Sudah menjadi rahasia umum bahwa Azel sendiri yang membunuh keluarganya, orang tua dan kakak-kakaknya tanpa ampun. Tapi, hal itu tidak menjadikan ia sebagai raja yang lalai. Malah sebaliknya, dengan sihir yang ia miliki, ia mengembalikan tanah Erebos menjadi subur kembali bahkan berkali-kali lipat lebih subur dari sebelumnya. Ternak, tani, kebun hingga pertambangan melimpah ruah, menjadikan Erebos sebagai kerajaan kaya raya hasil perdagangan ke luar kerajaan.Namun terdapat satu aturan yang Azel tekankanpada rakyat Erebos, bahwa tidak seorang pun boleh keluar ataupun masuk wilayah kerajaan.'Kalau begitu aku adalah kriminal?' batin Isandra teringat bahwa ia bukanlah penduduk Erebos namun berani masuk ke wilayahnya. 'Tapi kan Yang Mulia sendiri yang membawaku, jadi bukan salahku' "Apa ada lagi yang ingin Fani ketahui?" tanya Letty ramah.Isandra menggeleng dengan senyumnya, "Tidak, terima kasih banyak ya sudah menceritakan semuanya" ucapnya. 'Sebaiknya aku kumpulkan informasi sediki
'Eh? suara lelaki?' Isandra mendongak, seketika ia membeku di tempat saat bersitatap dengan iris semerah kelopak mawar itu. 'Sepertinya ini hari terakhirku di isekai' batin Isandra."Apa di Eleino kalian memiliki kebiasaan menatap wajah orang dengan ekspresi bodoh?" tanya Azel dengan nada ketusnya, walau tak dipungkiri ada sedikit rona merah di pipinya karena berada sedekat ini dengan Isandra."Eh? Ah m-maaf Yang Mulia saya hanya te-terpesona dengan wajah anda heheh" ucap Isandra menyengir kuda. 'Tidak, aku masih belum mau mati. Jadi lebih baik aku mulai menjilat'.Azel nampak termakan dengan ucapan manis Isandra, rona merah di wajahnya semakin menjadi karena pujian itu."S-sebaiknya kau mundur sekarang" ucapnya seraya mendorong pelan Isandra untuk mundur beberapa langkah.Isandra hanya menurut untuk mundur, namun satu hal menyita perhatiannya. Dan membuat Isandra kembali maju dengan cepat ke posisi awal. Azel pun membelalak kaget.Tap"Yang Mulia, apa anda demam?" tanya Isandra seraya
Suasana ruang makan yang canggung, hanya suara dentingan piring dan alat makan yang mengisi udara.Isandra menatap pemuda tampan di depannya itu dengan tatapan resah. 'jujur awalnya aku memang kesal tapi ini kesempatan bagus bagiku untuk meminta maaf' Azel pun diam-diam mencuri pandang Isandra, 'Kapan aku harus meminta maaf? Apa sekarang saja ya?'"Yang mulia/Putri"Mereka saling menatap dalam keterkejutan saat tak sengaja saling memanggil bersamaan."Ah silahkan/Anda duluan"Lagi-lagi, menyebutkan kalimat bersamaan."Saya minta maaf!/M-maaf!"Krik krikNampak Zargan yang berdiri di sudut ruangan sudah menepuk keningnya sendiri, 'Susah susah~'Keesokkan harinya,Setelah acara makan malam yang berakhir canggung itu, Azel masih belum menyerah dan masih meminta saran dari Zargan untuk mendekati Isandra.Dan disinilah ia bersama Isandra, menelusuri labirin di taman istana utama Erebos."Eum yang mulia?""Apa?" sahut Azel yang berjalan di depan Isandra dengan ketusnya, walau lain di bibir
