Share

Episode - 8

Author: Big Man
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kousei mulai memasuki Arena dan ia pun duduk di kursi para petinggi, dengan didampingi oleh Ken dan Kai di belakangnya.

 

Di jajaran kursi itu, terdapat pula para tamu VIP. Mereka merupakan para bangsawan terpandang di Kota Acela.

 

"Hey lihat! Bukankah itu Master Kousei?!" Teriak salah satu penonton.

 

"Iya benar, Ken dan Kai juga ada disana!" Timpal penonton yang lain.

 

Kousei melambaikkan tangannya, ia mencoba menyapa seluruh penonton.

 

Dan seketika, para penonton pun bersorak gemuruh.

 

Seraya menyapa, Kousei pun mengaktifkan skill pendeteksi aura miliknya.

 

Ia memperhatikan dan mengawasi setiap aura yang terpancar dari para penonton.

 

Hal itu ia lakukan guna menghindari masuknya para penyusup. Atau yang biasa disebut dengan istilah Black Hunter (Hunter Pencari Informasi / Mata-Mata).

 

Hingga beberapa saat kemudian, Tao pun datang, "Master, persiapan sudah selesai. Kita sudah bisa memulainya." Bisiknya dari belakang.

 

"Bagaimana dengan Maki, apa dia sudah kembali?"

 

"Sudah Master, dia sudah berada di posisinya bersama Hanami."

 

"Baiklah. Mari kita mulai!"

 

Kousei berdiri, lalu ia menghentakkan tongkatnya ke lantai.

 

Sebuah dinding pelindung pun muncul. Dinding itu melingkari area pertarungan layaknya kubah.

 

Perlahan, dinding itu pun semakin meredup. Bahkan terlihat sangat transparan seperti kaca.

 

Saking transparannya, para penonton sampai tidak bisa melihat pembatas tersebut.

 

Sorakkan takjub membuat Arena Pertarungan pun menjadi semakin bergemuruh.

 

Kousei yang saat itu masih berdiri, ia menganggukkan kepalanya, memberi tanda kepada Shiro untuk segera memulai acaranya.

Shiro pun kemudian memfokuskan energi sihirnya pada suaranya. Dan dengan suara yang lantang, ia pun membuka acara tersebut.

"Para hadirin! Terimakasih karena sudah menunggu! Ujian Gagak Hitam kali ini, inilah persertanya!" Teriak Shiro bersemangat.

"Yang pertama! Petualang dengan Class Witch, Inilah dia... Maggie!" Sambut Shiro.

Maggie berjalan memasuki arena.

"Akankah kemampuan sihirnya yang eksotis dapat meloloskannya dalam Ujian Hunter kali ini?! Kita lihat saja nanti!" Sambung Shiro.

"Aku sudah pasti lolos." Gumam Maggie seraya melambaikan tangan ke arah penonton.

"Berikutnya, yang kedua! Sang tembok baja, kekuatan dari segala kekuatan membuatnya sulit untuk di jatuhkan! Inilah dia... Rigen! The Guardian!"

Dengan senyuman yang sedikit kaku, Rigen pun mulai berjalan memasuki arena.

"Berikutnya! Dia adalah adik dari Shinji Tao, The Silver Bow! Dengan Class yang sama seperti kakaknya yaitu Archer, akankah kehebatan kakaknya menular kepada dirinya?! Kalian akan mengetahuinya nanti! Inilah dia... Shinji Nero!"

"Lihat saja kak, aku akan membuatmu bangga." Nero melirik ke arah Tao.

"Selanjutnya! Dengan serangan, kecepatan, dan power yang tinggi, membuat Class ini menjadi cukup ditakuti! Siapakah dia?! Tentu saja, Sang Destroyer... Tsuhira!"

"Cepat, langsung saja bertarung!" Seru Tsuhira sambil memainkan senjatanya.

"Dan yang terakhir! Seorang pria misterius dengan Class yang misterius! Cukup penasaran?! Kita langsung panggil saja! Scarra! The Samurai!"

Scarra memasuki arena dengan santai dan senyuman manisnya.

"Baiklah, perlu kalian ketahui, ke 5 peserta ini adalah merupakan Petualang Tingkat Dua! karena itu, ujian kali ini pasti akan sangat menarik untuk di saksikan!"

Selepas mendengar hal tersebut, para penonton pun semakin bersorak.

Kemudian Shiro pun menjelaskan, bahwa pertandingan kali ini akan sedikit berbeda dari sebelumnya.

