Share

Episode - 4

Author: Big Man
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Scarra memasuki loby Guild Hall Gagak Hitam, ia berjalan dengan ditemani oleh Tetsu dan Hama di belakangnya.

 

Saat itu di dalam begitu ramai, bahkan tidak hanya hunter, tetapi juga banyak sekali petualang yang berlalu lalang di dalamnya.

 

Nampaknya terdapat sebuah Bar di sana, dan juga Quest Hall. Yang mana, kedua tempat inilah yang paling sering dikunjungi oleh para petualang di kota ini.

 

Setibanya di dalam, mereka pun langsung diarahkan menuju Aula Pendaftaran. "Silahkan, kalian mendaftar disini!" Tegas penjaga yang mengawalnya.

 

Seorang wanita berparas cantik lantas menyambutnya, ia adalah petugas lisensi itu.

 

Dengan senyuman manisnya, wanita itu kemudian menjelaskan sedikit tentang lisensi dan kegunaannya. Ia juga menjelaskan tentang syarat dan ketentuannya.

 

Setelah dirasa paham, ia mengeluarkan sebuah Formulir Pendaftaran, yang kemudian diserahkan kepada Scarra.

 

"Silahkan, isi data Anda di sini." Menunjuk ke salah satu kolom formulir. "Dan lingkari jenis lisensi yang anda inginkan." Sambungnya.

 

Tetsu mengintip sedikit, ia melihat Scarra melingkari Hunter sebagai pilihannya, dan itu membuatnya terkejut. "Hunter?! Scar, apa kau tidak salah?" 

 

Hunter adalah sebuah julukan atau gelar bagi mereka yang telah terikat dengan Assosiasi Guild.

 

Hunter sendiri memiliki beberapa tingkatan, dimulai dari tingkat yang terendah yaitu Rank C, sampai yang tertinggi yaitu Rank S."

 

"Ya. Lagian biayanya gratis, kan?" Jawab Scarra seraya mengisi formulir tersebut.

 

"Iya sih, tapi bukan itu masalahnya." Tetsu dan Hama saling melirik. "Kamu akan melawan salah satu dari mereka, dan itu tidak mudah!" Sambung Tetsu, memperingati.

 

"Aku tau, wanita itu sudah menjelaskannya tadi. Tapi, kalau kita tidak mencobanya, kita tidak akan tau, kan?"

 

Tetsu menarik nafas dalam-dalam, "Hmm... Baiklah, itu keputusanmu. Aku hanya bisa mendukungmu."

 

Scarra pun tersenyum. "Baiklah, sudah selesai, ini dia...." Menyerahkan Formulir Pendaftaran.

 

"Tuan Scarra, Anda cukup beruntung, anda tidak perlu menunggu lama. Ujian hunter kali ini akan diselenggarakan besok siang, tepat di Arena di dekat Alun-alun kota. Saya harap, Anda bisa menunjukan kemampuan maksimal Anda. Ini ambillah...."

 

Wanita itu memberikan Scarra sebuah lisensi sementara. Lisensi yang hanya akan berlaku hingga hari dimana pertandingan dimulai.

 

"Dan terimakasih sudah mendaftarkan diri untuk bergabung dengan guild kami, semoga hari Anda menyenangkan." Sambung petugas wanita itu menutup dengan senyuman termanisnya.

 

"Eh! Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk bertanya." Gumam Scarra di dalam hati.

 

"Scar, aku tahu kemampuanmu. Tapi, ujian hunter tidaklah semudah yang kau pikirkan." Ujar Hama.

 

"Hahaha... Tenanglah." Scarra menepuk bahu Hama sambil tertawa kecil, "Aku pasti akan mendapatkan lisensi itu. Percayalah!" Scarra mencoba meyakinan Tetsu dan Hama.

 

Saat itu, Scarra memilih menjadi seorang hunter bukan hanya sekedar memilih tanpa alasan.

 

Dengan ujian hunter ini, ia akan dapat mengukur kekuatannya dengan orang-orang yang ada di Dunia baru.

 

Mengetahui sejauh mana kekuatannya, akan menjadi informasi penting untuknya saat ini.

 

Ketika Scarra, Tetsu, dan Hama hendak berjalan menuju pintu keluar, tiba-tiba sekelompok orang dengan jirah serba hitamnya datang dan memasuki aula dengan begitu tergesa-gesa.

