Shiro pun kemudian memfokuskan energi sihirnya pada suaranya. Dan dengan suara yang lantang, ia pun membuka acara tersebut.
"Para hadirin! Terimakasih karena sudah menunggu! Ujian Gagak Hitam kali ini, inilah persertanya!" Teriak Shiro bersemangat.
"Yang pertama! Petualang dengan Class Witch, Inilah dia... Maggie!" Sambut Shiro.
Maggie berjalan memasuki arena.
"Akankah kemampuan sihirnya yang eksotis dapat meloloskannya dalam Ujian Hunter kali ini?! Kita lihat saja nanti!" Sambung Shiro.
"Aku sudah pasti lolos." Gumam Maggie seraya melambaikan tangan ke arah penonton.
"Berikutnya, yang kedua! Sang tembok baja, kekuatan dari segala kekuatan membuatnya sulit untuk di jatuhkan! Inilah dia... Rigen! The Guardian!"
Dengan senyuman yang sedikit kaku, Rigen pun mulai berjalan memasuki arena.
"Berikutnya! Dia adalah adik dari Shinji Tao, The Silver Bow! Dengan Class yang sama seperti kakaknya yaitu Archer, akankah kehebatan kakaknya menular kepada dirinya?! Kalian akan mengetahuinya nanti! Inilah dia... Shinji Nero!"
"Lihat saja kak, aku akan membuatmu bangga." Nero melirik ke arah Tao.
"Selanjutnya! Dengan serangan, kecepatan, dan power yang tinggi, membuat Class ini menjadi cukup ditakuti! Siapakah dia?! Tentu saja, Sang Destroyer... Tsuhira!"
"Cepat, langsung saja bertarung!" Seru Tsuhira sambil memainkan senjatanya.
"Dan yang terakhir! Seorang pria misterius dengan Class yang misterius! Cukup penasaran?! Kita langsung panggil saja! Scarra! The Samurai!"
Scarra memasuki arena dengan santai dan senyuman manisnya.
"Baiklah, perlu kalian ketahui, ke 5 peserta ini adalah merupakan Petualang Tingkat Dua! karena itu, ujian kali ini pasti akan sangat menarik untuk di saksikan!"
Selepas mendengar hal tersebut, para penonton pun semakin bersorak.
Kemudian Shiro pun menjelaskan, bahwa pertandingan kali ini akan sedikit berbeda dari sebelumnya.
Para peserta yang biasanya akan ditarungakan satu sama lain, kini mereka harus bertarung satu lawan satu dengan salah satu Hunter terkuat Gagak Hitam.
Hunter itu, Rank S peringkat ke #7. Lion, Sang Paladin.
"Yosh, kerahkan semua kemampuan kalian!" Tantang Lion.
Shiro pun melanjutkan penjelasannya.
Peraturan Ujian Hunter kali ini sangat sederhana, yaitu, jika para peserta mampu menguras jumlah HP dari Lion Sang Paladin lebih dari 30%, maka pertandingan akan dihentikan dan peserta tersebut akan dinyatakan sebagai pemenang.
Namun jika para peserta tidak berhasil merobohkan Sang Paladin dalam waktu yang sudah ditentukan, dan jika jumlah HP yang tersisa dari para peserta telah mencapai di bawah 10%, maka pertandingan akan langsung dihentikan.
Selanjutnya, penilaian pun akan ditentukan dari seberapa kuat dan seberapa tangguh mereka dalam bertarung.
"Baiklah, ke 5 peserta sudah diperkenalkan, dan peraturan sudah disampaikan! Sesaat lagi, kita akan mulai pertandingannya! Are you ready!" Teriak Shiro dengan diiringi suara gemuruh dari para penonton.
***
"Tarik nafas dalam-dalam... Tenanglah... Tenanglah...." Rigen berdiam diri di sebuh lorong, dan mencoba menenangkan dirinya.
"Hey paman, apa kau gugup?" Sapa Scarra saat hendak melewati lorong tersebut.
"Aku bukan pamanmu! Dan aku masih berumur 22 tahun!" Tegas Rigen.
"Eh! Wajahnya boros banget!" Celetuk Scarra di dalam hatinya.
"Para hadirin, langsung kita panggil saja, inilah dia peserta pertama kita, Rigen! Sang Guardian!" Sambut Shiro yang disusul dengan suara gemuruh dari para penonton.
