[Aula Pertemuan Guild Gagak Hitam]
"Dimana Kousei? Kenapa dia belum datang juga?" Dalam pertemuan itu Kyo Ren telah datang lebih awal, dan ia telah menunggu cukup lama.
*Kyo Ren - Hunter Rank S peringkat 4*
"Bersabarlah, Ren. Oh ya, kalau di ingat-ingat, ini sudah menjadi kali ke tiga ujian Hunter diadakan. Tapi sampai saat ini, aku masih belum pernah melihatnya." Celetuk Shiro membuka pembicaraan.
*Shiro - Hunter Rank S peringkat 5*
"Hmm... Dari awal aku bergabung saja, hingga sekarang, aku tidak pernah tau seperti apa sosoknya."
*Kazu - Hunter Rank S peringkat 9*
Kyo Ren berdiri dari tempat duduknya, "Tunggu sebentar! Apa kalian sedang membicarakan Master yang itu...?"
"Menurut mu siapa lagi? Memangnya ada Master yang lain lagi?" Jawab Kazu.
"Sudah kuduga! Sekarang coba kalian pikirkan, selama ini semua perintah siapa yang perintahkan? Setiap keputusan siapa yang putuskan? Kousei bukan?! Aku yakin, Sang Master sebenarnya tidak ada!" Terang Kyo Ren dengan yakinnya.
Peryataan Kyo Ren telah membuat beberapa Hunter yang lain terhentak. Mereka mulai sedikit terpengaruh dengan pemikirannya.
"Kalau memang posisi Master itu kosong, lalu kenapa Kousei tidak menempatinya dan kemudian memilih Rimaster yang baru? Bukankah dengan begitu, pekerjaannya menjadi semakin mudah?" Tanya Shiro yang masih meyakini keberadaan Sang Master Gagak.
"Mungkin saja Kousei sengaja melakukan itu, agar kedua posisi itu bisa ia kendalikan!"
Mendengar ucapan Kyo Ren, Tao pun menjadi geram. Ia berdiri dan lalu menggebrak meja, "Sudah cukup! Hentikan omong kosongmu, Ren! Pikiranmu terlalu berlebihan! Tidak mungkin Rimaster Kousei melakukan hal itu, aku mengenalnya lebih darimu!" Tegurnya.
*Shinji Tao - Hunter Rank S peringkat 3*
"Oi-oi-oi... Apa maksudmu memukul meja seperti itu? Mau ngajak ribut, hah?! Aku tau peringkatmu lebih tinggi, tapi itu hanyalah sebuah peringkat, kita tidak akan tahu siapa yang lebih kuat sebelum kita bertarung, dan aku tidak akan kalah darimu!" Kyo Ren menatap tajam ke arah Tao.
"Coba saja!" Balas Tao, menanggahkan dagunya.
"Kak Hanami, ayo tolong bantu aku hentikan mereka!" Pinta Mika, seraya menggoyangkan bahu Hanami yang saat itu sedang mabuk berat.
*Mika - Hunter Rank S peringkat 10*
"Ah sudah, biarkan saja mereka. Aku tidak mau ikut campur masalah mereka. Lebih baik kita minum, daripada mengurusi orang keras kepala seperti mereka. Benarkan, Lion? Hehehe."
Hanami adalah seorang pemabuk berat, ia selalu membawa sake kemanapun dirinya pergi.
"Benar sekali! Hahaha... Ngomong-ngomong, di mana kamu mendapatkan sake ini?" Tanya Lion.
"Itu rahasia. Hahaha...."
"Sial, ini nikmat sekali!"
*Hanami - Hunter Rank S peringkat 8*
*Lion - Hunter Rank S peringkat 7*
Keadaan mulai menjadi tegang, namun bertepatan dengan itu, Kousei pun datang dan memasuki ruangan.
"Master!"
Serentak para Hunter pun berdiri.
Terlihat sikap dan nyali mereka menciut ketika Kousei datang. Berbanding terbalik dengan sesaat sebelum Kousei datang.
