Share

Bab 4

Author: Ara putri
last update Last Updated: 2022-02-17 21:22:09

Aula yang disiapkan untuk pesta terlihat sudah dipenuhi oleh para tamu, musik dan nyanyian ikut memeriahkan pesta pernikahan. Canda tawa mulai menggema, sama seperti hati gadis yang berdiri diam itu. Bedanya sang gadis hatinya yang menggema lantaran ingin menghancurkan pria yang tersenyum menerima setiap ucapan selamat dari para tamu.

 

Bagaimana bisa dia tersenyum begitu lebar,  sedangkan disini hati seseorang telah ia hancurkan tanpa perasaan. Sekarang rasa benci semakin menyeruk dalam hatinya,  intan berjanji ia tak kan pernah semudah itu memaafkan Ferdi.

 

Hati Intan merasa sedih, mereka sudah bersama dan saling memahami selama ini, tapi kenapa pada akhir hanya menjadi tamu undangan.

 

Lima belas menit  Intan hanya memandang  pesta mewah itu,  ia merasa ragu untuk melangkah masuk ke dalam sana.  Apakah dulu ia pernah berpikir akan berakhir seperti ini?

 

Tidak!

 

Karena dulu Ferdi selalu mengatakan hal manis,  selalu menjanjikan jika suatu hari nanti dirinya lah berada di samping Ferdi saat ijab kabul ia lantunkan. Tapi itu semua hanya bohong,  nyatanya sekarang pria itu membiarkan orang lain mengambil posisinya dengan begitu mudah.

 

*****

 

Intan melangkah dengan penuh percaya diri, ia tersenyum manis diikuti dengan langkah yang begitu anggun. Ia bisa melihat  wajah ibu Ferdi yang tak senang dengan kedatangannya, wanita paruh baya itu bahkan tersenyum sinis,  seolah ingin mengatakan ia menang, dia telah berhasil menjauhi Ferdi darinya.

 

Melihat itu, intan membalas dengan senyuman yang manis,  tapi penuh permusuhan.

 

Intan maju di hadapan Ferdi dan bela dengan senyuman yang dipaksakan,  “selamat atas pernikahan kalian ... Aku harap kalian akan selalu bahagia.” Ucapan sungguh berbeda dengan pikiran dan hati gadis itu, padahal di dalam hati ia sedang menyumpah serapah pria yang tersenyum tanpa dosa ini.

 

“Terima kasih sudah mau datang,” ucap sang pengantin wanita yang tersenyum ramah. Intan tahu,  wanita itu tak tahu apa yang  terjadi di antara dirinya dengan  Ferdi. Bukankah tidak  seharusnya  ia juga ikut membenci dia?

 

“Tentu saja aku harus datang ... Aku tidak ingin melewatkan sesuatu yang seharusnya dari lama aku lihat. Tapi meskipun aku terlambat tidak apa-apa, yang terpenting Allah sudah menjauhinya dari ku,” ucap intan sambil melirik sinis sang mantan.

 

Sang pengantin wanita hanya melongo tak mengerti,  terlihat ia sangat penasaran dengan maksud ucapan Intan.  Ferdi diam saja, ia bahkan terlihat cemas entah kenapa dan mengapa, intan sendiri memilih untuk tidak peduli.

 

Karena tak ingin mengganggu kebahagiaan orang lain lebih lama, Intan memilih pergi dari hadapan mereka. Meskipun kebahagiaan mereka di atas penderitaan dirinya,  ia berusaha untuk iklas  karena ia yakin balasan dari Allah ini lebih baik.

 

Percuma jika kita berusaha mempertahankan sebuah hubungan yang sepihak, padahal yang disana jelas tak menginginkan dirinya.

 

Setelah sedikit jauh,  intan berlari meninggalkan rumah indah yang membuat dirinya merasa sesak berada disana. Ia berusaha menahan tangisnya,  tapa yang namanya air mata ditahan seperti apapun tetap saja keluar tanpa dapat dicegah.

