“Aku tau ini perbuatan mu! kau sudah lama ingin menyingkirkan ku dari keluarga ini kan? kau bahkan bercinta bersama Paul kekasih sekaligus calon tunangan Adikmu sendiri.” Laysa berbicara dengan nada sarkas dan emosi tercetak kuat tangan nya terkepal kuat.
Semua pandangan yang awalnya menjadi menuntut pertanyaan dan jawaban dari Laysa menjadi binggung bahkan Peter sebagai kepala keluarga pun menatap Layla dengan pandangan bertanya, Carren menatap Laysa lagi.“Apa maksudmu Laysa? Siapa yang bercinta dengan siapa?” Carren bertanya dengan menyipitkan mata menjadi bingung mengenai ucapan Laysa.“Aku tidak mungkin setega itu kepada adik ku sendiri.” bela Layla.“Mereka berdua! Mom, Dad, mereka berdua selingkuh dan menjalin hubungan di belakangku.” Laysa menunjuk kearah Paul dan juga Layla secara bergantian dengan wajah yang sudah menangis, merasa sakit hati dan kecewa karena dihianati dan di selingkuhi oleh dua orang yang paling Laysa yakin tidak mungkin setega itu.Paul yang merasakan situasi semakin terpojok bagi Layla dan juga dirinya ikut bergabung untuk berbicara membela Layla.“Aku tahu sejak awal kamu tidak ingin jika aku menjadi manager utama bagi Layla, tapi tidak sepantasnya kau menuduh kami berdua melakukan hal seperti itu tanpa bukti yang pasti.” Paul langsung ikut berbicara menatap Laysa dengan tajam dan menenangkan Layla.“Kau bahkan berani berbohong dihadapan kedua orangtuaku?” kepala Laysa menggeleng tak percaya dengan tingkah Paul ikut memojokkan dirinya, sejak awal Paul adalah anak yang baik mereka saling mengenal satu sama lain dan kini kenapa semua orang berubah secepat ini.“Aku mengerti mungkin masalah ini sungguh membuat adik Laysa menjadi binggung dan tidak ingin terpojok sendirian sehingga menyeretku juga untuk ikut terlibat, tapi adik jangan biarkan nafsu sesaatmu merusak martabat keluarga kita, bagaimana kalau rekan bisnis Daddy mengetahui kelakuanmu ini?” setelah mengatur intonasi dengan baik seolah tidak terjadi apapun kini Layla kembali berbicara.“Laysa. Daddy akan memberikan kamu satu kesempatan untuk menjelaskan ini semua.” Petter menatap anak keduanya dengan tegas.“TIDAK! Aku tidak pernah melakukan hal itu, pasti Layla yang sudah memanipulasi itu semua untuk menutupi bukti perselingkuhan dia dan juga Paul! Mommy, Daddy percaya kepada Laysa oke.” Laysa berusaha meraih lengan kemeja ayahnya dan memohon untuk mendapatkan kepercayaan dari sang ayah.“Berhenti melemparkan masalah kepada kakak mu! jelas- jelas itu sudah tampak kalau perempuan yang di foto itu adalah kamu! dan kini kamu malah menyalahkan Layla kakak mu sendiri untuk menjebak mu dengan tindakan tidak bermoral seperti itu, dan kamu pasti sudah tahu kan, kamu bisa saja menghancurkan bisnis keluarga kita! kamu sudah membuat kami malu Laysa! Kamu sudah tidur dengan berapa banyak pria di pesta itu?!” Carren bertanya dengan membabi buta membuat Laysa terdiam dirinya benar - benar tidak menyangka kalau ibunya akan memukulnya dengan pertanyaan seperti ini.“Mommy sudah jangan marahi adik lagi, tidak apa- apa Layla faham kenapa adik Laysa bisa semarah itu kepada Layla apa lagi ini semua pasti bukan hal yang mudah dan di alami oleh adik.” Layla yang kini sudah angkat bicara dan membuat Laysa menatap tak percaya sekaligus muak.“Wajah polosmu itu, membuat aku muak mau sampai kapan kau bertingkah menjijikan seperti ini! puas sudah memfitnah ku kakak?!” Laysa menatap tak percaya berusaha membendung rasa sakit dan ingin menangis di wajahnya dirinya benar benar tak sanggup untuk berada di ruangan ini lagi.Baru saja Laysa berhenti di sana dan hendak meminta keadilan akan apa yang telah di tudukan kepadanya di karenakan perbuatan Layla dani Paul kekasih sekaligus calon tunangan nya tercinta pun kini semua orang menyalahkan dia dan menatap dirinya dengan pandangan menghakimi.