Para peserta yang biasanya akan ditarungakan satu sama lain, kini mereka harus bertarung satu lawan satu dengan salah satu Hunter terkuat Gagak Hitam.

Hunter itu, Rank S peringkat ke #7. Lion, Sang Paladin.

"Yosh, kerahkan semua kemampuan kalian!" Tantang Lion.

Shiro pun melanjutkan penjelasannya.

Peraturan Ujian Hunter kali ini sangat sederhana, yaitu, jika para peserta mampu menguras jumlah HP dari Lion Sang Paladin lebih dari 30%, maka pertandingan akan dihentikan dan peserta tersebut akan dinyatakan sebagai pemenang.

Namun jika para peserta tidak berhasil merobohkan Sang Paladin dalam waktu yang sudah ditentukan, dan jika jumlah HP yang tersisa dari para peserta telah mencapai di bawah 10%, maka pertandingan akan langsung dihentikan.

Selanjutnya, penilaian pun akan ditentukan dari seberapa kuat dan seberapa tangguh mereka dalam bertarung.

"Baiklah, ke 5 peserta sudah diperkenalkan, dan peraturan sudah disampaikan! Sesaat lagi, kita akan mulai pertandingannya! Are you ready!" Teriak Shiro dengan diiringi suara gemuruh dari para penonton.

***

"Tarik nafas dalam-dalam... Tenanglah... Tenanglah...." Rigen berdiam diri di sebuh lorong, dan mencoba menenangkan dirinya.

"Hey paman, apa kau gugup?" Sapa Scarra saat hendak melewati lorong tersebut.

"Aku bukan pamanmu! Dan aku masih berumur 22 tahun!" Tegas Rigen.

"Eh! Wajahnya boros banget!" Celetuk Scarra di dalam hatinya.

"Para hadirin, langsung kita panggil saja, inilah dia peserta pertama kita, Rigen! Sang Guardian!" Sambut Shiro yang disusul dengan suara gemuruh dari para penonton.

"Hey, Pa... Maksudku... Rigen, namamu dipanggil tuh!" Terang Scarra kepada Rigen yang saat itu terlihat sedang melamun.

"Aku juga dengar!" Rigen melangkah memasuki arena. "Sialan, kenapa harus aku yang jadi peserta pertamanya." Gumamnya.

"Baiklah, Tampaknya para penonton sudah tidak sabar untuk menyaksikan pertarungan ini! Lion Sang Paladin! Melawan Rigen Sang Guardian! Siapa yang akan menang?!"

"Yosh... Aku pasti bisa." Rigen menyemangati dirinya sendiri.

 

"Lihatlah senyuman di wajah Rigen! Apa dia sangat percaya diri?! Atau mungkin dia ingin menyembunyikan rasa gugupnya?! Kita akan mengetahuinya! Are you ready...?! Fight!"

 

Pertandingan pun dimulai. Begitu aba-aba diucapkan, Rigen tidak lantas langsung menyerang Lion.

Melainkan, mengaktifkan beberapa skill penguatan miliknya terlebih dahulu. Dan ia melakukannya dengan begitu tenang.

"Ho... Baiklah-baiklah, biar aku yang maju."

Seraya tersenyum lebar, Lion berjalan santai ke arah Rigen. Namun tiba-tiba saja, seketika Lion menghilang dari pandangan. Dan hanya meninggalkan asap tipis yang berputar.

WUUSSHH...

"Whooa... Apa yang terjadi?! Dengan sekejap Lion lepas dari pandangan kita!" Teriak Shiro.

"Me-Menghilang?!" Rigen melirik kesana-kemari, mencoba mencari keberadaan Lion.

"Ja-Jangan-jangan...? Di atas?!"

Dan benar saja, saat itu Lion sebenarnya tidak menghilang, akan tetapi dirinya meloncat tinggi ke udara dan melakukan terjangan yang sangat keras dari atas sana. Skill itu dinamakan dengan Rising Smash.

Dengan diiringi cahaya kilat, Lion pun menerjang ke arah Rigen.

BOOMM!

SRREEETT...

Rigen terseret cukup jauh dari tempatnya. Hantaman itu benar-benar keras.

 

Namun meski begitu, Rigen berhasil menahannya. Skill Aerial Block miliknya berhasil melindunginya.

 

"Hebat sekali... Hebat sekali... Meski mendapatkan serangan yang mengerikan, Rigen Sang Guardian masih berdiri dengan kokoh!" Ujar Shiro mengomentari.

