Penyesalan memang selalu datang terlambat. Manusia seringkali salah membuat keputusan dan juga salah dalam menilai sesuatunya. Dan hal itu yang kini terjadi pada Langit. Sejujurnya, iya masih berharap kalau apa yang ia dengar hari ini adalah sebuah kebohongan. Apalagi selama ini ia begitu menganggap Renata adalah seorang gadis yang baik.David sudah kembali duduk di kursi, kini dia berhadapan dengan Langit. Tepat di belakang Langit, kini Marvin sudah berdiri mendampingi atasannya itu. Sejak tadi Marvin memilih untuk sedikit ke belakang dan membiarkan Langit meluapkan emosinya."Jadi katakan semuanya sekarang!" Langit menekankan agar David segera mengatakan semua hal. Pria itu sudah cukup lama terdiam, setelah tadi ia mengatakan kalau akan memberi tahu semuanya."Aku tahu jika aku mengatakan ini mungkin saja kau akan terluka, kecewa, atau merasa bodoh dengan dirimu sendiri." Seperti biasa, David selalu saja ingin memancing emosi Langit.Sebenarnya Langit ingin bergerak, memukul, menend
“Kau bohong …,” ucap Langit lirih. Dia mengulang-ulang kalimat itu seperti kaset rusak. “Kau pasti berbohong.”Antara tidak percaya dengan semua perkataan yang David katakan. Dia sudah tahu kebenarannya sayangnya dia menolak untuk mempercayai, seakan seluruh logikanya menolak hal itu. Jika dia mengakuinya maka dia telah salah target salama ini.David mendengus. Lalu tertawa pelan. “Kenapa? Apa kau masih tidak bisa menerima kalau dirimu itu adalah orang bodoh? Kau adalah pria yang sangat mudah diperdaya oleh seorang wanita. Apa itu melukai harga dirimu?”“Marvin, beri tahu aku kalau semua itu tidak benar,” ucap Langit. Namun, dia pun sudah tahu kalau semua yang dikatakan oleh David tidak mungkin sebuah kebohongan. Hanya saja, jika itu semua memang benar, Langit masih tidak siap menanggung semua akibat dari kebodohannya.Marvin tidak mengatakan apa-apa kepada Langit. Dia tidak mencoba menghibur. Pria itu hanya mengeluarkan ponselnya. Kemudian memberi tahu apa yang sudah ia temukan setel
"Argh! Sialan! Bagaimana bisa aku lebih mempercayai wanita yang telah membunuh adikku sendiri?! Renata sialan! Penjahat! Bagaimana bisa aku memberikan semua yang terbaik dan menuduh Danas?! Danas tak bersalah!" Langit tak bisa menahan amarah dan perasaannya yang kini tengah berantakan. Bahkan butuh beberapa waktu sampai akhirnya ia bisa mendapatkan sedikit kesadaran. Sejak tadi di dalam mobil, Langit terus saja berteriak frustasi. Setelah mengetahui kebenaran dari mulut David. Merasa berada di titik paling rendah dalam hidupnya. Langit tak mengerti lagi, apa yang harus dia lakukan saat ini. Pria itu merasa marah pada dirinya sendiri karena dulu telah bersikap tidak adil kepada Danas. "Aku benar-benar tidak menyangka, Renata itu hanya seorang gadis murahan! Penjahat! Dia yang membuat aku seperti ini, dan aku bahkan harus menyakiti orang yang tak bersalah, membenci, dan tak pernah melakukan sesuatu hal yang menyenangkan untuk Danas. Seumur hidup, sampai akhir hayatnya …." Langit terus
Jagad masih memperhatikan kepergian Langit. “Kau tidak akan tahu arti kehilangan sebelum merasakannya, Lang. Hanya ini bisa yang kulakukan untuk membuatmu bisa merasakan bagaimana kehilangan wanitamu.” Lelaki itu bermonolog sendiri.“Kakak, bagaimana tahu Kak Langit ada—““Marvin yang mengirimkan text jika mereka akan datang ke sini.”“Aku heran kenapa Kakak, membiarkan pria itu merawat bayi itu.”Mata Jagad melirik adiknya yang juga sejak tadi memperhatikan Langit yang menjauh dari hadapan mereka. “Itu hukuman untuknya dan juga dia bisa mengobati anak itu sampai sembuh.”Hukuman? Ya, hukuman untuk Langit. Semakin Langit bersama bayi itu, dia tidak akan selalu menyalakan diri sendiri karena balas dendam pada wanita yang salah. Wanita yang dia bunuh. Bukankah itu sedikit balasan yang cocok untuk seorang Raka Langit Mahameru, pria angkuh yang tidak pernah menurunkan ego mengakui jika ada ruang sendiri untuk Danas di hatinya.Setelah dari pemakaman, Langit segera dibawa oleh Marvin ke ru