"Hey, Pa... Maksudku... Rigen, namamu dipanggil tuh!" Terang Scarra kepada Rigen yang saat itu terlihat sedang melamun.
"Aku juga dengar!" Rigen melangkah memasuki arena. "Sialan, kenapa harus aku yang jadi peserta pertamanya." Gumamnya.
"Baiklah, Tampaknya para penonton sudah tidak sabar untuk menyaksikan pertarungan ini! Lion Sang Paladin! Melawan Rigen Sang Guardian! Siapa yang akan menang?!"
Melainkan, mengaktifkan beberapa skill penguatan miliknya terlebih dahulu. Dan ia melakukannya dengan begitu tenang.
"Ho... Baiklah-baiklah, biar aku yang maju."
Seraya tersenyum lebar, Lion berjalan santai ke arah Rigen. Namun tiba-tiba saja, seketika Lion menghilang dari pandangan. Dan hanya meninggalkan asap tipis yang berputar.
WUUSSHH...
"Whooa... Apa yang terjadi?! Dengan sekejap Lion lepas dari pandangan kita!" Teriak Shiro.
"Me-Menghilang?!" Rigen melirik kesana-kemari, mencoba mencari keberadaan Lion.
"Ja-Jangan-jangan...? Di atas?!"
Dan benar saja, saat itu Lion sebenarnya tidak menghilang, akan tetapi dirinya meloncat tinggi ke udara dan melakukan terjangan yang sangat keras dari atas sana. Skill itu dinamakan dengan Rising Smash.
Dengan diiringi cahaya kilat, Lion pun menerjang ke arah Rigen.
BOOMM!
SRREEETT...
Ledakan dari Skill Demolisher Land milik Lion, membuat lantai arena seketika menjadi hancur. Namun beruntung, Rigen masih sempat menghindar.
"Apa maksudmu?" tanya Lion.
"Unique Skill! Mungkin kau lupa bahwa Class Guardian memiliki satu Skill Unik yang cukup menakutkan. Dan sekarang, aku akan menunjukkannya padamu, betapa menakutkannya Skill ini!"Guardian Unique Skill. Guardian memiliki satu Skill unik yang mampu membuatnya menjadi Class yang sangat tangguh.Dimana selama Skill unik tersebut aktif, setiap serangan yang diterimanya akan diserap per 10% dari jumlah Damagenya.
Dan per 10% Damage yang diserap tersebut, akan secara otomatis ditingkatkan kepada jumlah Damage Skill miliknya.Kini hanya dengan satu kapak di tangan kanannya, Rigen mulai menyerang balik dengan brutal.
Dengan Skill Torso Ripper miliknya, Rigen dengan cepat langsung menerjang dan mengayunkan kapaknya kepada Lion. Dan Lion pun seketika terlempar keudara.
"Ce-Cepat sekali! Apa Rigen sudah mulai serius?!" Shiro cukup terkejut dengan apa yang terjadi.
Rigen tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat, ia pun melopat ke atas udara, menyusul Leon yang saat itu masih melayang di atas sana.
"Mountain... Smash!"
BBAAAMM!
Hantaman keras dilancarkan Rigen kepada Lion.
Hantaman itu menciptakan gelombang kejut yang luar biasa. Bahkan membuat perisai Lion hingga bergetar.
Lantai yang menjadi tumpuan Lion saat mendarat pun seketika hancur. Lion terpental dengan begitu kerasnya.
TRAANK!
Jangan lupa like, vote, comment and share ya guys thanks ✌.
