Share

Episode - 1

Penulis: Big Man
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi itu cuaca sangat cerah, dan sorotan matahari terasa cukup hangat menyentuh tubuhnya.

Rhaka terlentang di atas rumput yang tebal, rumput itu benar-benar terasa sangat lembut.

Dengan matanya yang masih terpejam, dirinya tersenyum. Udara yang sejuk, membelai lembut tubuhnya.

Rhaka terlelap dalam kenyamanan tersebut, hingga akhirnya suara aneh dari sekawanan burung mulai menyadarkannya.

"Tunggu...." Rhaka terbangun dan mulai membuka matanya. Dia terperanjat, mendapati pemandangan yang tidak biasa di depannya.

Hamparan rumput yang hijau, terbentang luas di hadapannya.

Pepohonan yang tumbuh lebat disekitarnya, semakin menambah kesan keindahan di tempat tersebut.

Kemana pun Rhaka memandang, di ujung pandangannya selalu tertutup oleh bukit yang Indah.

"Ha, dimana ini?" Rhaka memeriksa keadaan di sekitarnya. Dan saat itu dia cukup terkejut dengan apa yang dia kenakan.

Sebenarnya penampilannya tidaklah terlalu buruk. Jubah yang sedikit longgar, panjang dan juga terurai, tentu itu adalah jubah seorang samurai.

Namun di mata Rhaka, penampilannya saat itu sangatlah jadul. Akan tetapi ia tidak punya pilihan lain selain mengenakannya.

Belum usai dari semua rasa herannya, terlihat beberapa kali pantulan cahaya muncul di balik rerumputan. Hal itu telah menarik perhatiannya.

Rhaka menghampiri cahaya itu dan mencoba memastikannya.

Ternyata cahaya itu berasal dari sebilah pedang katana berwarna hitam yang tergeletak begitu saja di tempat itu.

Pedang tersebut terlihat sangat mengerikan, dengan pahatan-pahatan aksara yang tidak dapat dimengerti.

Terdapat pula, kain lusuh berwarna merah tua yang terikat di antara handle dan sarung pedangnya.

Ikatan kain tersebut seperti seolah tanda untuk tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya.

Namun karena rasa penasarannya yang cukup tinggi, Rhaka pun mengambilnya dan mencoba membuka ikatan tali lusuh itu.

"Pedang ini, terlihat tidak begitu asing," gumamnya.

Sesaat sebelum Rhaka membukanya, dirinya mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi. Namun seketika kepalanya langsung terasa sakit, dan ia pun mengerang kesakitan.

Di sela-sela menahan rasa sakitnya, terdengar suara percakapan yang agak samar dari kejauhan.

Suara itu berasal dari sekelompok bandit yang sedang mencoba menghadang seorang petualang. Petualang itu bernama Tetsu dan Hama.

"Jika kalian masih mau hidup, sekarang juga, serahkan semua barang-barang kalian!" Bentak ketua bandit seraya diiringi suara tawa dari para anak buahnya.

Tetsu tidak mengindahkannya. Ia mengeluarkan pedangnya dan lebih memilih untuk bertarung.

"Ambil saja, itu pun jika kalian mampu!" 

Tetsu adalah petualang dengan Class Guardian. Class ini adalah tipe petarung jarak dekat. Memiliki ketahanan tubuh yang cukup kuat, membuat class ini selalu berada di garda terdepan.

Dalam penampilannya, Class Guardian selalu menggunakan Full Metal Armor di tubuhnya. Senjata mereka merupakan pedang atau kapak di satu tangannya, serta perisai di tangan lainnya.

Dengan perpaduan keduanya, membuat serangan dan pertahanan Class Guardian ini menjadi sangat solid.

"Hahaha! Sadarilah, terlalu percaya diri itu tidak baik." Ucap ketua bandit memperingati.

Suara tawapun terdengar silih bersautan. Para bandit itu terlihat sangat meremehkan.

Sadar akan kalah jumlah, tidak lantas membuat Tetsu dan Hama menjadi gentar.

"Hama, lakukan yang seperti biasa." Bisik Tetsu.

"Ah, aku mengerti," jawab Hama dengan senyuman tipisnya.

Keadaanpun mulai menjadi tegang. Rasa percaya diri Tetsu dan Hama sedikit melemahkan mental para bandit tersebut.