 

Mereka terlihat sangat kuat, hal itu dapat dilihat dari armor atau jirah yang mereka kenakan.

 

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu seketika berdiri tegap. Mereka menundukkan kepalanya seraya mengepalkan kedua tangannya.

 

"Master!" Mereka melakukkan penghormatan.

 

"Tetsu... Siapa orang itu? Kenapa semua orang menundukkan kepalanya?" Bisik Scarra kepada Tetsu.

 

"Itu dia Ryou Kousei, Wakil Master Guild Gagak Hitam. Dan yang dibelakangnya adalah para anggota terkuatnya."

 

"Scar, tundukan kepalamu!" Bisik Hama mencoba memperingati.

 

Di dalam ruangan itu, semua orang menundukkan kepalanya, dan hanya Scarra yang tidak melakukannya. Ia merasa kagum dan tidak bisa berhenti menatap Kousei, sampai-sampai ia lupa untuk menundukkan kepalannya.

 

Namun tidak di mata Kousei, tatapan Scarra saat itu seolah seperti menantangnya. Akan tetapi Kousei menghiraukan hal itu, ia berjalan pergi dan melewatinya begitu saja.

 

Momen menegangkan itu pun akhirinya berakhir.

 

***

 

[Di halaman Guild]

 

"Tetsu, bukankah kita harus...."

 

"Astaga, aku lupa...," Tetsu memotong ucapan Hama.

 

"Kenapa, apa ada yang tertinggal?" Tanya Scarra.

 

"Aku lupa, aku sudah ada janji. Dia pasti sudah menungguku. Dia menunggu batu ini." Tetsu Menunjukkan batu Cray Stone miliknya.

 

"Pergilah...." Ujar Scarra.

 

"Tapi, kau masih belum mengenal kota ini. Aku khawatir kau akan tersesat."

 

"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Percayalah!" Scarra mencoba meyakinkan.

 

"Baiklah. Kalau begitu, aku pergi dulu." Tetsu menepuk salah satu bahu Scarra. "Hama!" Sambungnya seraya melirik ke arah Hama.

 

"Em!" Hama mengangguk. "Scar, kami pamit!"

 

"Baiklah, jaga diri kalian."

 

Mereka pun akhirnya berpisah. Dan setelah berjalan cukup jauh, Tetsu berbalik. "Besok kami akan datang untuk melihat pertandinganmu! Jadi, kamu harus menang, ya!" Teriaknya dari kejauhan.

 

"Tentu saja!" Scarra tersenyum seraya memandangi mereka berdua. Sekilas ia menjadi teringat kepada teman-temannya.

 

Scarra kini memulai perjalanannya seorang diri. Ia berencana pergi menuju pasar yang sebelumnya ia lewati, namun di tengah perjalanannya, ia melihat suatu banguan yang terlihat tidak asing baginya, dan kemudian ia pun memutuskan untuk menepi.

 

Storage Hall Service. Kantor layanan atau jasa penyimpanan telah menarik perhatiannya.

 

"Selamat datang tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" Sambut Petugas Storage.

 

"Bisa tolong bukakan storage ini?" Scarra Menunjukan SKS (Sertifikat Kepemilikan Storage) kepada penjaga tersebut.

 

"Tentu saja, tuan." Petugas itu pun kemudian memeriksa sertifikat tersebut.

 

Dan alangkah terkejutnya petugas itu, ketika mengetahui bahwa sertifikat tersebut adalah bukti dari kepemilikan brangkas nomor #100.

 

Dengan wajah yang pucat, petugas itu berlari memanggil manajernya. Ia menunjukkan sertifikat itu kepadanya.

 

"Nomor seratus?!" Teriak sang manajer terkejut.

 

Sang manajer menghela nafas, ia mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Sebelum akhirnya ia pun menghampiri dan menyambut Scarra.

 

Melihat kehebohan yang luar biasa dari para penjaga, para petualang pun silih bersautan.

 

"Siapa orang itu?! Benarkah, dia pemilik brangkas nomor #100 itu?!" 

 

"Dia pasti dari keluarga bangsawan!"

 

"Aku tau para bangsawan di kota ini, tapi aku tidak pernah melihat dia."

 

"Tunggu, Setahuku, para bangsawan saja tidak boleh menggunakan brangkas itu. Bahkan para petugas pun tidak boleh memeriksanya."

