bahaya. Claire tidak ingin dimanfaatkan, apalagi di tempat seperti ini. Tempat dimana banyak pria brengsek yang berkeliaran di sekelilingnya. Pria yang akan dengan senang hati memanfaatkan kondisi tubuhnya yang menggila. Yang harus dirinya lakukan sekarang adalah melarikan diri secepatnya sebelum tubuhnya semakin lepas kendali. Melarikan diri sebelum Claire melakukan hal gila yang akan disesalinya. “Aku ingin ke toilet!” ucap Claire yang dijawab anggukan sahabatnya. Dengan tubuh sempoyongan gadis itu beranjak menuju toilet. Reaksi tubuhnya semakin tidak bisa dikendalikan dan mengkhawatirkan. Claire menyadari kalau tubuhnya sekarang oversensitive, sentuhan tidak sengaja pun bisa membuat gairahnya semakin meronta, menuntut untuk dipuaskan! Gawat! Padahal jika ingin ke toilet dirinya harus melewati area dance f
Malam harinya…Claire mendesah kesal saat telepon di kamarnya berbunyi dan security memberitahu tentang kedatangan Levin. Padahal Claire ingin istirahat karena tubuhnya terasa lelah setelah hampir seharian menemani Nick mencari kado untuk ulang tahun pernikahan orangtuanya, tapi Levin malah menghancurkan rencana Claire! Oh, ini semua pasti karena ucapan bodohnya yang mengiyakan permintaan Levin untuk berteman. Lihatlah apa yang terjadi sekarang? Tidak heran kalau Levin merasa bebas datang ke rumah ‘temannya’ kan? Damn! Ingin rasanya Claire mengusir Levin, tapi jika begitu dirinya akan terlihat seperti wanita yang tidak punya pendirian dan tidak bisa menepati ucapannya sendiri. Sedangkan Claire tidak suka dicap seperti itu. Meski enggan, Claire terpaksa menemui Levin. Claire turun dengan wajah memberengut kesal. Malam ini, meski hari minggu, daddy Alex harus pergi ke Singapura karena besok pagi ada meeting dengan salah satu rekan bisnisnya. Praktis, di rumah hanya
Claire menggenggam tangan daddy Alex sambil mengulas senyum tipis. “Ini memang sudah kehendak Tuhan, Dad. Yang penting daddy tidak pernah melupakan mommy. Mommy pasti merasa bahagia karena bisa menjadi pendamping hidup daddy meski dalam waktu yang terbilang singkat.”“Ya, kamu benar. Daddy pun merasa seperti itu. Kehadiran mommy kamu di dalam hidup daddy adalah hal yang paling membahagiakan untuk daddy.”Hening sejenak sebelum daddy Alex kembali bersuara. “Claire, daddy ingin minta maaf.”Claire mengangkat alis. Tidak paham kenapa daddy Alex meminta maaf padanya. Bukankah Claire yang membuat masalah? Tapi kenapa daddy Alex yang minta maaf?“Minta maaf mengenai apa, Dad? Seingatku daddy tidak memiliki kesalahan apapun padaku. Justru aku yang harus minta maaf karena telah membuat daddy kecewa.”Tapi anehnya, daddy Alex menggeleng.“Daddy berutang permintaan maaf pada kamu sejak lama. Saat mommy pergi meninggalkan kita, tidak seharusnya daddy sibuk ber
Claire memutar bola matanya dengan malas saat Nick tidak berhenti mengomel. Benarkan ucapannya semalam? Nick sangat protektif dan suka bersikap menyebalkan, inilah salah satu contoh nyatanya. Padahal hanya perkara ponsel tidak aktif, apalagi jika pria itu tau tentang kehamilan Claire? Nick pasti langsung ceramah tanpa jeda! Atau yang lebih parahnya lagi, misalkan Nick tau pria yang menghamili Claire adalah Levin, habis sudah riwayat Levin, dan juga riwayat Claire pastinya! Bisa terjadi perang ketiga tanpa peringatan! “Iyaaaaa, udah sih jangan marah-marah terus. Cepat tua lho! Lagipula ini masih pagi, tolong jangan mulai ceramah!” sungut Claire. “Aku khawatir, Claire! Aku pikir kamu lagi clubbing dan terkapar lagi entah dimana,” sindir Nick membuat Claire meringis, sadar kalau pria itu sedang menyindirnya yang pernah sekamar berduaan dengan Levin meski tanpa sadar.Oh, Nick tidak tau kalau Claire tidak akan clubbing lagi. Apa jadinya kalau dirinya masih minum alko
Daddy Alex mengangkat alis saat mendengar permintaan Claire. “Nick juga tidak tau tentang kehamilan kamu? Bagaimana mungkin kamu menutupinya dari Nick yang adalah sahabat terdekatmu?”“Mungkin saja, Dad. Karena sampai detik ini hanya daddy yang tau dan aku juga tidak ingin orang lain tau mengenai kehamilanku, termasuk Nick.”“Daddy paham jika kamu tidak ingin orang lain tau mengenai kehamilanmu, tapi harusnya dengan Nick tidak masalah kan?” tanya daddy Alex, masih belum memahami jalan pikiran putri kandungnya. “Justru jika Nick tau mengenai kehamilanku, itu akan menjadi masalah besar, Dad. Daddy tau sendiri kalau Nick jauh lebih protektif daripada daddy. Selain protektif, Nick juga suka bertindak menyebalkan, dia pasti akan mengomeliku dan menceramahiku habis-habisan. Padahal daddy saja tidak melakukannya,” sungut Claire membuat daddy Alex terkekeh pelan. Tidak bisa memungkiri kebenaran dari ucapan putrinya. Ya, bagaimanapun juga daddy Alex melihat Nick tumbuh
Daddy Alex mengusap wajahnya yang terlihat semakin tua setelah mendengar pengakuan Claire. Pria paruh baya itu menghela nafas berat. “Jujur, daddy sangat kecewa dengan kamu. Selama ini daddy tidak pernah melarang kamu untuk melakukan apapun yang kamu suka, tapi daddy sudah berulang kali mengingatkan kamu agar tidak melewati batas, tapi malah akhirnya terjadi hal seperti ini. Namun di sisi lain, daddy menghargai kejujuran kamu. Mengakui hal sebesar ini pasti bukan hal yang mudah untuk kamu.” “Maaf, Dad.”“Tapi daddy juga merasa bangga karena kamu berani bertanggung jawab atas kesalahan yang telah kamu lakukan, meski tanpa sengaja. Kamu sudah dewasa dan sudah bisa menentukan jalan hidupmu sendiri, jadi jika kamu merasa Melbourne adalah negara yang tepat untuk ditinggali, daddy tidak akan melarang kamu. Daddy akan mendukung apapun keputusan kamu, asalkan kamu yakin kalau itu memang yang terbaik untukmu dan si kecil.”Claire menatap daddy Alex dengan mata berkaca-kaca.