 

"Apa yang mereka rencanakan? Kenapa mereka senyum-senyum seperti itu?" bisik salah satu bandit.

 

Keraguan pun mulai muncul. Tidak ada satupun dari para bandit yang berani mencoba menyerang terlebih dahulu.

 

"Oi! Kenapa diam saja? Tunggu apa lagi? Cepat serang mereka!" bentak ketua bandit.

 

"Ba-Baik, Bos!" Serentak.

 

Namun tiba-tiba saja, dari arah semak belukar Rhakapun muncul. Tepat di saat para bandit itu hendak melancarkan serangan.

 

"Eh! Ada cosplay, kah?" Celetuk Rhaka, yang saat itu masih belum menyadari bahwa dirinya sedang berada di Dunia berbeda.

 

Dan kemunculannya yang tiba-tiba, membuat perhatian para bandit itu seketika teralihkan.

 

Hama kemudian memanfaatkan situasi tersebut. Dengan langsung mengaktifkan beberapa jenis mantra penguatan yang ia miliki.

 

"Armor Team Up (Pertahanan meningkat), Damage Team Up (Serangan meningkat), Penetrate Up (Daya luka meningkat).

 

Mendengar dari mantra yang Hama ucapkan, tentu dia adalah seorang Mage.

 

Class Mage atau yang lebih dikenal dengan penyihir, masuk kedalam tipe class petarung jarak sedang.

 

Class ini, menyerang dengan merapalkan sebuah mantra. Yang dimana memiliki waktu dalam pengaktifannya, dan memiliki jeda setelahnya.

 

Namun meski begitu, damage sihir dari class mage ini memiliki daya ledak serang yang cukup tinggi. Bahkan lebih tinggi dari class manapun. Hanya saja pertahanan mereka sangatlah rapuh.

 

Dalam penampilannya, Mage selalu mengenakan jubah. Meski tanpa armor pelindung di badannya, jubahnya yang elegan selalu membuatnya terlihat lebih berkarisma.

 

Senjatanya berupa tongkat, terbuat dari kayu atau bahkan terkadang dari perak. Tanpa senjatanya itu Mage tidaklah berguna.

 

Di saat para bandit itu tengah lengah, Tetsu dengan sekejap mata langsung melancarkan serangannya.

 

SLAASHH

 

"Hwaaaaa... Tanganku!" Teriak salah satu bandit, yang tangannya telah terputus.

 

"Sial!" Merasa kecolongan, ketua bandit dengan geramnya langsung mengerahkan seluruh anak buahnya untuk menyerang.

 

"Bunuh mereka semua!" Bentaknya.

 

Dan pertarungan sengit pun tak terelakan lagi. 

 

TRAANK... TRAANK... TREENK...

 

Suara benturan pedang terdengar terus-menerus dengan cukup keras.

 

Dengan keunggulan jumlah yang dimilikinya, para bandit itu mencoba menyerang dari segala sisi. Namun dengan tangguhnya, Tetsu masih dapat menahannya.

 

"Cih, mereka tidak ada habisnya," Tetsu mulai merasa kelelahan.

 

"Hama, berapa lama lagi?!" Teriak Tetsu seraya bertarung.

 

"Bertahanlah sebentar lagi!" Jawab Hama.

 

Salah satu bandit mulai menyadari, bahwa Tetsu dan Hama sedang merencanakan sesuatu.

 

Melihat Hama yang hanya menghindar, bandit itu kemudian paham. Hama pasti sedang merapalkan sesuatu.

 

Dengan cukup senyap, bandit itu kemudian mundur. Ia berjalan perlahan memutari Hama, untuk kemudian menyerang tepat di belakangnya.

 

Di saat bandit itu hendak menyerang, dari arah samping sebuah cahaya kuning berbentuk perisai muncul, dan melesat cukup cepat ke arahnya.

 

BAAMM

 

Kilatan itu menghantamnya dan mementalkannya cukup jauh.

 

Serangan cukup dahsyat itu berasal dari Skill Aerial Shield milik Tetsu. Yang ternyata, sedari awal Tetsu telah memperhatikan gerak-gerik bandit tersebut.

 

Hama terdiam mematung, saat itu dia pun sangat terkejut. Cahaya itu melesat cukup dekat melintasi kepalanya. "Gila! Nyaris saja!"

 

"Hama Hati-hati! Jangan lengah!" Teriak Tetsu memperingati.