Melihat Kousei yang hanya datang seorang diri, para Hunter pun saling melirik.
Ketidak hadiran Sang Master untuk kesekian kalinya, telah membuat keberadaannya mulai diragukan.
"Ayo kita mulai pertemuan ini!"
"Yes, Master!" Jawab para Hunter serentak.
Pertemuan pun dimulai.
"Langsung saja, aku ingin standar penilaian ujian kali ini lebih tinggi lagi! Aku tidak ingin menerima anggota yang masih dalam proses berkembang! Ujian Hunter kali ini, hanya akan dapat diikuti oleh petualang tingkat dua saja!" Terang Kousei menegaskan.
"Aku setuju!" Celetuk Kyo Ren tanpa berfikir panjang.
Para Hunter yang lain menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Kyo Ren yang hampir saja memotong pembicaraan.
"Tunggu Master, bukankah mencari orang yang sudah mencapai tingkat dua itu cukup sulit? Walaupun ada, mungkin hanya satu atau dua orang saja." Ujar Nobu mengingatkan.
*Nobu - Hunter Rank S peringkat 6*
"Master, apa yang di katakan Nobu benar. Kenapa tidak dengan cara yang biasa saja? Memilih orang berbakat di tingkat pertama, lalu melatihnya hingga mencapai tingkat dua."
Shiro berpendapat, bahwa cara yang selama ini dilakukan sudah tepat dan benar.
"Seperti yang kita tahu, petualang tingkat dua sangatlah jarang sekali ditemukan. Kalaupun ada, kebanyakan dari mereka pasti akan lebih memilih menjadi seorang Kaze (Istilah bagi para pemburu hadiah)."
Tao pun berpendapat, bahwa keputusan Kousei saat itu tidak tepat.
"Kau benar!"
"Ya, dia benar!"
Para Hunter silih bersautan dan berpendapat.
"Kita tidak akan mencarinya! Kita sudah mendapatkannya!" Celetuk Kousei.
"Eh?!" Para Hunter kebingungan.
"Maki! Kamu membawa data para peserta ujian, bukan?!" Tanya Kousei.
"Ya, Master!"
"Beritahu mereka! Jelaskan pada mereka status dari orang-orang itu!"
"B-Baik Master!" Berbekal tumpukan berkas yang dibawanya, Maki pun kemudian berdiri dan mulai menjelaskannya.
"Dari semua formulir pendaftaran ini, terdapat 25 Petualang yang telah mendaftarkan diri. 20 di antaranya, merupakan Petualang di tingkat pertama dan 5 peserta yang tersisa merupakan Petualang di tingkat kedua.
"Apa?! Lima orang?! Yang benar saja!" Kyo Ren terkejut, seolah tidak percaya.
"Master! Sepertinya ini hari keberuntungan kita!" Nobu menimpalinya.
"Kalau begitu, kita langsung terima saja mereka, bagaimana?"
"Tidak bisa seperti itu, Ren. Kita harus tetap menguji mereka!" Sahut Shiro.
Saat itu, seiring Maki menjelaskan, para Hunter silih bersahutan. Mereka terlihat begitu gembira dan juga bersemangat.
Maggie, Level 105, Class Witch.
Rigen, Level 107, Class Guardian.
Shinji Nero, Level 102, Class Archer.
"Tunggu! Shinji...?!" Potong Shiro.
Semua Hunter terdiam sejenak dan mereka saling melirik. Nama itu, terdengar tidak asing di telinga mereka.
Hingga kemudian, secara bersamaan, mereka pun menoleh ke arah Tao. Termasuk Kousei.
"Jangan-jangan...? Tao! Dia itu saudaramu, ya?!"
Kazu mencurigai Tao karena memiliki nama depan yang sama.
"I-iya." Jawab Tao, singkat.
"Eh! Kenapa tidak bilang? Kamu kan bisa memasukannya melalui jalur rekomendasi!"
Kluarga Shinji adalah salah satu keluarga bangsawan yang cukup terpadang di Kota Acela.
