Layla kini sedang bersantai dan minum teh di salah satu cafe terkenal di Beverly Hills yaitu cafe ‘Maybourne’ salah satu cafe terkenal dengan perpaduan budaya cafe Eropa-California yang terbaik bersama dengan teman nya yang tak lain model yang saat ini sedang naik daun sebagai seksama model bedanya Laysa memang selain berbakat dirinya juga berasal dari keluarga yang cukup terpandang, dia sebenarnya juga sangat menyayangi adik kecilnya itu Laysa semua berubah sejak hari itu hari di mana semua kegiatan dan persaingan itu terjadi dia tak sanggup mengatakan nya lagi.
“Hai maaf aku membuatmu lama menunggu.” Berlyn yang baru saja datang kini duduk di hadapan Layla.“Tidak masalah, lagi pula aku baru saja sampai.” balas Layla dengan santai, seperti biasa dirinya dengan pembawaan yang elegan dan terhormat.Diam - diam Berlyn mengagumi sifat rekan kerja nya ini, sejak awal dirinya tidak menyangka bisa dekat kepada salah satu dari dua bersaudara terkenal dan banyak yang ingin dekat dengan mereka tetapi Berlyn lah yang beruntung dan inj semua tentu saja dia dapatkan dari posisinya yang hampir saja menjadi tunangan dari Dylan Von Goodrell bangsawan eropa itu, tapi jika saja gagal maka semua ini sia - sia.“Btw. Kapan kau akan mengenalkan aku kepada adik misterius mu itu, semua orang juga ingin tahu bagaimana bentuk rupa catiknya mengingat kakaknya adalah super model terkenal aku yakin adikmu itu pasti tidak kalah cantik.” ucap Berlyn penasaran dengan saudara Layla.Mendengar kalimat itu berhasil merubah mood Layla 180 drajat menjadi sangat dingin dan tidak berniat untuk membicarakan lebih lanjut.“Berlyn terkadang segala sesuatu yang terlihat sangat akrab dan baik di depan tidak sepantasnya bertingkah seolah tidak memiliki batas sama sekali.” Layla meminum tehnya dengan lembut semua gerakan serta manner yang gadis itu lakukan sungguh membuat Berlyn terpaku, sampai saat dia tersadar maksud dari ucapan Layla yasy i j adalah untuk menghentikan dirinya agar tidak mencari tahu lebih dalam.‘Baru saudara saja sudah sepelit ini, semua orang juga tahu dan membicarakan tentang niat mu yang mencoba merebut calon tunangan adiknya sendiri.’ batin Berlyn seolah tatahan untuk menjerit kuat dia sungguh ingin melihat secara langsung bagaimana rupa dari adik seorang Layla Yasy ini.“Maaf aku menganggu waktu kalian.” seorang lelaki langsung datang duduk di samping Layla.Layla langsung tersenyum senang kala melihat lelaki itu ikut duduk bergabung di antara mereka.“Sama sekali tidak mengganggu.” balas Layla cepat tersenyum kepada Paul pacar adiknya, dan mencakup sebagai manager nya sendiri.Berlyn hanya tersenyum palsu menunjukan wajah ramah terhadap Paul sebagai teman Layla tentu saja dia mengetahui siapa lelaki itu dan seberapa dekat hubungan nya terhadap pacar adiknya sendiri itu. Siapa Paul sebenarnya, salah satu anak dari pemilik bisnis entertainment terkenal di Amerika tetapi dia tetap memilih untuk bekerja dari awal dan menjadi manager sekaligus pemegang tanggung jawab dari Layla. Padahal dia bisa saja menyuruh orang lain untuk melakukan hal itu.Bahkan semua gosip mengenai hubungan gelap mereka dan perselingkuhan di belakang punggung calon tunangan nya sendiri sudah jadi rahasia umum di agensi untuk di bicarakan, tetap saja tak ada yang berani untuk Speak-up menginggat posisi keluarga kedua orang ini sangat berpengaruh dan mereka belum siap jika karirnya akan hancur di pertengahan, tetapi Berlyn berbeda dia akan berusaha dan menjadi nyonya Goodrell dan menyebarkan itu semua jika mungkin, tapi kini satu-satunya jalan untuk membuka langkah adalah menyempurnakan rencana yang sudah dia dan Layla susun mencari kambing hitam untuk mengalihkan topik mengenai siapa sebenarnya sosok orang yang mendatangi pesta sexs bebas itu, Layla memang berhasil mendapatkan apa yang dirinya mau dan kini adiknya sudah di asingkan.Bagaimana dengan dirinya kemudian? Dia gagal untuk memutarbalikan fakta dari hadapan Dylan.