Di dalam Game Crown Island Online, Bar Status adalah merupakan istilah untuk tampilan informasi yang bisa kita lihat pada setiap karakter.
Para player bisa melihatnya hanya dengan memfokuskan pandangannya sedikit lebih lama kepada karakter yang ingin dilihatnya.
Lalu Bar Status pun akan muncul dengan sendirinya, di dalam penglihatannya.
Di dalam Bar Status, hanya nama, reputasi / tittle, dan class lah yang hanya akan terlihat.
Sedangkan level serta tingkatan class tidak dapat dilihat. Itu karena keduanya merupakan hal privasi yang harus dirahasiakan.
Namun meski begitu, ada beberapa cara agar para player bisa saling merasakan dan menilai kekuatannya masing-masing.
Yaitu dengan sengaja mengeluarkan atau menunjukkan aura yang dimilikinya.
Pancaran dari aura yang ditunjukkan akan dapat terlihat oleh semua class tanpa terkecuali.
Tekanannya akan dapat dirasakan tergantung dari seberapa kuat aura itu sendiri.
Selain itu, ada pula beberapa class dengan tingkatan tertentu yang mampu melihat serta mengukur kuatnya aura milik orang lain. Class itu adalah Mage dan Priest.
"Aku yakin dan tidak salah lagi, aku pasti berada di game itu. Semuanya terdengar sama."
Rhaka kemudian teringat sesuatu, dan tanpa berfikir lagi, ia pun segera memeriksa sistem pertemanan.
"Ke-Kenapa?! Apa yang terjadi?!" Rhaka terkejut, ia tidak melihat satu pun nama ada di daftar pertemanannya. Semuanya benar-benar kosong.
"Hmm... Mungkinkah, yang kugunakan adalah avatar baru?" Rhaka masih berfikir positif.
Sampai akhirnya, Rhaka mencium sesuatu yang kemudian membuatnya ragu.
Pasalnya di dalam game, para player tidak akan bisa mencium aroma apapun.
Dan tidak hanya aroma, bahkan mereka tidak bisa merasakan rasa dari apa-apa yang mereka makan.
"Bau amis....?" Rhaka mengendus, "Ini?! Bau darah!"
Rhaka kemudian membuka sistem pengaturan, Ia mencoba keluar dari game itu.
Akan tetapi sistem pengaturan tidak meresponnya, padahal Rhaka telah menekan tanda keluar berulang kali.
"Apa-apaan ini?! Aku sama sekali tidak bisa keluar!"
Rhaka mencoba menggunakan fitur pengaduan, bahkan dia juga sempat mengirimkan pesan kepada Game Master. Akan tetapi semua yang dilakukannya itu sia-sia.
Rhaka terduduk lemas, ia tidak tahu lagi harus berbuat apa, dan kini ia hanya bisa berharap bahwa semua ini hanya mimpi.
Namun di sela hembusan nafasnya yang begitu berat, terlintas ingatan akan sosok pria tua yang Rhaka temui di sebuah jembatan.
Rhaka juga mulai mengingat ketika dirinya berada di dalam sebuah capsul, sesaat sebelum akhirnya ia tersadar di Dunia game ini.
"Sialan, pak tua itu tidak menjelaskan apapun tentang hal ini?" Rhaka menyadari bahwa cara ia masuk kedalam game ini sangatlah berbeda.
Rhaka mulai mengamati kembali para petualang tersebut.
"Mungkinkah, mereka semua sama sepertiku? Dan bagaimana kalau mereka mati disini? Apakah mereka akan hidup kembali?"
Banyak sekali pertanyaan yang mengganjal di benak Rhaka. Baginya, Dunianya saat ini masihlah menjadi sebuah misteri.
Rhaka sadar bahwa dirinya saat ini sedang berada di dalam sebuah game, namun keadaan yang begitu terasa nyata telah membuatnya sedikit ragu. Di tambah lagi dirinya masuk dengan cara yang tak biasa.
Rhaka menoleh, dan ia memandangi senjata yang telah ditemukannya.
Rhaka pun mulai ingat, bahwa senjata yang ia genggam adalah senjata terkuat miliknya dulu. Karena itu, ia pun memutuskan untuk tidak melepaskan ikatan tali yang ada pada pedang tersebut.
