Tidak terasa, satu tahun sudah Isandra lewati di dunia ini. Ia mendapatkan banyak pengalaman baru, teman-teman baru, ilmu baru dan-hal yang paling ia syukuri-keluarga.
Hari ini adalah hari penting, dimana Isandra telah menginjak usia 16 tahun, yang artinya ia telah memasukki masa dewasa. Dan akan melakukan debutantenya di kalangan bangsawan.Aula istana Eleino nampak didekor indah dengan bunga mawar merah muda dan pita emas di seluruh tiang dan sepanjang railing tangga aula.Meja-meja panjang dengan berbagai santapan lezat dan minuman yang disusun rapih oleh para pekerja istana, melengkapi kesan mewah ditambah karpet merah panjang yang terbentang dari tangga di luar aula hingga ke dalam.Sedangkan di sisi lain istana, di kamar yang kini tengah terlihat sibuk oleh para maid yang mendandani tokoh utama kita malam ini, Isandra."Yang Mulia, riasan anda belum selesai tapi anda sudah terlihat seperti dewi" puji Marrie yang tengah menata rambutPintu besar itu terbuka, menampilkan tangga memutar dimana para bangsawan baik dari kekaisaran Eleino maupun luar benua, hadir di aula istana.Mereka semua membungkuk hormat seraya keluarga Eleino menampilkan kehadiran mereka. "Salam kami kepada matahari dan para bintang Eleino""Silahkan angkat kepala kalian" ucap Galen.Mereka pun kompak menegapkan kembali punggung mereka, berjuta pujian dan kata penuh kagum mereka lontarkan kepada keluarga kekaisaran ini. Mereka memang tidak bisa dikalahkan kalau sudah mengenai visual."Seperti yang kalian ketahui, malam yang berbahagia ini, adalah malam dimana putriku, putri kekaisaran Eleino, Isandra, akan mengadakan debutantenya" ucap Galen sebagai sambutan."Untuk itu, aku sudah menyiapkan hadiah yang selama ini dinanti-nantikan oleh kita semua" ucap Galen kemudian menoleh ke arah Isandra. "Nah kemarilah, berlutut di depan ayah" ucap Galen.Isandra pun menurut, dan berlutut di depan ayahny
Para tamu langsung berbisik, siapa gadis yang ada di pantulan cermin itu? "Ah saya akan menjelaskan cara kerja cermin ini! Ia memantulkan jiwa dari orang yang berdiri di hadapannya. Seperti kedua pangeran yang telah mencoba, muncul guardian mereka masing-masing" ucap pria itu.Isandra tertegun, itu artinya cermin ini memantulkan jiwa dari orang yang berdiri di hadapannya. Dan jiwa di tubuh ini bukanlah Isandra yang asli melainkan Fani."Dan seperti yang kalian lihat, jiwa tuan putri adalah seorang gadis lusuh yang bahkan fisikny tidak menyerupai tuan putri. Jadi siapakah sebenarnya tuan putri ini?" ucap pria itu dengan seringai liciknya.Ah Isandra sadar, ini semua jebakan. Siapapun yang membuat jebakan ini mengetahui bahwa Isandra bukanlah yang asli.Semua yang hadir disana langsung berbisik penuh cemoohan. Isandra penipu, tidak tahu malu, mempermainkan kekaisaran, memermalukan kaisar. Begitulah isi cibiran mereka.Isandra hany
"Hmmm" lenguhan kecil terdengar seraya bulu mata keemasan lentik itu membuka menampilkan iris secerah langit biru. Isandra membuka matanya, melihat keadaan sekitarnya. Kamar yang sedikit lebih besar dari kamarnya di Eleino dulu, namun dengan kesan yang begitu gelap, serba hitam."Dimana ini?" tanyanya entah pada siapa. Seketika kilasan memori malam tadi kembali muncul di benaknya. Membuat Isandra langsung duduk dari baringnya, "Ruby-""Sudah bangun?"Isandra tetkejut bukan main saat tiba-tiba mendengar suara bariton dari arah pintu. Dengan cepat ia menoleh, nampak seorang pria yang bersandar di kusen pintu dengan pakaian kasual yang menampilkan belahan dadanya.Azel berjalan perlahan mendekati Isandra yang menatapnya horor, "Ja-jangan mendekat!" teriak Isandra menutupi tubuhnya dengan selimut.Sedang Azel hanya menghela nafasnya kemudian menatap malas Isandra seraya masih berjalan ke arah gadis cantik itu.Isandra menatap takut Raziel seraya menutupi tubuhnya dengan selimut."Apa beg
Tangan Azel terangkat hendak menyentuh pintu brankasnya namun ia terhenti, keningnya mengerenyit semakin dalam kala tidak merasakan mantra pelindung yang dari dulu sudah dipasang disana.Booomm brakkZargan terperanjat kaget saat Azel langsung meledakkan pintu itu dan membuatnya hancur lebur. Dapat ia rasakan bahwa rajanya saat ini tengah marah besar.Azel berjalan cepat memasukki ruangan tempat ia menyimpan semua artefak sihir berharga miliknya. Dan di sudut manapun ia tidak menemukan cermin itu."Bajingan!" Zargan kembali terperanjat kaget saat Azel tiba-tiba memaki entah pada siapa."Zargan, kau ingat cermin yang aku ambil dari bangsa elf itu?" tanya Azel dengan nada dingin dan aura suram di sekelilingnya."Y-ya yang mulia, cermin yang bisa memantulkan jiwa orang yang berdiri di hadapannya" jawab Zargan gugup."Cermin itu dicuri"Zargan membelalak, "Apa? Bagaimana bisa?""Kan sudah kubilang, dinding pertahanan itu bisa dibobol kapan saja!" serunya marah. "Dan aku sudah tau siapa p