*********Malam pun tiba kini Dylan yang baru saja merasakan kesal di karenakan ada salah satu rekan kerja nya yang mengabarkan kalau wanita itu membuat masalah lagi, padahal jelas saja dia sudah memaksa untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan wanita itu, Berlyn seorang model gila yang bisa menaikan karirnya dengan bantuan dari dirinya.Saat ini Dylan sudah duduk dengan santai di kamarnya dan menatap langit - langit kamar dalam diam dan memikirkan sesuatu.“Berhenti lah terlihat depresi seperti itu.” sebuah suara yang berat langsung mengintrupsi kegiatan merenungnya.Mata Dylan hanya memutar malas saat melihat sahabatnya yang masuk secara tiba - tiba seperti ini.“Bukan urusan mu!” balas Dylan sarkas.Harry sahabatnya itu hanya tertawa cekikikan dan beralih dengan santai mendekat ke arah Dylan dengan santai, dirinya sudah tidak merasa tenang saat Harry kini duduk di sebelahnya.“Want to go to a party?” tawar Harry kemudian.Mata Dylan memutar malas dirinya tahu apa yang akan terjadi sekarang tapi untuk saat ini dia sudah benar - benar di ambang batas kesabaran, dan dia butuh pelampiasan mungkin saja wanita - wanita di club itu ada yang akan menarik perhatian nya nanti.“let’s go then.”Dylan langsung berdiri dan berangkat dari kasur merubah pakian yang dia pakai waktu kerja menjadi lebih santai begitu juga dengan Harry yang sudah tertawa lebar dia sangat memahami sahabatnya satu ini, apa yang harus di lalukan jika dia mengalami stress seperti sekarang hanya karena desakan orang tua sekaligus adiknya yang memaksa dia untuk menikah.Satu minggu sudah berlalu dan hari ini tepat dimana hari kelulusan Laysa dan itu artinya tepat pada hari ini juga dia sudah diasingkan untuk merenengkan kesalan nya dan belajar menjadi lebih baik tinggal di Desa yang sudah di persiapkan oleh Peter sebagai seorang ayah juga dia mempersiapkan yang terbaik untuk anaknya. Carren memeluk Laysa untuk terakhir kalinya sebelum dia masuk kedalam mobil dan menyampaikan ucapan perpisahan sedangakan Laysa hanya menanggapi itu dengan senyuman lembut dan tidak bisa bersikap baik baik saja kerena sejujurnya dia masih sangat bersedih atas kejadian yang sudah menimpanya selama beberapa waktu ini. Peter juga memeluk putrinya dan mengusap kepala anaknya dengan lembut dan memeluknya secara hangat, Carren hanya mampu memberikan senyuman hangatnya melihat interaksi itu dirinya begitu senang melihat anak dan suaminya saling menyayangi, sampai pada akhirnya dia mencoba melihat sekeliling untuk mencari keberadaan anak perempuan pertaman nya Layla. Merasa a
“Aku sudah bilang mom, aku akan menikah nanti tapi tidak untuk saat ini, begitu sulit dan banyak yang harus aku lakukan untuk sekarang.” jelas seorang lelaki dengan nada dan intonasi cukup keras, Laysa sangat yakin lelaki itu sebenarnya ingin berteriak tetapi dia mencoba untuk menjadi sabar. “Oh fu—.“ Geram lelaki itu kemudian saat sambungan telfon sudah terputus, Laysa yang sudah merasa agak baikan pun segera menghapus air matanya tidak ingin tertangkap oleh siapapun kalau dia menangis sendirian di tempat terpencil seperti ini, dia tidak suka di anggap sebagai wanita yang lemah. “Aw-.“ Desis Laysa saat sebuah kaleng tepat mengenai belakang kepala nya dia merasa benda itu terlempar dengan sengaja. Dengan wajah geram gadis itu menoleh dan menatap dengan jengkel, sementara orang yang melemparkan kaleng itu awalnya tidak menyadari ada orang lain selain dirinya di sini menatap terkejut alis nya terangkat saat melihat gadis terlihat masih muda menggunakan pakaian casual dan tidak ada c
