āļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŠāļĄāļļāļ”
āļ„āđ‰āļ™āļŦāļē

āđāļŠāļĢāđŒ

Bab 106: Melangkah ke Babak Baru

āļœāļđāđ‰āđ€āļ‚āļĩāļĒāļ™: Rizki Adinda
last update āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”: 2025-02-24 18:40:36

Petang itu, Adrian dan Ayla melangkah bersama di sebuah taman kecil yang terletak tidak jauh dari rumah Ayla. Angin musim semi yang sepoi-sepoi membawa wangi bunga-bunga yang baru saja mekar, mengisi udara dengan kesegaran yang memikat.

Mereka berdua berjalan dengan langkah yang santai, menyesuaikan ritme kaki mereka sehingga terasa sinkron dan tanpa terburu-buru.

“Dia pergi,” ucap Adrian tiba-tiba, sambil menghentikan langkahnya di tengah jalan setapak.

Ayla membalikkan badan, matahari yang mulai condong ke barat menciptakan siluet pada wajahnya yang tampak bertanya-tanya. “Siapa, Ad?”

“Sofia. Dia telah meninggalkan kota ini,” jawab Adrian, nada suaranya tetap tenang, namun terdengar ada semacam kelegaan yang tidak bisa disembunyikan.

Ayla tidak langsung menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, matanya kembali tertuju pada jalan setapak di depan, seakan mencari sesuatu di sana. Ada gumpalan perasaan yang sulit diura

āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āđ€āļĨāđˆāļĄāļ™āļĩāđ‰āļ•āđˆāļ­āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āđāļ­āļ›
āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāļ–āļđāļāļĨāđ‡āļ­āļ

āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļāļĩāđˆāļĒāļ§āļ‚āđ‰āļ­āļ‡

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 107: Persiapan Pernikahan

    Hari-hari berikutnya, Ayla dan Adrian tenggelam dalam persiapan pernikahan kecil mereka.Semua dipilih dengan sederhana namun penuh makna—gaun putih tanpa ornamen berlebihan, undangan yang hanya diberikan kepada keluarga dan sahabat dekat, serta dekorasi yang menonjolkan keindahan bunga segar daripada kemewahan artifisial.Malam itu, di ruang tamu Ayla yang hangat, beberapa katalog makanan tersebar di atas meja. Adrian membolak-balik halaman sebuah katalog dengan ekspresi serius, alisnya berkerut seolah-olah sedang memikirkan keputusan yang sangat penting.“Aku bingung, Ay. Pilih ayam saus mentega atau daging lada hitam?” tanyanya sambil menunjuk dua pilihan dengan jari telunjuk.Ayla tertawa kecil dan menyandarkan kepalanya di bahu Adrian. “Kamu lebih stres milih menu makanan daripada aku waktu pilih gaun, tahu nggak?”Adrian ikut tersenyum, lalu menoleh menatap Ayla dengan lembut. “Aku cuma nggak mau ada yang k

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-25
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 108: Dukungan Penting dari Sahabat

    Namun, kesulitan finansial bukan satu-satunya tantangan yang mereka hadapi. Keluarga Bram, terutama ibunya, mulai menunjukkan ketidaksukaan terhadap rencana pernikahan itu.Ketegangan semakin terasa ketika, suatu siang, Ayla menerima telepon dari ibu Bram. Suara di ujung telepon terdengar tegas, hampir tak memberi ruang untuk membantah."Ayla, kamu tahu apa yang kamu lakukan ini salah," suara perempuan paruh baya itu terdengar dingin dan menusuk, membuat hati Ayla bergetar.Ayla menggenggam ponselnya erat, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meski dadanya terasa sesak. "Bu, saya dan Adrian sudah memutuskan ini bersama. Kami tidak berniat menyakiti siapa pun, tapi ini hidup kami."Nada di ujung telepon berubah semakin tajam. "Kamu pikir keluarga kami akan menerima semua ini begitu saja? Kamu menghancurkan keluarga ini, Ayla!"Ayla menarik napas panjang, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. Suaranya bergetar ketika ia menjawab, "Saya ti

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-25
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 109: Persiapan Pernikahan Semakin Dekat