 

"Sial, tadi itu bahaya sekali! Jika dia melakukannya lagi, sepertinya perisai ini sudah tidak akan mampu menahannya." Gumam Rigen.

 

"Lumayan juga kau. Tapi bagaimana dengan ini?!"

 

Lion kembali menyerang.

 

DDUUAAR!

Ledakan dari Skill Demolisher Land milik Lion, membuat lantai arena seketika menjadi hancur. Namun beruntung, Rigen masih sempat menghindar.

"Hahaha... Ayolah, lawan aku! Jangan buat aku bosan!" Tantang Lion, seraya menyerang Rigen bertubi-tubi dengan pedangnya.

 

Menerima serangan combo dari Lion, Rigen hanya bisa bertahan dan berlindung dibalik perisainya. Dan keadaan itu berlangsung cukup lama.

 

"Serangan bertubi-tubi! Tapi semuanya masih bisa ditahan! Yang Rigen lakukan hanyalah menutupi tubuhnya dengan perisainya! Apa dia sudah menyerah?!" Teriak Shiro mengomentari.

 

"Ada apa? Apa kau sudah menyerah?" Lion mencoba memprovokasi Rigen.

 

"Kau tidak tahu apapun, ini baru pemanasan saja. Kau kuat, bukan?! Bersiaplah, karena aku tidak akan menahan diri!" Jawab Rigen dibalik perisainya.

 

"Hahaha... Baiklah! Ayo hibur aku!"

 

CRACK!

 

Suara retakan mulai terdengar, dan perlahan mulai sering terdengar.

 

Nampaknya, perisai Rigen sudah tidak mampu lagi bertahan.

Hingga beberapa saat kemudian, perisai itupun hancur.

 

"Ha-Hancur! Perisainya hancur! Serangan bertubi-tubi telah membuat perisai Sang Guardian hancur!" Teriak Shiro terkejut.

 

Rigen melompat mundur.

 

"Sepertinya, presenter itu tidak tahu apa-apa. Dan kau juga, telah melupakan satu hal penting."

"Apa maksudmu?" tanya Lion.

"Unique Skill! Mungkin kau lupa bahwa Class Guardian memiliki satu Skill Unik yang cukup menakutkan. Dan sekarang, aku akan menunjukkannya padamu, betapa menakutkannya Skill ini!"

Guardian Unique Skill. Guardian memiliki satu Skill unik yang mampu membuatnya menjadi Class yang sangat tangguh.

Dimana selama Skill unik tersebut aktif, setiap serangan yang diterimanya akan diserap per 10% dari jumlah Damagenya.

Dan per 10% Damage yang diserap tersebut, akan secara otomatis ditingkatkan kepada jumlah Damage Skill miliknya.

Kini hanya dengan satu kapak di tangan kanannya, Rigen mulai menyerang balik dengan brutal.

Dengan Skill Torso Ripper miliknya, Rigen dengan cepat langsung menerjang dan mengayunkan kapaknya kepada Lion. Dan Lion pun seketika terlempar keudara.

"Ce-Cepat sekali! Apa Rigen sudah mulai serius?!" Shiro cukup terkejut dengan apa yang terjadi.

Rigen tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat, ia pun melopat ke atas udara, menyusul Leon yang saat itu masih melayang di atas sana.

"Mountain... Smash!"

BBAAAMM!

Hantaman keras dilancarkan Rigen kepada Lion.

Hantaman itu menciptakan gelombang kejut yang luar biasa. Bahkan membuat perisai Lion hingga bergetar.

Lantai yang menjadi tumpuan Lion saat mendarat pun seketika hancur. Lion terpental dengan begitu kerasnya.

Lion terperosok, dan ia mencoba berdiri. Namun belum sempat Lion berdiri, sebuah kapak sudah melayang di atasnya. Menerjang dengan cepat ke arahnya.

TRAANK!

Lion berhasil menangkisnya, namun Rigen seolah mengetahui hal itu akan terjadi.

 

Rigen telah memprediksi kemana kapak itu akan terpental.

 

Rigen pun melompat dan mengambilnya, lalu kemudian kembali menyerang dengan Skill Mountain Smash untuk kedua kalinya.

 

BAAAMM!

 

"Be-Berakhir sudah! Apa Lion baik-baik saja?! Apa dia masih bisa berdiri?!" Teriak Shiro dengan diiringi suara gemuruh dari para penonton.

 

"Hebat! Orang itu bisa menandingi kekuatan Lion, Sang Hunter Peringkat #7!" Sahut salah satu penonton.

