Rasanya Langit tengah diintogasi oleh dua orang tamu yang saat ini duduk di sofa menatap tajam ke arahnya. Kakak beradik yang selalu pasang badan untuk Danas. “Kau datang untuk menertawaiku?” Langit bertanya sambil menatap ke arah Jagad.Pria itu menganggukan kepalanya. “Iya. Aku ingin melihat sendiri seorang Raka Langit Mahameru yang terbaring lemah di tempat tidur seperti yang diberitakan di internet.”Langit mendengkus. Memang sangat menyebalkan terpasang infus di lengan tangannya bahkan Marvin sangat posesif padanya. “Ck. Kau sudah melihatku, kau boleh pergi sekarang,” kesalnya.Kemudian ruangan kembali diam. Langit mengalihkan matanya menatap sahabat istrinya. “Kau puas melihatku seperti ini ‘kan, Davina?”Gadis yang ditanyai itu mengelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak cukup puas, Kakak hidup sedangkan sahabatku tidak!” Langit menundukan kepala dengan dalam. “Jangan pernah punya niat bunuh diri, hiduplah seperti ini dengan rasa bersalahmu, Kak.” “Ingat bagaimana keluarga
"Apa kau baik-baik saja hari ini?" Langit bernarasi pada nisan sang istri pagi ini.Seperti pagi-pagi belakangan, ia rutin berkunjung ke makam Danas. Melepaskan rindu juga mengobati rasa sakit hatinya. Kekecewaan yang ia rasakan pada diri sendiri semakin menjadi-jadi setiap harinya. Bahkan setiap hari, tidak lupa membawakan bunga yang akan diletakkan di atas nisan sang istri.Andai saja Danas masih hidup, dia pasti akan sangat berbahagia. Namun sayang, Danas harus pergi terlebih dahulu. Meninggalkan begitu banyak luka dalam hatinya, yang menyedihkannya Haris ia bawa sampai mati."Aku masih akan menjaga anak kita, Cahaya. Aku memberikan nama Cahaya Sabintang Dara Mahameru. Sengaja memberikan nama itu, karena dia sangat mirip denganmu. Bibir dan matanya mengingatkanku pada dirimu." Langit mengatakan dengan suara yang bergetar. Semakin Langit menatap Cahaya, semakin dia merindukan mendiang Sena.Langit memberikan nama putrinya Cahaya, karena menurutnya bayi cantik itu menjadi cahaya tera
Langit berada di ruang perawatan Cahaya. Tangan dan kaki mungil bayi itu bergerak. Kondisinya belum stabil, tapi dokter mengizinkan sang ayah untuk menemui putri kecilnya. Langit menggunakan pakaian khusus, duduk di samping tempat Cahaya yang rebah dengan segala alat yang menempel di tubuhnya.Hatinya jelas sakit melihat kondisi putrinya.“Ayah akan melakukan apapun untukmu, tidak ada yang akan menyakitimu. Ayah janji,” gumamnya.Tingkah bayinya membuat hatinya terenyuh, tanpa sadar ia meneteskan air mata. Ada rasa bahagia dan penyesalan yang bercampur, sayangnya lebih banyak penyesalan.“M-maafkan Ayah. Kau pasti sangat marah jika tahu kebenaran saat dewasa nanti. Apapun itu, Ayah pasti akan menerima hukuman darimu, jadi Ayah mohon bertahanlah.” Langit meremas pinggiran incubator, tangannya diulurkan mengusap pipi mungil yang masih pucat.Senyuman Langit terbit di sudut bibir, senang melihat tangan dan kaki mungil Cahaya se
Marvin memperhatikan sebuah news yang baru saja terbit.‘CEO Neha’v Group Dilarikan Ke Rumah Sakit’‘CEO Neha’v Mengalami Depresi Setelah Kematian Istrinya’Berbagai komentar mengisi akun dari pembuat artikel. Kini sudah jadi rahasia umum kehidupan atasannya. Namun terlepas dari segala itu, untung saja wajah sang nona tidak pernah terundus media.“Pak, kembalilah ke rumah. Dokter memperbolehkanmu kembali, aku akan menjaga Nona.” Itulah kalimat yang diucapkannya atasannya.Atas perkataan Marvin akhirnya Langit kembali ke rumah. Pria itu juga merasa kalau ia butuh menenangkan diri. Namun sebelum pulang dia menyempatkan diri untuk datang ke makam. Satu hari pun tak ada yang dilewatkan. Anehnya hal itu malah membuatnya semakin rindu pada Danas."Hari ini aku akan pulang ke rumah. Tapi jangan khawatir, aku akan tetap menjaga anak kita dengan baik. Aku akan tetap memberikan semua yang terbaik untuk C