Lagi, daddy Alex mendesah berat. Melihat kekecewaan yang terpancar dari wajah sang daddy membuat rasa bersalah yang menyerbu hati Claire kian meningkat. Selama ini Claire bertekad untuk tidak mengecewakan orangtuanya, tapi lihatlah kini apa yang dirinya lakukan terhadap daddy Alex? Claire bukan hanya mengecewakan daddy Alex, tapi juga membuatnya malu dengan hamil di luar nikah, tanpa tau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya, setidaknya itulah yang Claire akui pada daddy Alex. “Apa kamu tidak berniat mengugurkan bayi itu?”“Tentu saja tidak, Dad! Bayi ini tidak berdosa, jadi aku tidak akan pernah membunuhnya. Apalagi meski bayi ini hadir karena kecerobohanku, tapi dia tetap darah dagingku, Dad!” sergah Claire, cukup kaget dengan pertanyaan daddy Alex.Tak urung hal itu membuat hati Claire bergetar takut. Takut daddy Alex memaksanya untuk melakukan aborsi, hal yang tidak mungkin Claire lakukan. Cukup sekali dirinya melakukan kesalahan, Claire tidak ingin melak
Keesokan harinya…Telapak tangan Claire saling bertaut. Hal yang selalu dilakukannya saat rasa gelisah melanda hatinya. Ini adalah hari pengakuan, wajar jika jantungnya berdebar kencang.Saking gelisahnya, suara ketukan pelan pun terdengar bagaikan bom di telinga Claire hingga wanita itu terlonjak kaget. “Nona, tuan besar sedang menunggu anda di ruang makan agar bisa makan malam bersama,” panggil Susan lembut. Oke, inilah saatnya. Tidak ada lagi kata mundur. Setiap weekend, daddy Alex memang lebih sering berada di rumah, kecuali jika ada urusan di luar kota atau luar negeri. Sedangkan hari-hari biasa dari Senin sampai Jumat, Claire malah tidak tau daddy Alex pulang ke rumah jam berapa saking sibuknya, maka dari itu Claire memilih weekend untuk mengaku dosa. Saat dimana daddy Alex bisa bersantai di rumah. “Oke. Sebentar lagi aku turun ke ruang makan.”Susan berlalu pergi, meninggalkan Claire yang sibuk menyiapkan hati. Wanita itu menghembuskan nafas panjang
Claire menelan saliva dengan gugup saat mendengar ucapan sang dokter. Tidak heran kalau suaranya sedikit terbata saat menjawab,“Ba… baik, Dok.”“Untuk point terakhir biasanya cukup sulit dilakukan karena suami anda belum terbiasa saat harus ‘puasa’ dadakan, ditambah lagi umumnya gairah ibu hamil bisa melonjak naik karena pengaruh hormon,” lanjut Rena, tidak memahami rasa canggung yang Claire rasakan. Atau bukan tidak paham tapi tidak peduli? Entahlah, yang pasti Claire hanya diam mendengar ucapan dokter yang membuat wajahnya memerah. Meski itu adalah hal yang wajar mengingat dokter kandungannya tidak mengetahui tentang kondisi Claire yang sebenarnya dengan pria yang menanam benih dirahimnya.“Baik, Dok.”Claire keluar dari ruangan, bergegas menebus resep yang ditulis dan pulang ke rumah.Usai makan malam, Claire merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sibuk memandangi foto bayinya, yang baru terlihat seperti seukuran kacang, tapi dirinya tetap merasa takjub de
Claire mendorong piringnya menjauh, meski hanya lima suapan, tapi setidaknya sudah ada makanan yang masuk ke dalam perutnya. Itu lebih baik daripada kosong sama sekali. Wanita itu menoleh ke arah Susan yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa sekotak sandwich, bekal yang selalu Claire bawa ke kantor karena perutnya selalu meronta kelaparan meski belum waktunya jam makan siang akibat si kecil. “Thank you, Susan,” ucap Claire dan bergegas ke kantor sebelum terlambat.Sore hari di RS Permata Bunda…Claire meremas kedua tangannya dengan gelisah. Sekarang dirinya sedang menunggu antrian untuk menemui dokter kandungan. Heran, waktu sudah sore, tapi kenapa antriannya masih cukup panjang? Apakah dokter yang ditemuinya ini memang bagus?Sejujurnya, Claire tidak tau menau tentang dokter kandungan sama sekali. Dirinya hanya mencari rumah sakit yang cukup jauh dari kantor maupun rumahnya agar kemungkinan untuk bertemu dengan orang yang dikenalnya semakin menipis. Namun ha