Beautiful Village

Satu minggu sudah berlalu dan hari ini tepat dimana hari kelulusan Laysa dan itu artinya tepat pada hari ini juga dia sudah diasingkan untuk merenengkan kesalan nya dan belajar menjadi lebih baik tinggal di Desa yang sudah di persiapkan oleh Peter sebagai seorang ayah juga dia mempersiapkan yang terbaik untuk anaknya.

Carren memeluk Laysa untuk terakhir kalinya sebelum dia masuk kedalam mobil dan menyampaikan ucapan perpisahan sedangakan Laysa hanya menanggapi itu dengan senyuman lembut dan tidak bisa bersikap baik baik saja kerena sejujurnya dia masih sangat bersedih atas kejadian yang sudah menimpanya selama beberapa waktu ini.

Peter juga memeluk putrinya dan mengusap kepala anaknya dengan lembut dan memeluknya secara hangat, Carren hanya mampu memberikan senyuman hangatnya melihat interaksi itu dirinya begitu senang melihat anak dan suaminya saling menyayangi, sampai pada akhirnya dia mencoba melihat sekeliling untuk mencari keberadaan anak perempuan pertaman nya Layla.

Merasa ada yang mencoba untuk mengintip Carren langsung melihat kearah jendela kamar anak pertamanya dari luar tapi tidak ada siapa-siapa, perasaan nya yakin ada seseorang di sana. Carren langsung menepis fikiran nya.

“Dia tidak akan datang untuk mengantarku pergi Mom, Dad, karena ini memang sebagian dari rencananya” suara Laysa langsung mengintrupsi dan seolah menjawab semua raut bingung dari Carren.

“Sayang bukannya mommy sudah bilang kepadamu sebelumnya, biar bagaimanapun kalian adalah saudara dan saudara harus saling mendukung satu sama lain” Carren mencoba memperingati mulut Laysa.

Laysa hanya manyun dan menanggapi dengan setengah niat dan tidak menyukai sama sekali gagasan itu, dia bahkan bertekat akan membuka sifat asli Layla di hadapan keluarganya dan merasa ini tidak adil.

“Daddy sudah mempersiapkan semuanya, kamu akan tinggal di rumah yang dulu kakek dan nenek mu tinggali dan kamu pasti menyukai tempat itu, menginggat masa kecilmu sangat berharga bersama mereka.” Peter berbicara kepada Layla yang hanya menanggapi dengan anggukan kecil tanpa berniat menjawab lebih jauh.

Laysa pun menaiki mobil dan di antar oleh sopir keluarga dirinya duduk dengan tenang dan fikiran yang kacau tak tau lagi harus berbuat apa dan bagaimana. Untung saja dia sudah meluluskan kuliahnya jadi itu semua nanti bisa dia fikirkan lagi, dari salah satu kamar dan kaca balkon yang menghadap langsung ke luar nampak Layla bersembunyi langsung ketika dia hampir tertangkap basah oleh Carren mengintip dari lantai dua. Dirinya tidak berani menyapa ataupun mengantarkan kepergian Laysa.

*****

Di sinilah sekarang keberadaan Layla menatap hamparan laut yang luas sekaligus cantik desa ini adalah desa di mana dia mengingat acara liburan musim panas dan berkunjung ker rumah saudara, sedang kan dia lebih suka menghabiskan waktu untuk mengunjungi kakek dan nenek nya di salah satu Desa yang menjadi tempat favorite Laysa.

Bukan tanpa alasan dia begitu menyukai Desa ini melainkan karena desa ini begitu cantik dan memiliki hamparan laut yang indah Carmel-by-the-sea yang terletak di semenanjung Monterey di California merupakan salah satu desa tercantik di california yang di dipenuhi bangunan cantik nan menawan. Kebanyakan orang jika mendengar nama California langsung teringat dengan lokasi-lokasi terkenal seperti tempat tinggalnya sekarang Beverly Hills contohnya. padahal Tak sedikit tempat cantik ada di sini dan terdiri dari bangunan yang mereka miliki nampak menakjubkan bak negeri dongeng.

Terlebih lagi Laysa dan Layla kecil adalah penggemar film Disney sekaligus barbie yang hidup bahagia di kastil mewah bersama sang pangeran nya. Sampai saat dia meranjak dewasa baru itulah dia mengetahui faktanya kalau sebenarnya cerita asli dari film tersebut tidak semenarik itu bahkan kenyataan aslinya mengenai dongeng terkenal itu berakhir tragis dan menyeramkan membuat Layla memutuskan untuk tidak menyukai Dongeng yang berakhir mudah dan dengan naif mendapatkan Happy Ending, tidak ada cerita Happy Ending tanpa usaha yang setimpal di dunia ini, itulah prinsip hidup dari seorang Laysa Arryn.

Sudah lebih dari dua minggu Laysa menghabiskan hari harinya di kota yang cantik ini dan duduk di salah satu batu karang indah sambil membawa salah satu buku yang memang sengaja dia bawa dari rumah berisikan foto-foto masa kecil mereka. Hari ini suasana hati dan perasaan Laysa tiba-tiba menjadi sedih dan kalut dirinya terbawa suasana untuk mengenang kisah masa lalu mengenai kebersamaan Layla kakak perempuanya.

Laysa yang masih terdiam dan tak percaya bahwa kakak perempuan nya berani bertindak sejauh ini, dia kini duduk sendirian dengan fikiran kosong dan bahkan dia sengaja memilih tempat yang sangat sepi untuk mencurahkan rasa sakit hatinya dan menangis dalam diam, ntah lah sudah berapa lama dia tidak bisa menangis dan mengeluarkan suara sama sekali. Dengan hanya ditemani suara gulungan ombak yang menyejukan dan terasa asin itu, dia menatap dengan pandangan sedih dan juga sedikit Frustasi bahkan Layla tidak mengantarkan kepergian nya.

“Kenapa dia sangat membenci ku! padahal dulu kami sangat dekat sekali aku bahkan lupa kapan terakhir kali dia memelukku dan mengatakan kakak akan selalu berada di sisimu apa pun yang terjadi ayin.” Laysa masih menangis sedih, tak ada yang mengetahui sisi Laysa yang seperti ini, bahkan Paul orang yang menjadi harapan terakhir bagi Laysa pun tidak pernah melihat gadis itu menangis.

Mengingat semua kenangan itu serta mereka yang menjadi asing untuk sekarang sungguh menyakiti hati Laysa, ntah lah kenapa sekarang semuanya menyalahkan dirinya, hanya kebenaran sepihak bahkan tidak ada waktu untuk dia mencoba menjelasakan dan memperbaiki namanya sendiri.