Matahari sudah terbenam cukup dalam dari lima belas menit yang lalu. Laysa yang sudah terbangun pun untuk melihat sunset masih memutuskan untuk duduk di luar dan tidak ingin masuk ke dalam rumah dan memutuskan untuk lebih lama berada di luar.Berbeda dengan Laysa yang menikmati waktu tenang nya sendirian sementara di villa sebelah tempat di mana tetangga baru Laysa itu, terdengar beberapa kebisingan dan botol - botol berjauhan. Pada awalnya Laysa berniat mengabaikan sebelum dia merasa semakin terganggu akan suara itu.“Maaf sebelumnya, saya rasa anda sudah kerterlaluan! membuang sampah bottol itu ke area saya.” Laysa menegur dengan sopan tapi tak ada respon.Dia pun memutuskan untuk kembali kedalam sebelum satu kaleng tidak sengaja terlempar mengenai bahunya, baru lah kesabaran nya segera menghilang.“HEI!” Laysa teriak dengan kencang tak ada respon sama sekali.Jadi dia memutuskan untuk datang ke Villa sebelah dan mengetuk dengan sedikit kasar.Pintu pun terbuka dengan menampilkan w
Dylan mengendong tubuh Laysa dengan penuh hasrat yang membara bahkan dengan posisi bibir mereka masih saling tertaut satu sama lain, Laysa yang alaynya memberontak kini mengalungkan tangan nya ke leher Dylan. Dengan perlahan Dylan menaruh Laysa di atas kasur danwnindih gadis itu dengan perlahan, membelai rambutnya penuh kasih dan sayang yang sudah di liputi oleh gairah tak terhan kan. Setiap sentuhan yang jatuh ke tubuh Laysa membuat Dylan semakin mendamba saat wajah cantik dan imut itu ikut terpejam merasakan sentuhan telapak tangan nya menyurusuri wajah Laysa dengan lembut. “Aku akan membuatmu melupakan kejadian menyakitkan itu dan menggantikan nya dengan malam panas kita berdua.” bisik Dylan tangan nya kini membelai bibir Laysa yang tampak begitu seksi karena terlalu membekak akibat ciuman panas mereka. “Panas..” lirih Laysa berusaha meraih baju nya sendiri, Dylan hanya terkekeh melihat ucapan pertama yang Laysa berikan. “Kau benar - benar berbeda dari gadis yang sering a
Keesokan paginya Dylan yang bangun terlebih dahulu mengucek sebentar matanya dengan kepala yang sedikit pusing, berulang kali membiasakan cahaya matahari masuk melalui cela jendela. Dada Dylan terasa sedikit berat saat dirinya ingin bangun, hingga dia menoleh menatap ke arah Laysa yang masih tertidur dengan lelap nya, wajah lelaki itu tersenyum bangga melihat Laysa yang berada di dalam pelukan nya ini, dan kini dia menyingkirkan anak rambut dari wajah Laysa yang masih di penuhi jejak keringat akibat aktivitas panas mereka bedua semalam, bahkan jejak - jejak yang hampir memenuhi seluruh tubuh Laysa pun masih tercetak dengan jelas. “Cantik.” puji Dylan meraih jemari Laysa dna mencium nya. Bahkan gadis itu tidak terganggu sedikit pun melihat kelakuan Dylan, melihat respon yang begitu cuek Dylan semakin gencar menganggu Laysa, mencubit pipi Laysa, karena merasa kesal dengan kelakuan Dylan, Laysa yang masih sangat mengantuk mendorong kasar tangan Dylan dan berbalik menjauh tidur di s
Hari sudah gelap dan Laysa masih berusaha untuk mencari lokasi yang sudah dia dengar tempat di mana Layla dan Paul mengadakan pertunangan, dia bahkan tidak ingat untuk mengganti bajunya sama sekali. Sampai pada saat dia berada di lokasi gedung mewah dan beberapa karangan mewah yang ada tanpa memikirkan dua kali dia langsung masuk dalam ke adaan berpakain kaos biasa dan wajah masih terlihat lusuh, beberapa penjaga dan pengawas di sana menghentikan Laysa untuk masuk, hingga saat Berlyn melihat sosok Laysa. “Pergilah ini bukan tempat yang bisa kau datangi seenaknya!” Usir Berlyn dengan menatap Laysa remeh dia mengenakan pakaian serba mewah. Laysa tidak berniat sama sekali untuk menganggap ucapan Berlyn dan mengacuhkan nya begitu saja. “Biarkan aku masuk! aku adalah keluarga inti dari mempelai perempuan di sana!” Laysa kembali menoleh ke arah penjaga dan berbicara dengan emosi yang tertahan, untung saja rambut Laysa tidak diikat jadi tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan
5 Tahun Kemudian.Seorang gadis cantik berdiri di salah satu toko bunga dengan dandanan dress sederhana dan make up tipis tampak sangat cantik dia menata berbagai jenis bunga yang ada di sini, dan kini dia sedang ada di bagian rana bunga Tulip.“Laysa..” Panggil seorang perempuan yang lain berhasi membuat gadis itu tertoleh dan tersenyum lembut kepadanya.memberikan tatapan yang hangat menunggu perempuan itu datang menghampirinya, sedangkan Laysa yang kini masih sibuk menata beberapa bunga - bunga yang tampak indah dan cantik dengan bagian bagian serta jenis yang sudah di atur."Ada apa Cherry." gadis yang di panggil pun menoleh dan memberikan senyuman hangat kepada orang yang memanggilnya."Apa pesanan serta pengantaran bunga Tulip nya memiliki masalah?" Cherry langsung mendekat kearah sahabatnya yang sibuk menyurun serta mengukur setiap pesanan yang ada, menlihat kedatangan dari Cherry Laysa hanya tersenyum lembut dan menepuk bahunya untuk memebrikan jawaban bahwa Cherry telah meng
Dua perempuan cantik yang kini baru saja kembali dari toko bunga milik salah satu dari mereka terdiam di dalam apartemen dengan keadaan yang memperihatinkan dan merasa lelah, keduanya terbaring lemah dengan perasaan ngos-ngosan dan menatap satu sama lain. “Bagaimana kencan mu tadi lancar?” Suara tengil dari Laysa bertanya tanpa menoleh dengan kepala yang menengadah ke atas. Cherry yang mengerti maksud dan tujuan dari pertanyaan Laysa hanya memutarkan bola matanya merasa malas. “Blind date namanya, bukan kencan! dimana - mana yang namanya kencan itu daling mengenal dan memang memiliki hubungan jadi kalau seperti kejadian kita sekarang namanya blind date.” kekeh Cherry membalas ucapan Laysa. Mendengar jawaban sahabatnya Laysa hanya terkekeh, bukan tanpa alasan dia menyaakan kalimat itu, bahkan lebih maksud dari pertanyaan yang dia lontar kan itu adalah sebuah sindiran, dulu sewaktu hanya Laysa saja yang terjebak dalam acara bitang utama korban dari pencarian jodoh yang di buka oleh C
Lamunan gadis cantik itu terhenti dengan wajah yang sungguh sedih dan pias dirinya menatap kaca bus di jalanan dengan pandangan yang kosong, ada banyak sekali yang ia fikirkan terutama ucapan sahabatnya tadi sebelum dia pergi, dan kini dia masih berada di jalan untuk menuju ke toko bunga miliknya. Dia adalah pemilik jadi sesungguhnya tidak masalah jika dia tidak datang untuk berkerja, tanpa dirinya pun toko tetap akan di buka yang menjadi alasan kenapa dia merasa wajib untuk datang kali ini adalah, seorang klien angkuh dan sombong yang kerap kali di bicarakan oleh pegawainya hari ini akan berkunjung, ia merupakan salah satu pelanggan yang sudah memesan sejak 1 minggu yang lalu, dan di sinilah masalahnya. Sudah berulang kali karyawannya mengirimkan buket bunga serta rangkaian yang telah mereka kerjakan, tetapi tetap di tolak oleh klien kali ini, yang membuat Laysa sedikit marah bukan karena dia komplain atau merasa tidak puas melainkan tindakan dirinya yang semena - mena terhadap pe