 

"Tidak! Lion sengaja membiarkannya!" Penonton lain menimpalinya dari belakang.

 

"Maksudmu...?"

 

"Lihat, dan saksikan saja!" Jawab penonton misterius tersebut.

 

"Dari serangan sekuat itu saja, masih tidak berdampak apa-apa padanya, padahal dia belum menggunakan Skill Penguatan apapun. Sepertinya, yang dirumorkan tentang dirinya itu benar." Gumam penonton misterius tersebut.

 

"Hahaha... Kau benar-benar membuatku terhibur!" Sambil tertawa keras, Lion mencoba untuk bangkit.

 

"Haha... Kalau tidak begitu, tidak akan menyenangkan bukan?!" Timpal Rigen.

 

"Yang benar saja! Dia bahkan masih bisa tertawa." Gumam Rigen.

 

"Cepat, serang lagi! Hibur aku! Hahaha..." Tantang Lion.

 

"Cih... Sialan. Rasakan ini." Rigen yang merasa diremehkan, seketika langsung menerjang dan menyerang Lion dengan sekuat tenaga dari segala sisi.

 

"Throw Axe! Breaker Wall! Beast Demolisher! Slash Of Mutilation! Mountain... Smash!"

 

Rigen mengerahkan seluruh kemampuannya, namun Lion masih tidak bergeming.

 

Semua Skill yang digunakan Rigen sama sekali tidak mampu menembus Holly Barrier milik Lion.

 

Dan di saat Rigen hendak menyerang kembali, tiba-tiba, ratusan cahaya kuning menyerupai pedang muncul tepat di atas kepalanya. Cahaya itu seketika menghujami dirinya.

 

"Huwaaaaaaaa!"

 

Rigen berteriak sekeras-kerasnya. Bahkan terdengar hingga ke ruang tunggu peserta.

 

"Apa itu?! Apa yang terjadi?!" Tsuhira beserta para peserta yang lain mulai gugup.

 

Nampaknya, teriakan Rigen sedikitnya telah melemahkan mental mereka.

 

"Wah, gawat! Kelepasan!" Celetuk Lion sambil menggaruk pahanya. Ia hampir saja membunuh Rigen.

 

"A-Apa yang terjadi?! Apa kalian melihatnya?! Tanya Shiro kepada para penonton.

 

"Apa itu?! Aku belum pernah melihatnya!" Teriak salah satu penonton.

 

"Hunter 10 besar, kekuatannya memang tak diragukan lagi!" Timpal penonton yang lain.

 

Para penonton terkagum-kagum, ketika melihat skill Lion yang dahsyat itu.

 

Di sisi lain, keadaan Rigen saat itu cukup menghawatirkan.

 

Mika dan tim penyembuh pun langsung bergegas berlarian ke arena. Mereka segera menyembuhkan Rigen yang sudah tergeletak tak berdaya itu.

 

Suara penonton yang tadinya bergemuruh pun seketika menjadi hening. Kala menyaksikan para tim penyembuh mencoba menyembuhkan Rigen dengan sekuat tenaga.

 

Hingga akhirnya Rigen pun berhasil di sembuhkan, dan saat itu semuanya di selimuti dengan perasaan haru.

 

Kemudian Kousei mengangkat tangannya, dan memberi tanda untuk mengakhiri pertandingan.

 

"Ta-Tak bisa di percaya! Pertandingan ini telah berakhir! Pemenangnya, Lion! Teriak Shiro menutup pertandingan.

 

 

Bersambung.

 

Jangan lupa like, vote, comment and share ya guys thanks ✌.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Koplakgame
bagus cerita nya
goodnovel comment avatar
Aldirat Aldi
Saya Suka...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 9

    Menjelang pertandingan kedua dimulai, dengan cepat para Hunter Class Mage Gagak Hitam memasuki arena. Dengan sihir gabungan, mereka pun mulai merekonstruksi kembali arena yang sudah cukup hancur itu. "Para hadirin sekalian, apa kalian masih bersemangat?!" Tanya Shiro, dan di jawab dengan sorakan yang bergemuruh. "Selanjutnya! Mari kita panggil. Inilah dia, Maggie! The Exotic Witch!" Sambut Shiro. "Maggie! Maggie! Maggie!" Para penonton bersorak memanggil namanya. "Aku duluan!" Ujar Maggie kepada para peserta yang lain. "Maggie!" Panggil Tsuhira. Seketika Maggie pun menoleh. "Beri si Lion sang apalah itu, pelajaran!" Sambung Tsuhira dengan emosi yang membara. "Kamu pasti bisa!" Timpal Nero menyemangati. Tanpa mereka sadari, rasa cemas yang mereka rasakan telah membuat mereka menjadi saling peduli. "Ya!" Magg