Menjelang pertandingan kedua dimulai, dengan cepat para Hunter Class Mage Gagak Hitam memasuki arena. Dengan sihir gabungan, mereka pun mulai merekonstruksi kembali arena yang sudah cukup hancur itu. "Para hadirin sekalian, apa kalian masih bersemangat?!" Tanya Shiro, dan di jawab dengan sorakan yang bergemuruh. "Selanjutnya! Mari kita panggil. Inilah dia, Maggie! The Exotic Witch!" Sambut Shiro. "Maggie! Maggie! Maggie!" Para penonton bersorak memanggil namanya. "Aku duluan!" Ujar Maggie kepada para peserta yang lain. "Maggie!" Panggil Tsuhira. Seketika Maggie pun menoleh. "Beri si Lion sang apalah itu, pelajaran!" Sambung Tsuhira dengan emosi yang membara. "Kamu pasti bisa!" Timpal Nero menyemangati. Tanpa mereka sadari, rasa cemas yang mereka rasakan telah membuat mereka menjadi saling peduli. "Ya!" Magg
Pertandingan selanjutnya, Tsuhira melawan Lion. Tsuhira adalah seorang Destroyer. Dia adalah pengguna dua senjata. Satu senjatanya berelemenkan Api dan yang satunya berelemenkan Es. Dengan kedua senjatanya tersebut, Tsuhira terus melancarkan serangannya dan berusaha memojokan Lion. Ledakan Api yang keras serta bongkahan Es yang tajam pun tercipta, setiap kali ia menghempaskan senjatanya. Meski dampak seranganya tidak terlalu berarti, akan tetapi senjata elemen Es nya mampu membuat Lion cukup kerepotan. "Sebatas inikah kekuatan Hunter Elit peringkat ke #7?!" Teriak Tsuhira setelah serangannya berhasil membekukan salah satu kaki Lion. "Kau bahkan tak mampu mengimbangi kecepatanku!" Sambungnya, seraya berlari dan lalu melompat menghantam kepala Lion. BBAAMM Lion berhasil menahan serangan tersebut dengan perisainya. Namun perisainya pun seketika membeku, merambat hingga ke tangannya. Dan kini setengah
Saat itu, sesaat sebelum Kousei melompat, terlebih dahulu dirinya telah menebalkan dinding pelindung miliknya. Sehingga kini para penonton pun tidak dapat melihat apa-apa yang terjadi di dalam Arena. Hal itu tentu membuat gaduh di bangku para penonton. Mereka berteriak dan saling bersautan, sehingga keadaan pun mulai menjadi ricuh. *** "Siapa kau sebenarnya?!" Tanya Kousei. "Benarkan, apa aku bilang! Dari awal aku sudah punya firasat buruk tentang orang ini!" Terang Kyo Ren kepada anggota yang lain. "Cepat jawab!" Tegur Ken. "Ma-Maaf, sepertinya... Aku sudah berlebihan, ya?" Jawab Scarra. "Jangan bergerak!" Bentak Ken dan Kai serentak, saat melihat Scarr
Selepas acara penobatan selesai, Kousei langsung bergegas pergi ke salah satu ruangannya, yang juga masih berada di dalam Arena. Kousei berjalan begitu senyap dengan langkahnya yang juga cukup cepat. Kegelisahan nampak terlihat jelas pada dirinya, Kousei seperti mengkhawatirkan sesuatu. Ken dan Kai yang menemaninya di belakang tentu menyadari hal itu, namun mereka lebih memilih untuk diam daripada mempertanyakannya. Setibanya di dalam ruangan, Kousei langsung membuka jendela ruangan tersebut. Hamparan Kota Acela yang begitu luas, damai dan juga ramai dipandanginya dengan helaan nafas yang cukup panjang. Ken dan Kai saling melirik. Mereka merasa hal ini tidak biasa. Pasalnya, selama ini, dihadapannya mau pun orang-orang, Kousei tak pernah memperlihatkan kegelisahannya.
Itu sangat pagi ketika Yuki bangun. Dia diam-diam meninggalkan tempat tidur, agar tidak membangunkan Scarra yang masih tidur di sampingnya. Udara di luar sangat dingin, dan itu membuatnya ingin kembali ke tempat tidur yang masih hangat dari dua tubuh mereka. Tempat tidur berderit ketika dia bangkit, tetapi Scarra terlalu lelah untuk bereaksi. Dia tidur seperti orang yang sedang pingsan. Yuki menguap dan menggeliat. Payudara yang telanjang ikut berguncang. Wajah Yuki memerah, dan dia mengambil pakaiannya yang jatuh di lantai. Hari ini akan menjadi awal baru bagi Yuki. Sekarang dia harus mulai mengatur hidupnya untuk Scarra, dengan membuat jadwal yang lebih teratur. Berbelanja, menyiapkan makanan dan lain hal sebagainya, akan menjadi rutinitasnya saat ini dan juga untuk kedepannya. Jika saja saat ini Yuki masih menjadi budaknya Baron, dia pasti tidak akan sebahagia ini dan mungkin tidak akan tidur senyenyak ini. Yuki mengenakan p