 

"Eh! Udah kejadian baru ngomong? Bener-bener dah," gumam Hama.

 

Melihat pertarungan yang bertele-tele, ketua bandit pun memutuskan untuk turun tangan.

 

Dan dari jarak yang cukup jauh serta tanpa Tetsu sadari, sang ketua bandit mengarahkan tongkatnya ke arah Tetsu, seraya merapalkan mantranya.

 

"Flame Burst!"

 

Seketika bola api besar pun muncul, tepat di ujung tongkat sang ketua bandit.

 

Bola api itu berputar dan membesar, hingga kemudian melesat sangat cepat ke arah Tetsu.

 

BAANNGG

 

Tetsu terpental, ia terguling-guling cukup jauh.

 

Hama yang melihat hal itu, seketika langsung berlari menghampirinya.

 

"Tetsu! Kau tidak apa-apa?" Tanya Hama seraya meraih dan merangkulnya.

 

"Jangan khawatir... Ini belum seberapa." Tegas tetsu.

 

"Mantraku, sudah siap." Bisik Hama memberikan isyarat.

 

"Baiklah, saatnya beri mereka pelajaran!"

 

Hama menutup matanya, lalu kemudian mengucapkan mantranya. "Paralysis Zone!"

 

TRAAK

 

Hama menghentakan tongkatnya ke tanah.

 

Paralysis Zone merupakan skill terkuat Class Mage tingkat satu. Skill ini memberi kelumpuhan seketika kepada musuh yang berada dalam jangkauannya.

 

"Gawat, mantra ini... Semuanya, cepat menghindar!" Seru Ketua bandit.

 

Ketua bandit dapat menghindar, namun tidak dengan para anak buahnya. Skill Paralysis Zone telah menjangkau mereka. Membuat tubuh mereka seketika terbujur kaku.

 

"Bos, tolong! Aku tidak bisa bergerak!" Teriak salah satu bandit yang mulai panik.

 

Melihat hal itu, Tetsu tertawa puas. Ia kemudian berdiri dan mengaktifkan skill terkuatnya.

 

"Oi, bandit sialan! Kalian pikir, kalian sedang berhadapan dengan siapa?!" Seruan Tetsu membuat para bandit semakin panik.

 

"Sekarang, kalian akan menyesalinya. Ah tidak, lebih tepatnya... Akan kubuat kalian menyesalinya!" Tetsu menancapkan pedangnya ke tanah.

 

"Light... Fury!"

 

STIING

 

Pedang Tetsu menyala, cahayanya bersinar melesat hingga ke langit. Hingga kemudian...

 

BBBAANNGG

 

Light Fury adalah skill area terkuat Class Guardian tingkat satu. Skill ini berupa cahaya lurus yang menghujam dari arah langit ke dasar bumi. Target yang berada dalam jangkauannya akan hangus seketika bila mengenainya.

 

Saking dahsyatnya skill tersebut, para petualang biasa menyebutnya sebagai Cambuk Dewa.

 

Teriakan pun begitu nyaring terdengar. Para bandit itu terkapar hangkus seketika.

 

Akan tetapi, sang ketua bandit cukup tangguh. Dengan menggunakan Skill Circle Wall Defense miliknya, beberapa anak buahnya dapat selamat dari serangan dahsyat tersebut.

 

Circle Wall Defense adalah Skill Pertahanan Class Mage berupa Aura yang melingkar. Aura ini mampu menyerap semua jenis serangan, tergantung seberapa kuat serangan tersebut.

 

"Me-Mereka... Hangus!"

 

"Ca-Cambuk Dewa! Itu tadi cambuk Dewa!" Sahut para bandit yang selamat.

 

Para bandit mulai panik. Mereka pun kemudian berlarian dan saling menyelamatkan diri mereka masing-masing. Namun tidak dengan ketua bandit.

 

"Bagus, sesuai rencana." Gumam Tetsu, seraya tertawa kecil.

 

"Dasar orang-orang tidak berguna!"

 

Dengan rasa kesal, ketua bandit itu pun langsung mengeluarkan mantra-mantra terkuatnya.

 

"Activated Magic Boost!" Kekuatan sihir meningkat hingga 2x lipat.

 

"Weakness of Aura!" Aura hitam yang dapat menurunkan pertahanan lawan di sekitarnya.

 

"Tetsu, apa yang harus kita lakukan?" Hama mulai terlihat panik.