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 10

    Pertandingan selanjutnya, Tsuhira melawan Lion. Tsuhira adalah seorang Destroyer. Dia adalah pengguna dua senjata. Satu senjatanya berelemenkan Api dan yang satunya berelemenkan Es. Dengan kedua senjatanya tersebut, Tsuhira terus melancarkan serangannya dan berusaha memojokan Lion. Ledakan Api yang keras serta bongkahan Es yang tajam pun tercipta, setiap kali ia menghempaskan senjatanya. Meski dampak seranganya tidak terlalu berarti, akan tetapi senjata elemen Es nya mampu membuat Lion cukup kerepotan. "Sebatas inikah kekuatan Hunter Elit peringkat ke #7?!" Teriak Tsuhira setelah serangannya berhasil membekukan salah satu kaki Lion. "Kau bahkan tak mampu mengimbangi kecepatanku!" Sambungnya, seraya berlari dan lalu melompat menghantam kepala Lion. BBAAMM Lion berhasil menahan serangan tersebut dengan perisainya. Namun perisainya pun seketika membeku, merambat hingga ke tangannya. Dan kini setengah

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 11

    Saat itu, sesaat sebelum Kousei melompat, terlebih dahulu dirinya telah menebalkan dinding pelindung miliknya. Sehingga kini para penonton pun tidak dapat melihat apa-apa yang terjadi di dalam Arena. Hal itu tentu membuat gaduh di bangku para penonton. Mereka berteriak dan saling bersautan, sehingga keadaan pun mulai menjadi ricuh. *** "Siapa kau sebenarnya?!" Tanya Kousei. "Benarkan, apa aku bilang! Dari awal aku sudah punya firasat buruk tentang orang ini!" Terang Kyo Ren kepada anggota yang lain. "Cepat jawab!" Tegur Ken. "Ma-Maaf, sepertinya... Aku sudah berlebihan, ya?" Jawab Scarra. "Jangan bergerak!" Bentak Ken dan Kai serentak, saat melihat Scarr

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 12

    Selepas acara penobatan selesai, Kousei langsung bergegas pergi ke salah satu ruangannya, yang juga masih berada di dalam Arena. Kousei berjalan begitu senyap dengan langkahnya yang juga cukup cepat. Kegelisahan nampak terlihat jelas pada dirinya, Kousei seperti mengkhawatirkan sesuatu. Ken dan Kai yang menemaninya di belakang tentu menyadari hal itu, namun mereka lebih memilih untuk diam daripada mempertanyakannya. Setibanya di dalam ruangan, Kousei langsung membuka jendela ruangan tersebut. Hamparan Kota Acela yang begitu luas, damai dan juga ramai dipandanginya dengan helaan nafas yang cukup panjang. Ken dan Kai saling melirik. Mereka merasa hal ini tidak biasa. Pasalnya, selama ini, dihadapannya mau pun orang-orang, Kousei tak pernah memperlihatkan kegelisahannya.

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 13

    Itu sangat pagi ketika Yuki bangun. Dia diam-diam meninggalkan tempat tidur, agar tidak membangunkan Scarra yang masih tidur di sampingnya. Udara di luar sangat dingin, dan itu membuatnya ingin kembali ke tempat tidur yang masih hangat dari dua tubuh mereka. Tempat tidur berderit ketika dia bangkit, tetapi Scarra terlalu lelah untuk bereaksi. Dia tidur seperti orang yang sedang pingsan. Yuki menguap dan menggeliat. Payudara yang telanjang ikut berguncang. Wajah Yuki memerah, dan dia mengambil pakaiannya yang jatuh di lantai. Hari ini akan menjadi awal baru bagi Yuki. Sekarang dia harus mulai mengatur hidupnya untuk Scarra, dengan membuat jadwal yang lebih teratur. Berbelanja, menyiapkan makanan dan lain hal sebagainya, akan menjadi rutinitasnya saat ini dan juga untuk kedepannya. Jika saja saat ini Yuki masih menjadi budaknya Baron, dia pasti tidak akan sebahagia ini dan mungkin tidak akan tidur senyenyak ini. Yuki mengenakan p