Mereka atau kita sebut saja si silver dan si gadis, berjalan melewati sebuah lorong yang gelap dan sempit. Si silver yang telah menguatkan indera pendengarannya, mendengar suara logam berbenturan dari belakangnya ketika dia berjalan. Suara tersebut terdengar tak beraturan. Dia menoleh ke belakang dan seperti yang diduga, ini adalah skenario terburuk. Ketiga petualang yang sebelumnya berselisih dengannya sedang mengejarnya. Mereka semakin dekat. Si gadis pun mengetahuinya dan berusaha keras untuk menekan keluhannya di hati, karena dia tidak punya tenaga lagi untuk hal tersebut. Dua dari tiga petualang rendahan itu berhasil menyusulnya, mereka datang dari arah belakang. Sedangkan yang satunya berlari di atas rumah-rumah dan melompati tiap atap-atapnya. Dia mencob
Wajah itu begitu datar ketika dia memandangi Ellia, matanya yang disipitkan membuatnya terlihat sayu. Di tengah tatapan yang begitu dalam, bibirnya mulai gerak mengangkat, dia tersenyum tipis. "Sampai jumpa lagi." Ujar Scarra mengakhiri tatapan itu. Setelah mengucapkan perpisahan kepada Ellia yang bermata lebar dan menganga, Scarra langsung pergi dan tanpa menoleh lagi. Bagaikan bunga di gurun pasir yang disirami air segar, hatinya mulai kembali berseri. Ellia merasakan jatuh cinta pertamannya. Ellia ingin sekali menahan pria itu yang berjalan meninggalkannya dengan begitu gagahnya, namun bibirnya tak kuasa berucap, yang ada hanya gumamman tak jelas. Eris muncul di hadapannya, dia mencoba menghalangi pandangn itu. "Ellia tolong berhenti menatapnya, dia tidak lebih dari seorang pria mesum." "Dia bukan pria seperti itu, aku yakin, dia tidak seperti itu!" "Ellia, jangan bilang kalau kau menyukainya!" "Eris, seperti
Scarra berhenti, dia menggerakan tatapannya kepada orang yang berdiri di depannya. Orang itu adalah Baron, dengan empat orang pria bertubuh besar yang mengawalnya di belakang. Orang yang terlihat di depannya itu, alias Baron, memiliki rambut yang panjang. Rambut itu ikal di ujungnya dan dia memiliki janggut yang lebat (brewokan). Dia tidak mengenakan armor besi, dia hanya melapisi pakaiannya dengan kain yang terbuat dari kulit. Entah dari kulit apa, yang jelas kulit itu telihat cukup keras dan bersisik di bagian bahunya dengan hiasan bulu-bulu lembut di kerahnya. Dia juga mengenakan hiasan kepala, hiasan itu adalah sebuah tanduk, telihat seperti sebuah tanduk Succubus dan hanya ada satu tanduk saja. Dia nampaknya adalah seorang Magic Caster (Mage), itu bisa dilihat dari tongkat perak yang dia tenteng. Ototnya yang besar di bawah kausnya sangat mudah terlihat. Sebuah kalung menggantung di sekeliling lehernya, berayun pada setiap
Dalam pertarungan ini, Charles harus mengakui bahwa Maggie memiliki beberapa insting bertarung yang baik, pola serangan yang dibangunnya telah membuat jarak di antara mereka tetap terjaga. Dengan kata lain, cukup sulit untuk bisa menyerang dan mendekatinya. Tapi, Charles adalah orang yang lebih baik dalam hal teknik dan juga insting. Tidak melakukan apa-apa selain bertahan dan menghindar telah memberinya sedikit ruang untuk berfikir, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dalam beberapa kesempatan, Charles mencoba membiarkan beberapa bagian tubuhnya terkena serangan. Dia mencoba merasakan kekuatan dari serangan itu dan menganalisanya lebih dalam untuk sementara waktu. Hasilnya, Charles menyadari bahwa meskipun kemampuan Maggie dalam menyerang cukup tinggi, dia seperti tidak menggunakan kemampuannya secara maksimal. Itu mungkin dia masih menyimpan kekuatannya untuk moment tertentu atau mungkin dia memang selemah itu. "Lebih baik aku mengujinya." Charles menyerang balik dengan kapak
Zissa mengambil posisi, dia menghunuskan senjatanya dan mengayunkannya ke atas secara perlahan. Posisinya sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir. Di tempat lain, Aldea telah sepenuhnya dikuasai oleh rasa takutnya. Tubuhnya gemetar, giginya berderit dan matanya begitu rapat tertutup. Dia ingin lari. Dia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, rasa ketakutan yang amat tinggi telah menghalangi aliran gelombang saraf dari otaknya, sehingga membuat kedua kakinya terasa berat untuk digerakan. Seperti kaku, sepenuhnya kaku. Di tengah rasa ketakutan yang amat itu, sebuah suara muncul. Itu sangat dekat. Suara itu benar-benar dekat. Itu tepat di hadapannya. Mendengarnya membuat sekujur tubuhnya seketika merinding. "Jangan khawatir... Aku tidak akan membunuhmu. Setidaknya, tidak untuk sekarang." Charles mengepalkan tangannya, mengayunkannya dengan pasti untuk menghilangkan kesadaran Aldea. Namun sebelum itu terjadi... "Sekarang!!!" Slebb... Slebb... Slebb... T