 

"Maksudmu, dengan kata lain, brangkas itu hanya boleh dibuka oleh pemiliknya?!" Potong Petualang yang lain.

 

"Benar."

 

"Dia pasti bukan orang sembarangan. Dilihat dari penampilannya, dia pasti sedang mencoba menutupi statusnya. 

 

Saat itu, Scarra diperlakukan begitu istimewa, ia dijamu dan ditawari berbagai macam fasilitias, termasuk wanita penghibur.

 

Akan tetapi Scarra menolaknya. Ia hanya ingin diantarkan menuju berangkas miliknya saja.

 

"Baiklah tuan, mari ikut saya!" Ajak salah satu petugas senior.

 

Kemudian petugas itu pun mengantarkan Scarra menuju sebuah ruangan yang cukup tersembunyi.

 

Ruangan itu berada di lantai 3, lantai tertinggi di bangunan tersebut.

 

Sbelum sampai di ruangan itu, Scarra harus melewati lorong-lorong panjang yang cukup gelap dan juga lembab.

 

Beberapa pintu tersembunyi dengan kode rahasia pun harus ia lewati, sebelum akhirnya tiba di berangkas miliknya sendiri.

 

"Ayolah, yang benar saja...," Gumam Scarra, seolah tidak percaya telah menyewa ruangan yang merepotkan itu.

 

"Ini dia ruangan anda, tuan!" Ucap petugas seraya memberikan kunci ruangan tersebut.

 

"Baiklah, mari kita lihat... Apa yang ada di dalam sini!" 

 

BRAGG

 

Suara pintu dibuka dengan keras.

 

Ruangan yang begitu gelap dan juga lembab, yang setelah sekian lama tertutup, kini akhirnya dibuka. "Hmm...."

 

Saat itu, meski keadaan di luar ruangan terlihat cukup gelap dan juga menyeramkan, namun apa yang terlihat di dalamnya justru sangat berbeda.

 

Ruangan itu sangat luas dan juga terang. Di dalamnya terdapat sebuah meja besar dengan tujuh kursi yang mengelilinginya.

 

Hiasan dinding serta pernak-pernik yang indah di dalamnya, telah memberikan kesan mewah pada ruangan tersebut.

 

Armor, senjata, aksesoris dan juga beberapa perlengkapan lain, tersimpan dan tertata rapih di ruangan tersebut.

 

Beberapa peti besar terlihat di sana. Peti itu masih tertutup rapat dan kepingan emas dengan jumlah besar tersimpan di dalamnya.

 

Scarra kemudian berkeliling dan memeriksa ruangan tersebut. Ia bahkan telah lupa dengan apa yang ada di dalamnya.

 

Scarra membuka salah satu peti besar yang ada di sana. Lalu mengambil beberapa kantong emas yang ada di dalamnya.

 

Setelah itu, Scarra juga mengambil salah satu pedang yang ada di sana. Ia menggunakannya dan lalu menyimpan pedang katana hitam miliknya di dalam inventori.

 

Scarra berfikir, "bahwa mungkin akan lebih baik jika dirinya memakai perlengkapan yang tidak mencolok."

 

Pedang hitam, termasuk kedalam #10 deretan Pedang Kuno Legendaris yang cukup langka. 

 

Pedang itu bernama Masamune Devil Sword, atau lebih dikenal dengan nama Pedang Auman Iblis.

 

Bersama dengan perlengkapan barunya, Scarra pun kemudian pergi dan melanjutkan perjalanannya. 

 

***

 

TAP... TAP... TAP... TAP... 

 

BRUUKK

 

Seorang wanita berlari dan lalu menabrak Scarra. Wanita itu terjatuh tepat di hadapannya.

 

"Tuan, tolong selamatkan aku!" Pinta wanita itu dengan nada yang lirih dan mata yang berkaca-kaca.

 

"Eh!" Scarra memandanginya dan kemudian memeriksa statusnya. Wanita itu adalah seorang pekerja. Sebutan untuk seorang budak di Dunia baru.

 

Di dalam Game Crown Island Online, para player dapat membeli dan memiliki lebih dari satu budak.

 

Para budak ini biasanya akan dipergunakan untuk membantu para player dalam mengumpulkan suatu barang atau material tertentu.