“Renungkan kesalahan mu Laysa, 1 minggu lagi adalah hari kelulusanmu di Harvard University dan kamu harus fokus untuk mempersiapkan hari kelulusan mu, setelah itu Daddy akan mengirimu untuk pergi ke Desa dan belajar untuk memperbaiki semua kesalahan mu di sana.”Keputusan Petter pada akhirnya membuat semua orang terdiam, baru kali ini dia mengambil keputusan untuk mengasingkan anaknya sendiri Carren yang sejak awal berniat untuk langsung memberikan keringanan menoleh kaget dengan keputusan suaminya tetapi dia tidak dapat bertindak dan mengerti tujuan utama suaminya bertindak itu untuk meredam skandal yang telah menyebar sebelum akhirnya di keluarkan bantahan apalagi mereka akan menjalin hubungan kerjasama dengan keluarga Goodrell.Layla yang mendengar ucapan itu berusaha menahan senyuman puas dari wajahnya setidaknya untuk saat ini adiknya Laysa pergi dari hadapan wajahnya dulu walaupun hanya sementara, dan Paul berhasil menjadi miliknya, Laysa menatap Petter dengan pandangan kecewa bukan karena hukuman yang di berikan melainkan tuduhan yang telah di layangkan kepada dirinya dan tidak ada satupun yang berdiri untuk membelanya sungguh membuat dia kecewa dan pergi meninggalkan ruangan kembali kekamar tanpa berniat untuk menahan diri lagi.“LAYSA! kembali kesini mau kemana kamu?!” teriakan Carren mengemah tetapi tak di hiraukan oleh Laysa dirinya masih berusaha untuk pergi dengan perasaan sedih sekaligus sakit hati.Di lain tempat dan negara yang sama Dylan yang kini sudah dikabarkan untuk menjalankan pertunangan nya bersama model terkenal dari Amerika kini memang kebetulan ada di negara Amerika dan menjalankan salah satu anak cabang perusahaan milik keluarganya jadi dia dengan mudah dapat menghubungi kekasih nya.Tapi sepertinya berbeda dengan suasana yang seharusnya bahagia dan senang karena dia akan menghabiskan waktu bersama kekasih serta calon tunangan nya ini malah menunjukan ekpresi marah sekaligus suram.“Panggilkan dia ke sini!” perintah Dylan dengan suara yang berusaha dia rendam amarah untuk memanggilkan Berlyn calon tunagan nya untuk menemui dirinya.“Sayang, kenapa kau tidak bilang kalau kau sudah di sini, harusnya kau memberitahuku terlebih dahulu agar aku bisa menemui mu langsung.” Berlyn wanita berkarir sebagai model papan atas saat ini yang berstatus calon tunangan dari pengusaha terkemuka seperti Dylan saat ini sudah berpindah posisi duduk di pangkuan lelaki itu dan menunjukan p
“Honey.”“Don’t you dare to call me by that nickname!”“Dylan, please kasih aku kesempatan kedua oke?” mohon Berlyn kepada Dylan.“Lagi pula kau juga adalah sosok lelaki yang sering tidur bersama wanita lain.” balas Berlyn berusaha untuk mencoba untuk meyakinkan kembali Dylan untuk memberinya kesempatan.Dylan semakin marah bahkan buku urat jarinya menggepal kuat, belum ada yang menjelaskan bukan Dylan orang seperti apa? lelaki gila yang memiliki anger issue yang kuat selama ini dia adalah bangsawan yang memiliki julukan yang tersembunyi di balik aura yang tenang dan wajah tampan nya serta kesuksesannya dalam berbisnis, tentu memiliki sisi negative yang hanya orang tertentu yang tahu, dia adalah lelaki gila yang tidak pernah cukup dan setia kepada satu wanita! alasan kenapa dia ingin menikah dan memiliki tunangan sekarang itu di karenakan orang tuanya dan adik perempuan kesayangannya yang menginginkan dia untuk menikah karena itu Dylan tidak dapat menolak.Tetapi sampai saat ini belum