"Jika saja ini benar, maka seharusnya ini bekerja."
WUUSSHH...
Rhaka menggunakan Skill Ghost Step, Skill Pendukung dari Class Samurai. Dengan kemampuannya ini, tubuh Rhaka kini tak akan terlihat dalam beberapa saat. Bahkan suara langkah kakinya pun tidak akan terdengar.
Dengan perlahan, Rhaka berjalan menghampiri sang ketua bandit. Yang kala itu sedang sibuk mengurusi barang-barang jarahannya.
Rhaka kini berada tepat di belakangnya, dan ia benar-benar tak terlihat.
Dengan santainya, Rhaka pun mengayunkan pedangnya.
SRREETTT....
PLUK!
Kepala sang ketua bandit terputus, Telepas cukup jauh dari tubuhnya. Darahnya terciprat kemana-mana dan tubuhnya pun seketika ambruk.
Tetsu dan Hama seketika tercengang, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Oi-Oi, apa itu barusan?!" Teriak Tetsu terkejut.
WUUSSHH...
Efek dari Skill Ghost Step telah habis, Tetsu dan Hama kini mulai dapat melihatnya.
"Orang itu...? Se-semudah itu? Hama menelan ludahnya.
Di sisi lain, Tetsu hanya diam mematung, seraya menatap ke arah Rhaka dengan tubuh yang gemetar. "Da-dari mana dia datang?" Ucap Tetsu terbata-bata.
"Hmm... Ternyata benar, aku memang berada di dalam game itu. Tapi kenapa... Kenapa semuanya terasa begitu nyata?"
Tidak mau ambil pusing, Rhaka pun kemudian menyapa Tetsu dan Hama.
"Wah... Luka kalian benar-benar parah. Apa kalian punya potion?" Tanya Rhaka.
Tetsu dan Hama menggelengkan kepalanya, dengan wajahnya yang begitu pucat.
"Baiklah, tunggu sebentar." Rhaka membuka inventorinya, dan apa yang dilihatnya persis sperti dugaannya.
Rhaka kini mulai yakin, bahwa dirinya tengah berada di dalam game yang dahulu pernah ia mainkan. Dengan karakter yang sama pula.
Hal itu dapat Rhaka ketahui dari barang-barangnya yang masih tersimpan rapih di dalam inventorinya.
Setelah memilih, lingkaran kecil berwarna hitam pun muncul. Lingkaran itu berputar dan membelah dimensi di hadapannya.
Segera Rhaka pun kemudian mengambil dua buah Full Life Potion dari dalam sana. Untuk kemudian diberikannya kepada Tetsu dan Hama.
"Ini, ambilah!" Ucap Rhaka.
"Apa itu? Apa yang barusan kau lakukkan?!" Tanya Tetsu keheranan.
"Eh! Ini... Aku hanya mengambilnya dari inventori." Jelas Rhaka.
Tetsu dan Hama saling melirik.
"Apa kalian tidak tau?" Sambung Rhaka.
Tetsu dan Hama menggelengkan kepalanya.
Seketika Rhaka mengalihkan pandangannya, ke arah barang-barang yang berserakan.
Dan apa yang dilihatnya mulai menyadarkannya, bahwa Tetsu dan Hama bukanlah seorang player seperti dirinya.
Karena pada dasarnya, seorang player pasti mengetahui apa itu inventori. Dan sudah seharusnya barang yang mereka bawa di simpan di dalamnya.
Rhaka sedikit kecewa ketika mengetahui Tetsu dan Hama hanyalah NPC dan bukanlah player. Namun meski begitu ia tetap menolongnya.
"Apa itu, inventori?" Tanya Hama dengan polosnya.
"Lupakan, itu hanya trik," Jawab Rhaka dengan muka cemberut. "Ayo, minumlah!" Sambungnya.
"Ini kan...?! Tunggu, dari mana kau mendapatkannya?" Tetsu terkejut.
"Tetsu, apa aku tidak salah lihat? Bukankah, barang ini cukup langka?" Celetuk Hama dari belakang.
"Eh! Maksudmu... Potion itu? Tanya Rhaka memastikan.