 

Atau bahkan, hanya untuk sekedar membawakan barang-barang mereka yang berlebih.

 

Scarra mengulurkan tangannya, ia mencoba untuk membantunya berdiri.

 

Namun tiba-tiba saja, seorang pria tak dikenal datang dan berteriak dari kejauhan.

 

"Tolong jangan ikut campur!" Pria itu berjalan mendekat. "Serahkan budak itu padaku!" Pintanya.

 

Budak itu menatap Scarra, dan ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang penuh ketakutan.

 

"Ada apa ini? Sejak kapan seorang budak bisa tidak patuh kepada tuannya?" Scarra terkejut, Apa yang dilihatnya tidak seharusnya terjadi.

 

"Bagaimana ini, apa yang harus kulakukan?" Scarra hanya terdiam dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Membantunya tentu akan menyalahi aturan.

 

Hingga akhirnya pria itu pun mendekat, "Dasar budak sialan, kau selalu saja merepotkanku!" Bentaknya, seraya menarik rambut wanita itu dan menyeretnya pergi. 

 

"Aku mohon, lepaskan! Lepaskan aku!" Pinta budak wanita itu, dengan air mata yang bercucuran.

 

"Ini, sudah bukan lagi game yang aku tau!"

 

Scarra yang tidak tega melihatnya, langsung berteriak dan memanggil pria tersebut.

 

"Oi, mau kau apakan budak itu?!"

 

"Bukan urusanmu!" 

 

"Aku akan membelinya!"

 

"Eh! Apa kau bilang?" Pria itu Menoleh.

 

"Budak itu... Aku akan membelinya!"

 

"Budak ini tidak dijual, dia adalah budak kesayangan Bossku! Tapi memangnya... Kau mau menawar berapa?" Tanya pria itu cengengesan.

 

Tanpa basa-basi, Scarra langsung melemparkan satu kantong penuh emas kepada pria tersebut. "Apa itu cukup!"

 

"Hmm... Ini cukup berat. Tapi biar kuperiksa dulu." Pria itu mulai membukanya.

 

"Edan!" Pria itu terperanjat, dan ia terkejut bukan main.

 

"Emas! Ini semua benar-benar emas! Siapa dia sebenarnya?" Pria itu menatap ke arah Scarra.

 

"Apa dia seorang bangsawan? Kalau pun iya, dia pasti bukan berasal dari kota ini. Baguslah, aku harus menerima tawaran ini, sebelum nanti dia berubah pikiran." Gumam pria itu di dalam hatinya.

 

"Oi! Kenapa diam saja?!" Tanya Scarra.

 

"Ah, maaf-maaf. Baiklah, Ini... Ambillah!" Pria tak dikenal itu melemparkan sebuah cincin kepada Scarra.

 

Cincin itu adalah sebuah cicin ikatan, yang menjadi sebuah tanda dari kepemilikan budak wanita tersebut.

 

"Hahahaha... Aku kaya! Aku kaya! Dengan ini, impianku menjadi Bos besar akan terwujud!" Teriak pria itu kegirangan.

 

Melihat hal itu, wajah Scarra pun seketika pucat. "Ahh, Sial... Sepertinya, aku memberinya terlalu banyak."

 

Bersambung...

Related chapters

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 5

    Budak itu masih terduduk di lantai, ia menatap Scarra dengan kedua tangannya menyilang menutupi dadanya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi bahkan ia sedikit kurus, namun bola matanya bersinar begitu indah, mata itu berwarna hijau, sama seperti bola mata milik para kaum Elf. Dengan rambut putihnya yang terurai sebahu, budak itu terlihat sangat cantik. Namun beberapa bekas luka di tubuhnya, telah menutupi kecantikannya. Scarra terperangah, matanya melotot dan ia tidak menyangka. Wanita itu sebenarnya memiliki paras yang cantik, namun penampilannya yang kumel telah membuat Scarra tidak menyadarinya. "A-Anu... Te-Terimakasih!" Ucap wanita itu dengan mata yang berlinang. Scarra mengulurkan tangannya, dan membantunya berdiri. "Namamu...?" "Yu-Yuki, tuan." Jawab Yuki terbata-bata.