Selama beberapa hari, Langit masih terus berziarah ke makam Danas. Hatinya terluka, separuh dunianya runtuh dan membuatnya merasa tak bisa berpijak. Mungkin terdengar bodoh, tapi dia berharap kalau Danas bisa hidup kembali.Beberapa hari itu pula, Marvin dan Delta sangat keras padanya. Dua orang itu terus menerus memintanya untuk tidak banyak bekerja dan hanya beristirahat total. Bahkan di kantor Marvin yang mengambil alih.“Astaga.” Langit memekik saat dia mendapati Delta sudah ada di dalam mobilnya. “Apa yang kau lakukan di sini?”“Menyusulmu. Aku takut kau punya ide gila bunuh diri menyusul Danas jadi aku menyusul, takutnya Marvin tidak—“Langit mendengus kesal. Bisa-bisanya Delta berpikir seperti itu padanya. “Ya, bisa saja. Kau tahu juga aku hampir melakukannya. Untung saja tidak jadi pisah alam,” kekeh Delta, dia menertawakan sedikit kebodohan serta kegilaannya itu.“Otakmu yang cukup gila. Kau pikir aku akan meninggalkan putriku, huh?”Delta mengangkat bahunya. “Aku data
Rasanya Langit tengah diintogasi oleh dua orang tamu yang saat ini duduk di sofa menatap tajam ke arahnya. Kakak beradik yang selalu pasang badan untuk Danas. “Kau datang untuk menertawaiku?” Langit bertanya sambil menatap ke arah Jagad.Pria itu menganggukan kepalanya. “Iya. Aku ingin melihat sendiri seorang Raka Langit Mahameru yang terbaring lemah di tempat tidur seperti yang diberitakan di internet.”Langit mendengkus. Memang sangat menyebalkan terpasang infus di lengan tangannya bahkan Marvin sangat posesif padanya. “Ck. Kau sudah melihatku, kau boleh pergi sekarang,” kesalnya.Kemudian ruangan kembali diam. Langit mengalihkan matanya menatap sahabat istrinya. “Kau puas melihatku seperti ini ‘kan, Davina?”Gadis yang ditanyai itu mengelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak cukup puas, Kakak hidup sedangkan sahabatku tidak!” Langit menundukan kepala dengan dalam. “Jangan pernah punya niat bunuh diri, hiduplah seperti ini dengan rasa bersalahmu, Kak.” “Ingat bagaimana keluarga
"Apa kau baik-baik saja hari ini?" Langit bernarasi pada nisan sang istri pagi ini.Seperti pagi-pagi belakangan, ia rutin berkunjung ke makam Danas. Melepaskan rindu juga mengobati rasa sakit hatinya. Kekecewaan yang ia rasakan pada diri sendiri semakin menjadi-jadi setiap harinya. Bahkan setiap hari, tidak lupa membawakan bunga yang akan diletakkan di atas nisan sang istri.Andai saja Danas masih hidup, dia pasti akan sangat berbahagia. Namun sayang, Danas harus pergi terlebih dahulu. Meninggalkan begitu banyak luka dalam hatinya, yang menyedihkannya Haris ia bawa sampai mati."Aku masih akan menjaga anak kita, Cahaya. Aku memberikan nama Cahaya Sabintang Dara Mahameru. Sengaja memberikan nama itu, karena dia sangat mirip denganmu. Bibir dan matanya mengingatkanku pada dirimu." Langit mengatakan dengan suara yang bergetar. Semakin Langit menatap Cahaya, semakin dia merindukan mendiang Sena.Langit memberikan nama putrinya Cahaya, karena menurutnya bayi cantik itu menjadi cahaya tera
Langit berada di ruang perawatan Cahaya. Tangan dan kaki mungil bayi itu bergerak. Kondisinya belum stabil, tapi dokter mengizinkan sang ayah untuk menemui putri kecilnya. Langit menggunakan pakaian khusus, duduk di samping tempat Cahaya yang rebah dengan segala alat yang menempel di tubuhnya.Hatinya jelas sakit melihat kondisi putrinya.“Ayah akan melakukan apapun untukmu, tidak ada yang akan menyakitimu. Ayah janji,” gumamnya.Tingkah bayinya membuat hatinya terenyuh, tanpa sadar ia meneteskan air mata. Ada rasa bahagia dan penyesalan yang bercampur, sayangnya lebih banyak penyesalan.“M-maafkan Ayah. Kau pasti sangat marah jika tahu kebenaran saat dewasa nanti. Apapun itu, Ayah pasti akan menerima hukuman darimu, jadi Ayah mohon bertahanlah.” Langit meremas pinggiran incubator, tangannya diulurkan mengusap pipi mungil yang masih pucat.Senyuman Langit terbit di sudut bibir, senang melihat tangan dan kaki mungil Cahaya se