Dengan reputasi dan kedudukannya, seharusnya, Tao dapat memasukan saudaranya tanpa harus melewati ujian terlebih dahulu.
"Tidak apa. Aku ingin dia masuk ke Guild ini dengan usahanya sendiri."
Tao mencoba menutupi rasa bangga di dalam hatinya, dengan memperlihatkan ekspresi dinginnya.
Yang padahal saat itu, Tao sendiri pun tidak mengetahui kalau ternyata adiknya kini sudah mencapai tingkat dua.
Setelah mulai kondusif, Maki kemudian melanjutkan penjelasannya.
Tsuhira, Level 104 dengan Class Destroyer.
"Dan yang terakhir. Scarra, Level... Tu-tunggu! Dia tidak mencantumkan levelnya! Master, Apa formulirnya masih bisa diterima?"
Dengan sedikit terkejut, Maki bertanya kepada Kousei. Yang mana menurut peraturan, jika terdapat satu kolom saja yang tidak terisi, maka formulir itu akan dinilai tidak sah.
"Apa-apaan orang itu?! Apa maksud dia tidak mengisinya?!"
Kyo Ren yang terkenal akan tempramennya, tidak dapat membendung emosinya kala mendengar hal itu.
Shiro yang saat itu duduk di sebelah Kyo Ren, langsung menginjak kakinya. Shiro memberinya tanda untuk tidak membuat keruh suasana.
Kyo Ren pun terdiam, ia menoleh ke arah Shiro dengan ekspresinya yang terlihat sangat kesal.
"Hmm... Apa Classnya?" Tanya Kousei.
"Classnya Samurai, Master!" Jawab Maki.
Di antara Class yang lain, Class Samurai merupakan Class tersulit dalam Game Crown Island Online.
Meski memiliki daya luka yang cukup tinggi, namun dengan jumlah HP dan daya ledak yang rendah, membuat Class ini menjadi tidak begitu diminati.
Terlebih, sulitnya memadukan combo, menjadi alasan terbesar bagi para Player untuk tidak menggunakannya.
Kousei terdiam sejenak dan ia mencoba berfikir. Pasalnya, di Dunia baru ini sendiri, Class Samurai sangatlah jarang sekali dijumpai. Hal itu membuat informasi mengenai Class ini menjadi sangat terbatas.
Dan tidak sedikit pula orang-orang dengan Class Samurai tingkat Satu, mengaku-ngaku sebagi Samurai di tingkat Dua.
Ken dan Kai yang saat itu mengerti apa yang menjadi pikirkan Kousei, akhirnya bersuara.
"Master!" Ken dan Kai mencoba memberikan isyarat.
Mendengar suara Ken dan Kai, Semua Hunter di ruangan itu seketika terkejut. Terkecuali Kousei.
Mereka saat itu benar-benar tidak menyadari keberadaan kedua orang tersebut.
"Mereka...?! Sejak kapan?!"
"Mengerikan! Apa selama ini, mereka benar-benar ada disana?!" Gumam Kazu di dalam hatinya.
*Sein Ken - Hunter Rank S peringkat 1*
*Sein Kai - Hunter Rank S peringkat 2*
Ken dan Kai adalah merupakan saudara kembar. Dan dalam hal kekuatan mereka berdua setara.
Jika dalam satu peringkat dapat diduduki oleh lebih dari satu orang, maka mereka berdua tentu akan berada dalam peringkat yang sama.
Kousei saat itu lupa bahwa Ken dan Kai adalah merupakan seorang Samurai. Namun isyarat itu telah mengingatkannya.
Dan Kousei percaya, bahwa mereka berdua dapat membantunya dalam memberikan penilaiannya.
Berdasarkan pertimbangannya, Kousei pun akhirnya menerima Scarra sebagai salah satu kandidat peserta ujian.
"Baiklah, kita akhiri pertemuan ini! Maki, setelah ini, pergilah temui para peserta yang lain, informasikan kepada mereka mengenai putusan ini!"
"Baik, Master!"