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 6

    Penginapan Erissan. "Eh... Hanya tersisa satu kamar lagi?" Scarra menoleh ke arah Yuki yang saat itu sedang menunggunya di sofa, dan ia terlihat cukup kelelahan. "Hmm... Apa boleh buat." Scarra mengambil kamar yang tersisa itu. "Maaf, sudah membuatmu menunggu." "Eh, tidak-tidak. Aku tidak apa-apa. Tuan tidak seharusnya berkata seperti itu." Yuki jadi salah tingkah. "Ja-Jadi, kamarnya... Apa tuan mendapatkannya?" Lanjut Yuki terbata-bata. "Ini...." Menunjukan kunci kamar. "B-Baiklah." Yuki beranjak dan berjalan mengikuti Scarra. Saat itu langkah Yuki cukup pelan, kepalanya tertunduk

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 7

    [Aula Pertemuan Guild Gagak Hitam] "Dimana Kousei? Kenapa dia belum datang juga?" Dalam pertemuan itu Kyo Ren telah datang lebih awal, dan ia telah menunggu cukup lama. *Kyo Ren - Hunter Rank S peringkat 4* "Bersabarlah, Ren. Oh ya, kalau di ingat-ingat, ini sudah menjadi kali ke tiga ujian Hunter diadakan. Tapi sampai saat ini, aku masih belum pernah melihatnya." Celetuk Shiro membuka pembicaraan. *Shiro - Hunter Rank S peringkat 5* "Hmm... Dari awal aku bergabung saja, hingga sekarang, aku tidak pernah tau seperti apa sosoknya." *Kazu - Hunter Rank S peringkat 9* Kyo Ren berdiri dari tempat duduknya, "Tunggu sebentar! Apa kalian sedang membicarakan Master yang itu...?" "Menurut mu siapa lagi? Memangnya ada Master yang lain lagi?" Jawab Kazu. "Sudah kuduga! Sekarang coba kalian pikirkan, selama ini semua perintah siapa yang perintahkan? Setiap keputusan siapa yang putuskan

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 8

    Kousei mulai memasuki Arena dan ia pun duduk di kursi para petinggi, dengan didampingi oleh Ken dan Kai di belakangnya. Di jajaran kursi itu, terdapat pula para tamu VIP. Mereka merupakan para bangsawan terpandang di Kota Acela. "Hey lihat! Bukankah itu Master Kousei?!" Teriak salah satu penonton. "Iya benar, Ken dan Kai juga ada disana!" Timpal penonton yang lain. Kousei melambaikkan tangannya, ia mencoba menyapa seluruh penonton. Dan seketika, para penonton pun bersorak gemuruh. Seraya menyapa, Kousei pun mengaktifkan skill pendeteksi aura miliknya. Ia memperhatikan dan mengawasi setiap aura yang terpancar dari para penonton. Hal itu ia lakukan guna menghindari masuknya p

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 9

    Menjelang pertandingan kedua dimulai, dengan cepat para Hunter Class Mage Gagak Hitam memasuki arena. Dengan sihir gabungan, mereka pun mulai merekonstruksi kembali arena yang sudah cukup hancur itu. "Para hadirin sekalian, apa kalian masih bersemangat?!" Tanya Shiro, dan di jawab dengan sorakan yang bergemuruh. "Selanjutnya! Mari kita panggil. Inilah dia, Maggie! The Exotic Witch!" Sambut Shiro. "Maggie! Maggie! Maggie!" Para penonton bersorak memanggil namanya. "Aku duluan!" Ujar Maggie kepada para peserta yang lain. "Maggie!" Panggil Tsuhira. Seketika Maggie pun menoleh. "Beri si Lion sang apalah itu, pelajaran!" Sambung Tsuhira dengan emosi yang membara. "Kamu pasti bisa!" Timpal Nero menyemangati. Tanpa mereka sadari, rasa cemas yang mereka rasakan telah membuat mereka menjadi saling peduli. "Ya!" Magg