    Malam itu, Adrian bergabung dengan mereka di rumah Ayla. Ia membawa sekotak kue kecil dari toko roti favorit mereka, aroma manisnya segera memenuhi ruangan. Wajah Adrian terlihat lelah, tetapi senyumnya tetap hangat, memancarkan rasa nyaman yang membuat suasana menjadi lebih akrab.“Aku dengar kalian berdua sudah selesai pilih bunga?” tanya Adrian sambil menyodorkan piring kecil berisi kue kepada Rita. Nadanya ringan, tetapi matanya memperhatikan dengan penuh perhatian.Rita mengangguk antusias, rona semangat terpancar di wajahnya. “Sudah dong! Aku dan Ayla pilih bunga yang paling cantik, tapi tetap hemat. Jadi, kamu nggak perlu khawatir soal anggaran.”Adrian tertawa kecil, nada tawanya rendah namun penuh kehangatan. Ia kemudian menatap Ayla, matanya dipenuhi cinta yang seolah tak ada habisnya. “Aku tahu kalau kalian berdua yang urus, pasti hasilnya bagus.”Ayla membalas tatapan itu dengan senyum lembut, tetapi segera

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-26
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 110: Pernikahan yang Menyentuh Hati

    Pagi itu, sinar matahari menembus lembut melalui dedaunan di taman kecil yang menjadi saksi janji suci Ayla dan Adrian. Hembusan angin membawa aroma segar dari bunga mawar putih dan baby breath yang menghiasi setiap sudut taman, menciptakan suasana yang damai dan hampir magis.Burung-burung berkicau riang, seakan menyambut awal dari perjalanan baru yang akan segera dimulai.Ayla duduk di sebuah ruang rias mungil di restoran yang menjadi tempat acara mereka. Gaun putih sederhana yang ia kenakan memeluk tubuhnya dengan sempurna, dihiasi renda halus di ujungnya, dan potongan leher berbentuk hati yang menonjolkan kelembutannya.Rambutnya ditata dalam sanggul rendah yang dihiasi bunga kecil-kecil, hasil pilihan teliti dari Rita, sahabatnya.“Sudah siap?” suara lembut Rita memecah keheningan, sementara tangannya sibuk memperbaiki sapuan terakhir riasan di wajah Ayla.Ayla menatap pantulan dirinya di cermin. Sepasang mata penuh harapan m

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-26
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 111: Harapan Baru

    Di pojok hijau taman, Ayla menempati bangku kecil, matanya berkelana menangkap pemandangan tamu-tamu yang larut dalam kesenangan malam itu. Tiba-tiba, Adrian muncul dengan langkah ringan, membawa dua gelas minuman sebagai tanda ikatan.“Sudah siap menjalani hidup bersamaku sebagai istri?” tanyanya penuh gurau, sambil memberikan satu gelas kepada Ayla.Dengan tawa renyah, Ayla menyandarkan kepala di bahu Adrian yang hangat. “Bersamamu, aku siap mengarungi segala galaksi.”Mengapit Ayla dalam pelukannya, Adrian mencium puncak kepalanya lembut. “Dan aku akan memastikan bahwa kebahagiaanmu tak akan pernah luntur, sayang.”Di bawah taburan bintang, mereka berdua merasakan bahwa cinta yang mereka rajut bersama telah menemukan pelabuhan—sebuah permulaan baru yang dipenuhi harapan dan kegembiraan yang tak terkira.Sinar matahari pagi yang hangat menembus tirai jendela kamar mereka yang mungil, seolah mengusik Ayla

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-27
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 112: Tanda-Tanda Kehidupan

    Beberapa hari setelah Adrian pergi bekerja, Ayla melangkah pelan-pelan menuju apotek kecil yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Tangannya sedikit gemetar ketika memilih alat tes kehamilan, mencoba mengendalikan ragam emosi yang bercampur aduk di dalam dadanya.Di rumah, Ayla mengambil tempat duduk di kamar mandi, memegang alat tes tersebut di tangannya. Detik demi detik berlalu sangat lambat, suara jam dinding terdengar begitu jelas dan menggema di ruangan sempit tersebut.Ketika garis kedua mulai terlihat, matanya membesar, tak percaya. Tangannya spontan menutupi mulutnya, air mata perlahan menggenang di sudut matanya."Aku hamil," bisiknya lirih, suaranya terdengar penuh kekaguman dan sedikit ketidakpercayaan.Sore itu, Ayla menunggu Adrian pulang dengan perasaan yang campur aduk antara gugup dan antusias. Ia telah menyiapkan cara sederhana untuk menyampaikan kabar bahagia itu.Sebuah kotak kecil dengan pita biru terletak manis di atas meja