Selain menjadi salah satu dari kesepuluh Hunter terkuat, Maki juga menjabat sebagai penanggung jawab administrasi di Guild Gagak Hitam.
"Sisanya ikut aku ke Arena!" Seru Kousei.
"Yes, Master!"
***
Lonceng Arena pun berbunyi. Tanda akan segera dimulainya Ujian Hunter Guild Gagak Hitam.
Seakan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang hanya diadakan 6 bulan sekali ini, para Petualang yang saat itu sedang singgah di Kota Acela pun berbondong-bondong memasuki Arena Ujian dengan begitu antusiasnya.
Terlihat, para petualang kini mulai memadati kursi penonton. Suara gemuruh pun terdengar hingga ke pelosok kota. Mereka begitu bersemangat.
Di sisi lain, di pintu belakang Arena, Scarra menunjukan Lisensi Sementaranya kepada petugas yang berjaga.
Ia kemudian diarahkan menuju sebuah ruangan khusus, dengan dikawal oleh beberapa orang penjaga.
Dan setibanya di ruangan itu, terlihat empat peserta lain sudah tiba terlebih dahulu di sana.
Mereka tengah berdiri dan saling menatap dengan tatapan yang tajam.
Bukan hanya menatap, mereka juga mencoba saling mengintimidasi satu sama lain dengan auranya masing-masing.
Scarra yang saat itu tidak mengerti apa-apa, dengan dinginnya ia berjalan melewati orang-orang tersebut.
Ia pun kemudian duduk di sebuah kursi, tepat di tengah-tengah ruangan itu.
Dan dengan polosnya ia pun bertanya, "Hey, apa kalian tidak pegal?"
Bersambung.
Kousei mulai memasuki Arena dan ia pun duduk di kursi para petinggi, dengan didampingi oleh Ken dan Kai di belakangnya. Di jajaran kursi itu, terdapat pula para tamu VIP. Mereka merupakan para bangsawan terpandang di Kota Acela. "Hey lihat! Bukankah itu Master Kousei?!" Teriak salah satu penonton. "Iya benar, Ken dan Kai juga ada disana!" Timpal penonton yang lain. Kousei melambaikkan tangannya, ia mencoba menyapa seluruh penonton. Dan seketika, para penonton pun bersorak gemuruh. Seraya menyapa, Kousei pun mengaktifkan skill pendeteksi aura miliknya. Ia memperhatikan dan mengawasi setiap aura yang terpancar dari para penonton. Hal itu ia lakukan guna menghindari masuknya p
Menjelang pertandingan kedua dimulai, dengan cepat para Hunter Class Mage Gagak Hitam memasuki arena. Dengan sihir gabungan, mereka pun mulai merekonstruksi kembali arena yang sudah cukup hancur itu. "Para hadirin sekalian, apa kalian masih bersemangat?!" Tanya Shiro, dan di jawab dengan sorakan yang bergemuruh. "Selanjutnya! Mari kita panggil. Inilah dia, Maggie! The Exotic Witch!" Sambut Shiro. "Maggie! Maggie! Maggie!" Para penonton bersorak memanggil namanya. "Aku duluan!" Ujar Maggie kepada para peserta yang lain. "Maggie!" Panggil Tsuhira. Seketika Maggie pun menoleh. "Beri si Lion sang apalah itu, pelajaran!" Sambung Tsuhira dengan emosi yang membara. "Kamu pasti bisa!" Timpal Nero menyemangati. Tanpa mereka sadari, rasa cemas yang mereka rasakan telah membuat mereka menjadi saling peduli. "Ya!" Magg
Pertandingan selanjutnya, Tsuhira melawan Lion. Tsuhira adalah seorang Destroyer. Dia adalah pengguna dua senjata. Satu senjatanya berelemenkan Api dan yang satunya berelemenkan Es. Dengan kedua senjatanya tersebut, Tsuhira terus melancarkan serangannya dan berusaha memojokan Lion. Ledakan Api yang keras serta bongkahan Es yang tajam pun tercipta, setiap kali ia menghempaskan senjatanya. Meski dampak seranganya tidak terlalu berarti, akan tetapi senjata elemen Es nya mampu membuat Lion cukup kerepotan. "Sebatas inikah kekuatan Hunter Elit peringkat ke #7?!" Teriak Tsuhira setelah serangannya berhasil membekukan salah satu kaki Lion. "Kau bahkan tak mampu mengimbangi kecepatanku!" Sambungnya, seraya berlari dan lalu melompat menghantam kepala Lion. BBAAMM Lion berhasil menahan serangan tersebut dengan perisainya. Namun perisainya pun seketika membeku, merambat hingga ke tangannya. Dan kini setengah