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 10

    Pertandingan selanjutnya, Tsuhira melawan Lion. Tsuhira adalah seorang Destroyer. Dia adalah pengguna dua senjata. Satu senjatanya berelemenkan Api dan yang satunya berelemenkan Es. Dengan kedua senjatanya tersebut, Tsuhira terus melancarkan serangannya dan berusaha memojokan Lion. Ledakan Api yang keras serta bongkahan Es yang tajam pun tercipta, setiap kali ia menghempaskan senjatanya. Meski dampak seranganya tidak terlalu berarti, akan tetapi senjata elemen Es nya mampu membuat Lion cukup kerepotan. "Sebatas inikah kekuatan Hunter Elit peringkat ke #7?!" Teriak Tsuhira setelah serangannya berhasil membekukan salah satu kaki Lion. "Kau bahkan tak mampu mengimbangi kecepatanku!" Sambungnya, seraya berlari dan lalu melompat menghantam kepala Lion. BBAAMM Lion berhasil menahan serangan tersebut dengan perisainya. Namun perisainya pun seketika membeku, merambat hingga ke tangannya. Dan kini setengah

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 11

    Saat itu, sesaat sebelum Kousei melompat, terlebih dahulu dirinya telah menebalkan dinding pelindung miliknya. Sehingga kini para penonton pun tidak dapat melihat apa-apa yang terjadi di dalam Arena. Hal itu tentu membuat gaduh di bangku para penonton. Mereka berteriak dan saling bersautan, sehingga keadaan pun mulai menjadi ricuh. *** "Siapa kau sebenarnya?!" Tanya Kousei. "Benarkan, apa aku bilang! Dari awal aku sudah punya firasat buruk tentang orang ini!" Terang Kyo Ren kepada anggota yang lain. "Cepat jawab!" Tegur Ken. "Ma-Maaf, sepertinya... Aku sudah berlebihan, ya?" Jawab Scarra. "Jangan bergerak!" Bentak Ken dan Kai serentak, saat melihat Scarr

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 12

    Selepas acara penobatan selesai, Kousei langsung bergegas pergi ke salah satu ruangannya, yang juga masih berada di dalam Arena. Kousei berjalan begitu senyap dengan langkahnya yang juga cukup cepat. Kegelisahan nampak terlihat jelas pada dirinya, Kousei seperti mengkhawatirkan sesuatu. Ken dan Kai yang menemaninya di belakang tentu menyadari hal itu, namun mereka lebih memilih untuk diam daripada mempertanyakannya. Setibanya di dalam ruangan, Kousei langsung membuka jendela ruangan tersebut. Hamparan Kota Acela yang begitu luas, damai dan juga ramai dipandanginya dengan helaan nafas yang cukup panjang. Ken dan Kai saling melirik. Mereka merasa hal ini tidak biasa. Pasalnya, selama ini, dihadapannya mau pun orang-orang, Kousei tak pernah memperlihatkan kegelisahannya.

Latest chapter

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 52

    Dalam pertarungan ini, Charles harus mengakui bahwa Maggie memiliki beberapa insting bertarung yang baik, pola serangan yang dibangunnya telah membuat jarak di antara mereka tetap terjaga. Dengan kata lain, cukup sulit untuk bisa menyerang dan mendekatinya. Tapi, Charles adalah orang yang lebih baik dalam hal teknik dan juga insting. Tidak melakukan apa-apa selain bertahan dan menghindar telah memberinya sedikit ruang untuk berfikir, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dalam beberapa kesempatan, Charles mencoba membiarkan beberapa bagian tubuhnya terkena serangan. Dia mencoba merasakan kekuatan dari serangan itu dan menganalisanya lebih dalam untuk sementara waktu. Hasilnya, Charles menyadari bahwa meskipun kemampuan Maggie dalam menyerang cukup tinggi, dia seperti tidak menggunakan kemampuannya secara maksimal. Itu mungkin dia masih menyimpan kekuatannya untuk moment tertentu atau mungkin dia memang selemah itu. "Lebih baik aku mengujinya." Charles menyerang balik dengan kapak

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 51

    Zissa mengambil posisi, dia menghunuskan senjatanya dan mengayunkannya ke atas secara perlahan. Posisinya sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir. Di tempat lain, Aldea telah sepenuhnya dikuasai oleh rasa takutnya. Tubuhnya gemetar, giginya berderit dan matanya begitu rapat tertutup. Dia ingin lari. Dia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, rasa ketakutan yang amat tinggi telah menghalangi aliran gelombang saraf dari otaknya, sehingga membuat kedua kakinya terasa berat untuk digerakan. Seperti kaku, sepenuhnya kaku. Di tengah rasa ketakutan yang amat itu, sebuah suara muncul. Itu sangat dekat. Suara itu benar-benar dekat. Itu tepat di hadapannya. Mendengarnya membuat sekujur tubuhnya seketika merinding. "Jangan khawatir... Aku tidak akan membunuhmu. Setidaknya, tidak untuk sekarang." Charles mengepalkan tangannya, mengayunkannya dengan pasti untuk menghilangkan kesadaran Aldea. Namun sebelum itu terjadi... "Sekarang!!!" Slebb... Slebb... Slebb... T