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-27
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 113: Bahagia dalam Penantian

    Pagi itu langitnya cerah sekali, dengan sinar matahari yang lembut menyelinap masuk melalui jendela ruang tamu dan memantulkan sinar hangat ke atas lantai kayu yang mengkilap.Ayla bersandar nyaman di sofa, punggungnya disangga bantal kecil, tangannya yang satu menggenggam erat secangkir teh herbal hangat yang dibuatkan oleh Adrian. Perutnya yang kini semakin terlihat, mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan kecil yang bergerak di dalamnya.Adrian muncul dari dapur dengan membawa mangkuk kecil yang berisi potongan-potongan buah segar. Dengan langkah ringan, ia berjalan mendekati Ayla sambil tersenyum lebar, kemudian duduk di sebelahnya di sofa. "Coba ini," katanya sambil menyodorkan sepotong stroberi dengan garpu.Ayla mengangkat alisnya, setengah tersenyum. "Kamu pikir aku tidak bisa makan sendiri?" selorohnya dengan nada gurau.Adrian tertawa kecil, suara tawanya menggema kelembutan. "Aku hanya ingin memastikan kamu mendapatkan yang terbaik untuk bayi k

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-28
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 114: Tamu Tak DIundang

    Namun, ada saat-saat Ayla merasa lelah menghimpit jiwa. Di salah satu malam yang dingin, setelah hari yang sibuk, Ayla menumpahkan air mata di kesunyian kamar, sembari mencoba menyembunyikan wajahnya yang basah di balik bantal.Adrian, dengan langkah lembut, memasuki ruangan dan duduk di pinggir tempat tidur Ayla, menempatkan tangan hangatnya di punggung Ayla yang terguncang oleh isak tangis. "Ada apa, sayang?" tanyanya dengan suara yang menenangkan.Ayla mengangkat wajahnya, air matanya

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-28

āļšāļ—āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 176: Cinta yang Terus Hidup

    Siang itu, di antara kehangatan matahari yang lembut, Adrian dan Aruna melangkah memasuki toko bunga. Mereka sepakat untuk menambahkan tanaman baru ke taman kecil di rumah, sebuah tempat yang selalu terasa seperti ruang istimewa untuk keluarga mereka.Rak-rak yang dipenuhi bunga warna-warni menyapa mereka dengan aroma segar dan pemandangan yang memanjakan mata.Saat melewati deretan bunga mawar, langkah Aruna terhenti di depan mawar putih yang tersusun rapi dalam keranjang rotan. Jemarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak salah satu bunga, seolah takut merusaknya."Mama suka mawar putih, kan, Pa?" tanyanya sambil menoleh ke arah Adrian, matanya penuh kenangan.Adrian tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Iya. Dia bilang mawar putih itu lambang cinta yang murni. Meja makan kita hampir selalu dihiasi bunga ini."Aruna tersenyum, seolah menemukan jawaban atas kerinduan yang samar. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, memeluknya dengan lembut sepe

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 175: Cinta yang Membanggakan

    Sore itu, Adrian dan Aruna duduk di ruang kerja Ayla, sebuah sudut kecil yang seakan menyimpan jiwa pemiliknya. Rak-rak penuh buku berjajar rapi, dihiasi benda-benda kecil yang seolah berbicara tentang kenangan masa lalu.Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, memantulkan rona keemasan di dinding ruangan.Aruna, yang sedang menelusuri rak buku, tiba-tiba menemukan sebuah jurnal tua dengan nama Ayla tertulis di sampulnya. Tulisan tangan itu sederhana, tetapi penuh makna.“Ini jurnal Mama?” tanya Aruna dengan nada ingin tahu sambil membuka halaman pertama.Adrian yang duduk di sofa dekat jendela mengangguk perlahan. “Iya. Mama kamu selalu suka menulis. Baginya, itu cara terbaik untuk menyampaikan apa yang tidak sempat diungkapkan dengan kata-kata.”Dengan hati-hati, Aruna mulai membaca halaman demi halaman. Tulisan Ayla mencatat berbagai momen penting dalam hidupnya—dari pertemuan pertamanya dengan Adrian hingga keb