 

"Pergilah! Biar aku yang menahan si keparat ini."

 

Meski dirinya sudah tidak lagi memiliki energi sihir, Tetsu tetap berusaha untuk melindungi Hama.

 

"Jangan bodoh!" Bentak Hama.

 

Persiapan ketua bandit begitu singkat. Tetsu dan Hama tidak dapat berkutik.

 

"Meteor... Plasma!" Ketua bandit mengarahkan tongkatnya.

 

Yang kemudian belasan batu meteor kecil pun muncul dari arah langit, dan dengan cepatnya menghujam ke arah Tetsu dan Hama.

 

Namun sebelum itu terjadi, tepat di tengah pertarungan yang begitu sengit, Rhaka diam-diam telah pergi meninggalkan tempat tersebut. Dengan memanfaatkan situasi yang ada.

 

"Sial, apa-apaan tadi itu? Seperti di Dunia fantasi saja." Rhaka menolak percaya dengan apa yang dia lihat.

 

Namun meski begitu, dirinya tetap berlari menjauhi tempat tersebut.

 

Hingga akhirnya Rhaka mulai dapat kembali mengingat. Dengan diiringi sedikit rasa sakit, ingatannya perlahan mulai berangsur pulih.

 

"Tunggu, mantra itu... Jangan-jangan...?" Suasana, Mantra, jirah, semuanya itu mulai mengingatkan Rhaka kepada Game Virtual yang dahulu sering dia mainkan.

 

"Itu berarti, pedang tadi...? Ah sial, aku meninggalkannya." Rhaka berlari ke tempat semula, ia mencari pedang hitam itu.

 

DUAARR... DUAARR... DUAARR...

 

Suara meteor yang berjatuhan terdengar sangat keras dan begitu menggelegar. Bahkan membuat tanah sedikit bergetar.

 

Rhaka begitu terkejut. Bagaimana tidak, ledakan itu bagaikan gunung yang meletus tepat di hadapannya.

 

Bersamaan dengan itu, terdengar pula suara teriakan yang cukup keras dari para petualang.

 

Dengan disertai rasa penasaran yang begitu besar, Rhaka memutuskan untuk kembali ke lokasi pertarungan. Seraya membawa pedang yang telah ia temukan.

 

Di balik batang pohon yang besar, Rhaka bersembunyi. Ia mencoba mengamati apa yang telah terjadi.

 

"Sudah kubilang, terlalu percaya diri itu tidak baik. Hahaha...," Ketua bandit tertawa kegirangan. Serangannya berhasil membuat Tetsu dan Hama tergeletak tidak berdaya.

 

"Aaaa... Tanganku!" Hama berteriak kesakitan.

 

Mendengar teriakan tersebut, Tetsu seketika melirik ke arah Hama. Yang ternyata, setengah dari tubuhnya telah dilumuri banyak darah.

 

"Ha-Hama...." Tetsu melepaskan baju jirahnya dan kemudian merangkak perlahan menghampiri Hama.

 

"Hama, Ma-maafkan aku." Ucap Tetsu dengan nada yang lemas dan terbata-bata.

 

Hama tidak merespon ucapan Tetsu, dirinya hanya berteriak meraung kesakitan.

 

Saat itu Rhaka memperhatikan mereka dari jarak yang cukup jauh.

 

Dan tanpa disengaja saat ia memfokuskan pandanganya, munculah sebuah menu informasi dalam penglihatannya.

 

Menu itu menampilkan sebuah informasi dasar dari para petualang dan bandit yang dilihatnya.

 

Dan di dalam game, menu itu dikenal dengan istilah Bar Status.

 

"Inikan...?!" Rhaka terkejut.

 

 

 

Bersambung.

Bab terkait

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 2

    Di dalam Game Crown Island Online, Bar Status adalah merupakan istilah untuk tampilan informasi yang bisa kita lihat pada setiap karakter. Para player bisa melihatnya hanya dengan memfokuskan pandangannya sedikit lebih lama kepada karakter yang ingin dilihatnya. Lalu Bar Status pun akan muncul dengan sendirinya, di dalam penglihatannya. Di dalam Bar Status, hanya nama, reputasi / tittle, dan class lah yang hanya akan terlihat. Sedangkan level serta tingkatan class tidak dapat dilihat. Itu karena keduanya merupakan hal privasi yang harus dirahasiakan. Namun meski begitu, ada beberapa cara agar para player bisa saling merasakan dan menilai kekuatannya masing-masing. Yaitu dengan sengaja mengeluarkan atau menunjukkan aura yang dimilikinya. Pancaran dari aura yang ditunjukkan akan dapat terlihat oleh semua class tanpa terkecuali