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 50

    Kulit kepalanya mungkin terbelah dari pukulan kuat saat darah mulai menetes ke wajahnya. Meskipun Splash telah menahan rasa sakit dengan salah satu kemampuannya, hanya dengan menggerakan wajahnya saja sudah cukup untuk membuat rasa sakit mengalir deras ke seluruh tubuhnya, membuatnya pusing. Sambil mempertahankan posisinya, seperti siap untuk menangkis serangan yang datang dengan senjata yang dihunuskan sebagai perisainya, Splash mencoba untuk bangkit. Splash mengenakan armor yang dikenal orang dengan nama Silver Tail Wind -Rare Grade Item. Meskipun begitu, dia masih menerima cukup banyak damage dan membuat kakinya kesulitan untuk berdiri. Sudah lama sejak dia terluka sedemikian rupa. Sementara dia bangkit, salah satu tangannya yang gemetar -bukan karena rasa takut melainkan rasa sakit yang luar biasa- mencoba meraba kantong di pinggangnya, dia menggambil satu botol potion penyembuh dan lalu meminumnya. Meski masih jauh dari kata menyembuhkan sepenuhnya, tapi itu cukup baik sebaga

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 49

    "Tidak ada pilihan lain." Lorion menurunkan Aldea dan kemudian menghunuskan dua kapaknya seraya berkata, "Putri, kami akan menahannya. Larilah jika ada kesempatan!" "Tentu kau mengenalku, Lorion... Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku... Jika itu harus mati, kita akan mati bersama!" Balas Aldea seraya bersiap. Meski sedikit kecewa dengan tingkah Aldea yang keras kepala, tapi setidaknya jawaban dari Aldea telah membangkitkan semangat dan juga harapan mereka. Dengan hadirnya Aldea, keselamatan dan harapan hidup mungkin akan sedikit lebih meningkat. Tetapi semua itu terasa sia-sia jika mengetahui kesenjangan yang luar biasa dalam tingkat kekuatan mereka. Meski mereka tahu bahwa kematian adalah akhir dari takdir mereka, tapi itu tidak lantas membuat mereka menyerah. Setidaknya mereka telah berjuang bersama-sama dengan harapan yang tumbuh di hati mereka. Senyuman mulai terekspresikan di wajah mereka, seperti hendak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah mereka sesali. "

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 48

    Di atas ketinggian Scarra menatap pepohonan yang terbentang jauh ke utara, dia menatap dengan angin yang berkecambuk di sekelilingnya. "Hutan terlarang... The Great Sea of Trees." Scarra memejamkan matanya dan menghayati suara alam di malam itu, "Seperti nostalgia." Karena malam hari dan dalamnya tanaman hijau yang membentang di bawahnya, semuanya tampak seperti dicat hitam. Namun meski begitu, dengan vision yang dimilikinya meski itu jauh di tengah hutan Scarra telah menemukan dua hal menarik. Salah satunya adalah danau berbentuk bulan sabit yang seingatnya adalah lokasi dimana desa kaum Elf berada. Dia dapat menemukannya relatif cepat karena ukurannya yang besar. Mendapati hal itu, beberapa pertanyaan mulai berkecambuk di pikirannya. Saat semuanya masih di dalam game, Ras Elf merupakan Ras yang sejajar dengan ras lain seperti halnya Ras Demon (Iblis), Ras Demi-Demon (Setengah Iblis), Ras Demi-God (Setengah Dewa), Ras Demi-Human (Monster setengah Manusia), dan Ras Dragon (Ras Na