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 174: Mengenang yang Terkasih

    Malam itu, setelah Aruna kembali ke rumahnya sendiri, Adrian duduk sendirian di ruang keluarga. Di hadapannya tergeletak sebuah album foto yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu.Jari-jarinya perlahan membuka halaman demi halaman, menghidupkan kembali senyum Ayla yang terbingkai dalam setiap gambar. Setiap potret adalah pengingat akan cinta dan kebahagiaan yang pernah memenuhi hidupnya.Tangannya terhenti pada sebuah foto pernikahan. Ayla tampak memukau dalam balutan gaun putih yang anggun, sementara Adrian di sampingnya terlihat muda, penuh semangat, dan percaya diri. Ia memandang gambar itu lama, seolah ingin menangkap kembali momen kebahagiaan yang tak tergantikan.“Ayla,” bisiknya dengan suara yang serak oleh emosi. “Aku harap kamu tahu... aku selalu mencintai kamu. Setiap hari. Setiap detik.”Ia memejamkan mata, membiarkan arus kenangan membanjiri pikirannya. Meski dadanya terasa sesak oleh rasa rindu yang menusuk, ada kehang

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 173: Warisan Cinta

    Hari-hari setelah kepergian Ayla adalah masa yang sulit bagi Adrian. Kesedihan seperti bayangan yang selalu mengikutinya, tetapi ia tahu, Ayla tidak pernah benar-benar pergi. Setiap sudut rumah mereka menyimpan kenangan; dindingnya seolah berbisik tentang tawa dan percakapan mereka.Setiap bunga yang mekar di taman menjadi peringatan akan cinta yang mereka bangun dengan penuh kasih sayang.Di malam-malam sunyi, Adrian sering duduk di kursi goyang di teras belakang, memandang bintang-bintang yang berkelip di langit gelap. Ada rasa damai sekaligus rindu yang melingkupi hatinya."Aku nggak akan lupa janji kita, Ay," gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara desir angin. "Aku akan terus hidup dengan bahagia, untukmu."Cinta mereka tidak berhenti di situ. Cinta itu tetap hidup, bersemayam dalam setiap kenangan yang mereka ciptakan, dalam napas Aruna—putri kecil mereka yang menjadi buah hati dari kisah cinta yang tak tergantikan.

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 172: Saling Menemani Hingga Akhir

    Hujan turun perlahan, butirannya meliuk-liuk di kaca jendela kamar Ayla dan Adrian, seakan menari dalam kesunyian malam.Udara dingin menembus hingga ke tulang, namun di dalam kamar itu, kehangatan terasa begitu nyata—kehangatan yang berasal dari cinta yang telah mereka rawat bersama selama bertahun-tahun. Ayla terbaring di tempat tidur, tubuh mungilnya dibalut selimut tebal.Wajahnya tampak pucat, tapi sorot matanya tetap memancarkan kelembutan yang menjadi ciri khasnya, kelembutan yang selalu membuat Adrian jatuh cinta.Adrian duduk di kursi kecil di samping tempat tidur, sebuah buku terbuka di tangannya. Suaranya lembut saat ia membacakan cerita, setiap kata meluncur seperti irama yang menenangkan. Ia seolah ingin menjadikan kata-kata itu jubah hangat yang membungkus hati Ayla.“...dan akhirnya, sang putri menemukan kebahagiaan di tempat yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah akhir yang mungkin tak sempurna, tapi cukup untuk membuatnya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 171: Kehidupan Penuh Cinta

    Di meja makan, aroma kopi yang baru diseduh dan roti panggang yang masih hangat memenuhi udara pagi itu. Adrian duduk di seberang Ayla, mengaduk kopinya dengan gerakan pelan, sesekali melirik istrinya yang tengah menikmati sarapannya.Keheningan di antara mereka terasa nyaman, seolah tak perlu ada kata-kata untuk mengisi ruang. Namun tiba-tiba, Adrian membuka suara, suaranya lembut namun cukup jelas memecah kesunyian."Aku ingat," katanya, senyuman tipis menghiasi wajahnya.Ayla mengangkat alis, meletakkan sendoknya dengan hati-hati. Tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Ingat apa?" tanyanya lembut.Adrian tersenyum kecil, matanya menatap Ayla dengan sorot yang sulit diartikan. "Waktu pertama kali aku sadar kalau aku jatuh cinta sama kamu," ucapnya pelan, seperti berbicara langsung dari hatinya.Kata-kata itu membuat Ayla tertegun. Dia tidak menduga Adrian akan mengungkit kenangan itu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, tapi s