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 3

    Kota Acela adalah merupakan satu dari tujuh kota besar yang ada di Benua ini.Kota ini cukup terkenal akan kekuatan militernya. Itu terbukti dari tidak adanya penguasa lain yang mencoba menyerang dan menguasai kota ini.Dalam segi kewilayahan, militer, serta politik, kota ini dikuasai dan dikendalikan langsung oleh Guild Gagak Hitam.Yang juga atas kuasanya, telah menunjuk Keluarga Estera sebagai keluarga bangsawan tertinggi, yang mengatur roda perekonomian serta perdagangan di kota tersebut.***Rhaka yang kini telah berganti nama menjadi Scarra, telah memutuskan untuk ikut pergi menuju Kota Acela.Hal itu ia lakukan guna mengetahui dan mencari sedikit informasi tentang Dunia barunya tersebut.

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 4

    Scarra memasuki loby Guild Hall Gagak Hitam, ia berjalan dengan ditemani oleh Tetsu dan Hama di belakangnya.Saat itu di dalam begitu ramai, bahkan tidak hanya hunter, tetapi juga banyak sekali petualang yang berlalu lalang di dalamnya.Nampaknya terdapat sebuah Bar di sana, dan juga Quest Hall. Yang mana, kedua tempat inilah yang paling sering dikunjungi oleh para petualang di kota ini.Setibanya di dalam, mereka pun langsung diarahkan menuju Aula Pendaftaran. "Silahkan, kalian mendaftar disini!" Tegas penjaga yang mengawalnya.Seorang wanita berparas cantik lantas menyambutnya, ia adalah petugas lisensi itu.Dengan senyuman manisnya, wanita itu kemudian menjelaskan sedikit tentang lisensi dan kegunaannya. Ia juga menjelaskan tentang syarat dan ketentuannya.

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 5

    Budak itu masih terduduk di lantai, ia menatap Scarra dengan kedua tangannya menyilang menutupi dadanya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi bahkan ia sedikit kurus, namun bola matanya bersinar begitu indah, mata itu berwarna hijau, sama seperti bola mata milik para kaum Elf. Dengan rambut putihnya yang terurai sebahu, budak itu terlihat sangat cantik. Namun beberapa bekas luka di tubuhnya, telah menutupi kecantikannya. Scarra terperangah, matanya melotot dan ia tidak menyangka. Wanita itu sebenarnya memiliki paras yang cantik, namun penampilannya yang kumel telah membuat Scarra tidak menyadarinya. "A-Anu... Te-Terimakasih!" Ucap wanita itu dengan mata yang berlinang. Scarra mengulurkan tangannya, dan membantunya berdiri. "Namamu...?" "Yu-Yuki, tuan." Jawab Yuki terbata-bata.

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 6

    Penginapan Erissan. "Eh... Hanya tersisa satu kamar lagi?" Scarra menoleh ke arah Yuki yang saat itu sedang menunggunya di sofa, dan ia terlihat cukup kelelahan. "Hmm... Apa boleh buat." Scarra mengambil kamar yang tersisa itu. "Maaf, sudah membuatmu menunggu." "Eh, tidak-tidak. Aku tidak apa-apa. Tuan tidak seharusnya berkata seperti itu." Yuki jadi salah tingkah. "Ja-Jadi, kamarnya... Apa tuan mendapatkannya?" Lanjut Yuki terbata-bata. "Ini...." Menunjukan kunci kamar. "B-Baiklah." Yuki beranjak dan berjalan mengikuti Scarra. Saat itu langkah Yuki cukup pelan, kepalanya tertunduk