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 14

    Mereka atau kita sebut saja si silver dan si gadis, berjalan melewati sebuah lorong yang gelap dan sempit. Si silver yang telah menguatkan indera pendengarannya, mendengar suara logam berbenturan dari belakangnya ketika dia berjalan. Suara tersebut terdengar tak beraturan. Dia menoleh ke belakang dan seperti yang diduga, ini adalah skenario terburuk. Ketiga petualang yang sebelumnya berselisih dengannya sedang mengejarnya. Mereka semakin dekat. Si gadis pun mengetahuinya dan berusaha keras untuk menekan keluhannya di hati, karena dia tidak punya tenaga lagi untuk hal tersebut. Dua dari tiga petualang rendahan itu berhasil menyusulnya, mereka datang dari arah belakang. Sedangkan yang satunya berlari di atas rumah-rumah dan melompati tiap atap-atapnya. Dia mencob

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 15

    Wajah itu begitu datar ketika dia memandangi Ellia, matanya yang disipitkan membuatnya terlihat sayu. Di tengah tatapan yang begitu dalam, bibirnya mulai gerak mengangkat, dia tersenyum tipis. "Sampai jumpa lagi." Ujar Scarra mengakhiri tatapan itu. Setelah mengucapkan perpisahan kepada Ellia yang bermata lebar dan menganga, Scarra langsung pergi dan tanpa menoleh lagi. Bagaikan bunga di gurun pasir yang disirami air segar, hatinya mulai kembali berseri. Ellia merasakan jatuh cinta pertamannya. Ellia ingin sekali menahan pria itu yang berjalan meninggalkannya dengan begitu gagahnya, namun bibirnya tak kuasa berucap, yang ada hanya gumamman tak jelas. Eris muncul di hadapannya, dia mencoba menghalangi pandangn itu. "Ellia tolong berhenti menatapnya, dia tidak lebih dari seorang pria mesum." "Dia bukan pria seperti itu, aku yakin, dia tidak seperti itu!" "Ellia, jangan bilang kalau kau menyukainya!" "Eris, seperti

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 16

    Scarra berhenti, dia menggerakan tatapannya kepada orang yang berdiri di depannya. Orang itu adalah Baron, dengan empat orang pria bertubuh besar yang mengawalnya di belakang. Orang yang terlihat di depannya itu, alias Baron, memiliki rambut yang panjang. Rambut itu ikal di ujungnya dan dia memiliki janggut yang lebat (brewokan). Dia tidak mengenakan armor besi, dia hanya melapisi pakaiannya dengan kain yang terbuat dari kulit. Entah dari kulit apa, yang jelas kulit itu telihat cukup keras dan bersisik di bagian bahunya dengan hiasan bulu-bulu lembut di kerahnya. Dia juga mengenakan hiasan kepala, hiasan itu adalah sebuah tanduk, telihat seperti sebuah tanduk Succubus dan hanya ada satu tanduk saja. Dia nampaknya adalah seorang Magic Caster (Mage), itu bisa dilihat dari tongkat perak yang dia tenteng. Ototnya yang besar di bawah kausnya sangat mudah terlihat. Sebuah kalung menggantung di sekeliling lehernya, berayun pada setiap

Latest chapter

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 52

    Dalam pertarungan ini, Charles harus mengakui bahwa Maggie memiliki beberapa insting bertarung yang baik, pola serangan yang dibangunnya telah membuat jarak di antara mereka tetap terjaga. Dengan kata lain, cukup sulit untuk bisa menyerang dan mendekatinya. Tapi, Charles adalah orang yang lebih baik dalam hal teknik dan juga insting. Tidak melakukan apa-apa selain bertahan dan menghindar telah memberinya sedikit ruang untuk berfikir, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dalam beberapa kesempatan, Charles mencoba membiarkan beberapa bagian tubuhnya terkena serangan. Dia mencoba merasakan kekuatan dari serangan itu dan menganalisanya lebih dalam untuk sementara waktu. Hasilnya, Charles menyadari bahwa meskipun kemampuan Maggie dalam menyerang cukup tinggi, dia seperti tidak menggunakan kemampuannya secara maksimal. Itu mungkin dia masih menyimpan kekuatannya untuk moment tertentu atau mungkin dia memang selemah itu. "Lebih baik aku mengujinya." Charles menyerang balik dengan kapak