Saat itu, sesaat sebelum Kousei melompat, terlebih dahulu dirinya telah menebalkan dinding pelindung miliknya. Sehingga kini para penonton pun tidak dapat melihat apa-apa yang terjadi di dalam Arena. Hal itu tentu membuat gaduh di bangku para penonton. Mereka berteriak dan saling bersautan, sehingga keadaan pun mulai menjadi ricuh. *** "Siapa kau sebenarnya?!" Tanya Kousei. "Benarkan, apa aku bilang! Dari awal aku sudah punya firasat buruk tentang orang ini!" Terang Kyo Ren kepada anggota yang lain. "Cepat jawab!" Tegur Ken. "Ma-Maaf, sepertinya... Aku sudah berlebihan, ya?" Jawab Scarra. "Jangan bergerak!" Bentak Ken dan Kai serentak, saat melihat Scarr
Selepas acara penobatan selesai, Kousei langsung bergegas pergi ke salah satu ruangannya, yang juga masih berada di dalam Arena. Kousei berjalan begitu senyap dengan langkahnya yang juga cukup cepat. Kegelisahan nampak terlihat jelas pada dirinya, Kousei seperti mengkhawatirkan sesuatu. Ken dan Kai yang menemaninya di belakang tentu menyadari hal itu, namun mereka lebih memilih untuk diam daripada mempertanyakannya. Setibanya di dalam ruangan, Kousei langsung membuka jendela ruangan tersebut. Hamparan Kota Acela yang begitu luas, damai dan juga ramai dipandanginya dengan helaan nafas yang cukup panjang. Ken dan Kai saling melirik. Mereka merasa hal ini tidak biasa. Pasalnya, selama ini, dihadapannya mau pun orang-orang, Kousei tak pernah memperlihatkan kegelisahannya.
Itu sangat pagi ketika Yuki bangun. Dia diam-diam meninggalkan tempat tidur, agar tidak membangunkan Scarra yang masih tidur di sampingnya. Udara di luar sangat dingin, dan itu membuatnya ingin kembali ke tempat tidur yang masih hangat dari dua tubuh mereka. Tempat tidur berderit ketika dia bangkit, tetapi Scarra terlalu lelah untuk bereaksi. Dia tidur seperti orang yang sedang pingsan. Yuki menguap dan menggeliat. Payudara yang telanjang ikut berguncang. Wajah Yuki memerah, dan dia mengambil pakaiannya yang jatuh di lantai. Hari ini akan menjadi awal baru bagi Yuki. Sekarang dia harus mulai mengatur hidupnya untuk Scarra, dengan membuat jadwal yang lebih teratur. Berbelanja, menyiapkan makanan dan lain hal sebagainya, akan menjadi rutinitasnya saat ini dan juga untuk kedepannya. Jika saja saat ini Yuki masih menjadi budaknya Baron, dia pasti tidak akan sebahagia ini dan mungkin tidak akan tidur senyenyak ini. Yuki mengenakan p
Mereka atau kita sebut saja si silver dan si gadis, berjalan melewati sebuah lorong yang gelap dan sempit. Si silver yang telah menguatkan indera pendengarannya, mendengar suara logam berbenturan dari belakangnya ketika dia berjalan. Suara tersebut terdengar tak beraturan. Dia menoleh ke belakang dan seperti yang diduga, ini adalah skenario terburuk. Ketiga petualang yang sebelumnya berselisih dengannya sedang mengejarnya. Mereka semakin dekat. Si gadis pun mengetahuinya dan berusaha keras untuk menekan keluhannya di hati, karena dia tidak punya tenaga lagi untuk hal tersebut. Dua dari tiga petualang rendahan itu berhasil menyusulnya, mereka datang dari arah belakang. Sedangkan yang satunya berlari di atas rumah-rumah dan melompati tiap atap-atapnya. Dia mencob