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 7

    [Aula Pertemuan Guild Gagak Hitam] "Dimana Kousei? Kenapa dia belum datang juga?" Dalam pertemuan itu Kyo Ren telah datang lebih awal, dan ia telah menunggu cukup lama. *Kyo Ren - Hunter Rank S peringkat 4* "Bersabarlah, Ren. Oh ya, kalau di ingat-ingat, ini sudah menjadi kali ke tiga ujian Hunter diadakan. Tapi sampai saat ini, aku masih belum pernah melihatnya." Celetuk Shiro membuka pembicaraan. *Shiro - Hunter Rank S peringkat 5* "Hmm... Dari awal aku bergabung saja, hingga sekarang, aku tidak pernah tau seperti apa sosoknya." *Kazu - Hunter Rank S peringkat 9* Kyo Ren berdiri dari tempat duduknya, "Tunggu sebentar! Apa kalian sedang membicarakan Master yang itu...?" "Menurut mu siapa lagi? Memangnya ada Master yang lain lagi?" Jawab Kazu. "Sudah kuduga! Sekarang coba kalian pikirkan, selama ini semua perintah siapa yang perintahkan? Setiap keputusan siapa yang putuskan

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 8

    Kousei mulai memasuki Arena dan ia pun duduk di kursi para petinggi, dengan didampingi oleh Ken dan Kai di belakangnya. Di jajaran kursi itu, terdapat pula para tamu VIP. Mereka merupakan para bangsawan terpandang di Kota Acela. "Hey lihat! Bukankah itu Master Kousei?!" Teriak salah satu penonton. "Iya benar, Ken dan Kai juga ada disana!" Timpal penonton yang lain. Kousei melambaikkan tangannya, ia mencoba menyapa seluruh penonton. Dan seketika, para penonton pun bersorak gemuruh. Seraya menyapa, Kousei pun mengaktifkan skill pendeteksi aura miliknya. Ia memperhatikan dan mengawasi setiap aura yang terpancar dari para penonton. Hal itu ia lakukan guna menghindari masuknya p

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 9

    Menjelang pertandingan kedua dimulai, dengan cepat para Hunter Class Mage Gagak Hitam memasuki arena. Dengan sihir gabungan, mereka pun mulai merekonstruksi kembali arena yang sudah cukup hancur itu. "Para hadirin sekalian, apa kalian masih bersemangat?!" Tanya Shiro, dan di jawab dengan sorakan yang bergemuruh. "Selanjutnya! Mari kita panggil. Inilah dia, Maggie! The Exotic Witch!" Sambut Shiro. "Maggie! Maggie! Maggie!" Para penonton bersorak memanggil namanya. "Aku duluan!" Ujar Maggie kepada para peserta yang lain. "Maggie!" Panggil Tsuhira. Seketika Maggie pun menoleh. "Beri si Lion sang apalah itu, pelajaran!" Sambung Tsuhira dengan emosi yang membara. "Kamu pasti bisa!" Timpal Nero menyemangati. Tanpa mereka sadari, rasa cemas yang mereka rasakan telah membuat mereka menjadi saling peduli. "Ya!" Magg

Bab terbaru

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 52

    Dalam pertarungan ini, Charles harus mengakui bahwa Maggie memiliki beberapa insting bertarung yang baik, pola serangan yang dibangunnya telah membuat jarak di antara mereka tetap terjaga. Dengan kata lain, cukup sulit untuk bisa menyerang dan mendekatinya. Tapi, Charles adalah orang yang lebih baik dalam hal teknik dan juga insting. Tidak melakukan apa-apa selain bertahan dan menghindar telah memberinya sedikit ruang untuk berfikir, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dalam beberapa kesempatan, Charles mencoba membiarkan beberapa bagian tubuhnya terkena serangan. Dia mencoba merasakan kekuatan dari serangan itu dan menganalisanya lebih dalam untuk sementara waktu. Hasilnya, Charles menyadari bahwa meskipun kemampuan Maggie dalam menyerang cukup tinggi, dia seperti tidak menggunakan kemampuannya secara maksimal. Itu mungkin dia masih menyimpan kekuatannya untuk moment tertentu atau mungkin dia memang selemah itu. "Lebih baik aku mengujinya." Charles menyerang balik dengan kapak

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 51

    Zissa mengambil posisi, dia menghunuskan senjatanya dan mengayunkannya ke atas secara perlahan. Posisinya sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir. Di tempat lain, Aldea telah sepenuhnya dikuasai oleh rasa takutnya. Tubuhnya gemetar, giginya berderit dan matanya begitu rapat tertutup. Dia ingin lari. Dia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, rasa ketakutan yang amat tinggi telah menghalangi aliran gelombang saraf dari otaknya, sehingga membuat kedua kakinya terasa berat untuk digerakan. Seperti kaku, sepenuhnya kaku. Di tengah rasa ketakutan yang amat itu, sebuah suara muncul. Itu sangat dekat. Suara itu benar-benar dekat. Itu tepat di hadapannya. Mendengarnya membuat sekujur tubuhnya seketika merinding. "Jangan khawatir... Aku tidak akan membunuhmu. Setidaknya, tidak untuk sekarang." Charles mengepalkan tangannya, mengayunkannya dengan pasti untuk menghilangkan kesadaran Aldea. Namun sebelum itu terjadi... "Sekarang!!!" Slebb... Slebb... Slebb... T

