'Kania. Kenapa aku jadi teringat terus pada perempuan itu ya? Apa karena dosaku di masa lalu yang membuatku kembali ingat kepadanya?' resah dan gelisah rasa hati Andra memikirkan kejahatan yang selalu berusaha dilupakannya itu.
Semakin Andra merasa bersalah kepada Kania, semakin ingatannya tertuju kepada sosok Kania. Sosok yang begitu ceria saat bertemu dengannya kemarin, seakan di antara mereka tidak pernah ada masalah apa pun.
Keresahan hati Andra membuatnya merasa begitu lelah dan mengantuk, sehingga dia memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak untuk mengistirahatkan pikirannya dari mengingat Kania.
'Aahh ... lelah sekali rasanya dan mataku pun mengantuk. Mumpung masih ada waktu satu setengah jam, lebih baik aku tidur sejenak. Siapa tahu dengan cara itu, aku tidak lagi mengingat Kania,' gumam Andra sambil merebahkan badannya di ranjang dan mulai memejamkan matanya.
Namun, belum sampai sepuluh m
Sementara itu di kawasan Ancol, di sebuah rumah paling mewah di kawasan tersebut, tampak seorang wanita berparas cantik rupawan tengah tersenyum sendiri sambil memandangi pantulan wajahnya di sebuah cermin besar di hadapannya. Perempuan itu adalah Kania, sejak bercerai dengan Arga dua tahun lalu, Kania memilih untuk pergi meninggalkan rumah suaminya di Pondok Indah dan memilih membeli rumah sendiri di sebuah kawasan elit di Ancol. Usai mengakhiri panggilan videonya, Kania tertawa terbahak-bahak, dia merasa sangat bahagia karena ternyata ajian pengasihan Jaran Goyang yang dia dapat dari Nyai Lakeswari, salah satu sesepuh adat salah satu suku di Blambyangan, ahli teluh luar biasa hebat dan sakti, berhasil memikat Andra bahkan belum sampai satu hari dari waktu mereka bertemu. Tidak percuma dulu dia mengeluarkan banyak uang untuk menemui perempuan sakti itu hingga ke pelosok hutan di ujung timur Pulau Jawa. 'Well Andra
Sementara itu tanpa Kania sadari boneka jerami berbalut kafan yang sudah lama tidak disentuhnya itu tiba-tiba bergerak sendiri tanpa disentuh oleh siapa pun, mata boneka yang semula tidak berwarna pun berubah menjadi semerah darah, lilin yang sebelumnya mati pun mendadak menyala sendiri, dan tiba-tiba kepala boneka itu ... menoleh ke arah pintu kamar, memandang Kania yang sedang berjalan menuju ke kantor dengan tatapan penuh misteri.Boneka jerami berbalut kafan itu masih terus memandangi Kania hingga hilang dari pandangan. Dengan tatapan kemarahan, dia bermaksud mencelakai Kania karena telah mengacuhkan dirinya sekian lama. Namun, boneka jerami itu dikagetkan dengan kemunculan suara Mahesa secara tiba-tiba di belakangnya."Kirana! Aku tahu kamu ingin berbuat jahat kepada Kania! Kuperingatkan kau, jangan pernah kau berani berbuat jahat kepadanya kalau kamu ingin selamat!" Ancam Raden Mahesa kepada Kirana tegas."Ka
Sementara itu di kediaman Arga di Pondok Indah, Arga dan Rasti sedang beradu mulut karena Rasti merasa jengkel dengan sikap Arga yang dirasanya mulai berubah sejak kematian anak mereka. Rasti merasa Arga tidak lagi perhatian kepadanya dan terus menerus melamun tanpa mempedulikan sekitarnya. Sedangkan Arga merasa jengah dengan sikap Rasti yang sekarang terlalu menuntut darinya, Arga merasa lelah dengan sikap Rasti yang dirasakannya semakin lama semakin egois, mau menang sendiri. "Mas, kenapa ya sejak kematian anak kita, aku merasa sikap Mas Arga kepadaku nggak seperti dulu lagi! Mas Arga sekarang berubah, Mas Arga yang sekarang beda dengan Mas Arga yang dulu aku kenal!" keluh Rasti dengan nada ketus melihat sikap suaminya yang dirasanya mulai berubah. "Beda gimana sih? Aku biasa aja, nggak ada yang beda. Kamu kali yang berubah, kamu sudah nggak semanis dulu lagi sama aku. Rasti yang sekarang terlalu banyak menuntut,
Namun, petugas keamanan itu segera meneruskan kembali langkahnya setelah melihat Rasti tengah menatapnya dengan pandangan tidak suka dan menusuk seolah ingin mencongkel bola matanya, selain ancaman dan makian yang dilontarkan kepadanya."Apa lu lihat-lihat, hah! Pergi nggak lu, atau lu mau gue bunuh terus gue congkel biji mata elu karena udah berani kepo sama urusan gue! Pergi nggak lu! Pergi!" teriak Rasti nyaring sehingga mengagetkan petugas keamanan perumahan itu dan membuatnya segera meninggalkan rumah Rasti dan Arga dengan setengah berlari sambil menempelkan jari telunjuknya di dahi.Rasti yang dari sebelumnya sudah merasa sangat marah kepada Arga pun semakin marah dan melemparkan pot bunga yang berada di dekatnya, kemudian masuk ke dalam rumah dan membanting pintu kencang-kencang.Dengan penuh amarah, Rasti berlari menuju kamarnya untuk menyiapkan peralatan ritual yang akan dikerjakannya nanti tengah malam di hari