Pagi ini suasana ruang rawat milik Cherry tiba-tiba menjadi sunyi selepan kepergian Daenarys yang berpamitan karena ada kelas serta Darel bocah kecil dan aktif itu yang sudah diantar telebih dahulu oleh Daenarys untuk masuk sekolah.disinilah mereka hanya tersisa berdua yaitu Laysa dan juga Cherry dan sebentar lagi Cherry akan di tinggal sendirian terlihat dengan jelas dan sedikit sibuk kini Laysa sudah duduk di depan cermin dan mempoles dirinya menggunakan make up tipis sebelum berangkat ke toko."Ayolah Laysa apa kau tidak bisa memikirkan nya sekali lagi?" suara helaan nafas Cherry dan juga gelengan kepala Laysa masih menghiasi perdebatan mereka di pagi hari ini.Hari ini adalah hari yang cukup penting bagi Cherry dan juga hari ini merupakan salah satu hari yang menyebabkan dirinya berakhir di rawal di bangsal rumah sakit. karena memang pada hari ini jadwal mengenai meeting gabungan di kantor pusat telah menyita waktu Cherry selama ini, karena dirinya tiba-tiba jatuh demam dan cukup
Wajah Daenarys kini masih sedikit bersedih jika mengingat kejadian tak terduga tadi dirinya bahkan kini merenung dengan wajah yang sulit di baca, berulangkali Daren menari narik lengan baju gadis itu, hingga akhirnya dia menoleh dan tersadar dari lamunan nya."Maafkan kakak Darel kakak tidak bermaksud untuk mengabaikan mu tadi." Daenarys kini memebrikan tatapan tak enak kepada bocah kecil satu itu yang juga mencibirkan muka sedikit sedih melihat diam nya Daenarys."Tidak apa-apa kakak, Arel cuma takut kakak sedih." Darel masih mengenggam tangan Daenarys dengan lembut dan Daenarys tersenyum lembut melihat kelucuan yang di tunjukkan oleh bocah ini, dia kemudian menarik Darel kedalam pelukan hangatnya dan mengelus pelan kepala anak laki-laki itu, dia butuh kehangatan saat ini. Namun saay Daenarys dengan tenang berpelukan dengan Darel bocah berusia 4 tahun lebih berpa bulan itu setelah di interupsi oleh suara berat lelaki yang kini sudah datang dengan ekspresi wajah cemas."Daenarys ohh.
5 tahun sudah berlalu, dan kini keluarga Viequet masih sibuk bekerja di bidang masing-masing dengan suasana yang tidak lagi sama, dan semakin dingin tak tersentuh.Layla yang beru saja pulang kerumah kini memandang dengan ekspresi wajah dingin mulai memasuki rumah yang terdengar sangat sunyi dia tidak menemukan keberadaan ibunya di sini, tentu saja dia tahu di mana keberadaan ibunya sekarang, dengan langkah cepat dirinya berjalan dan masuk tanpa mengetuk lagi kekamar adikna dulu Laysa."mom?" suara lembut Layla menyapa saat dirinya mendapati dang ibu dengan cepat dan tergesah-gesa menyusun secara acak album foto yang sudah dia bolak-balik entah sejak kapan itu terjadi, Carren yang melihat kepulangan Layla pun hanya mampu tersenyum sendu."Sudah pulang, tumben ke rumah?" tak ingin membahas lebih jauh perasaan sedih dirinya mengenai keberadaan dan rasa rindu yang dia rasakan untuk anak keduanya Laysa kini dia hanya mampu menghibur diri.Layla perlahan berjalan mendekat dan memeluk Carre
Dua perempuan cantik yang kini baru saja kembali dari toko bunga milik salah satu dari mereka terdiam di dalam apartemen dengan keadaan yang memperihatinkan dan merasa lelah, keduanya terbaring lemah dengan perasaan ngos-ngosan dan menatap satu sama lain. “Bagaimana kencan mu tadi lancar?” Suara tengil dari Laysa bertanya tanpa menoleh dengan kepala yang menengadah ke atas. Cherry yang mengerti maksud dan tujuan dari pertanyaan Laysa hanya memutarkan bola matanya merasa malas. “Blind date namanya, bukan kencan! dimana - mana yang namanya kencan itu daling mengenal dan memang memiliki hubungan jadi kalau seperti kejadian kita sekarang namanya blind date.” kekeh Cherry membalas ucapan Laysa. Mendengar jawaban sahabatnya Laysa hanya terkekeh, bukan tanpa alasan dia menyaakan kalimat itu, bahkan lebih maksud dari pertanyaan yang dia lontar kan itu adalah sebuah sindiran, dulu sewaktu hanya Laysa saja yang terjebak dalam acara bitang utama korban dari pencarian jodoh yang di buka oleh C