Kulit kepalanya mungkin terbelah dari pukulan kuat saat darah mulai menetes ke wajahnya. Meskipun Splash telah menahan rasa sakit dengan salah satu kemampuannya, hanya dengan menggerakan wajahnya saja sudah cukup untuk membuat rasa sakit mengalir deras ke seluruh tubuhnya, membuatnya pusing. Sambil mempertahankan posisinya, seperti siap untuk menangkis serangan yang datang dengan senjata yang dihunuskan sebagai perisainya, Splash mencoba untuk bangkit. Splash mengenakan armor yang dikenal orang dengan nama Silver Tail Wind -Rare Grade Item. Meskipun begitu, dia masih menerima cukup banyak damage dan membuat kakinya kesulitan untuk berdiri. Sudah lama sejak dia terluka sedemikian rupa. Sementara dia bangkit, salah satu tangannya yang gemetar -bukan karena rasa takut melainkan rasa sakit yang luar biasa- mencoba meraba kantong di pinggangnya, dia menggambil satu botol potion penyembuh dan lalu meminumnya. Meski masih jauh dari kata menyembuhkan sepenuhnya, tapi itu cukup baik sebaga
"Tidak ada pilihan lain." Lorion menurunkan Aldea dan kemudian menghunuskan dua kapaknya seraya berkata, "Putri, kami akan menahannya. Larilah jika ada kesempatan!" "Tentu kau mengenalku, Lorion... Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku... Jika itu harus mati, kita akan mati bersama!" Balas Aldea seraya bersiap. Meski sedikit kecewa dengan tingkah Aldea yang keras kepala, tapi setidaknya jawaban dari Aldea telah membangkitkan semangat dan juga harapan mereka. Dengan hadirnya Aldea, keselamatan dan harapan hidup mungkin akan sedikit lebih meningkat. Tetapi semua itu terasa sia-sia jika mengetahui kesenjangan yang luar biasa dalam tingkat kekuatan mereka. Meski mereka tahu bahwa kematian adalah akhir dari takdir mereka, tapi itu tidak lantas membuat mereka menyerah. Setidaknya mereka telah berjuang bersama-sama dengan harapan yang tumbuh di hati mereka. Senyuman mulai terekspresikan di wajah mereka, seperti hendak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah mereka sesali. "
Di atas ketinggian Scarra menatap pepohonan yang terbentang jauh ke utara, dia menatap dengan angin yang berkecambuk di sekelilingnya. "Hutan terlarang... The Great Sea of Trees." Scarra memejamkan matanya dan menghayati suara alam di malam itu, "Seperti nostalgia." Karena malam hari dan dalamnya tanaman hijau yang membentang di bawahnya, semuanya tampak seperti dicat hitam. Namun meski begitu, dengan vision yang dimilikinya meski itu jauh di tengah hutan Scarra telah menemukan dua hal menarik. Salah satunya adalah danau berbentuk bulan sabit yang seingatnya adalah lokasi dimana desa kaum Elf berada. Dia dapat menemukannya relatif cepat karena ukurannya yang besar. Mendapati hal itu, beberapa pertanyaan mulai berkecambuk di pikirannya. Saat semuanya masih di dalam game, Ras Elf merupakan Ras yang sejajar dengan ras lain seperti halnya Ras Demon (Iblis), Ras Demi-Demon (Setengah Iblis), Ras Demi-God (Setengah Dewa), Ras Demi-Human (Monster setengah Manusia), dan Ras Dragon (Ras Na
Setelah Menyuruh Mumu dan Yuki mempersiapkan perbekalan perjalanan mereka, Scarra bersandar di dinding, dengan tatapan kosong Scarra menatap langit-langit sambil sesekali melirik memo pad kecil di tangannya. Aku harus memastikannya! Apa yang tertulis di atasnya adalah beberapa petunjuk dan ciri-ciri tentang anggota XGuard. Scarra mencatatnya, dia mencatat semua yang telah dijelaskan dan digambarkan oleh Izumi, termasuk simbol X yang merupakan simbol dari kelompok tersebut. Apa yang membuatnya menjadi sedikit frustasi adalah simbol yang tergambar di memo pad kecil itu, adalah simbol yang sama dengan yang digunakan oleh guildnya dahulu. Meski mencoba untuk tetap tenang dengan tidak menceritakannya kepada Mumu dan Yuki, tetap saja Scarra harus mengakui bahwa banyak lubang yang tiba-tiba muncul dalam skenario yang telah dipikirkannya. Mendapati sesuatu yang berasal dari Crown Island sedikitnya telah memperkuat harapannya, harapan bertemu dengan player lain atau mungkin lebih dari itu.