 

Sesekali ia menyeka air mata yang semakin deras turun, ia merasa begitu bodoh telah menangis pria bajingan seperti Ferdi. Sungguh jika dilihat orang-orang disana pasti sangat menyedihkan, tapi sekarang ia tak berpikir lagi, ia berlari meninggalkan kerumunan sejauh mungkin, agar ia bisa menangis dengan lepas.

 

Intan berhenti di bawah pohon besar yang jauh dari perumahan. Gadis itu menangis kenceng yang dari tadi ia tahan. Ia bahkan berteriak melampiaskan kepedihannya tak entah mengapa tak mau hilang dihatinya.

 

“Gadis bodoh!”

 

Intan yang begitu fokus dengan tangisannya tersentak kaget mendengar suara seorang pria. Padahal tadi ia pikir sendirian di tempat sepi ini,  ternyata ia telah mengganggu seseorang.

 

“Siapa?”

 

Intan melihat sekeliling, tapi tetap tak menemukan keberadaan orang yang bersuara tadi. Tangisan tadi langsung redam dengan rasa takut yang muncul,  intan kembali melihat sekeliling ia malah menyadari dimana ia berada sekarang. Ahh,  pohon ini lagi,  tempat dimana ia sering bersama dengan sang mantan.  Pohon ini ikut menjadi saksi bisu bagaimana indahnya cinta mereka dulu,  jika ingat kembali membuat dada intan kembali merasa sesak.

 

“Kau menangis untuk dirinya, padahal dia berbahagia bersama orang lain. Benar-benar bodoh!”

 

Intan sungguh tersinggung dengan ucapan orang yang tak dikenalnya, memanahnya orang itu tahu apa tentang dirinya,  kenapa berani sekali berkomentar seperti itu?

 

Seorang pria memakai jaket hitam duduk manis dibalik pohon besar,  saat Intan menemukan pria itu, dia hanya memperlihatkan senyuman menyeringai membuat Intan tak suka.

 

“Siapa kau?  Kenapa kamu sok tahu sekali tentang hidupku!” Intan berucap marah.

 

Sang pria berdiri dari duduk nyamannya. Ia memandang wajah gadis didepanya tanpa berkedip, membuat intan semakin risih.

 

“ke, kenapa kau menatap ku seperti itu?” tanya Intan gugup.

 

“Bahkan matamu sampai bengkak, apa kau begitu mencintainya? Apa kau sangat cemburu melihat dia bersanding dengan orang lain?

 

Dirinya yang ditanya seperti itu membuat ia sangat malu,  karena terpergok sedang menangisi sang mantan,  mana tadi dirinya teriak-teriak seperti orang frustrasi lagi.

 

“Siapa bilang aku cemburu? Gak kok,” ucap intan mencoba memalingkan wajahnya.

 

Pria itu terkekeh geli,  “lalu kenapa menangis?”

 

“Karena lagi menyesali keadaan ... Kenapa dulu aku begitu percaya dengan semua janji manisnya,  dan baru sekarang aku menyadari jika selama ini telah dibohongi!”

 

Sang pria terkekeh geli, melihat intan kembali merasa kesal. Padahal tadi gadis ini begitu menghayati  patah hatinya, tapi sekarang malah berubah ke mode galak.  Sang pria mulai mendekat,  membuat Intan langsung berhenti mengeluarkan kekesalannya.  Meskipun masih dalam jarak aman,  tetap saja intan harus waspada, apalagi dirinya yang tidak mengenal pria asing ini.

 

“Sakit bukan?”

 

“apanya?” tanya Intan bingung.

 

“Patah hatinya,” ucap sang pria.  “Itulah kenapa Allah melarang kita berpacaran, karena dia tak ingin umatnya merasakan sakit hati.”

 

Intan terdiam mendengar pria didepanya berbicara, bahkan gadis itu tak ingin menyela setiap ucapan orang asing itu.

 

Sang pria berucap lagi,  “untuk apa berpacaran? Yang pada akhirnya hanya menambahkan dosa dan sakit hati. Bukanya cinta yang kamu dapatkan tapi malah menjaga jodoh orang.”

 

Intan tersenyum kecil, ia merasa ucapan pria ini sangat kuno. Apa katanya? Dosajodoh, lalu bagaimana cara mencari jodoh yang baik, tanpa mengenalnya lebih dulu.