Wajah itu begitu datar ketika dia memandangi Ellia, matanya yang disipitkan membuatnya terlihat sayu. Di tengah tatapan yang begitu dalam, bibirnya mulai gerak mengangkat, dia tersenyum tipis. "Sampai jumpa lagi." Ujar Scarra mengakhiri tatapan itu. Setelah mengucapkan perpisahan kepada Ellia yang bermata lebar dan menganga, Scarra langsung pergi dan tanpa menoleh lagi. Bagaikan bunga di gurun pasir yang disirami air segar, hatinya mulai kembali berseri. Ellia merasakan jatuh cinta pertamannya. Ellia ingin sekali menahan pria itu yang berjalan meninggalkannya dengan begitu gagahnya, namun bibirnya tak kuasa berucap, yang ada hanya gumamman tak jelas. Eris muncul di hadapannya, dia mencoba menghalangi pandangn itu. "Ellia tolong berhenti menatapnya, dia tidak lebih dari seorang pria mesum." "Dia bukan pria seperti itu, aku yakin, dia tidak seperti itu!" "Ellia, jangan bilang kalau kau menyukainya!" "Eris, seperti
Dalam pertarungan ini, Charles harus mengakui bahwa Maggie memiliki beberapa insting bertarung yang baik, pola serangan yang dibangunnya telah membuat jarak di antara mereka tetap terjaga. Dengan kata lain, cukup sulit untuk bisa menyerang dan mendekatinya. Tapi, Charles adalah orang yang lebih baik dalam hal teknik dan juga insting. Tidak melakukan apa-apa selain bertahan dan menghindar telah memberinya sedikit ruang untuk berfikir, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dalam beberapa kesempatan, Charles mencoba membiarkan beberapa bagian tubuhnya terkena serangan. Dia mencoba merasakan kekuatan dari serangan itu dan menganalisanya lebih dalam untuk sementara waktu. Hasilnya, Charles menyadari bahwa meskipun kemampuan Maggie dalam menyerang cukup tinggi, dia seperti tidak menggunakan kemampuannya secara maksimal. Itu mungkin dia masih menyimpan kekuatannya untuk moment tertentu atau mungkin dia memang selemah itu. "Lebih baik aku mengujinya." Charles menyerang balik dengan kapak
Zissa mengambil posisi, dia menghunuskan senjatanya dan mengayunkannya ke atas secara perlahan. Posisinya sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir. Di tempat lain, Aldea telah sepenuhnya dikuasai oleh rasa takutnya. Tubuhnya gemetar, giginya berderit dan matanya begitu rapat tertutup. Dia ingin lari. Dia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, rasa ketakutan yang amat tinggi telah menghalangi aliran gelombang saraf dari otaknya, sehingga membuat kedua kakinya terasa berat untuk digerakan. Seperti kaku, sepenuhnya kaku. Di tengah rasa ketakutan yang amat itu, sebuah suara muncul. Itu sangat dekat. Suara itu benar-benar dekat. Itu tepat di hadapannya. Mendengarnya membuat sekujur tubuhnya seketika merinding. "Jangan khawatir... Aku tidak akan membunuhmu. Setidaknya, tidak untuk sekarang." Charles mengepalkan tangannya, mengayunkannya dengan pasti untuk menghilangkan kesadaran Aldea. Namun sebelum itu terjadi... "Sekarang!!!" Slebb... Slebb... Slebb... T
Kulit kepalanya mungkin terbelah dari pukulan kuat saat darah mulai menetes ke wajahnya. Meskipun Splash telah menahan rasa sakit dengan salah satu kemampuannya, hanya dengan menggerakan wajahnya saja sudah cukup untuk membuat rasa sakit mengalir deras ke seluruh tubuhnya, membuatnya pusing. Sambil mempertahankan posisinya, seperti siap untuk menangkis serangan yang datang dengan senjata yang dihunuskan sebagai perisainya, Splash mencoba untuk bangkit. Splash mengenakan armor yang dikenal orang dengan nama Silver Tail Wind -Rare Grade Item. Meskipun begitu, dia masih menerima cukup banyak damage dan membuat kakinya kesulitan untuk berdiri. Sudah lama sejak dia terluka sedemikian rupa. Sementara dia bangkit, salah satu tangannya yang gemetar -bukan karena rasa takut melainkan rasa sakit yang luar biasa- mencoba meraba kantong di pinggangnya, dia menggambil satu botol potion penyembuh dan lalu meminumnya. Meski masih jauh dari kata menyembuhkan sepenuhnya, tapi itu cukup baik sebaga