Dua jam berlalu, dan selama itu tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam bangunan. Kerahasiaan akan informasi sepertinya cukup terjaga. Tidak berselang lama pintu guild mulai bergerak, seseorang mencoba membukanya dari dalam. Saat pintu itu terbuka, yang pertama keluar adalah Scarra lalu disusul dengan Izumi dibelakangnya. Dua petualang yang ditempatkan di luar untuk berjaga seketika mengambil posisi terbaiknya, mereka menurunkan pandangannya dan memberikan rasa hormatnya. Saat itu posisi matahari sudah cukup tinggi, cahayanya menjadi terasa cukup menyilaukan saat mereka keluar dari bangunan tersebut. Butuh beberapa detik untuk mata dapat beradaptasi dengan keadaan, semuanya -kecuali Scarra- merasakan hal yang sama. Dengan mata yang masih beradaptasi Izumi mempercepat langkah kakinya, menempatkan dirinya tepat berada di sebelah Scarra. "Katakan saja apa yang anda butuhkan. Kami dengan senang hati akan membantu menyiapkannya." "Jangan terlalu kaku! Kita berada di tingkat yang
Koichi yang mendengar permintaan itu sementara meringis. Mencoba memutar otaknya. Izumi, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab. "XGuard, ya... Aku tidak begitu yakin kelompok itu benar-benar ada. Tapi, baiklah. Perlu ditekankan, ini tidak lebih dari sebuah rumor, saya harap anda mengerti." "Jelaskan saja!" Sambil menghela nafas, Izumi menjelaskan. XGuard adalah nama dari sebuah organisasi rahasia, mereka bergerak di dalam bayangan dan tidak terafiliasi dengan aliansi manapun. Bahkan sampai saat ini tujuan dan identitas dari para anggotanya tidak pernah diketahui. Sebagian orang berpendapat, kelompok ini sengaja diciptakan oleh salah satu dari tujuh aliansi besar. Tujuannya, mungkin menciptakan konflik, konspirasi, atau sesuatu yang dilarang demi keuntungan aliansi tersebut. Namun pendapat itu telah terpatahkan, oleh adanya pertemuan tujuh aliansi besar di Valhalla beberapa tahun silam. Entah apa yang telah diperbuat oleh kelompok ini, rumor akan kehadirannya sek
Ada empat belas orang di ruangan itu. Ruangan yang kecil, cukup untuk dapat mendengar apa-apa yang orang bicarakan tanpa mengatur suarannya. Scarra, Maggie, Izumi dan Koichi berada di meja yang sama. Sedangkan yang lainnya berada di meja yang terpisah. Di sisi lain, para pelayan terlihat begitu gugup. Tamu penting dengan misi khusus datang dan menyambangi tempat mereka. Seperti seorang pelajar memasuki ruang kelas yang salah dan tersadar sesaat setelah kelas dimulai, terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa adalah hal yang sudah sewajarnya. Daripada memikirkan sikap apa yang harus mereka tunjukan, para pelayan itu lebih memilih untuk menyiapkan makanan sesegera mungkin. Dan dari apa yang mereka lakukan telah menunjukkan bahwa mereka tidak terbiasa atau lebih tepatnya tidak terlatih untuk sesuatu yang formal. Dengan tangan sedikit bergertar, bir dan makanan ringan mulai dihidangkan. Makanan terbaik yang mereka miliki. Suara keramik beradu dari piring yang bergetar dan bunyi yan