"Ya. Potion ini selalu dicari oleh para bangsawan, mereka akan rela mengeluarkan banyak uang demi potion ini." Jawab Hama dengan mata berbinar-binar. Ia tidak bisa menutupi rasa kekagumannya, setelah melihat botol potion tersebut.
"Jadi... Potion ini cukup berharga, ya. Baiklah, mungkin sebaiknya aku harus menghemat dan menggunakan seperlunya saja." Gumam Rhaka di dalam hati.
"Hama, ini sih sayang sekali jika kita meminumnya?" Tetsu tersenyum menyeringai.
"Ya. Tapi lebih sayang sekali jika kita mati konyol di sini!" Balas Hama dengan wajah kecutnya. "Bodohmu tuh... Sudah sampai ke ubun-ubun!" Lanjutnya.
"Hahaha... Aku hanya bercanda, kok." Balas Tetsu dengan tawa yang tertahan.
Tanpa di nanti-nanti lagi, Hama langsung meneguk potion tersebut. Dan keajaiban pun terjadi.
"Luar biasa! Ini gila! Lukaku kembali pulih dalam seketika!" Hama melirik ke arah Tetsu.
"Ah... Begitu, ya. Sekarang aku mengerti, kenapa mereka sangat terobsesi dengan potion ini." Sambung Tetsu, seraya memandangi potion langka tersebut.
Melihat hal itu Rhaka sama sekali tidak terkejut, karena dia tahu bahwa efek Full Life Potion memanglah seperti itu.
"Aku Rhaka, kalian siapa?" Ujar Rhaka seraya menjulurkan tangannya. Dan merekapun saling memperkenalkan diri.
"Oh gila! Mereka terasa nyata sekali. Aku bahkan bisa mencium bau keringat dari tubuh mereka. Ah sial, ini benar-benar seperti nyata. Sebaiknya aku tidak boleh gegabah." Rhaka terdiam sejenak.
"Scarra, terimakasih untuk potionnya. Ngomong-ngomong, kamu mau pergi kemana? Kalau kami, kami akan pergi ke Kota Acela." Tanya Tetsu.
"Oi, Tetsu! Aku mendapatkan tongkat si ketua busuk ini!" Teriak Hama yang saat itu sedang menjarahi barang-barang milik para bandit. "Sial, bahkan seorang bandit pun tongkatnya lebih bagus dariku!" Sambungnya.
"Hahaha... Benarkah? Berikan padaku! Aku ingin melihatnya!" Tetsu berlari menghampiri Hama.
"Tetsu, tunggu! Namaku Rhaka, bukan Scarra!" Tegas Rhaka.
"Tapi di statusmu...?"
"S-Status? Jangan-jangan...?"
Mendengar hal itu, Rhaka pun langsung memeriksanya.
"Sialan, pak tua itu telah mengubah namaku!" Rhaka menggerutu kesal ketika mendapati nama kebanggaannya kini telah berganti.
Saat itulah dimana langkah awal Sang Legenda Crown Island Online memulai kisahnya. Di Dunia yang baru dan dengan nama barunya.
Bersambung...
Kota Acela adalah merupakan satu dari tujuh kota besar yang ada di Benua ini.Kota ini cukup terkenal akan kekuatan militernya. Itu terbukti dari tidak adanya penguasa lain yang mencoba menyerang dan menguasai kota ini.Dalam segi kewilayahan, militer, serta politik, kota ini dikuasai dan dikendalikan langsung oleh Guild Gagak Hitam.Yang juga atas kuasanya, telah menunjuk Keluarga Estera sebagai keluarga bangsawan tertinggi, yang mengatur roda perekonomian serta perdagangan di kota tersebut.***Rhaka yang kini telah berganti nama menjadi Scarra, telah memutuskan untuk ikut pergi menuju Kota Acela.Hal itu ia lakukan guna mengetahui dan mencari sedikit informasi tentang Dunia barunya tersebut.