 

Intan kembali meneliti sang pria asing, ia simpulkan jika ini pria pasti lulusan pondok saat itu. Terlihat gayanya yang baik, meskipun tak rapi-rapi amat, tapi cukup membuktikan dia bukan pria berengsek.

 

“Kalau begitu, tolong katakan bagaimana cara mencari jodoh yang baik?”

 

“Taaruf!”

 

Intan langsung mencibir, pemikiran pria didepanya ini benar-benar sangat kuno. Tentu saja intan tak setuju, memilih solusi lebih baik? Kita bisa lebih mengenal pria yang menjadi calon suami masa depan kita, bukan?

 

******

 

 

Related chapters

  • Sang pemilik Hati   Bab 5

    “Kalau begitu, tolong katakan padaku bagaimana cara mencari jodoh yang baik?”Intan sengaja ingin tahu dengan pikiran pria ini, tapi siapa sangka jawaban pria itu malah membuat ia merasa gamang.“Taaruf!”Intan langsung mencibir, pemikiran pria didepanya ini benar-benar sangat kuno. Tentu saja intan tak setuju, bukankah pacaran lebih baik? Kita bisa lebih mengenal pria yang menjadi calon suami masa depan kita, bukan? Lagi pula kita tak tahu kan, bagaimana kalau ternyata pria itu kasar dan suka memukul, itu pasti akan membuat dirinya menyesal karena sudah memilih untuk berjodoh dengan pilihan orang lain.“Kau pasti berpikir cari ini sangat kuno, tapi percayalah tidak ada ajaran Allah ini yang menyesatkan umatnya.” Pria asing itu berucap lagi.

    Last Updated : 2022-02-27
  • Sang pemilik Hati   Bab 6

    Intan merasa tak terima dengan tuduhan Nabila, tak pernah ia bermaksud demikian tapi kenapa bila menuduhnya begitu keji.“Aku tahu pertemuan kami berdua disini awalnya, tapi aku tak mengerti kenapa menuduhku seperti itu?” Intan ikut merasa kesal dituduh seperti ini. “Dan apa katamu tadi? Sepupu? Sepupumu yang mana ingin aku rusakkan hubungannya?”Seingat Intan ia tidak pernah berurusan dengan sepupu gadis ini. Dan lagi, intan tahu jika ferdi cukup dekat dengan Nabila tapi mereka berdua bukan sepupu setahu dirinya.“Istri Ferdi ini saudara aku! Dan sekarang aku tahu kenapa ibu Ferdi gak mau terima kamu ... Kamu itu benar-benar licik ya, tan. Aku sudah bantu kamu selama itu, tapi kamu malah melakukan hal sekeji ini pada keluarga ku!”Intan masih

    Last Updated : 2022-02-27
  • Sang pemilik Hati   Bab 7

    Sakit hati rasanya saat cinta tak dapat dimiliki, Karena itu Lebih baik melupakan dari pada mengenang masa lalu. Sudah lima bulan berlalu semenjak ditinggalkan Ferdi, dan lambat Iaun ia mulai merasa terbiasa. Meskipun belum hilang tapi dengan waktu yang ia lewati cukup untuk memudarkan luka yang ia rasakan.Selama lima bulan ini ia merasa hidupnya kembali merasa normal, meskipun ada beberapa teman lamanya yang selalu ingin tahu dengan hubungan mereka yang kandas. Tapi intan selalu menghindari mereka, agar ia tak perlu lagi membahas hal yang sama.Intan melangkah Pelan menuju Kantor tempat ia bekerja baru-baru ini. Sudah dua minggu ia bekerja disana dan ia sangat bersyukur mendapat teman-teman yang baik membuat Ia mudah merasa nyaman.“Assalamualaikum, dan selamat pagi semuanya,” ucap Intan menyapa rekan kerjanya.

    Last Updated : 2022-03-01
  • Sang pemilik Hati   Bab 8

    Intan menetap nyalang pria yang di depannya. tak menyangka dirinya akan bertemu lagi dengan pria ini. Pria yang menoreh luka sampai sekarang tak dapat ia sembuhkan.“Apa yang kau lakukan disini?!” tanya intan tak senang.Pasalnya pria ini pagi-pagi sudah berada didepan rumahnya. Untung saja kakaknya sudah berangkat kerja, begitu pula dengan ibunya yang pergi kepasar.“Aku merindukan mu,” ucap ferdi sendu.Ferdi menatap Intan penuh kerinduan, ini pertama kali mereka bertemu setelah pesta pernikahan itu. Saat itu ia tak bisa bertemu dengan mantan kekasihnya ini dengan lama, dan setelah lima bulan tak bertemu bertapa ia sangat merindukan sang pujaan hati.Tetapi melihat tatapan kebencian yang intan berikan membuat ia semakin sedih,&nb

    Last Updated : 2022-03-01
  • Sang pemilik Hati   Bab 9

    Status berubah begitu cepat hanya karena ucapan seorang pria. Intan masih tak percaya jika Zaki benar-benar datang ke rumahnya.Pria itu bahkan tak tanggung-tanggung, ia langsung membawa orang tuanya menemui bunda dan kakak Intan.Sekarang mereka sedang berada diruang tamu. Intan bisa melihat Zaki yang terlihat gugup saat berbicara dengan kakaknya, membuat gadis itu terkekeh geli. Tapi saat mereka semua menatap intan kesal, membuat gadis itu mengerti jika dirinya telah mengganggu pembicaraan mereka.“Jadi maksud dan tujuan kami kesini untuk meminang putri ibu mayang untuk anak saya, Zaki.” Ayah Zaki berbicara dengan berwibawa, mengatakan dengan tegas dengan tujuan mereka datang.“Meminang Intan?” tanya bunda mayang yang terlihat tak percaya.

    Last Updated : 2022-03-01
  • Sang pemilik Hati   Bab 10

    “Dasar pelakor! Saya sudah bilang jangan ganggu suami saya, tapi kenapa kau masih saja menggodanya!”Semua orang-orang yang ada di restoran menonton pertengkaran mereka berdua, bahkan ada pula wanita yang ikut meneriaki pelakor untuk gadis yang tertunduk malu disana.“Bella, hentikan semua ini!” Ferdi membentak istrinya, ia kesal dengan Bella yang datang melabrak Intan.“Kamu lebih memilih pelakor ini dari pada aku, mas? Kamu benar-benar suami yang jahat!”Suasana semakin memanas saat Bella semakin terlihat lemah dan mendramatiskan keadaan. Ia terlihat seperti istri yang baik diselingkuhi suami, membuat orang-orang disana merasa kasihan.Intan menga

    Last Updated : 2022-03-01
  • Sang pemilik Hati   Bab 11

    Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa dia Minggu lagi dirinya akan menjadi milik orang lain. Intan merasa tak siap dengan ini semua, tapi ia juga tak ingin melepaskan kesempatan ini begitu saja.Menikah dengan orang yang tidak dicintai, bukan salah satu keinginan Intan. Tapi apa dia punya pilihan? Toh orang yang dicintainya, dijaganya selama dua tahun, tetap saja menjadi milik orang lain. Sekarang ia pasrah dengan takdir yang Allah tentukan untuknya.Saat ini Intan sedang berada di restoran, ia baru saja diajak Zaki untuk kencan. Ehh, sebenarnya Zaki tidak bilang ini kencan, pria itu hanya bilang ingin saling mengenal saja. Ini pertemuan pertama mereka setelah kejadian malam itu, malam dimana Zaki mengantarnya. Sejak saat itu mereka tak pernah bertemu lagi, bahkan pesan pun tak pria itu berikan padanya.“Maaf, apa aku mengganggu waktu mu?”Intan mendengus kesal, entah mengapa calon suaminya ini masih saja begitu formal dengannya?

    Last Updated : 2022-03-01
  • Sang pemilik Hati   Bab 12

    Tak ada kebahagiaan rasanya saat sesuatu yang kita cintai direnggut untuk pergi. Menikah dengan Bella benar-benar membuat Ferdi merasa muak dengan semua sandiwara wanita licik itu. Dengan cara licik yang Bella lakukan selama ini bersama ibunya, Ferdi benar-benar merasa hidup didalam neraka. Bella yang hobi sekali mengikutinya kemanapun ia pergi, membuat Ferdi tak sebebas dulu. Bahkan wanita itu juga selalu ikut campur dalam urusannya. “Berhenti mencampuri urusan ku! Apa kau bodoh! Kenapa kau selalu membuat hidupku kacau seperti ini, dasar wanita pembawa sial!” Maki Ferdi. Pagi ini diantara mereka berdua kembali bertengkar karena Bella yang ingin tahu kemana tujuan suaminya pergi nanti. Tapi Ferdi tentu saja tak akan mengatakannya, ia lebih memilih membentak istrinya dari pada berterus terang. Tapi sayang, bagaimana pun Ferdi menghinanya tetap saja Bella tak peduli, ia akan selalu melakukan apapun yang ia suka, tapi memperdulikan harga dirinya ya

    Last Updated : 2022-03-01

Latest chapter

  • Sang pemilik Hati   Kisah akhir kita

    “Akhirnya, hubungan mereka menjadi sangat baik,” gumam Naila. Naila turut merasa senang melihat kebahagiaan kakak dan kakak iparnya. Meskipun pada akhirnya ia sendiri mendapatkan luka ini, tapi ia tetap saja merasa bahagia. Dengan mereka yang berhasil menyingkirkan Najwa, akhirnya keluarga baru kakaknya bisa kembali damai dan menjalani hidup dengan normal kembali.“Kamu kenapa senyum-senyum?” Tanya Bima yang muncul dari belakang Naila.“Lagi bahagia lihat mereka ... Serasi bangat kan?”Bima menganggukkan kepalanya. Ia juga merasa bahagia melihat adik perempuan satu-satunya itu bahagia. Tapi ia hanya sedikit merasa heran, tidakkah gadis ini merasa sedikit marah pada Intan?“Apa sekarang kamu membenci adikku?”Naila menarik perhatiannya dari dua sejoli itu, kembali ia menatap heran Bima.“Maksud mas Bima bagaimana?”Bima mengangkat bahunya, “barang kali aja ... Kan adikku sudah membuat mu sakit seperti sekarang ini. Jika kamu marah pun itu hal yang wajar,” Naila tersenyum mendengar pe

  • Sang pemilik Hati   masih ingin berpisah?

    Hah?Intan mengernyit tak mengerti. “Penjara? Kenapa sepenjara?” Intan semakin kesal. Suaminya pasti mencoba mengalihkan pembicaraan. “Karena sekarang mas sudah memenjarakan Najwa. Demi kamu Dan demi keluarga kita. Dia tidak akan mengganggu kita lagi.” ucap Zaki meyakinkan.Intan terkejut tak percaya. Tidak mungkin, tidak mungkin seorang Zaki akan memenjarakan sepupu kesayangannya itu kan? Intan menolak untuk percaya dengan itu.“Kamu pasti berbohong. Gak mungkin kamu tega, mas.” Intan menggeleng tak percaya.“Kalau kamu gak percaya, ayo kita ke kantor polisi sekarang.” Zaki sungguh-sungguh mengatakannya, “sudah seperti ini, tapi kamu masih tidak mempercayai suamimu?” Antara percaya dan tak percaya. Sekarang intan jadi takut, apa benar gadis itu dipenjara karenanya? Jika ia sekarang musuhnya akan bertambah banyak. Intan tak senang, meskipun gadis itu sudah banyak melakukan hal buruk padanya, tapi entah kenapa ia merasa kasian. “Aku ... Aku,” tak tahu lagi. Sekarang intan merasa bin

  • Sang pemilik Hati   Naila lumpuh

    “Bunda ... Bagaimana keadaan Naila?” Intan baru saja kembali lagi ke rumah sakit setelah ia sempat pulang untuk beristirahat sebentar. Itu mertuanya yang suruh, jika tidak mungkin dirinya tak akan beranjak sedikit pun dari buangan Naila.Tika menarik nafas panjang, dengan suara bergetar ia berkata “Naila sudah sadar, nak. Tapi ...,”“Tapi kenapa?” “Kata dokter ... Untuk sementara waktu mungkin Naila gak bisa jalan, Tan.” Tangis yang ia coba tahan akhirnya pecah juga. Melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya hati ibu mana yang tidak terluka. Dirinya tidak ingin ini semua terjadi, tapi ia juga tak bisa menyalahkan siapapun atas takdir ini.Intan segera berlari memeluk tubuh yang terguncang hebat itu. Ia tak tega melihat ibu mertuanya menangis seperti ini. Seharusnya dirinya yang ditabrak dan terluka, mungkin tidak akan membuat orang-orang akan merasa sedih seperti sekarang ini.“Bun, maaf. Jangan menangis lagi. Ini semua salah Intan, semua gak akan jadi begini jika saj...,” Tika la

  • Sang pemilik Hati   Pembalasan untuk Najwa

    Lima belas menit berlalu, Zaki menunggu seseorang dengan tak sabaran. Tak lama Najwa muncul dari balik pintu depan tangan terikat dan dijaga oleh dua orang bodyguard berbadan kekar. Bukanya merasa bersalah, Najwa malah tersenyum senang melihat Zaki yang ada didepannya.Zaki memerintahkan anak buahnya untuk segera melepaskan ikatan tangan gadis itu agar bisa berbicara leluasa.“Masih berani tersenyum?” Zaki mengaku takjub dengan keberanian gadis ini. Entah berani atau sudah gila, Zaki sendiri tak tau apa yang dialami sepupunya ini.“Tentu saja. Sepertinya aku berhasil membuat mu tertarik untuk menemui ku,” ucap Najwa penuh percaya diri.Zaki tak percaya apa yang didengarnya. Kenapa gadis masih begitu tenang? Tapi ia yakin dibalik keterangan yang dia sembunyikan ada rasa cemas yang menghantui.“Baiklah. Setelah ini dipastikan kamu tidak akan berani untuk tertawa, bahkan bibir mu tak aku biarkan sedikit pun tersenyum! Bagaimana?!”Kali ini Najwa langsung kehilangan senyumnya. Ia menatap

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan 2

    Suara tabrakan membuat semua orang yang melihatnya terkejut. Intan menyentuh lutut dan kepalanya yang terasa sakit karena terbentur di jalan aspal. Saat ia mencoba bangkit dan menoleh ke belakang, ia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Wajah wanita itu berubah menjadi pucat pasi melihat Naila terbaring di tengah aspal sana dengan berlumuran darah.“Naila!” Ia berteriak keras. Intan segera berdiri dan berlari ke tubuh Naila yang sudah mengeluarkan darah cukup banyak. “Ya Tuhan ... Kenapa jadi begini,” Intan menangis sambil memangku tubuh Naila. Melihat orang-orang yang hanya sibuk menonton dan tak ada niat untuk membantu, Intan berteriak keras meminta pertolongan.“Pak, tolong adik saya. Tolong bawa ke rumah sakit.” Intan memohon pada orang-orang yang melihat kecelakaan itu. Mereka segera menghubungi ambulance, dan setelah itu ia tak ingat apapun karena ia hanya sibuk memperhatikan adik iparnya itu.Setelah ambulance datang tubuh Naila segera di angkat masuk, Intan ikut menema

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan

    Intan mengungkapkan kepergian suaminya ke kantor ini disertai sedikit pengalaman. Sekali lagi pria itu tak ingin mengantarnya untuk memeriksa di rumah sakit, meskipun begitu berharap untuk ditemani suaminya. Sudah dua minggu berlalu, tapi Zaki masih bersiap-siap dingin pada Intan. Seperti pria itu sangat marah sekarang. Dan lagi, Intan tahu jika suaminya telah mendengar setiap kutipannya pada Ferdi kemarin itu. Pantas saja suaminya sangat marah. “Kak,” Intan terkejut melihat sang adik ipar yang sudah masuk ke dalam kamarnya, dengan cepat menguapkan sisa air matanya. “iya… Kenapa Nai?” “Kakak habis nangis ya?” “Gak kok… Oh ya, kenapa cari kakak?”Naila terlihat bingung untuk mengatakannya, “itu ... Kakak Intan mau ke rumah sakit ya? Hari ini jadwal kakak periksakan?” “Iya”, Intan masih membukanya dengan Zaki, jadi ia tak pernah mendengar inspirasi dari Naila. “Aku aja ya kak, nemenin ke rumah sakit?” Intan tersenyum, lalu mengangguk lemah. “Gak usah Nai, kakak bisa sendiri kok.

  • Sang pemilik Hati   Cemburu

    Mereka terdiam sepanjang perjalanan menuju rumah. Tak ada seorang pun yang mau terlebih dahulu untuk memulai pembicaraan, apalagi Intan. Melihat wajah marah suaminya saja ia sudah merinding. Ya, seseram itu wajah suaminya sekarang di mata Intan.Saat sampai di depan rumah, Zaki keluar dengan membanting pintu dengan keras. Intan yang masih berada di dalam mobil tak bisa lagi menahan air matanya mengalir. Apa salahnya kali ini?Selalu saja seperti ini. Marah tanpa sebab, lalu ada akhirnya hanya meminta maaf. Tapi bodohnya dia selalu saja melunak jika suaminya telah meminta maaf dengan lembut.Dan setelah merasa ia bisa menyadari dirinya, intan segera menyusul sang suami. Ia tidak ingin terlihat menyediakan di depan mertuanya, jika tidak mungkin mereka sampai tahu kecil seperti ini. Melihat rumah yang masih sepi, napas lega, segera menuju kamar dirinya dan Zaki berada. Intan membuka pintu kamar belahan, saat ia masuk saat mereka bertemu. Intan mengontrol degup jantungnya yang menggila,

  • Sang pemilik Hati   Bab 65

    “Kak Ferdi?” Intan sedikit tercengang, “aku habis Check up. Kak Ferdi kenapa ada disini?” ucap Intan basa-basi. Sejujurnya ia agak segan jika dalam situasi canggung begini.Ferdi menghampirinya, lalu tanpa permisi ia langsung duduk di bangku sebelah Intan. Sedikit agak jauh, karena memang bangku-bangku kayu itu cukup panjang.“Lagi nunggu Bella.” Jawab Ferdi. “kamu kenapa sampai begitu sering Check up? Apa sakitnya serius?”“Gak kok, Cuma periksa biasa aja.” Intan berbohong, ia tak ingin orang lain tahu kekurangannya. “Oh, ya. Bella bagaimana? Apa dia lebih baik?”Terlihat Ferdi sedikit menarik bibirnya ke atas, sepertinya pria itu sedang bahagia jikala mendengar nama Wanitanya itu. Terlihat seperti pria yang baru merasakan cinta. Apa mereka sudah bisa saling menerima?“Sudah lebih baik,”“Baguslah,” Intan memandang wajah Ferdi yang terlihat masih saja tampan di matanya. Dia tidak bohong, mantannya ini memang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dia bukan miliknya. “Kenapa?” Ferd

  • Sang pemilik Hati   Bab 64

    Satu Minggu setelah kedatangan Najwa. Gadis itu tak lagi datang menemui Intan. Mungkin dia sudah tau jika sekarang intan tak lagi bisa ia gapai. Intan cukup senang, semakin gadis itu tak ada berkeliaran di sekitarnya akan lebih baik hidupnya. Meskipun intan sedikit kecewa melihat Zaki bersikap begitu cuek setelah tahu Najwa pulang. Apa tidak ada inisiatif pria itu untuk memberi gadis itu sedikit pelajaran, atau setidaknya memaksa meminta maaf pada dirinya ini.“Mas, besok aku mau ke Rumah sakit. Kamu temani ya?” Zaki menoleh saat Intan mengajaknya mengobrol.“Sendiri aja, ya. Mas besok ada meeting penting,” “Gak bisa ditunda gitu? Kan aku sudah dua Minggu gak cek kesehatan ku. Temani ya?” Zaki mengeluh pelan, “benar gak bisa, dek. Atau kita undur aja, lusa saja periksa, bagaimana?”Intan cemberut, ia pikir tadi suaminya tak akan menolak. Tapi sekarang ia kecewa, padahal Minggu kemarin ia juga tak pergi karena Zaki tak bisa menemaninya.“Baiklah, aku akan pergi sendiri.” Intan ingi

DMCA.com Protection Status