Layla kini sedang bersantai dan minum teh di salah satu cafe terkenal di Beverly Hills yaitu cafe ‘Maybourne’ salah satu cafe terkenal dengan perpaduan budaya cafe Eropa-California yang terbaik bersama dengan teman nya yang tak lain model yang saat ini sedang naik daun sebagai seksama model bedanya Laysa memang selain berbakat dirinya juga berasal dari keluarga yang cukup terpandang, dia sebenarnya juga sangat menyayangi adik kecilnya itu Laysa semua berubah sejak hari itu hari di mana semua kegiatan dan persaingan itu terjadi dia tak sanggup mengatakan nya lagi.“Hai maaf aku membuatmu lama menunggu.” Berlyn yang baru saja datang kini duduk di hadapan Layla.“Tidak masalah, lagi pula aku baru saja sampai.” balas Layla dengan santai, seperti biasa dirinya dengan pembawaan yang elegan dan terhormat.Diam - diam Berlyn mengagumi sifat rekan kerja nya ini, sejak awal dirinya tidak menyangka bisa dekat kepada salah satu dari dua bersaudara terkenal dan banyak yang ingin dekat dengan merek
Satu minggu sudah berlalu dan hari ini tepat dimana hari kelulusan Laysa dan itu artinya tepat pada hari ini juga dia sudah diasingkan untuk merenengkan kesalan nya dan belajar menjadi lebih baik tinggal di Desa yang sudah di persiapkan oleh Peter sebagai seorang ayah juga dia mempersiapkan yang terbaik untuk anaknya. Carren memeluk Laysa untuk terakhir kalinya sebelum dia masuk kedalam mobil dan menyampaikan ucapan perpisahan sedangakan Laysa hanya menanggapi itu dengan senyuman lembut dan tidak bisa bersikap baik baik saja kerena sejujurnya dia masih sangat bersedih atas kejadian yang sudah menimpanya selama beberapa waktu ini. Peter juga memeluk putrinya dan mengusap kepala anaknya dengan lembut dan memeluknya secara hangat, Carren hanya mampu memberikan senyuman hangatnya melihat interaksi itu dirinya begitu senang melihat anak dan suaminya saling menyayangi, sampai pada akhirnya dia mencoba melihat sekeliling untuk mencari keberadaan anak perempuan pertaman nya Layla. Merasa a
“Aku sudah bilang mom, aku akan menikah nanti tapi tidak untuk saat ini, begitu sulit dan banyak yang harus aku lakukan untuk sekarang.” jelas seorang lelaki dengan nada dan intonasi cukup keras, Laysa sangat yakin lelaki itu sebenarnya ingin berteriak tetapi dia mencoba untuk menjadi sabar. “Oh fu—.“ Geram lelaki itu kemudian saat sambungan telfon sudah terputus, Laysa yang sudah merasa agak baikan pun segera menghapus air matanya tidak ingin tertangkap oleh siapapun kalau dia menangis sendirian di tempat terpencil seperti ini, dia tidak suka di anggap sebagai wanita yang lemah. “Aw-.“ Desis Laysa saat sebuah kaleng tepat mengenai belakang kepala nya dia merasa benda itu terlempar dengan sengaja. Dengan wajah geram gadis itu menoleh dan menatap dengan jengkel, sementara orang yang melemparkan kaleng itu awalnya tidak menyadari ada orang lain selain dirinya di sini menatap terkejut alis nya terangkat saat melihat gadis terlihat masih muda menggunakan pakaian casual dan tidak ada c
Matahari sudah terbenam cukup dalam dari lima belas menit yang lalu. Laysa yang sudah terbangun pun untuk melihat sunset masih memutuskan untuk duduk di luar dan tidak ingin masuk ke dalam rumah dan memutuskan untuk lebih lama berada di luar.Berbeda dengan Laysa yang menikmati waktu tenang nya sendirian sementara di villa sebelah tempat di mana tetangga baru Laysa itu, terdengar beberapa kebisingan dan botol - botol berjauhan. Pada awalnya Laysa berniat mengabaikan sebelum dia merasa semakin terganggu akan suara itu.“Maaf sebelumnya, saya rasa anda sudah kerterlaluan! membuang sampah bottol itu ke area saya.” Laysa menegur dengan sopan tapi tak ada respon.Dia pun memutuskan untuk kembali kedalam sebelum satu kaleng tidak sengaja terlempar mengenai bahunya, baru lah kesabaran nya segera menghilang.“HEI!” Laysa teriak dengan kencang tak ada respon sama sekali.Jadi dia memutuskan untuk datang ke Villa sebelah dan mengetuk dengan sedikit kasar.Pintu pun terbuka dengan menampilkan w