Scarra memasuki loby Guild Hall Gagak Hitam, ia berjalan dengan ditemani oleh Tetsu dan Hama di belakangnya.Saat itu di dalam begitu ramai, bahkan tidak hanya hunter, tetapi juga banyak sekali petualang yang berlalu lalang di dalamnya.Nampaknya terdapat sebuah Bar di sana, dan juga Quest Hall. Yang mana, kedua tempat inilah yang paling sering dikunjungi oleh para petualang di kota ini.Setibanya di dalam, mereka pun langsung diarahkan menuju Aula Pendaftaran. "Silahkan, kalian mendaftar disini!" Tegas penjaga yang mengawalnya.Seorang wanita berparas cantik lantas menyambutnya, ia adalah petugas lisensi itu.Dengan senyuman manisnya, wanita itu kemudian menjelaskan sedikit tentang lisensi dan kegunaannya. Ia juga menjelaskan tentang syarat dan ketentuannya.
Budak itu masih terduduk di lantai, ia menatap Scarra dengan kedua tangannya menyilang menutupi dadanya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi bahkan ia sedikit kurus, namun bola matanya bersinar begitu indah, mata itu berwarna hijau, sama seperti bola mata milik para kaum Elf. Dengan rambut putihnya yang terurai sebahu, budak itu terlihat sangat cantik. Namun beberapa bekas luka di tubuhnya, telah menutupi kecantikannya. Scarra terperangah, matanya melotot dan ia tidak menyangka. Wanita itu sebenarnya memiliki paras yang cantik, namun penampilannya yang kumel telah membuat Scarra tidak menyadarinya. "A-Anu... Te-Terimakasih!" Ucap wanita itu dengan mata yang berlinang. Scarra mengulurkan tangannya, dan membantunya berdiri. "Namamu...?" "Yu-Yuki, tuan." Jawab Yuki terbata-bata.
Penginapan Erissan. "Eh... Hanya tersisa satu kamar lagi?" Scarra menoleh ke arah Yuki yang saat itu sedang menunggunya di sofa, dan ia terlihat cukup kelelahan. "Hmm... Apa boleh buat." Scarra mengambil kamar yang tersisa itu. "Maaf, sudah membuatmu menunggu." "Eh, tidak-tidak. Aku tidak apa-apa. Tuan tidak seharusnya berkata seperti itu." Yuki jadi salah tingkah. "Ja-Jadi, kamarnya... Apa tuan mendapatkannya?" Lanjut Yuki terbata-bata. "Ini...." Menunjukan kunci kamar. "B-Baiklah." Yuki beranjak dan berjalan mengikuti Scarra. Saat itu langkah Yuki cukup pelan, kepalanya tertunduk
[Aula Pertemuan Guild Gagak Hitam] "Dimana Kousei? Kenapa dia belum datang juga?" Dalam pertemuan itu Kyo Ren telah datang lebih awal, dan ia telah menunggu cukup lama. *Kyo Ren - Hunter Rank S peringkat 4* "Bersabarlah, Ren. Oh ya, kalau di ingat-ingat, ini sudah menjadi kali ke tiga ujian Hunter diadakan. Tapi sampai saat ini, aku masih belum pernah melihatnya." Celetuk Shiro membuka pembicaraan. *Shiro - Hunter Rank S peringkat 5* "Hmm... Dari awal aku bergabung saja, hingga sekarang, aku tidak pernah tau seperti apa sosoknya." *Kazu - Hunter Rank S peringkat 9* Kyo Ren berdiri dari tempat duduknya, "Tunggu sebentar! Apa kalian sedang membicarakan Master yang itu...?" "Menurut mu siapa lagi? Memangnya ada Master yang lain lagi?" Jawab Kazu. "Sudah kuduga! Sekarang coba kalian pikirkan, selama ini semua perintah siapa yang perintahkan? Setiap keputusan siapa yang putuskan
Kousei mulai memasuki Arena dan ia pun duduk di kursi para petinggi, dengan didampingi oleh Ken dan Kai di belakangnya. Di jajaran kursi itu, terdapat pula para tamu VIP. Mereka merupakan para bangsawan terpandang di Kota Acela. "Hey lihat! Bukankah itu Master Kousei?!" Teriak salah satu penonton. "Iya benar, Ken dan Kai juga ada disana!" Timpal penonton yang lain. Kousei melambaikkan tangannya, ia mencoba menyapa seluruh penonton. Dan seketika, para penonton pun bersorak gemuruh. Seraya menyapa, Kousei pun mengaktifkan skill pendeteksi aura miliknya. Ia memperhatikan dan mengawasi setiap aura yang terpancar dari para penonton. Hal itu ia lakukan guna menghindari masuknya p