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 51

    Zissa mengambil posisi, dia menghunuskan senjatanya dan mengayunkannya ke atas secara perlahan. Posisinya sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir. Di tempat lain, Aldea telah sepenuhnya dikuasai oleh rasa takutnya. Tubuhnya gemetar, giginya berderit dan matanya begitu rapat tertutup. Dia ingin lari. Dia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, rasa ketakutan yang amat tinggi telah menghalangi aliran gelombang saraf dari otaknya, sehingga membuat kedua kakinya terasa berat untuk digerakan. Seperti kaku, sepenuhnya kaku. Di tengah rasa ketakutan yang amat itu, sebuah suara muncul. Itu sangat dekat. Suara itu benar-benar dekat. Itu tepat di hadapannya. Mendengarnya membuat sekujur tubuhnya seketika merinding. "Jangan khawatir... Aku tidak akan membunuhmu. Setidaknya, tidak untuk sekarang." Charles mengepalkan tangannya, mengayunkannya dengan pasti untuk menghilangkan kesadaran Aldea. Namun sebelum itu terjadi... "Sekarang!!!" Slebb... Slebb... Slebb... T

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 50

    Kulit kepalanya mungkin terbelah dari pukulan kuat saat darah mulai menetes ke wajahnya. Meskipun Splash telah menahan rasa sakit dengan salah satu kemampuannya, hanya dengan menggerakan wajahnya saja sudah cukup untuk membuat rasa sakit mengalir deras ke seluruh tubuhnya, membuatnya pusing. Sambil mempertahankan posisinya, seperti siap untuk menangkis serangan yang datang dengan senjata yang dihunuskan sebagai perisainya, Splash mencoba untuk bangkit. Splash mengenakan armor yang dikenal orang dengan nama Silver Tail Wind -Rare Grade Item. Meskipun begitu, dia masih menerima cukup banyak damage dan membuat kakinya kesulitan untuk berdiri. Sudah lama sejak dia terluka sedemikian rupa. Sementara dia bangkit, salah satu tangannya yang gemetar -bukan karena rasa takut melainkan rasa sakit yang luar biasa- mencoba meraba kantong di pinggangnya, dia menggambil satu botol potion penyembuh dan lalu meminumnya. Meski masih jauh dari kata menyembuhkan sepenuhnya, tapi itu cukup baik sebaga

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 49

    "Tidak ada pilihan lain." Lorion menurunkan Aldea dan kemudian menghunuskan dua kapaknya seraya berkata, "Putri, kami akan menahannya. Larilah jika ada kesempatan!" "Tentu kau mengenalku, Lorion... Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku... Jika itu harus mati, kita akan mati bersama!" Balas Aldea seraya bersiap. Meski sedikit kecewa dengan tingkah Aldea yang keras kepala, tapi setidaknya jawaban dari Aldea telah membangkitkan semangat dan juga harapan mereka. Dengan hadirnya Aldea, keselamatan dan harapan hidup mungkin akan sedikit lebih meningkat. Tetapi semua itu terasa sia-sia jika mengetahui kesenjangan yang luar biasa dalam tingkat kekuatan mereka. Meski mereka tahu bahwa kematian adalah akhir dari takdir mereka, tapi itu tidak lantas membuat mereka menyerah. Setidaknya mereka telah berjuang bersama-sama dengan harapan yang tumbuh di hati mereka. Senyuman mulai terekspresikan di wajah mereka, seperti hendak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah mereka sesali. "

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 48

    Di atas ketinggian Scarra menatap pepohonan yang terbentang jauh ke utara, dia menatap dengan angin yang berkecambuk di sekelilingnya. "Hutan terlarang... The Great Sea of Trees." Scarra memejamkan matanya dan menghayati suara alam di malam itu, "Seperti nostalgia." Karena malam hari dan dalamnya tanaman hijau yang membentang di bawahnya, semuanya tampak seperti dicat hitam. Namun meski begitu, dengan vision yang dimilikinya meski itu jauh di tengah hutan Scarra telah menemukan dua hal menarik. Salah satunya adalah danau berbentuk bulan sabit yang seingatnya adalah lokasi dimana desa kaum Elf berada. Dia dapat menemukannya relatif cepat karena ukurannya yang besar. Mendapati hal itu, beberapa pertanyaan mulai berkecambuk di pikirannya. Saat semuanya masih di dalam game, Ras Elf merupakan Ras yang sejajar dengan ras lain seperti halnya Ras Demon (Iblis), Ras Demi-Demon (Setengah Iblis), Ras Demi-God (Setengah Dewa), Ras Demi-Human (Monster setengah Manusia), dan Ras Dragon (Ras Na