Dylan mengendong tubuh Laysa dengan penuh hasrat yang membara bahkan dengan posisi bibir mereka masih saling tertaut satu sama lain, Laysa yang alaynya memberontak kini mengalungkan tangan nya ke leher Dylan. Dengan perlahan Dylan menaruh Laysa di atas kasur danwnindih gadis itu dengan perlahan, membelai rambutnya penuh kasih dan sayang yang sudah di liputi oleh gairah tak terhan kan. Setiap sentuhan yang jatuh ke tubuh Laysa membuat Dylan semakin mendamba saat wajah cantik dan imut itu ikut terpejam merasakan sentuhan telapak tangan nya menyurusuri wajah Laysa dengan lembut. “Aku akan membuatmu melupakan kejadian menyakitkan itu dan menggantikan nya dengan malam panas kita berdua.” bisik Dylan tangan nya kini membelai bibir Laysa yang tampak begitu seksi karena terlalu membekak akibat ciuman panas mereka. “Panas..” lirih Laysa berusaha meraih baju nya sendiri, Dylan hanya terkekeh melihat ucapan pertama yang Laysa berikan. “Kau benar - benar berbeda dari gadis yang sering a
Keesokan paginya Dylan yang bangun terlebih dahulu mengucek sebentar matanya dengan kepala yang sedikit pusing, berulang kali membiasakan cahaya matahari masuk melalui cela jendela. Dada Dylan terasa sedikit berat saat dirinya ingin bangun, hingga dia menoleh menatap ke arah Laysa yang masih tertidur dengan lelap nya, wajah lelaki itu tersenyum bangga melihat Laysa yang berada di dalam pelukan nya ini, dan kini dia menyingkirkan anak rambut dari wajah Laysa yang masih di penuhi jejak keringat akibat aktivitas panas mereka bedua semalam, bahkan jejak - jejak yang hampir memenuhi seluruh tubuh Laysa pun masih tercetak dengan jelas. “Cantik.” puji Dylan meraih jemari Laysa dna mencium nya. Bahkan gadis itu tidak terganggu sedikit pun melihat kelakuan Dylan, melihat respon yang begitu cuek Dylan semakin gencar menganggu Laysa, mencubit pipi Laysa, karena merasa kesal dengan kelakuan Dylan, Laysa yang masih sangat mengantuk mendorong kasar tangan Dylan dan berbalik menjauh tidur di s
Lamunan gadis cantik itu terhenti dengan wajah yang sungguh sedih dan pias dirinya menatap kaca bus di jalanan dengan pandangan yang kosong, ada banyak sekali yang ia fikirkan terutama ucapan sahabatnya tadi sebelum dia pergi, dan kini dia masih berada di jalan untuk menuju ke toko bunga miliknya. Dia adalah pemilik jadi sesungguhnya tidak masalah jika dia tidak datang untuk berkerja, tanpa dirinya pun toko tetap akan di buka yang menjadi alasan kenapa dia merasa wajib untuk datang kali ini adalah, seorang klien angkuh dan sombong yang kerap kali di bicarakan oleh pegawainya hari ini akan berkunjung, ia merupakan salah satu pelanggan yang sudah memesan sejak 1 minggu yang lalu, dan di sinilah masalahnya. Sudah berulang kali karyawannya mengirimkan buket bunga serta rangkaian yang telah mereka kerjakan, tetapi tetap di tolak oleh klien kali ini, yang membuat Laysa sedikit marah bukan karena dia komplain atau merasa tidak puas melainkan tindakan dirinya yang semena - mena terhadap pe
Pagi ini suasana ruang rawat milik Cherry tiba-tiba menjadi sunyi selepan kepergian Daenarys yang berpamitan karena ada kelas serta Darel bocah kecil dan aktif itu yang sudah diantar telebih dahulu oleh Daenarys untuk masuk sekolah.disinilah mereka hanya tersisa berdua yaitu Laysa dan juga Cherry dan sebentar lagi Cherry akan di tinggal sendirian terlihat dengan jelas dan sedikit sibuk kini Laysa sudah duduk di depan cermin dan mempoles dirinya menggunakan make up tipis sebelum berangkat ke toko."Ayolah Laysa apa kau tidak bisa memikirkan nya sekali lagi?" suara helaan nafas Cherry dan juga gelengan kepala Laysa masih menghiasi perdebatan mereka di pagi hari ini.Hari ini adalah hari yang cukup penting bagi Cherry dan juga hari ini merupakan salah satu hari yang menyebabkan dirinya berakhir di rawal di bangsal rumah sakit. karena memang pada hari ini jadwal mengenai meeting gabungan di kantor pusat telah menyita waktu Cherry selama ini, karena dirinya tiba-tiba jatuh demam dan cukup
