Aleena memang demam, jadi wanita itu tidak kuasa membuka mata. Galuh sendiri tidak tahu harus melakukan apa, jadi pria itu malah menghubungi Dira. Beruntung mamanya mau direpotkan oleh putra kesayangannya. Galuh tidak melakukan apa pun selain menunggu Dira datang dan memberikan bantuan. Bahkan dalam benaknya masih menyalahkan diri sendiri karena menghubungi Dira, seharunya pria itu menghubungi dokter saja. "Tapi kalau aku menghubungi dokter gak enak juga, nanti uangku bisa berkurang untuk biaya dan membeli obat," pikir Galuh mulai perhitungan.Dia mondar-mandir ke kanan dan ke kiri sembari menunggu kedatangan Dira. "Mama kok lama banget sih!" pikir Galuh sembari melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Sudah tidak tahan menunggu di kamar sembari menatap tubuh Aleena yang semakin menggigil, jadi pria itu memutuskan untuk menunggu di teras depan rumah. Gala masih memperhatikan dari kejauhan, gerak-gerik Galau terus dipantau. Hingga firasatnya mengatakan bahwa ada yang tidak ber
Aleena memberikan testpack kepada Dira dengan membuang muka. "Gapapa, Aleena. Mungkin belum waktunya, kalian harus mencobanya lagi ya. Mama yakin, kalian pasti akan memiliki anak nanti. Lagi pula, kamu gak usah khawatir karena batas waktunya masih kurang sepuluh hari lagi." Dira memberikan semangat pada menantunya.Wanita cantik itu tidak mengatakan sepatah kata apa pun, hanya diam dan segera duduk kembali di tepi ranjang. Kali ini, perasaan sedih menyelimuti hatinya. Dira merasa prihatin, jadi wanita setengah paruh baya itu pun menghampiri. "Kamu gak usah sedih, Aleena. Hal seperti ini bisa saja terjadi, tapi Mama yakin kamu pasti bisa memberikan cucu pada Mama." Dira berusaha untuk menyemangati menantunya.Aleena menarik napas panjang, lalu mengeluarkan secara perlahan. "Kalau pada akhirnya aku tidak bisa hamil, bagaimana?" tanyanya pesimis."Kamu gak usah pesimis dulu, Aleena. Kamu harus yakin deh sama Mama, kalau kamu pasti bisa memiliki anak." Dira terus memberikan energi posit
Malam yang indah itu akhirnya terjadi, setelah sebulan tidak pernah disentuh suaminya, Aleena akhirnya bisa merasakan belaian mesra kembali dari Galuh. Harapannya satu, bisa memiliki keturunan dari rahimnya. Wajah Aleena tampak bahagia sekali hari ini, bahkan pipinya merah merona karena mengingat kembali adegan semalam dengan sang suami. Lain hal dengan Galuh yang tetap terlihat biasa saja sembari menikmati sarapan yang dibuatkan oleh istrinya. "Karena aku lagi baik, kamu boleh keluar rumah hari ini. Terserah kamu mau melakukan apa pun yang kamu inginkan. Asalkan harus pulang terlebih dulu sebelum aku ada di rumah." Galuh berbicara setelah menyelesaikan sarapannya. "Baik, Mas. Terima kasih." Hanya itu yang keluar dari mulut Aleena. Dia terlalu senang, jadi tidak tahu untuk merangkai kata. Sudah lama dia ingin jalan-jalan untuk sekedar melepaskan suntuk yang dirasakannya. Aleena segera mengambil piring kotor yang ditinggalkan oleh suaminya untuk dicuci bersih, selanjutnya dia akan
"Belum, Dok. Terima kasih atas informasinya, Dok." Gala berbicara dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan. "Sama-sama. Jangan lupa jaga perasaan si Ibu agar pertumbuhan janinnya juga bagus." Zeera menasihati. "Baik, Dok." Hanya itu ucapan pria tampan yang dikira sebagai suami Aleena. Gala berlalu pergi setelah berbincang dengan Zeera. Dia segera melangkahkan kaki ke ruangan Aleena untuk menemui wanita yang tengah hamil itu. Pikirannya mulai kalut, sebab kehamilan wanita itu mungkin akan menjadi boomerang dalam hidupnya. Dia tidak bisa lagi punya alasan untuk mendekati adik iparnya selain mengikhlaskan wanita cantik itu hidup bahagia dengan saudara kembarnya, Galuh. Sesampainya, Gala segera menghampiri Aleena yang sudah beranjak dari hospital bed karena ingin pulang ke rumah setelah keadaannya dirasa lebih membaik. Wanita cantik itu tidak betah kalau harus lama-lama di puskesmas. "Kenapa kamu gak bilang, Aleena. Kalau kamu hamil? Tahu gitu aku akan menjagamu lebih baik lagi,"