Menjelang pertandingan kedua dimulai, dengan cepat para Hunter Class Mage Gagak Hitam memasuki arena. Dengan sihir gabungan, mereka pun mulai merekonstruksi kembali arena yang sudah cukup hancur itu. "Para hadirin sekalian, apa kalian masih bersemangat?!" Tanya Shiro, dan di jawab dengan sorakan yang bergemuruh. "Selanjutnya! Mari kita panggil. Inilah dia, Maggie! The Exotic Witch!" Sambut Shiro. "Maggie! Maggie! Maggie!" Para penonton bersorak memanggil namanya. "Aku duluan!" Ujar Maggie kepada para peserta yang lain. "Maggie!" Panggil Tsuhira. Seketika Maggie pun menoleh. "Beri si Lion sang apalah itu, pelajaran!" Sambung Tsuhira dengan emosi yang membara. "Kamu pasti bisa!" Timpal Nero menyemangati. Tanpa mereka sadari, rasa cemas yang mereka rasakan telah membuat mereka menjadi saling peduli. "Ya!" Magg
Pertandingan selanjutnya, Tsuhira melawan Lion. Tsuhira adalah seorang Destroyer. Dia adalah pengguna dua senjata. Satu senjatanya berelemenkan Api dan yang satunya berelemenkan Es. Dengan kedua senjatanya tersebut, Tsuhira terus melancarkan serangannya dan berusaha memojokan Lion. Ledakan Api yang keras serta bongkahan Es yang tajam pun tercipta, setiap kali ia menghempaskan senjatanya. Meski dampak seranganya tidak terlalu berarti, akan tetapi senjata elemen Es nya mampu membuat Lion cukup kerepotan. "Sebatas inikah kekuatan Hunter Elit peringkat ke #7?!" Teriak Tsuhira setelah serangannya berhasil membekukan salah satu kaki Lion. "Kau bahkan tak mampu mengimbangi kecepatanku!" Sambungnya, seraya berlari dan lalu melompat menghantam kepala Lion. BBAAMM Lion berhasil menahan serangan tersebut dengan perisainya. Namun perisainya pun seketika membeku, merambat hingga ke tangannya. Dan kini setengah
Dalam pertarungan ini, Charles harus mengakui bahwa Maggie memiliki beberapa insting bertarung yang baik, pola serangan yang dibangunnya telah membuat jarak di antara mereka tetap terjaga. Dengan kata lain, cukup sulit untuk bisa menyerang dan mendekatinya. Tapi, Charles adalah orang yang lebih baik dalam hal teknik dan juga insting. Tidak melakukan apa-apa selain bertahan dan menghindar telah memberinya sedikit ruang untuk berfikir, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dalam beberapa kesempatan, Charles mencoba membiarkan beberapa bagian tubuhnya terkena serangan. Dia mencoba merasakan kekuatan dari serangan itu dan menganalisanya lebih dalam untuk sementara waktu. Hasilnya, Charles menyadari bahwa meskipun kemampuan Maggie dalam menyerang cukup tinggi, dia seperti tidak menggunakan kemampuannya secara maksimal. Itu mungkin dia masih menyimpan kekuatannya untuk moment tertentu atau mungkin dia memang selemah itu. "Lebih baik aku mengujinya." Charles menyerang balik dengan kapak
Zissa mengambil posisi, dia menghunuskan senjatanya dan mengayunkannya ke atas secara perlahan. Posisinya sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir. Di tempat lain, Aldea telah sepenuhnya dikuasai oleh rasa takutnya. Tubuhnya gemetar, giginya berderit dan matanya begitu rapat tertutup. Dia ingin lari. Dia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, rasa ketakutan yang amat tinggi telah menghalangi aliran gelombang saraf dari otaknya, sehingga membuat kedua kakinya terasa berat untuk digerakan. Seperti kaku, sepenuhnya kaku. Di tengah rasa ketakutan yang amat itu, sebuah suara muncul. Itu sangat dekat. Suara itu benar-benar dekat. Itu tepat di hadapannya. Mendengarnya membuat sekujur tubuhnya seketika merinding. "Jangan khawatir... Aku tidak akan membunuhmu. Setidaknya, tidak untuk sekarang." Charles mengepalkan tangannya, mengayunkannya dengan pasti untuk menghilangkan kesadaran Aldea. Namun sebelum itu terjadi... "Sekarang!!!" Slebb... Slebb... Slebb... T