"Tidak ada pilihan lain." Lorion menurunkan Aldea dan kemudian menghunuskan dua kapaknya seraya berkata, "Putri, kami akan menahannya. Larilah jika ada kesempatan!" "Tentu kau mengenalku, Lorion... Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku... Jika itu harus mati, kita akan mati bersama!" Balas Aldea seraya bersiap. Meski sedikit kecewa dengan tingkah Aldea yang keras kepala, tapi setidaknya jawaban dari Aldea telah membangkitkan semangat dan juga harapan mereka. Dengan hadirnya Aldea, keselamatan dan harapan hidup mungkin akan sedikit lebih meningkat. Tetapi semua itu terasa sia-sia jika mengetahui kesenjangan yang luar biasa dalam tingkat kekuatan mereka. Meski mereka tahu bahwa kematian adalah akhir dari takdir mereka, tapi itu tidak lantas membuat mereka menyerah. Setidaknya mereka telah berjuang bersama-sama dengan harapan yang tumbuh di hati mereka. Senyuman mulai terekspresikan di wajah mereka, seperti hendak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah mereka sesali. "
Di atas ketinggian Scarra menatap pepohonan yang terbentang jauh ke utara, dia menatap dengan angin yang berkecambuk di sekelilingnya. "Hutan terlarang... The Great Sea of Trees." Scarra memejamkan matanya dan menghayati suara alam di malam itu, "Seperti nostalgia." Karena malam hari dan dalamnya tanaman hijau yang membentang di bawahnya, semuanya tampak seperti dicat hitam. Namun meski begitu, dengan vision yang dimilikinya meski itu jauh di tengah hutan Scarra telah menemukan dua hal menarik. Salah satunya adalah danau berbentuk bulan sabit yang seingatnya adalah lokasi dimana desa kaum Elf berada. Dia dapat menemukannya relatif cepat karena ukurannya yang besar. Mendapati hal itu, beberapa pertanyaan mulai berkecambuk di pikirannya. Saat semuanya masih di dalam game, Ras Elf merupakan Ras yang sejajar dengan ras lain seperti halnya Ras Demon (Iblis), Ras Demi-Demon (Setengah Iblis), Ras Demi-God (Setengah Dewa), Ras Demi-Human (Monster setengah Manusia), dan Ras Dragon (Ras Na
Setelah Menyuruh Mumu dan Yuki mempersiapkan perbekalan perjalanan mereka, Scarra bersandar di dinding, dengan tatapan kosong Scarra menatap langit-langit sambil sesekali melirik memo pad kecil di tangannya. Aku harus memastikannya! Apa yang tertulis di atasnya adalah beberapa petunjuk dan ciri-ciri tentang anggota XGuard. Scarra mencatatnya, dia mencatat semua yang telah dijelaskan dan digambarkan oleh Izumi, termasuk simbol X yang merupakan simbol dari kelompok tersebut. Apa yang membuatnya menjadi sedikit frustasi adalah simbol yang tergambar di memo pad kecil itu, adalah simbol yang sama dengan yang digunakan oleh guildnya dahulu. Meski mencoba untuk tetap tenang dengan tidak menceritakannya kepada Mumu dan Yuki, tetap saja Scarra harus mengakui bahwa banyak lubang yang tiba-tiba muncul dalam skenario yang telah dipikirkannya. Mendapati sesuatu yang berasal dari Crown Island sedikitnya telah memperkuat harapannya, harapan bertemu dengan player lain atau mungkin lebih dari itu.