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 47

    Setelah Menyuruh Mumu dan Yuki mempersiapkan perbekalan perjalanan mereka, Scarra bersandar di dinding, dengan tatapan kosong Scarra menatap langit-langit sambil sesekali melirik memo pad kecil di tangannya. Aku harus memastikannya! Apa yang tertulis di atasnya adalah beberapa petunjuk dan ciri-ciri tentang anggota XGuard. Scarra mencatatnya, dia mencatat semua yang telah dijelaskan dan digambarkan oleh Izumi, termasuk simbol X yang merupakan simbol dari kelompok tersebut. Apa yang membuatnya menjadi sedikit frustasi adalah simbol yang tergambar di memo pad kecil itu, adalah simbol yang sama dengan yang digunakan oleh guildnya dahulu. Meski mencoba untuk tetap tenang dengan tidak menceritakannya kepada Mumu dan Yuki, tetap saja Scarra harus mengakui bahwa banyak lubang yang tiba-tiba muncul dalam skenario yang telah dipikirkannya. Mendapati sesuatu yang berasal dari Crown Island sedikitnya telah memperkuat harapannya, harapan bertemu dengan player lain atau mungkin lebih dari itu.

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 46

    Dua jam berlalu, dan selama itu tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam bangunan. Kerahasiaan akan informasi sepertinya cukup terjaga. Tidak berselang lama pintu guild mulai bergerak, seseorang mencoba membukanya dari dalam. Saat pintu itu terbuka, yang pertama keluar adalah Scarra lalu disusul dengan Izumi dibelakangnya. Dua petualang yang ditempatkan di luar untuk berjaga seketika mengambil posisi terbaiknya, mereka menurunkan pandangannya dan memberikan rasa hormatnya. Saat itu posisi matahari sudah cukup tinggi, cahayanya menjadi terasa cukup menyilaukan saat mereka keluar dari bangunan tersebut. Butuh beberapa detik untuk mata dapat beradaptasi dengan keadaan, semuanya -kecuali Scarra- merasakan hal yang sama. Dengan mata yang masih beradaptasi Izumi mempercepat langkah kakinya, menempatkan dirinya tepat berada di sebelah Scarra. "Katakan saja apa yang anda butuhkan. Kami dengan senang hati akan membantu menyiapkannya." "Jangan terlalu kaku! Kita berada di tingkat yang

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 45

    Koichi yang mendengar permintaan itu sementara meringis. Mencoba memutar otaknya. Izumi, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab. "XGuard, ya... Aku tidak begitu yakin kelompok itu benar-benar ada. Tapi, baiklah. Perlu ditekankan, ini tidak lebih dari sebuah rumor, saya harap anda mengerti." "Jelaskan saja!" Sambil menghela nafas, Izumi menjelaskan. XGuard adalah nama dari sebuah organisasi rahasia, mereka bergerak di dalam bayangan dan tidak terafiliasi dengan aliansi manapun. Bahkan sampai saat ini tujuan dan identitas dari para anggotanya tidak pernah diketahui. Sebagian orang berpendapat, kelompok ini sengaja diciptakan oleh salah satu dari tujuh aliansi besar. Tujuannya, mungkin menciptakan konflik, konspirasi, atau sesuatu yang dilarang demi keuntungan aliansi tersebut. Namun pendapat itu telah terpatahkan, oleh adanya pertemuan tujuh aliansi besar di Valhalla beberapa tahun silam. Entah apa yang telah diperbuat oleh kelompok ini, rumor akan kehadirannya sek

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 44

    Ada empat belas orang di ruangan itu. Ruangan yang kecil, cukup untuk dapat mendengar apa-apa yang orang bicarakan tanpa mengatur suarannya. Scarra, Maggie, Izumi dan Koichi berada di meja yang sama. Sedangkan yang lainnya berada di meja yang terpisah. Di sisi lain, para pelayan terlihat begitu gugup. Tamu penting dengan misi khusus datang dan menyambangi tempat mereka. Seperti seorang pelajar memasuki ruang kelas yang salah dan tersadar sesaat setelah kelas dimulai, terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa adalah hal yang sudah sewajarnya. Daripada memikirkan sikap apa yang harus mereka tunjukan, para pelayan itu lebih memilih untuk menyiapkan makanan sesegera mungkin. Dan dari apa yang mereka lakukan telah menunjukkan bahwa mereka tidak terbiasa atau lebih tepatnya tidak terlatih untuk sesuatu yang formal. Dengan tangan sedikit bergertar, bir dan makanan ringan mulai dihidangkan. Makanan terbaik yang mereka miliki. Suara keramik beradu dari piring yang bergetar dan bunyi yan

DMCA.com Protection Status