Kulit kepalanya mungkin terbelah dari pukulan kuat saat darah mulai menetes ke wajahnya. Meskipun Splash telah menahan rasa sakit dengan salah satu kemampuannya, hanya dengan menggerakan wajahnya saja sudah cukup untuk membuat rasa sakit mengalir deras ke seluruh tubuhnya, membuatnya pusing. Sambil mempertahankan posisinya, seperti siap untuk menangkis serangan yang datang dengan senjata yang dihunuskan sebagai perisainya, Splash mencoba untuk bangkit. Splash mengenakan armor yang dikenal orang dengan nama Silver Tail Wind -Rare Grade Item. Meskipun begitu, dia masih menerima cukup banyak damage dan membuat kakinya kesulitan untuk berdiri. Sudah lama sejak dia terluka sedemikian rupa. Sementara dia bangkit, salah satu tangannya yang gemetar -bukan karena rasa takut melainkan rasa sakit yang luar biasa- mencoba meraba kantong di pinggangnya, dia menggambil satu botol potion penyembuh dan lalu meminumnya. Meski masih jauh dari kata menyembuhkan sepenuhnya, tapi itu cukup baik sebaga
"Tidak ada pilihan lain." Lorion menurunkan Aldea dan kemudian menghunuskan dua kapaknya seraya berkata, "Putri, kami akan menahannya. Larilah jika ada kesempatan!" "Tentu kau mengenalku, Lorion... Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku... Jika itu harus mati, kita akan mati bersama!" Balas Aldea seraya bersiap. Meski sedikit kecewa dengan tingkah Aldea yang keras kepala, tapi setidaknya jawaban dari Aldea telah membangkitkan semangat dan juga harapan mereka. Dengan hadirnya Aldea, keselamatan dan harapan hidup mungkin akan sedikit lebih meningkat. Tetapi semua itu terasa sia-sia jika mengetahui kesenjangan yang luar biasa dalam tingkat kekuatan mereka. Meski mereka tahu bahwa kematian adalah akhir dari takdir mereka, tapi itu tidak lantas membuat mereka menyerah. Setidaknya mereka telah berjuang bersama-sama dengan harapan yang tumbuh di hati mereka. Senyuman mulai terekspresikan di wajah mereka, seperti hendak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah mereka sesali. "
Di atas ketinggian Scarra menatap pepohonan yang terbentang jauh ke utara, dia menatap dengan angin yang berkecambuk di sekelilingnya. "Hutan terlarang... The Great Sea of Trees." Scarra memejamkan matanya dan menghayati suara alam di malam itu, "Seperti nostalgia." Karena malam hari dan dalamnya tanaman hijau yang membentang di bawahnya, semuanya tampak seperti dicat hitam. Namun meski begitu, dengan vision yang dimilikinya meski itu jauh di tengah hutan Scarra telah menemukan dua hal menarik. Salah satunya adalah danau berbentuk bulan sabit yang seingatnya adalah lokasi dimana desa kaum Elf berada. Dia dapat menemukannya relatif cepat karena ukurannya yang besar. Mendapati hal itu, beberapa pertanyaan mulai berkecambuk di pikirannya. Saat semuanya masih di dalam game, Ras Elf merupakan Ras yang sejajar dengan ras lain seperti halnya Ras Demon (Iblis), Ras Demi-Demon (Setengah Iblis), Ras Demi-God (Setengah Dewa), Ras Demi-Human (Monster setengah Manusia), dan Ras Dragon (Ras Na
Setelah Menyuruh Mumu dan Yuki mempersiapkan perbekalan perjalanan mereka, Scarra bersandar di dinding, dengan tatapan kosong Scarra menatap langit-langit sambil sesekali melirik memo pad kecil di tangannya. Aku harus memastikannya! Apa yang tertulis di atasnya adalah beberapa petunjuk dan ciri-ciri tentang anggota XGuard. Scarra mencatatnya, dia mencatat semua yang telah dijelaskan dan digambarkan oleh Izumi, termasuk simbol X yang merupakan simbol dari kelompok tersebut. Apa yang membuatnya menjadi sedikit frustasi adalah simbol yang tergambar di memo pad kecil itu, adalah simbol yang sama dengan yang digunakan oleh guildnya dahulu. Meski mencoba untuk tetap tenang dengan tidak menceritakannya kepada Mumu dan Yuki, tetap saja Scarra harus mengakui bahwa banyak lubang yang tiba-tiba muncul dalam skenario yang telah dipikirkannya. Mendapati sesuatu yang berasal dari Crown Island sedikitnya telah memperkuat harapannya, harapan bertemu dengan player lain atau mungkin lebih dari itu.