Dua jam berlalu, dan selama itu tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam bangunan. Kerahasiaan akan informasi sepertinya cukup terjaga. Tidak berselang lama pintu guild mulai bergerak, seseorang mencoba membukanya dari dalam. Saat pintu itu terbuka, yang pertama keluar adalah Scarra lalu disusul dengan Izumi dibelakangnya. Dua petualang yang ditempatkan di luar untuk berjaga seketika mengambil posisi terbaiknya, mereka menurunkan pandangannya dan memberikan rasa hormatnya. Saat itu posisi matahari sudah cukup tinggi, cahayanya menjadi terasa cukup menyilaukan saat mereka keluar dari bangunan tersebut. Butuh beberapa detik untuk mata dapat beradaptasi dengan keadaan, semuanya -kecuali Scarra- merasakan hal yang sama. Dengan mata yang masih beradaptasi Izumi mempercepat langkah kakinya, menempatkan dirinya tepat berada di sebelah Scarra. "Katakan saja apa yang anda butuhkan. Kami dengan senang hati akan membantu menyiapkannya." "Jangan terlalu kaku! Kita berada di tingkat yang
Koichi yang mendengar permintaan itu sementara meringis. Mencoba memutar otaknya. Izumi, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab. "XGuard, ya... Aku tidak begitu yakin kelompok itu benar-benar ada. Tapi, baiklah. Perlu ditekankan, ini tidak lebih dari sebuah rumor, saya harap anda mengerti." "Jelaskan saja!" Sambil menghela nafas, Izumi menjelaskan. XGuard adalah nama dari sebuah organisasi rahasia, mereka bergerak di dalam bayangan dan tidak terafiliasi dengan aliansi manapun. Bahkan sampai saat ini tujuan dan identitas dari para anggotanya tidak pernah diketahui. Sebagian orang berpendapat, kelompok ini sengaja diciptakan oleh salah satu dari tujuh aliansi besar. Tujuannya, mungkin menciptakan konflik, konspirasi, atau sesuatu yang dilarang demi keuntungan aliansi tersebut. Namun pendapat itu telah terpatahkan, oleh adanya pertemuan tujuh aliansi besar di Valhalla beberapa tahun silam. Entah apa yang telah diperbuat oleh kelompok ini, rumor akan kehadirannya sek
Ada empat belas orang di ruangan itu. Ruangan yang kecil, cukup untuk dapat mendengar apa-apa yang orang bicarakan tanpa mengatur suarannya. Scarra, Maggie, Izumi dan Koichi berada di meja yang sama. Sedangkan yang lainnya berada di meja yang terpisah. Di sisi lain, para pelayan terlihat begitu gugup. Tamu penting dengan misi khusus datang dan menyambangi tempat mereka. Seperti seorang pelajar memasuki ruang kelas yang salah dan tersadar sesaat setelah kelas dimulai, terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa adalah hal yang sudah sewajarnya. Daripada memikirkan sikap apa yang harus mereka tunjukan, para pelayan itu lebih memilih untuk menyiapkan makanan sesegera mungkin. Dan dari apa yang mereka lakukan telah menunjukkan bahwa mereka tidak terbiasa atau lebih tepatnya tidak terlatih untuk sesuatu yang formal. Dengan tangan sedikit bergertar, bir dan makanan ringan mulai dihidangkan. Makanan terbaik yang mereka miliki. Suara keramik beradu dari piring yang bergetar dan bunyi yan