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 47

    Setelah Menyuruh Mumu dan Yuki mempersiapkan perbekalan perjalanan mereka, Scarra bersandar di dinding, dengan tatapan kosong Scarra menatap langit-langit sambil sesekali melirik memo pad kecil di tangannya. Aku harus memastikannya! Apa yang tertulis di atasnya adalah beberapa petunjuk dan ciri-ciri tentang anggota XGuard. Scarra mencatatnya, dia mencatat semua yang telah dijelaskan dan digambarkan oleh Izumi, termasuk simbol X yang merupakan simbol dari kelompok tersebut. Apa yang membuatnya menjadi sedikit frustasi adalah simbol yang tergambar di memo pad kecil itu, adalah simbol yang sama dengan yang digunakan oleh guildnya dahulu. Meski mencoba untuk tetap tenang dengan tidak menceritakannya kepada Mumu dan Yuki, tetap saja Scarra harus mengakui bahwa banyak lubang yang tiba-tiba muncul dalam skenario yang telah dipikirkannya. Mendapati sesuatu yang berasal dari Crown Island sedikitnya telah memperkuat harapannya, harapan bertemu dengan player lain atau mungkin lebih dari itu.

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 46

    Dua jam berlalu, dan selama itu tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam bangunan. Kerahasiaan akan informasi sepertinya cukup terjaga. Tidak berselang lama pintu guild mulai bergerak, seseorang mencoba membukanya dari dalam. Saat pintu itu terbuka, yang pertama keluar adalah Scarra lalu disusul dengan Izumi dibelakangnya. Dua petualang yang ditempatkan di luar untuk berjaga seketika mengambil posisi terbaiknya, mereka menurunkan pandangannya dan memberikan rasa hormatnya. Saat itu posisi matahari sudah cukup tinggi, cahayanya menjadi terasa cukup menyilaukan saat mereka keluar dari bangunan tersebut. Butuh beberapa detik untuk mata dapat beradaptasi dengan keadaan, semuanya -kecuali Scarra- merasakan hal yang sama. Dengan mata yang masih beradaptasi Izumi mempercepat langkah kakinya, menempatkan dirinya tepat berada di sebelah Scarra. "Katakan saja apa yang anda butuhkan. Kami dengan senang hati akan membantu menyiapkannya." "Jangan terlalu kaku! Kita berada di tingkat yang

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 45

    Koichi yang mendengar permintaan itu sementara meringis. Mencoba memutar otaknya. Izumi, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab. "XGuard, ya... Aku tidak begitu yakin kelompok itu benar-benar ada. Tapi, baiklah. Perlu ditekankan, ini tidak lebih dari sebuah rumor, saya harap anda mengerti." "Jelaskan saja!" Sambil menghela nafas, Izumi menjelaskan. XGuard adalah nama dari sebuah organisasi rahasia, mereka bergerak di dalam bayangan dan tidak terafiliasi dengan aliansi manapun. Bahkan sampai saat ini tujuan dan identitas dari para anggotanya tidak pernah diketahui. Sebagian orang berpendapat, kelompok ini sengaja diciptakan oleh salah satu dari tujuh aliansi besar. Tujuannya, mungkin menciptakan konflik, konspirasi, atau sesuatu yang dilarang demi keuntungan aliansi tersebut. Namun pendapat itu telah terpatahkan, oleh adanya pertemuan tujuh aliansi besar di Valhalla beberapa tahun silam. Entah apa yang telah diperbuat oleh kelompok ini, rumor akan kehadirannya sek

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 44

    Ada empat belas orang di ruangan itu. Ruangan yang kecil, cukup untuk dapat mendengar apa-apa yang orang bicarakan tanpa mengatur suarannya. Scarra, Maggie, Izumi dan Koichi berada di meja yang sama. Sedangkan yang lainnya berada di meja yang terpisah. Di sisi lain, para pelayan terlihat begitu gugup. Tamu penting dengan misi khusus datang dan menyambangi tempat mereka. Seperti seorang pelajar memasuki ruang kelas yang salah dan tersadar sesaat setelah kelas dimulai, terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa adalah hal yang sudah sewajarnya. Daripada memikirkan sikap apa yang harus mereka tunjukan, para pelayan itu lebih memilih untuk menyiapkan makanan sesegera mungkin. Dan dari apa yang mereka lakukan telah menunjukkan bahwa mereka tidak terbiasa atau lebih tepatnya tidak terlatih untuk sesuatu yang formal. Dengan tangan sedikit bergertar, bir dan makanan ringan mulai dihidangkan. Makanan terbaik yang mereka miliki. Suara keramik beradu dari piring yang bergetar dan bunyi yan

DMCA.com Protection Status