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 170: Perpisahan Menguatkan

    Adrian terdiam. Tatapannya mengabur, diselimuti emosi yang terus ia tahan agar tak tumpah. "Ay, aku nggak mau membicarakan itu sekarang," ucapnya pelan, nyaris berbisik."Tapi aku perlu kamu dengar, Din," balas Ayla, suaranya tegas namun tetap lembut, seperti angin sore yang menyentuh kulit tanpa melukai. "Aku tahu kamu mencintaiku. Aku tahu kamu rela melakukan apa saja untukku. Tapi, Din, aku juga ingin kamu tahu… kebahagiaanmu penting buatku. Sama pentingnya."Adrian menatap Ayla lama, seolah-olah sedang mencari sesuatu di dalam matanya—sebuah harapan, mungkin. Matanya, yang biasa penuh dengan ketenangan, kini berkilat, dihiasi air mata yang menunggu untuk jatuh."Aku nggak bisa bayangkan hidup tanpa kamu, Ay," gumamnya akhirnya, suaranya nyaris pecah.Ayla tersenyum, walaupun air mata mulai menitik di pipinya. "Aku nggak akan pernah benar-benar pergi, Din. Aku akan selalu ada di sini." Jemarinya perlahan menyent

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 169: Tantangan Terakhir

    Sesampainya di rumah, Adrian langsung mengantar Ayla ke kamar. Dengan penuh perhatian, ia merapikan bantal dan menyelimuti tubuh istrinya yang tampak kelelahan. Ayla hanya bisa tertawa kecil, senyumnya menghangatkan suasana."Din, aku bukan anak kecil," ucap Ayla lembut, tangannya menyentuh pipi Adrian dengan kehangatan yang membuatnya sejenak terhenti.Adrian mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Tatapannya penuh kasih. "Aku tahu kamu bukan anak kecil. Tapi kamu istriku, Ay, dan aku akan selalu memastikan kamu baik-baik saja."Nada suaranya—tenang namun tegas—membuat Ayla terdiam. Ia meraih tangan Adrian, menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kamu tahu, Din? Aku nggak pernah merasa seaman ini sebelumnya. Terima kasih karena selalu ada untukku."Adrian tersenyum lembut. Ia membawa tangan Ayla ke bibirnya, mengecupnya dengan perlahan. "Aku nggak akan pernah pergi, Ay. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Nggak ada yang bisa mem

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 168: Momen dalam Kedamaian

    Hari itu berlalu dalam kehangatan yang sederhana, namun begitu membekas di hati. Setelah sarapan bersama—ritual pagi yang selalu mereka nikmati dengan tawa kecil dan obrolan ringan—Ayla mengusulkan ide untuk mencoba resep baru yang ia temukan di buku masak lamanya.Adrian, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut terjun ke dapur.“Duh, ini kayaknya kebanyakan gula, deh,” keluh Adrian sambil mengaduk adonan kue dengan raut penuh keraguan.Ayla tertawa kecil, melirik suaminya dengan tatapan geli sembari tangannya cekatan memotong cokelat hitam. “Nggak apa-apa, kalau terlalu manis, kita kasih aja ke anak-anak tetangga. Mereka pasti suka.”Adrian mengangguk pelan, meski garis ragu di keningnya belum juga sirna. Ia mencuri pandang ke arah Ayla, yang tengah sibuk bekerja dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu nggak, Ay? Ada satu hal lagi yang bikin aku bangga selain Aruna."Ayla berhenti sejenak, alisn

āļŠāļģāļĢāļ§āļˆāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āđ€āļ‚āđ‰āļēāļ–āļķāļ‡āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āļˆāļģāļ™āļ§āļ™āļĄāļēāļāđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ› GoodNovel āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļ—āļĩāđˆāļ„āļļāļ“āļŠāļ­āļšāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āđ„āļ”āđ‰āļ—āļļāļāļ—āļĩāđˆāļ—āļļāļāđ€āļ§āļĨāļē
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ›
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ­āđˆāļēāļ™āļšāļ™āđāļ­āļ›
DMCA.com Protection Status