Setelah berkonsultasi dengan Zeera, wanita cantik berkulit putih itu pun pulang ke rumah dengan wajah bahagia. Bagaimana tidak? Sebentar lagi dia akan menjadi seorang ibu, akan mewujudkan permintaan kedua mertuanya untuk memiliki cucu. "Aku akan memberitahu kabar baik ini pada mas Galuh nanti kalau dia pulang, tapi sebelum itu aku harus merias diri secantik mungkin. Aku uga akan memasak makanan kesukaannya." Aleena bermonolog. Dia mulai bergegas ke dapur untuk memasak makanan favorit suaminya, tapi ternyata bahan makanan sudah habis tidak tersisa. Terpaksa, wanita itu harus ke luar rumah lagi untuk pergi ke supermarket terdekat. Dia akan membeli bahan makanan dengan sisa uang yang diberikan Galuh. "Oya, aku hampir saja lupa. Kalau masih punya simpanan uang tabungan, mungkin aku gunakan uang itu saja dulu. Untuk keinginanku membeli tas idaman lebih baik nanti saja. Toh, aku bisa menabung lagi." Aleena segera membuka laci tempat dia menyembunyikan uang. Lima lembar kertas berwarna me
Aleena menatap semua hidangan makanan yang sudah tersedia di atas meja, meratapi usahanya yang tidak membuahkan hasil apa-apa. Dia menghela napas panjang, lalu mengembuskan secara perlahan."Aku tidak mungkin menghabiskan semua makanan ini?" Aleena mendesah pelan. Dia duduk di kursi, lalu mengambil gawainya yang tergeletak di atas meja. Wanita cantik berkulit putih berinisiatif untuk menghubungi sang suami, menanyakan kabar serta kepulangan suaminya. Akan tetapi, tidak ada jawaban bahkan ketiga kalinya panggilan justru dirijeck. Dia menaruh kembali ponselnya di atas meja, lalu mulai mengambil piring. Kemudian mengambil nasi serta lauk pauk yang lezat tapi tidak ada yang menyentuh selain dirinya.Di saat melamun, tiba-tiba kedatangan Gala mengagetkannya. "Siapa yang memintamu untuk masuk dan duduk di situ?" tanya Aleena sinis.Tanpa menjawab, Gala mengambil piring dan mengambil nasi serta ayam panggang yang sudah tersedia di atas meja."Mending kita segera makan secepatnya, sebelum ma
Pria tampan itu menghampiri, lalu berbicara dengan satpam yang berjaga. Gala memang terbiasa datang ke rumah Tasya jika penting, jadi wajar kalau Vero mau membukakan pintu untuk mereka."Maafkan aku, sebab tidak ketahuanku tentangmu. Kalau saja aku tahu kamu adalah teman dari mas Gala, sudah pasti aku akan membiarkanmu masuk dari tadi." Vero merasa bersalah, makanya meminta maaf pada Aleena. Dia juga tidak ingin kehilangan pekerjaannya hanya karena tidak memperlakukan tamu sang majikan dengan baik. Aleena memaafkan dengan cepat, lalu terburu-buru masuk ke dalam rumah Tasya untuk menjemput sang suami."Terima kasih, Gala. Karena sudah membantuku," kata Aleena merasa terharu dengan semua bantuan kakak iparnya. Kakak iparnya tersenyum, lalu membiarkan Aleena masuk ke dalam rumah Tasya seorang diri. Dia tidak ingin wanita yang dicintai dalam masalah lebih rumit jika pria itu ikutan masuk. Namun, untuk memastikan semua baik-baik saja. Gala tetap mengikuti secara diam-diam. Dengan emosi
Aleena diperlakukan seperti seorang putri, kebahagiaan jelas terpancar dari raut wajahnya. Bagaimana tidak? Suami yang dulu selalu menggertaknya saat ini berprilaku begitu romantis serta menghormatinya. "Mulai hari ini, kamu gak boleh capek. Perihal pekerjaan rumah, biar aku bantu atau aku akan mencari asisten rumah tangga yang akan menghandle pekerjaan di rumah ini." Galuh berbicara sembari menatap netra Aleena."Gak perlu, Mas. Aku masih bisa melakukannya sendiri," tolak Aleena secara halus."Tetap saja, aku tidak mau terjadi hal buruk pada calon bayi kita. Pokoknya kamu harus setuju dengan semua keputusanku." Galuh mendesak karena memang dirinya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada calon bayinya. Aleena menganggukkan kepala pelan karena tidak ingin memicu kemarahan Galuh yang saat ini lebih stabil dari biasanya. "Ada pesan dari dokter Zeera, Mas. Katanya untuk sementara waktu kita jangan begituan dulu," ujar Aleena mengatakan pesan dari dokter yang menangani kehamilannya.
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat