Beranda / Urban / Sang Tuan Muda Sejati / Bab 55. Ide Gila Demi Victor

Share

Bab 55. Ide Gila Demi Victor

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Minggu siang, sesuai perjanjian, Helios pergi menemui Donita. Tempat yang Donita pilih sangat modern dan cantik. Sebuah kafe di salah satu mal besar yang Helios belum pernah ke sana.

Hari itu kali pertama Helios bertemu Donita dengan kostum warna yang berbeda. Donita mengenakan dress selutut berwarna putih dengan garis kecil di bagian bawah berwarna merah gelap.

Cantik dan menarik. Dia terlihat berbeda dan makin menawan. Saat Helios datang, Donita menunggu, duduk dengan anggun.

"Selamat siang, Miss," sapa Helios.

Dia berdiri memandang pada Donita.

"Terima kasih kamu mau datang," balas Donita. "Silakan duduk."

Helios maju dua langkah, duduk di seberang Donita.

"Bertemu denganmu buatku adalah kejutan yang tak pernah aku duga." Donita memukai pembicaraan serius. "Ketika aku merasa sesuatu setelah sekian lama, bukan hal mudah aku mengakui perasaanku. Aku sangat pemilih dalam urusan hubungan asrama."

Helios bisa yakin dengan itu. Dengan karakter Donita selama Helios mengenalnya, sudah pasti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 56. Tanda Sebagai Jawaban

    Mobil Victor sudah terparkir di depan teras rumah Herman. Victor tidak turun dari kendaraan itu. Dia hampir menelpon Helios, saat pemuda itu keluar rumah.Helios masuk ke dalam mobil dan duduk di depan, di samping Victor. Segera kendaraan bergerak meninggalkan area mansion ke lokasi yang Helios mau tuju.Hari memang masih pagi tetapi jalanan mulai ramai juga. Victor fokus menyetir tanpa banyak bicara. Sedang Helios, akan membuat kejutan di tengah perjalanan yang dia tahu akan membuat Victor menjadi kesal."Kamu sudah pastikan lagi dengan pelukis itu kalau pagi ini mau ketemu?" tanya Victor."Oh, ya, iya, Bang." Helios tersentak dan dengan cepat menjawab. Dalam pikirannya skenario berkumandang. Dan segera sandiwara harus dia mainkan. Sepuluh menit berikutnya, perjalanan mereka hampir melintasi gereja yang dimaksud oleh Donita."Bang, di depan itu ada gereja, bukan? Aku mau ke sana sebentar." Tiba-tiba Helios bicara."Apa kamu bilang?" Victor kaget sekali dengan ucapan Helios."Belok,

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 57. Apakah Pria Itu, Kamu?

    "Wow, bagus kalau begitu kita bertemu di sini. Karena nanti siang aku ada urusan penting dan mungkin sekali selesai malam hari." Ada senyum terurai di bibir Victor. Senyum lepas yang lama tak Donita lihat lagi."Oke," ujar Donita yang masih bingung dengan semua yang terjadi pagi itu."Sebenarnya aku-"Drrttt ... Kata-kata Victor terhenti dengan bunyi panggilan di ponsel Donita. Segera dia menerima panggilan yang tampak penting itu.Dua menit, Donita fokus dengan pembicaraan di telpon. Victor memandang terus setiap gerakan Donita. Victor merasa ada yang berbeda dari Donita. Ada yang berubah dari wanita yang sekian lama tak berhenti mengisi hatinya itu."Vic, aku harus pergi. Ada yang harus lebih cepat aku urus." Donita memasukkan ponsel dalam tasnya. "Sekali lagi terima kasih buat hadiahnya."Donita melangkah ke arah mobilnya."Doni!" panggil Victor.Tangan Donita sudah memegang pintu, dia tarik lagi, lalu menoleh pada Victor."Aku telpon nanti," kata Victor."Chat saja. Aku belum tentu

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 58. Tinju untuk Ferry!

    Violetta bukan melakuka panggilan suara, tapi video. Saat Helios menjawab panggilan itu, wajah lesu Violetta yang muncul."Hai, masih galau?" Helios mencermati wajah cantik yang kusam itu. Jelas sekali Violetta tidak mempedulikan dirinya sejak patah hati."Kamu masih sibuk, Hel?" tanya Violetta."Ya, begitulah," jawab Helios."Bisa nggak aku sembunyi di kantor kamu?" tanya Violetta lagi. Redup, sedih, dan gamang terlihat di aura wajahnya."Ngapain? Kamu malah tambah galau kalau ke kantor," ujar Helios."Ferry mau datang. Aku ga mau ketemu dia, Hel. Dia katanya mau kasih penjelasan langsung. Aku ga mau ketemu dia lagi." Violetta bicara dengan nada sedih sambil mengusap matanya."Jam berapa dia mau datang?" Helios bertanya sambil berpikir, apa yang bisa dia lakukan untuk Violetta."Ini masih terbang dia. Kurasa nanti malam. Aku kabur aja, ya?" jawab Violetta lesu."Vio, ga akan selesai kalau kamu kabur. Dia akan terus mengejar. Lebih baik hadapi saja. Setelah itu urusan kelar." Helios me

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 59. Menghibur Violetta

    Pelukan hangat Tuan Muda tidak Violetta sia-siakan. Dia membalasnya dengan erat sambil terus menangis. Dia memang butuh pelukan untuk menenangkan pedih hatinya. Tidak ada siapapun lagi yang akan memberikan bahu untuk Violetta menangis.Selama ini Ferry tempat Violetta menumpahkan segala hal. Karena Violetta tidak ada ayah yang siap mendukungnya. Sedangkan Siska, ibunya, yang ada hanya ribut seperti anjing dan kucing saat bersama Violetta.Helios, ternyata dia bisa memahami Violetta. Tidak banyak bicara tetapi mampu membuat Violetta merasa aman dan lebih tenang ketika gundah menyerang."Sakit, Hel. Aku ga bisa ... Aku ga bisa memaafkan Ferry. Aku ... bohong sama dia. Aku cuma, cuna mau dia pergi ... dan ga perlu merasa bersalah sepanjang hidupnya," kata Violetta terbata-bata.Helios paham yang Violetta rasakan. Dia sendiri masih bergumul memaafkan Melisa karena pengkhianatan dan cintanya yang tidak tulus itu."Aku tahu, memaafkan itu ... baik buat aku, tapi ... tapi berat sekali, Hel. A

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 60. Hatiku Masih Sama

    Victor berada di kafe yang biasa dia dan Donita bertemu sejak jam setengah tujuh malam. Victor menyiapkan kejutan lain untuk ulang tahun Donita. Menu spesial di ruang VIP dengan dekorasi ruangan yang romantis Victor tata begitu rupa. Dia mau malam itu menjadi malam yang berkesan buat Donita.Walaupun sejujurnya dia tidak begitu yakin jika Donita akan datang, Victor tetap menyiapkan semuanya. Bagaimanapun dia harus menunjukkan pada Donita keseriusan hatinya ingin bersama Donita. Berulang kali ditolak, tidak akan membuat Victor mundur."Apakah ada yang lain lagi, Pak?" Pelayan pria yang membantu Victor bertanya."Semua sudah oke. Terima kasih banyak. Jika ada yang aku perlukan aku akan panggil nanti," jawab Victor."Baik, Pak. Saya permisi," kata pelayan itu lalu keluar dari ruangan.Victor melihat ke arloji di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan lima menit lagi pukul tujuh. Dada Victor berdebar. Dia gelisah. Gelisah menunggu Donita. Apakah wanita kesayangan Victor itu akan dat

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 61. Kegalauan Victor

    Mata Donita menghujam pada Victor. Dia menelisik lebih dalam, mencari jika hatinya bosa bergetar karena Victor."Aku terima kalung ini, tetapi tidak aku kenakan. Jika nanti aku tahu akan menerimamu atau tidak, baru aku akan memakainya atau akan mengembalikannya padamu," kata Donita.Dia menyimpan kalung itu dibungkus tisu, lalu dia masukkan ke dalam tas hitam miliknya.Victor tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak tahu akan senang atau sedih dengan yang barusan Donita ucapkan. Bukan artinya Donita menggantung status mereka? Pacaran tidak, tapi leboh dari hubungan teman baik semata."Sekali lagi terima kasih banyak." Donita berdiri."Kapan aku bisa mendapat kepastian, Doni?" tanya Victor. Matanya sedikit meredup."Aku tidak bisa menjawab itu. Bisa cepat, bisa lama," jawab Donita."Doni, kamu-""Sembilan tahun kita bersama, jika menunggu sedikit lagi, apakah terlalu berat?" Donita meraih tasnya dan berjalan ke arah Victor."Selamat malam. Malam ini, tidak akan aku lupakan, Vic." Donita

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 62. You Did It!

    Tony berdiri dengan satu tangan berkacak pinggang, satu tangan lainnya memegang ponsel yang menempel di telinganya. Wajah Tony merah karena marah.Semua mata melihat padanya,. tidak membuat Tony sadar dia berada di ruang publik dan mengganggu orang lain."Aku tidak bisa mentolerir perbuatan kamu. Kesabaranku sudah habis! Kita putus! Dalam waktu dua hari kamu harus meninggalkan apartemenku!" Dengan kekesalan yang makin menggulung Tony dengan keras bicara lalu mematikan panggilan telponnya.Helios bisa menduga apa yang terjadi dengah Tony dan Melisa. Yang lain juga sama. Tony sudah dikenal sebagai pria mengumpul wanita cantik. Dia suka berganti-ganti pacar atau bahkan memacari tiga atau empat gadis sekaligus."Tony, kalau kamu tidak siap untuk hari ini, silakan mundur. Lima belas menit lagi kita akan memulai acara," kata Donita tegas. Dia sangat tidak suka ada gangguan pada setiap kegiatan, apalagi ini adalah acara puncak dari pendidikan yang ditempuh murid-murid selama ini."Aku minta

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 63. Kecelakaan Maut

    Bersama Victor, Donita menuju ke ruang perjamuan. Suasana meriah, tampak semua yang hadir bergembira hari itu. Victor tidak memperhatikan di mana Herman, Helios, Halim, dan Violetta. Dia hanya mau fokus bersama dengan Donita. Jarang sekali Donita mau berdua bersama pria jika di ruang publik.Jadi, jika hari itu Donita mengiyakan bersama Victor, tentu saja tidak akan dia sia-siakan. Donita membalas sapaan beberapa tamu. Mereka berbicara tidak berapa lama."Aku mau ambil es buah saja. Kamu boleh ambil menu utama, kalau mau." Donita menoleh pada Victor."Ah, menikmati buah lebih dulu oke. Ayo," sahut Victor dengan senyum lebar.Keduanya menuju meja tempat es buah dihidangkan. Tidak banyak kesempatan mereka bicara, lebih banyak justru bersosialisasi dengan tamu lainnya. Namun, sebelum acara ramah tamah berakhir, Victor sempat meminta kesempatan lagi agar bisa bertemu dengan Donita."Nanti aku kabari. Besok di kantor ada evaluasi acara kelulusan dan lanjut persiapan kelas berikutnya. Mungk

Bab terbaru

  • Sang Tuan Muda Sejati   Extra Moment - Part 2

    Pesawat mendarat dengan lancar di kota tujuan. Satu per satu penumpang turun dari pesawat. Di antara mereka tampak Helios dan Violetta. dan satu lagi yang ikut dengan mereka, Herman. Juga didampingi satu pelayan yang akan membantu keperluan Herman jika diperlukan. Berempat mereka mendarat di kota kelahiran Helios, Semarang. Tetapi mungkin lebih tepat dikatakan kota kelahiran Ardiandana Krisnadi. Hari itu, apa yang Helios rencanakan akhirnya bisa dia wujudkan. Dia datang ke Semarang untuk berziarah ke makam ibunya. Dia sudah bertemu ayah kandungnya, yang ternyata pria kaya raya dan baik hati. Bahkan saat ibu Helios mengandung kala itu, Herman masih seorang pengusaha muda yang baru meniti karir. "Apa yang kamu rasakan, Hel?" Violetta bertanya pelan di dekat Helios sementara mereka sedang menuju ke hotel untuk beristirahat setelah meninggalkan bandara. "Penuh. Rasanya campur-campur, di sini." Helios memegang dadanya. " Lebih satu tahun aku pergi. Kembali melewati jalan-jalan ini, semu

  • Sang Tuan Muda Sejati   Extra Moment - Part 1

    "Hel! Helios!" Helios tersentak mendengar panggilan keras itu. Dia segera bangun dan duduk. Tampak Violetta berlari menghampiri Helios yang masih belum hilang dari rasa kaget.Violetta naik ke ranjang, duduk di depan Helios. Mata Violetta menatap dengan berbinar pada Helios yang akhirnya mendapatkan kesadaran sepenuhnya."Ada apa?" tanya Helios."Kita ketemu papa hari ini," kata Violetta penuh semangat tapi juga tegang."Papa?" Helios melotot. "Papa nyusul ke sini? Ini bulan madu kita.""Bukan. Salah." Violetta menggeleng-geleng dengan keras. "Bukan Papa Herman. Papaku.""Papa kamu?" Helios kembali harus memberi waktu loading pada otaknya."Ahh, Pieter. Papaku waktu aku kecil." Kembali Violetta menjelaskan."Ooh, oke ..." Helios mengerti yang Violetta maksud. "Serius dia mau ketemu kamu?""Ya." Kali ini Violetta mengangguk dengan tegas. "Awalnya aku ga yakin, tapi ternyata dia mau. Makan siang di resto ... ini ..." Violetta menunjukkan nama dan lokasi tempat Violetta akan bertemu Pie

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 133. Finally, Tuan Muda

    "Kenapa? Kenapa kamu melihat aku seperti melihat orang aneh?" ujar Herman sambil memandang Helios lagi."Papa restui aku dan Violetta?" Berdetak lebih kuat jantung Helios ketika mengucapkan itu."Vio, mendekatlah kemari." Sekali lagi Helios meminta Violetta datang di sampingnya.Dengan tatapan bingung, Violetta melangkah mendekati Herman."Kamu sungguh-sungguh sayang anakku?" tanya Herman.Pertanyaan itu diucapkan lembut, tidak ada nada sinis atau tidak suka. Benar-benar pertanyaan yang memang ingin tahu yang sebenarnya.Violetta hampir tidak mampu menahan air matanya. Segala kemelut di dadanya seolah-olah perlahan terurai.Helios yang ada di seberang Herman, memperhatikan Violetta. Menunggu jawaban gadis itu."Ya, Om. Aku sayang Helios." Suara lembut Violetta akhirnya terdengar. "Buat anakku bahagia di hidupnya. Kamu bisa?" tanya Herman lagi, dengan nada suara yang sama.Pertanyaan itu langsung membuat air mata Violetta tak bisa dibendung. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Di

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 132. Gertakan Tuan Besar

    Dua pasang mata di depan Herman menatap padanya. Sudah pasti Helios dan Violette menunggu kalimat berikut yang akan Herman ucapkan. Tetapi muncul sedikit cemas, kalau sampai emosi Herman naik, jantungnya bisa bermasalah lagi."Aku sudah mendapatkan penyelesaian dari semua kemelut yang selama ini membuat hidupku terasa sangat rumit dan menekan." Lebih tegas Herman bicara, meskipun tetap terdengar tenang. "Maksud Papa?" Helios menegakkan punggung. Dadanya tiba-tiba berdegup kuat. Yang dia takutkan jika Herman tidak akan menerima Violetta di mansion karena Siska sudah tidak ada lagi sebagai anak angkat keluarga Hartawan. "Masalahku yang utama adalah aku perlu penerus untuk keluargaku. Aku ini sudah tua dan sakit-sakitan." Herman kembali melanjutkan menikmati makanannya. Helios dan Violetta memperhatikan setiap gerakan Herman. Herman mengangkat wajahnya, dan mengarahkan pandangan pada Violetta. Lalu dia menoleh ke arah belakangnya. Ada pelayan pengganti Erma berdiri beberapa meter di

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 131. Semua Sudah Selesai

    Herman menanyakan Violetta. Ini benar-benar kejutan. Helios menaikkan kedua alisnya menatap Herman."Aku lihat dia sedang sedih, Helios. Di mana dia?" Herman menegaskan lagi.Helios semakin terkejut. Dari mana Herman tahu jika Violetta sedang bersedih? Tapi memang itu kenyataannya."Aku telpon dia. Aku akan minta dia ke sini." Helios mengeluarkan ponsel dan mencari nomor kontak Violetta.Dering panggilan Helios beberapa kali, tetapi tidak ada respon. Helios mencoba lagi, hingga kali ketiga baru Violetta menerima panggilannya."Hel ... mama ... mama sdh pergi, Hel ..." Terbata-bata sambil menangis Violetta berkata."Apa?" Refleks kata itu yang Helios ucapkan."Hel ... aku, aku ..."Helios menatap Herman. Ini kesedihan yang Herman maksud. Herman tahu kalau Violetta sedang sedih."Pa, aku temui Vio." Helios berkata dengan pandangan datar, sedikit nanar.Victor memperhatikan ekspresi yang tiba-tiba berbeda."Ya, pergilah." Herman mengangguk.Helios mendekati Victor dan berbisik,"Tante Sis

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 130. Selamat Jalan, Selamat Datang

    Violetta masuk kamar Siska. Wanita itu kembali menggunakan alat bantu pernapasan dan kondisinya tiba-tiba sangat lemah. Namun, kesadarannya masih ada. Dia memandang Violetta dan mengulurkan tangan kirinya yang gemetar.Violetta mendekat dan memegang tangan kiri Siska. Hatinya sangat sedih. Melihat ibunya berjuang untuk bernapas, Violetta tidak tega."Kamu ... Vio ..." Siska memaksa diri bicara.Violetta mendekat ke dekat wajah Siska agar bisa mendengar yang Siska katakan."Baha ... gia ... Jangan ... ja ... ngan, se ... dih." Semakin pelan terdengar tapi masih dapat Violetta tangkap.Mendengar itu begitu saja air mata meluncur di mata Violetta. Dia mengangkat muka dan memandang Siska. Mata Siska terus menatap pada Violetta. Lemah dan redup, sayu dan semakin berat."Mama, aku pasti bahagia. Aku janji." Violetta berkata sambil berusaha menahan diri agar tidak menangis.Mata Siska tampa makin berat. Senyum kecil di ujung bibirnya. Sedang napasnya semakin berat. Dia mulai tersengal-sengal

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 129. Klarifikasi Tuan Muda Hartawan

    Halim dan Victor bertindak. Niat Helios ingin meluruskan postingan Siska segera mereka tanggapi. Halim membantu Helios menata apa-apa yang perlu Helios katakan di publik dan bagian mana yang cukup menjadi konsumsi pribadi saja.Sedangkan Victor, dia memanggil tiga media yang cukup dikenal dan kredibel untuk ikut membuat video ketika Helios membuat pernyataan. Ini sengaja dilakukan, langsung dengan media, bukan video yang siap ditayangkan setelah lewat proses editing dan lain-lain.Tetap sangat dibatasi berapa dari pers yang bisa datang, karena lokasi dilakukan di rumah sakit. Dua hari persiapan maka rencana dijalankan. Saat memulai Helios sangat tegang. Violetta, Halim, dan Victor juga sama."Hel, good luck. Thanks for all." Violetta mengatakan itu sepenuh hati dan juga menyemangati Helios.Helios mengangguk lalu berjalan ke kursi yang disiapkan untuknya. Pengambilan gambar dilakukan di taman yang tidak jauh dari tempat Herman dirawat."Hari ini, meskipun bukan yang aku inginkan, aku

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 128. Napas Terakhir

    Helios dengan cepat berdiri. Violetta menatap padanya dengan mata berkaca-kaca. Helios melangkah mendekat. Seketika tangis Violetta pecah. Dalam dekapan Helios, gadis itu melepas penat yang begitu menekan dirinya."God, thank you, You bring her back." Lirih Helios bicara. Dengan kuat dia peluk Violetta. Helios mau membuat Violetta tenang, yakin, Helios akan mendukung dan mendampingi dirinya. Pelukan ini yang Violetta butuhkan. Pelukan cinta tulus untuknya. Apapun keadaannya, cinta itu akan tetap ada. Tanpa tujuan lain, tanpa motivasi apa-apa, selain karena sayang."Terima kasih kamu mau balik. Terima kasih, Vio." Lembut sekali Helios bicara. Terasa rasa lega yang begitu besar dari nada suara Helios.Victor memandang keduanya. Begitu rumit yang terjadi di sekeliling mereka. Cinta mereka diuji berulang kali dengan banyak hal yang jika dipikir tidak harus mereka lalui. Mengingat kisah cintanya sendiri dengan Donita, yang Helios dan Violetta hadapi masih lebih berat."Aku mau lihat mama

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 127. Tidak Tahu Lagi

    Violetta menoleh ke arah gerbang menuju pesawat. Petugas menunggu dengan senyum ramah. Para penumpang satu per satu masuk ke sana.Violetta berdiri. Dia menarik napas dalam. Ada perasaan campur aduk di dada. Dia akan pergi atau kembali. Hatinya bergelut luar biasa. Violetta hanya ingin tenang, lelah dengan semua carut marut yang menekan hidupnya. Setiap berurusan dengan ibunya, hanya luka dan pedih yang dia dapatkan. Jika dia pergi, semua akan selesai. Tapi, apakah dia sejahat itu sebagai anak? Lalu, Helios? Apakah Violetta juga tega membiarkan Helios menghadapi semua sendiri?"Vio, please ..." Terdengar sendu suara Helios. "Aku sayang kamu. Aku mau kita sama-sama. Aku janji akan bilang papa kalau aku akan-"Klik. Violetta mematikan panggilan Helios. Dia masukkan ponsel ke dalam tas, lalu berjalan cepat meninggalkan ruang tunggu dan pergi keluar. Violetta mencari taksi. Dia akan kembali. Dia tidak akan membiarkan Helios menyelesaikan kekacauan yang dibuat oleh ibunya.Bagaimanapun, s

DMCA.com Protection Status