5 Tahun Kemudian.Seorang gadis cantik berdiri di salah satu toko bunga dengan dandanan dress sederhana dan make up tipis tampak sangat cantik dia menata berbagai jenis bunga yang ada di sini, dan kini dia sedang ada di bagian rana bunga Tulip.“Laysa..” Panggil seorang perempuan yang lain berhasi membuat gadis itu tertoleh dan tersenyum lembut kepadanya.memberikan tatapan yang hangat menunggu perempuan itu datang menghampirinya, sedangkan Laysa yang kini masih sibuk menata beberapa bunga - bunga yang tampak indah dan cantik dengan bagian bagian serta jenis yang sudah di atur."Ada apa Cherry." gadis yang di panggil pun menoleh dan memberikan senyuman hangat kepada orang yang memanggilnya."Apa pesanan serta pengantaran bunga Tulip nya memiliki masalah?" Cherry langsung mendekat kearah sahabatnya yang sibuk menyurun serta mengukur setiap pesanan yang ada, menlihat kedatangan dari Cherry Laysa hanya tersenyum lembut dan menepuk bahunya untuk memebrikan jawaban bahwa Cherry telah meng
Hari sudah gelap dan Laysa masih berusaha untuk mencari lokasi yang sudah dia dengar tempat di mana Layla dan Paul mengadakan pertunangan, dia bahkan tidak ingat untuk mengganti bajunya sama sekali. Sampai pada saat dia berada di lokasi gedung mewah dan beberapa karangan mewah yang ada tanpa memikirkan dua kali dia langsung masuk dalam ke adaan berpakain kaos biasa dan wajah masih terlihat lusuh, beberapa penjaga dan pengawas di sana menghentikan Laysa untuk masuk, hingga saat Berlyn melihat sosok Laysa. “Pergilah ini bukan tempat yang bisa kau datangi seenaknya!” Usir Berlyn dengan menatap Laysa remeh dia mengenakan pakaian serba mewah. Laysa tidak berniat sama sekali untuk menganggap ucapan Berlyn dan mengacuhkan nya begitu saja. “Biarkan aku masuk! aku adalah keluarga inti dari mempelai perempuan di sana!” Laysa kembali menoleh ke arah penjaga dan berbicara dengan emosi yang tertahan, untung saja rambut Laysa tidak diikat jadi tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan
Keesokan paginya Dylan yang bangun terlebih dahulu mengucek sebentar matanya dengan kepala yang sedikit pusing, berulang kali membiasakan cahaya matahari masuk melalui cela jendela. Dada Dylan terasa sedikit berat saat dirinya ingin bangun, hingga dia menoleh menatap ke arah Laysa yang masih tertidur dengan lelap nya, wajah lelaki itu tersenyum bangga melihat Laysa yang berada di dalam pelukan nya ini, dan kini dia menyingkirkan anak rambut dari wajah Laysa yang masih di penuhi jejak keringat akibat aktivitas panas mereka bedua semalam, bahkan jejak - jejak yang hampir memenuhi seluruh tubuh Laysa pun masih tercetak dengan jelas. “Cantik.” puji Dylan meraih jemari Laysa dna mencium nya. Bahkan gadis itu tidak terganggu sedikit pun melihat kelakuan Dylan, melihat respon yang begitu cuek Dylan semakin gencar menganggu Laysa, mencubit pipi Laysa, karena merasa kesal dengan kelakuan Dylan, Laysa yang masih sangat mengantuk mendorong kasar tangan Dylan dan berbalik menjauh tidur di s
Dylan mengendong tubuh Laysa dengan penuh hasrat yang membara bahkan dengan posisi bibir mereka masih saling tertaut satu sama lain, Laysa yang alaynya memberontak kini mengalungkan tangan nya ke leher Dylan. Dengan perlahan Dylan menaruh Laysa di atas kasur danwnindih gadis itu dengan perlahan, membelai rambutnya penuh kasih dan sayang yang sudah di liputi oleh gairah tak terhan kan. Setiap sentuhan yang jatuh ke tubuh Laysa membuat Dylan semakin mendamba saat wajah cantik dan imut itu ikut terpejam merasakan sentuhan telapak tangan nya menyurusuri wajah Laysa dengan lembut. “Aku akan membuatmu melupakan kejadian menyakitkan itu dan menggantikan nya dengan malam panas kita berdua.” bisik Dylan tangan nya kini membelai bibir Laysa yang tampak begitu seksi karena terlalu membekak akibat ciuman panas mereka. “Panas..” lirih Laysa berusaha meraih baju nya sendiri, Dylan hanya terkekeh melihat ucapan pertama yang Laysa berikan. “Kau benar - benar berbeda dari gadis yang sering a