Kediaman Mbah Kromo.Seusai menerima panggilan suara dari Rasti, Mbah Kromo bergegas menyiapkan berbagai perlengkapan yang akan dipakai untuk melaksanakan ritual guna mengulur waktu kepulangan Arga ke rumah nanti sore.Dupa yang telah habis diganti dengan yang baru, dan mulai dinyalakan membuat wangi asapnya menguar ke seluruh ruangan. Selarik demi selarik mantra dirapal di bibir hitamnya yang tebal. Membuat suasana yang tadinya biasa berubah menjadi tegang dan mencekam meski pun saat itu masih siang hari.Angin deras dan dingin mulai menerpa ke dalam ruangan kecil yang dipakai lelaki tua itu untuk ritual berdukun, membuat benda-benda yang ada di dalam sana bergoyang. Hawa panas dan dingin bercampur menjadi satu, aroma telur busuk memaksa masuk ke dalam indera penciuman. Dan dalam sekejap mata sosok yang dipanggil pun muncul, mendatangi tuannya."Ada apa Mbah memanggil saya? Tugas apa yang harus saya lakukan kali ini?" tanya sosok berwarna putih tinggi, b
"Baik. Aku akan memenuhi persyaratanmu, malam ini juga akan kubu*nuh kedua orang tuaku. Kamu akan melihat bukti cintaku kepadamu." Kromo memantabkan tekatnya demi menikahi wanita idaman hatinya dan terjadilah apa yang diinginkan oleh wanita itu.Kromo berhasil membun*uh kedua orang tuanya tetapi nasib apes menimpa dirinya saat hendak membuang jasad kedua orang tuanya itu Kromo tertangkap basah oleh seseorang yang ternyata adalah suruhan Marni dan harus mendekam di penjara selama beberapa tahun.Sekali lagi demi mendapatkan wanitanya, Kromo rela menjalani hukuman itu dengan harapan bisa menikahi Marni setelah dia keluar dari penjara nanti.Namun, apa yang terjadi? Setelah Kromo muda menjalani hukumannya, ternyata wanita itu, Marni meninggalkan dirinya dan menikah dengan pria lain. Tidak hanya itu saja, Marni bahkan menghinanya habis-habisan dan menyebutnya sebagai pembun*uh berdarah dingin sehingga membuat dirinya menjadi
Setelah beberapa kali panggilan videonya diabaikan, tiba-tiba panggilan video yang entah ke berapa kalinya dijawab oleh Arga, di sana tampak beberapa tumpukan berkas yang sedang dikerjakan Arga menunjukkan bahwa Arga baik-baik saja, bahkan tampak Arga sedang melahap makan siang yang baru sempat dipesannya karena banyaknya pekerjaan yang menunggu persetujuan dari dirinya.[Mas, lagi apa?] tanya Rasti mengawali percakapan dengan Arga.[Ya, seperti yang kamu lihat. Aku sedang makan siang sekarang, pekerjaanku lagi banyak banget jadi baru sempet makan.] Arga menunjukkan tempat makan siangnya dari sebuah restoran makanan Jepang.[Syukurlah Mas, kalau kamu baik-baik saja. Maaf ya, Mas tadi pagi aku marah-marah.] Rasti menghembuskan nafas lega melihat suaminya baik-baik saja.[Ya, aku juga minta maaf ya, Sayang. Ohya, kamu sudah makan belum? Kalau belum, makan dulu sana, aku mau nyelesaiin pekerjaanku lagi nih biar nanti
Dengan sekejap mata, Pocong Marni pun segera kembali ke rumah Mbah Kromo untuk melaporkan hasil kerjanya. Mbah Kromo mengangguk-angguk mendengar laporan Pocong Marni, dia meras cukup puas dengan hasil kerja anak buahnya walau pun belum sepenuhnya sempurna.Bertepatan dengan usainya laporan dari Pocong Marni, di pintu depan rumah Mbah Kromo terdengar seperti ada orang yang mengetok. Dan benar saja, persis seperti dugaannya, Rasti sudah berada di depan pintu rumahnya. Terburu-buru Mbah Kromo menyuruh Pocong Marni untuk pergi dari situ."Masuk!" Mbah Kromo berteriak menyuruh Rasti masuk ke dalam rumahnya.Mendengar suara Mbah Kromo, Rasti pun bergegas masuk karena dia masih selalu merasa merinding setiap kali datang ke rumah itu, padahal dia sudah termasuk sering mendatangi rumah Mbah Kromo."Ada apa?" Tanpa basa-basi, Mbah Kromo langsung menanyakan maksud kedatangan Rasti ke rumahnya, "tunggu dulu aku