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Azel sendiri yang membunuh keluarganya, orang tua dan kakak-kakaknya tanpa ampun. Tapi, hal itu tidak menjadikan ia sebagai raja yang lalai. Malah sebaliknya, dengan sihir yang ia miliki, ia mengembalikan tanah Erebos menjadi subur kembali bahkan berkali-kali lipat lebih subur dari sebelumnya. Ternak, tani, kebun hingga pertambangan melimpah ruah, menjadikan Erebos sebagai kerajaan kaya raya hasil perdagangan ke luar kerajaan.Namun terdapat satu aturan yang Azel tekankanpada rakyat Erebos, bahwa tidak seorang pun boleh keluar ataupun masuk wilayah kerajaan.'Kalau begitu aku adalah kriminal?' batin Isandra teringat bahwa ia bukanlah penduduk Erebos namun berani masuk ke wilayahnya. 'Tapi kan Yang Mulia sendiri yang membawaku, jadi bukan salahku' "Apa ada lagi yang ingin Fani ketahui?" tanya Letty ramah.Isandra menggeleng dengan senyumnya, "Tidak, terima kasih banyak ya sudah menceritakan semuanya" ucapnya. 'Sebaiknya aku kumpulkan informasi sediki
'Eh? suara lelaki?' Isandra mendongak, seketika ia membeku di tempat saat bersitatap dengan iris semerah kelopak mawar itu. 'Sepertinya ini hari terakhirku di isekai' batin Isandra."Apa di Eleino kalian memiliki kebiasaan menatap wajah orang dengan ekspresi bodoh?" tanya Azel dengan nada ketusnya, walau tak dipungkiri ada sedikit rona merah di pipinya karena berada sedekat ini dengan Isandra."Eh? Ah m-maaf Yang Mulia saya hanya te-terpesona dengan wajah anda heheh" ucap Isandra menyengir kuda. 'Tidak, aku masih belum mau mati. Jadi lebih baik aku mulai menjilat'.Azel nampak termakan dengan ucapan manis Isandra, rona merah di wajahnya semakin menjadi karena pujian itu."S-sebaiknya kau mundur sekarang" ucapnya seraya mendorong pelan Isandra untuk mundur beberapa langkah.Isandra hanya menurut untuk mundur, namun satu hal menyita perhatiannya. Dan membuat Isandra kembali maju dengan cepat ke posisi awal. Azel pun membelalak kaget.Tap"Yang Mulia, apa anda demam?" tanya Isandra seraya
Suasana ruang makan yang canggung, hanya suara dentingan piring dan alat makan yang mengisi udara.Isandra menatap pemuda tampan di depannya itu dengan tatapan resah. 'jujur awalnya aku memang kesal tapi ini kesempatan bagus bagiku untuk meminta maaf' Azel pun diam-diam mencuri pandang Isandra, 'Kapan aku harus meminta maaf? Apa sekarang saja ya?'"Yang mulia/Putri"Mereka saling menatap dalam keterkejutan saat tak sengaja saling memanggil bersamaan."Ah silahkan/Anda duluan"Lagi-lagi, menyebutkan kalimat bersamaan."Saya minta maaf!/M-maaf!"Krik krikNampak Zargan yang berdiri di sudut ruangan sudah menepuk keningnya sendiri, 'Susah susah~'Keesokkan harinya,Setelah acara makan malam yang berakhir canggung itu, Azel masih belum menyerah dan masih meminta saran dari Zargan untuk mendekati Isandra.Dan disinilah ia bersama Isandra, menelusuri labirin di taman istana utama Erebos."Eum yang mulia?""Apa?" sahut Azel yang berjalan di depan Isandra dengan ketusnya, walau lain di bibir
"Tidak perlu khawatir tuan putri, yang mulia akan kembali dengan selamat. Beliau adalah yang terkuat di seluruh kerajaan, bahkan mungkin seluruh dunia" ucap Zayn mencoba menenangkan.'Padahal aku tidak mengkhawatirkannya' batin Isandra datar. "Kalau begitu saya akan kembali ke kamar saya saja dokter" ucap Isandra tersenyum manis. 'Ya, jika aku ingin membantu aku tidak boleh menjadi beban dengan mengganggu di tengah-tengah. Sebaiknya aku menunggu Yang Mulia kembali saja' batin Isandra."Ah mari saya antar" ucap Zayn ramah.Isandra pun tidak memiliki alasan untuk menolak, "Terima kasih dokter"Mereka berjalan kembali menuju kamar Isandra tanpa berbicara apapun, hingga tidak tetasa mereka pun telah sampai di depan pintu kamar Isandra."Apakah ada yang tuan putri perlukan?" tanya Zayn.Isandra tersenyum kecil seraya menggeleng, "Tidak ada dokter, terima kasih sudah mengantar saya" ucap Isandra menunduk berterima kasih.Zayn pun membungkuk hormat, "Kalau begitu, saya izin undur diri. Sel