Dua jam berlalu, dan selama itu tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam bangunan. Kerahasiaan akan informasi sepertinya cukup terjaga. Tidak berselang lama pintu guild mulai bergerak, seseorang mencoba membukanya dari dalam. Saat pintu itu terbuka, yang pertama keluar adalah Scarra lalu disusul dengan Izumi dibelakangnya. Dua petualang yang ditempatkan di luar untuk berjaga seketika mengambil posisi terbaiknya, mereka menurunkan pandangannya dan memberikan rasa hormatnya. Saat itu posisi matahari sudah cukup tinggi, cahayanya menjadi terasa cukup menyilaukan saat mereka keluar dari bangunan tersebut. Butuh beberapa detik untuk mata dapat beradaptasi dengan keadaan, semuanya -kecuali Scarra- merasakan hal yang sama. Dengan mata yang masih beradaptasi Izumi mempercepat langkah kakinya, menempatkan dirinya tepat berada di sebelah Scarra. "Katakan saja apa yang anda butuhkan. Kami dengan senang hati akan membantu menyiapkannya." "Jangan terlalu kaku! Kita berada di tingkat yang
Koichi yang mendengar permintaan itu sementara meringis. Mencoba memutar otaknya. Izumi, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab. "XGuard, ya... Aku tidak begitu yakin kelompok itu benar-benar ada. Tapi, baiklah. Perlu ditekankan, ini tidak lebih dari sebuah rumor, saya harap anda mengerti." "Jelaskan saja!" Sambil menghela nafas, Izumi menjelaskan. XGuard adalah nama dari sebuah organisasi rahasia, mereka bergerak di dalam bayangan dan tidak terafiliasi dengan aliansi manapun. Bahkan sampai saat ini tujuan dan identitas dari para anggotanya tidak pernah diketahui. Sebagian orang berpendapat, kelompok ini sengaja diciptakan oleh salah satu dari tujuh aliansi besar. Tujuannya, mungkin menciptakan konflik, konspirasi, atau sesuatu yang dilarang demi keuntungan aliansi tersebut. Namun pendapat itu telah terpatahkan, oleh adanya pertemuan tujuh aliansi besar di Valhalla beberapa tahun silam. Entah apa yang telah diperbuat oleh kelompok ini, rumor akan kehadirannya sek
Ada empat belas orang di ruangan itu. Ruangan yang kecil, cukup untuk dapat mendengar apa-apa yang orang bicarakan tanpa mengatur suarannya. Scarra, Maggie, Izumi dan Koichi berada di meja yang sama. Sedangkan yang lainnya berada di meja yang terpisah. Di sisi lain, para pelayan terlihat begitu gugup. Tamu penting dengan misi khusus datang dan menyambangi tempat mereka. Seperti seorang pelajar memasuki ruang kelas yang salah dan tersadar sesaat setelah kelas dimulai, terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa adalah hal yang sudah sewajarnya. Daripada memikirkan sikap apa yang harus mereka tunjukan, para pelayan itu lebih memilih untuk menyiapkan makanan sesegera mungkin. Dan dari apa yang mereka lakukan telah menunjukkan bahwa mereka tidak terbiasa atau lebih tepatnya tidak terlatih untuk sesuatu yang formal. Dengan tangan sedikit bergertar, bir dan makanan ringan mulai dihidangkan. Makanan terbaik yang mereka miliki. Suara keramik beradu dari piring yang bergetar dan bunyi yan