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 50

    Kulit kepalanya mungkin terbelah dari pukulan kuat saat darah mulai menetes ke wajahnya. Meskipun Splash telah menahan rasa sakit dengan salah satu kemampuannya, hanya dengan menggerakan wajahnya saja sudah cukup untuk membuat rasa sakit mengalir deras ke seluruh tubuhnya, membuatnya pusing. Sambil mempertahankan posisinya, seperti siap untuk menangkis serangan yang datang dengan senjata yang dihunuskan sebagai perisainya, Splash mencoba untuk bangkit. Splash mengenakan armor yang dikenal orang dengan nama Silver Tail Wind -Rare Grade Item. Meskipun begitu, dia masih menerima cukup banyak damage dan membuat kakinya kesulitan untuk berdiri. Sudah lama sejak dia terluka sedemikian rupa. Sementara dia bangkit, salah satu tangannya yang gemetar -bukan karena rasa takut melainkan rasa sakit yang luar biasa- mencoba meraba kantong di pinggangnya, dia menggambil satu botol potion penyembuh dan lalu meminumnya. Meski masih jauh dari kata menyembuhkan sepenuhnya, tapi itu cukup baik sebaga

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 49

    "Tidak ada pilihan lain." Lorion menurunkan Aldea dan kemudian menghunuskan dua kapaknya seraya berkata, "Putri, kami akan menahannya. Larilah jika ada kesempatan!" "Tentu kau mengenalku, Lorion... Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku... Jika itu harus mati, kita akan mati bersama!" Balas Aldea seraya bersiap. Meski sedikit kecewa dengan tingkah Aldea yang keras kepala, tapi setidaknya jawaban dari Aldea telah membangkitkan semangat dan juga harapan mereka. Dengan hadirnya Aldea, keselamatan dan harapan hidup mungkin akan sedikit lebih meningkat. Tetapi semua itu terasa sia-sia jika mengetahui kesenjangan yang luar biasa dalam tingkat kekuatan mereka. Meski mereka tahu bahwa kematian adalah akhir dari takdir mereka, tapi itu tidak lantas membuat mereka menyerah. Setidaknya mereka telah berjuang bersama-sama dengan harapan yang tumbuh di hati mereka. Senyuman mulai terekspresikan di wajah mereka, seperti hendak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah mereka sesali. "

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 48

    Di atas ketinggian Scarra menatap pepohonan yang terbentang jauh ke utara, dia menatap dengan angin yang berkecambuk di sekelilingnya. "Hutan terlarang... The Great Sea of Trees." Scarra memejamkan matanya dan menghayati suara alam di malam itu, "Seperti nostalgia." Karena malam hari dan dalamnya tanaman hijau yang membentang di bawahnya, semuanya tampak seperti dicat hitam. Namun meski begitu, dengan vision yang dimilikinya meski itu jauh di tengah hutan Scarra telah menemukan dua hal menarik. Salah satunya adalah danau berbentuk bulan sabit yang seingatnya adalah lokasi dimana desa kaum Elf berada. Dia dapat menemukannya relatif cepat karena ukurannya yang besar. Mendapati hal itu, beberapa pertanyaan mulai berkecambuk di pikirannya. Saat semuanya masih di dalam game, Ras Elf merupakan Ras yang sejajar dengan ras lain seperti halnya Ras Demon (Iblis), Ras Demi-Demon (Setengah Iblis), Ras Demi-God (Setengah Dewa), Ras Demi-Human (Monster setengah Manusia), dan Ras Dragon (Ras Na

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 47

    Setelah Menyuruh Mumu dan Yuki mempersiapkan perbekalan perjalanan mereka, Scarra bersandar di dinding, dengan tatapan kosong Scarra menatap langit-langit sambil sesekali melirik memo pad kecil di tangannya. Aku harus memastikannya! Apa yang tertulis di atasnya adalah beberapa petunjuk dan ciri-ciri tentang anggota XGuard. Scarra mencatatnya, dia mencatat semua yang telah dijelaskan dan digambarkan oleh Izumi, termasuk simbol X yang merupakan simbol dari kelompok tersebut. Apa yang membuatnya menjadi sedikit frustasi adalah simbol yang tergambar di memo pad kecil itu, adalah simbol yang sama dengan yang digunakan oleh guildnya dahulu. Meski mencoba untuk tetap tenang dengan tidak menceritakannya kepada Mumu dan Yuki, tetap saja Scarra harus mengakui bahwa banyak lubang yang tiba-tiba muncul dalam skenario yang telah dipikirkannya. Mendapati sesuatu yang berasal dari Crown Island sedikitnya telah memperkuat harapannya, harapan bertemu dengan player lain atau mungkin lebih dari itu.

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 46

    Dua jam berlalu, dan selama itu tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam bangunan. Kerahasiaan akan informasi sepertinya cukup terjaga. Tidak berselang lama pintu guild mulai bergerak, seseorang mencoba membukanya dari dalam. Saat pintu itu terbuka, yang pertama keluar adalah Scarra lalu disusul dengan Izumi dibelakangnya. Dua petualang yang ditempatkan di luar untuk berjaga seketika mengambil posisi terbaiknya, mereka menurunkan pandangannya dan memberikan rasa hormatnya. Saat itu posisi matahari sudah cukup tinggi, cahayanya menjadi terasa cukup menyilaukan saat mereka keluar dari bangunan tersebut. Butuh beberapa detik untuk mata dapat beradaptasi dengan keadaan, semuanya -kecuali Scarra- merasakan hal yang sama. Dengan mata yang masih beradaptasi Izumi mempercepat langkah kakinya, menempatkan dirinya tepat berada di sebelah Scarra. "Katakan saja apa yang anda butuhkan. Kami dengan senang hati akan membantu menyiapkannya." "Jangan terlalu kaku! Kita berada di tingkat yang

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 45

    Koichi yang mendengar permintaan itu sementara meringis. Mencoba memutar otaknya. Izumi, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab. "XGuard, ya... Aku tidak begitu yakin kelompok itu benar-benar ada. Tapi, baiklah. Perlu ditekankan, ini tidak lebih dari sebuah rumor, saya harap anda mengerti." "Jelaskan saja!" Sambil menghela nafas, Izumi menjelaskan. XGuard adalah nama dari sebuah organisasi rahasia, mereka bergerak di dalam bayangan dan tidak terafiliasi dengan aliansi manapun. Bahkan sampai saat ini tujuan dan identitas dari para anggotanya tidak pernah diketahui. Sebagian orang berpendapat, kelompok ini sengaja diciptakan oleh salah satu dari tujuh aliansi besar. Tujuannya, mungkin menciptakan konflik, konspirasi, atau sesuatu yang dilarang demi keuntungan aliansi tersebut. Namun pendapat itu telah terpatahkan, oleh adanya pertemuan tujuh aliansi besar di Valhalla beberapa tahun silam. Entah apa yang telah diperbuat oleh kelompok ini, rumor akan kehadirannya sek

  • Sang Raja Pulau Mahkota   Episode - 44

    Ada empat belas orang di ruangan itu. Ruangan yang kecil, cukup untuk dapat mendengar apa-apa yang orang bicarakan tanpa mengatur suarannya. Scarra, Maggie, Izumi dan Koichi berada di meja yang sama. Sedangkan yang lainnya berada di meja yang terpisah. Di sisi lain, para pelayan terlihat begitu gugup. Tamu penting dengan misi khusus datang dan menyambangi tempat mereka. Seperti seorang pelajar memasuki ruang kelas yang salah dan tersadar sesaat setelah kelas dimulai, terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa adalah hal yang sudah sewajarnya. Daripada memikirkan sikap apa yang harus mereka tunjukan, para pelayan itu lebih memilih untuk menyiapkan makanan sesegera mungkin. Dan dari apa yang mereka lakukan telah menunjukkan bahwa mereka tidak terbiasa atau lebih tepatnya tidak terlatih untuk sesuatu yang formal. Dengan tangan sedikit bergertar, bir dan makanan ringan mulai dihidangkan. Makanan terbaik yang mereka miliki. Suara keramik beradu dari piring yang bergetar dan bunyi yan

DMCA.com Protection Status