Wajah Daenarys kini masih sedikit bersedih jika mengingat kejadian tak terduga tadi dirinya bahkan kini merenung dengan wajah yang sulit di baca, berulangkali Daren menari narik lengan baju gadis itu, hingga akhirnya dia menoleh dan tersadar dari lamunan nya."Maafkan kakak Darel kakak tidak bermaksud untuk mengabaikan mu tadi." Daenarys kini memebrikan tatapan tak enak kepada bocah kecil satu itu yang juga mencibirkan muka sedikit sedih melihat diam nya Daenarys."Tidak apa-apa kakak, Arel cuma takut kakak sedih." Darel masih mengenggam tangan Daenarys dengan lembut dan Daenarys tersenyum lembut melihat kelucuan yang di tunjukkan oleh bocah ini, dia kemudian menarik Darel kedalam pelukan hangatnya dan mengelus pelan kepala anak laki-laki itu, dia butuh kehangatan saat ini. Namun saay Daenarys dengan tenang berpelukan dengan Darel bocah berusia 4 tahun lebih berpa bulan itu setelah di interupsi oleh suara berat lelaki yang kini sudah datang dengan ekspresi wajah cemas."Daenarys ohh.
5 tahun sudah berlalu, dan kini keluarga Viequet masih sibuk bekerja di bidang masing-masing dengan suasana yang tidak lagi sama, dan semakin dingin tak tersentuh.Layla yang beru saja pulang kerumah kini memandang dengan ekspresi wajah dingin mulai memasuki rumah yang terdengar sangat sunyi dia tidak menemukan keberadaan ibunya di sini, tentu saja dia tahu di mana keberadaan ibunya sekarang, dengan langkah cepat dirinya berjalan dan masuk tanpa mengetuk lagi kekamar adikna dulu Laysa."mom?" suara lembut Layla menyapa saat dirinya mendapati dang ibu dengan cepat dan tergesah-gesa menyusun secara acak album foto yang sudah dia bolak-balik entah sejak kapan itu terjadi, Carren yang melihat kepulangan Layla pun hanya mampu tersenyum sendu."Sudah pulang, tumben ke rumah?" tak ingin membahas lebih jauh perasaan sedih dirinya mengenai keberadaan dan rasa rindu yang dia rasakan untuk anak keduanya Laysa kini dia hanya mampu menghibur diri.Layla perlahan berjalan mendekat dan memeluk Carre
Dua perempuan cantik yang kini baru saja kembali dari toko bunga milik salah satu dari mereka terdiam di dalam apartemen dengan keadaan yang memperihatinkan dan merasa lelah, keduanya terbaring lemah dengan perasaan ngos-ngosan dan menatap satu sama lain. “Bagaimana kencan mu tadi lancar?” Suara tengil dari Laysa bertanya tanpa menoleh dengan kepala yang menengadah ke atas. Cherry yang mengerti maksud dan tujuan dari pertanyaan Laysa hanya memutarkan bola matanya merasa malas. “Blind date namanya, bukan kencan! dimana - mana yang namanya kencan itu daling mengenal dan memang memiliki hubungan jadi kalau seperti kejadian kita sekarang namanya blind date.” kekeh Cherry membalas ucapan Laysa. Mendengar jawaban sahabatnya Laysa hanya terkekeh, bukan tanpa alasan dia menyaakan kalimat itu, bahkan lebih maksud dari pertanyaan yang dia lontar kan itu adalah sebuah sindiran, dulu sewaktu hanya Laysa saja yang terjebak dalam acara bitang utama korban dari pencarian jodoh yang di buka oleh C