“Kakak jangan gila, ya,” bentak Davina yang melihat raut wajah sang kakak setuju dengan perkataan Marvin.“Apa yang dia katakan benar. Kita harus membawa Danas pergi dari sini.”“Kak.”“Dav. Please, kau tahu hanya ini cara agar dia terbebas dari pria itu.”“Apa Kakak harus melakukan ini?” tanya Davina, matanya menatap nyalang.Davina tidak percaya kakaknya terpengaruh oleh Marvin, dia hanya takut kakaknya jatuh ke dalam perangkap masalah. Marvin adalah orang kepercayaan Langit, pria itu tidak mungkin akan mengkhianati tuannya. Bahkan saat Danas mendapatkan perlakuan tidak baik, dia tidak pernah berniat membantu tapi pria yang hampir tidak pernah ikut campur menginginkan mereka membawa Danas pergi? Itu membuatnya menaruh curiga.“Kita tidak punya pilihan lain. Asistennya saja meminta kita agar membawa Danas pergi. Tidak perlu khawatir, Marvin tidak—““Apa yang tidak mungkin? Dia bawahan pria itu.”“Percaya padaku, aku punya rencana. Kau hanya pergi percaya pada kakak dan Marvin. Kau ti
S2-5. Pria Sejuta Penyesalan“Kau tau apa yang dia katakan sebelum di operasi? Dia memilih agar bayinya diselamatkan karena dia tidak ingin kau sendirian di dunia ini.” Suara Jagad menggema.“Tuan, kondisi Nyonya Danas saat ini sangat serba salah, keadaannya kurang baik.”“Nyonya Danas dan bayinya dalam bahaya.”Lidah dan tubuh Langit keluh saat itu juga. “Tuan, pilihan ada di tangan Anda. Siapa yang harus diselematkan? Nyonya atau–”“Bayiku, selamatkan bayiku.”“Da-danas—“ Suara Langit bergetar, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan. Raut wajahnya tampak gelisah hingga ia memekik nama Danas membuat Marvin yang sedang duduk di meja mengerjakan laporan melirik ke arah sang atasan.Langit terbangun dengan dada berdebar-debar. Dia selalu
“Apa yang mereka kerjakan sampai tidak becus menjaga satu wanita saja, huh?” Langit mengeram, di mengumpat sepanjang perjalanan.“Saya yang lalai, Tuan. Saya akan memberikan mereka pelajaran.”Rahang Langit mengeras, dia tidak habis pikir bagaimana bisa menjaga satu wanita saja tidak bisa. Bahkan sudah beberapa kali mereka kehilangannya.“Cari sampai ketemu,” geramnya.Dia ingat jika Jagad memintanya untuk menyerahkan sepenuhnya kasus kematian adik dan sang mama kekepolisian, itu benar dia lakukan. Namun hanya David, tidak Renata. Renata dinyatakan bersalah tapi ditahan karena kondisi mentalnya karena itu di rawat di rumah. Sayangnya itu tidak luput dari uang Langit.Dia tidak rela jika Renata mendapatkan hukuman yang sangat ringan. Sebuah Villa di pinggiran kota miliknya, tempat di mana dia mengurung Renata. Begitu banyak pengawal serta keamanan ketat, tapi masih saja wanita itu meloloskan diri.Ponsel Ma
Jagad duduk dengan gelisah di samping ranjang rumah sakit tempat Danas berbaring. Matanya tak henti-hentinya memandangi wajah wanita dicintai yang terbaring tak bergerak.Kondisi fisik Danas telah membaik secara signifikan. Luka-luka di wajah dan tubuhnya telah sembuh, dan alat-alat medis yang sebelumnya melekat padanya telah dihilangkan. Dokter yang merawatnya bahkan telah memberikan laporan positif tentang perkembangan fisiknya. Tetapi satu hal yang membuat Jagad semakin khawatir adalah kenyataan bahwa Danas belum juga sadarkan diri.Jagad menatap wajah Danas dengan ekspresi campuran antara kekhawatiran dan rasa bersalah. "Danas, aku di sini. Kamu harus bangun," bisiknya dengan suara yang hampir pecah karena emosinya. Dia meraih tangan Danas yang terbaring lemah di atas selimut putih. "Apa yang harus kulakukan, Danas?"Dokter yang merawat Danas, seorang wanita dengan pakaian putih bersih, masuk ke dalam kamar. Dia melihat Jagad yang duduk di samping ranjang de