5 Tahun Kemudian.Seorang gadis cantik berdiri di salah satu toko bunga dengan dandanan dress sederhana dan make up tipis tampak sangat cantik dia menata berbagai jenis bunga yang ada di sini, dan kini dia sedang ada di bagian rana bunga Tulip.“Laysa..” Panggil seorang perempuan yang lain berhasi membuat gadis itu tertoleh dan tersenyum lembut kepadanya.memberikan tatapan yang hangat menunggu perempuan itu datang menghampirinya, sedangkan Laysa yang kini masih sibuk menata beberapa bunga - bunga yang tampak indah dan cantik dengan bagian bagian serta jenis yang sudah di atur."Ada apa Cherry." gadis yang di panggil pun menoleh dan memberikan senyuman hangat kepada orang yang memanggilnya."Apa pesanan serta pengantaran bunga Tulip nya memiliki masalah?" Cherry langsung mendekat kearah sahabatnya yang sibuk menyurun serta mengukur setiap pesanan yang ada, menlihat kedatangan dari Cherry Laysa hanya tersenyum lembut dan menepuk bahunya untuk memebrikan jawaban bahwa Cherry telah meng
Hari sudah gelap dan Laysa masih berusaha untuk mencari lokasi yang sudah dia dengar tempat di mana Layla dan Paul mengadakan pertunangan, dia bahkan tidak ingat untuk mengganti bajunya sama sekali. Sampai pada saat dia berada di lokasi gedung mewah dan beberapa karangan mewah yang ada tanpa memikirkan dua kali dia langsung masuk dalam ke adaan berpakain kaos biasa dan wajah masih terlihat lusuh, beberapa penjaga dan pengawas di sana menghentikan Laysa untuk masuk, hingga saat Berlyn melihat sosok Laysa. “Pergilah ini bukan tempat yang bisa kau datangi seenaknya!” Usir Berlyn dengan menatap Laysa remeh dia mengenakan pakaian serba mewah. Laysa tidak berniat sama sekali untuk menganggap ucapan Berlyn dan mengacuhkan nya begitu saja. “Biarkan aku masuk! aku adalah keluarga inti dari mempelai perempuan di sana!” Laysa kembali menoleh ke arah penjaga dan berbicara dengan emosi yang tertahan, untung saja rambut Laysa tidak diikat jadi tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan
Keesokan paginya Dylan yang bangun terlebih dahulu mengucek sebentar matanya dengan kepala yang sedikit pusing, berulang kali membiasakan cahaya matahari masuk melalui cela jendela. Dada Dylan terasa sedikit berat saat dirinya ingin bangun, hingga dia menoleh menatap ke arah Laysa yang masih tertidur dengan lelap nya, wajah lelaki itu tersenyum bangga melihat Laysa yang berada di dalam pelukan nya ini, dan kini dia menyingkirkan anak rambut dari wajah Laysa yang masih di penuhi jejak keringat akibat aktivitas panas mereka bedua semalam, bahkan jejak - jejak yang hampir memenuhi seluruh tubuh Laysa pun masih tercetak dengan jelas. “Cantik.” puji Dylan meraih jemari Laysa dna mencium nya. Bahkan gadis itu tidak terganggu sedikit pun melihat kelakuan Dylan, melihat respon yang begitu cuek Dylan semakin gencar menganggu Laysa, mencubit pipi Laysa, karena merasa kesal dengan kelakuan Dylan, Laysa yang masih sangat mengantuk mendorong kasar tangan Dylan dan berbalik menjauh tidur di s
Dylan mengendong tubuh Laysa dengan penuh hasrat yang membara bahkan dengan posisi bibir mereka masih saling tertaut satu sama lain, Laysa yang alaynya memberontak kini mengalungkan tangan nya ke leher Dylan. Dengan perlahan Dylan menaruh Laysa di atas kasur danwnindih gadis itu dengan perlahan, membelai rambutnya penuh kasih dan sayang yang sudah di liputi oleh gairah tak terhan kan. Setiap sentuhan yang jatuh ke tubuh Laysa membuat Dylan semakin mendamba saat wajah cantik dan imut itu ikut terpejam merasakan sentuhan telapak tangan nya menyurusuri wajah Laysa dengan lembut. “Aku akan membuatmu melupakan kejadian menyakitkan itu dan menggantikan nya dengan malam panas kita berdua.” bisik Dylan tangan nya kini membelai bibir Laysa yang tampak begitu seksi karena terlalu membekak akibat ciuman panas mereka. “Panas..” lirih Laysa berusaha meraih baju nya sendiri, Dylan hanya terkekeh melihat ucapan pertama yang Laysa berikan. “Kau benar - benar berbeda dari gadis yang sering a