"Tidak perlu khawatir tuan putri, yang mulia akan kembali dengan selamat. Beliau adalah yang terkuat di seluruh kerajaan, bahkan mungkin seluruh dunia" ucap Zayn mencoba menenangkan.'Padahal aku tidak mengkhawatirkannya' batin Isandra datar. "Kalau begitu saya akan kembali ke kamar saya saja dokter" ucap Isandra tersenyum manis. 'Ya, jika aku ingin membantu aku tidak boleh menjadi beban dengan mengganggu di tengah-tengah. Sebaiknya aku menunggu Yang Mulia kembali saja' batin Isandra."Ah mari saya antar" ucap Zayn ramah.Isandra pun tidak memiliki alasan untuk menolak, "Terima kasih dokter"Mereka berjalan kembali menuju kamar Isandra tanpa berbicara apapun, hingga tidak tetasa mereka pun telah sampai di depan pintu kamar Isandra."Apakah ada yang tuan putri perlukan?" tanya Zayn.Isandra tersenyum kecil seraya menggeleng, "Tidak ada dokter, terima kasih sudah mengantar saya" ucap Isandra menunduk berterima kasih.Zayn pun membungkuk hormat, "Kalau begitu, saya izin undur diri. Sel
"Hm jadi begitu" Isandra bergumam para dirinya sendiri. Hari sudah menjelang siang, dan Isandra tidak memiliki kegiatan apapun. Ia hanya membaca buku di kamarnya. "Sejarah Kerajaan Erebos"Ratusan tahun lalu, sebuah suku berambut gelap yang hidup secara nomaden menemukan pulau yang berukuran tidak terlalu besar maupun kecil. Pulau itu hangus, seperti bekas ledakkan kekuatan besar atau semacamnya.Sang kepala suku, yang merupakan ahli sihir hebat pun menghidupkan kembali tanah hangus itu menjadi subur dengan sumber daya alam melimpah.Mereka pun mendirikan kerajaan, dan memberi nama untuk tanah yang awalnya tandus bagai dunia bawah itu, Erebos.Untuk menopang pemerintahannya, sang raja tentu tidak bisa memimpin sendirian dan memerlukan bantuan pada pejabat, atau dalam hal ini, bangsawan.Sang raja pun mengangkat para sahabatnya yang begitu setia untuk menjadi pilar penopang kerajaan dengan gelar 'Lord'. Dan nama para s
"Apa?!" seru Layla tanpa sadar saking terkejutnya.Azazel menaikkan sebelah alisnya dengan Isandra yang sudah tersenyum penuh kemenangan, "Ada apa? Kau tidak berpikir bahwa kita akan bertunangan atas nama cinta bukan?" tanya Azazel ketus seakan tidak suka.Seketika Layla membeku di tempat, "S-saya, tentu tidak, Yang Mulia" ucap Layla akhirnya dengan nada pasrah."Hmph, baguslah" ucap Azazel mendengus angkuh."Fufufu lagipula Yang Mulia tidak akan mau dengan gadis biasa seperti anda, Lady Nameer. Dari segi apapun juga saya menang dibandingkan anda" ucap Isandra meremehkan.Nampak genggaman tangan Layla pada alat makan itu mengeras hingga tangannya gemetar. Tentu hal ini disadari oleh keduanya.Mereka pun bernafas lega di dalam hati karena ini artinya rencana mereka untuk malam ini telah berhasil.'Astagaaa aku tau semua ini hanyalah sandiwara tapi tetap saja rasanya malu sekalii' batin Isandra seraya menyembunyikan wajah
"Aku! tidak! baik! baik! saja!"Letty hanya mampu menatap heran sekaligus khawatir putri yang ia layani itu. Pasalnya sejak kembali dari ruang makan, Isandra terus menggeram kesal dan berteriak tidak jelas.Dan jika ditanya apakah ia baik-baik saja, pasti dijawab dengan "Aku! tidak! baik! baik! saja" disebutkan kata demi kata."Tuan putri, apakah anda ingin mandi? Saya sudah menyiapkan-""Ya! mandikan saja raja sialanmu itu! Mandikan dengan air mendidih!" serunya kemudian kembali menenggelamkan wajah ke bantal.Letty menelan ludahnya kasar melihat reaksi Isandra, sebenarnya apa yang telah terjadi hingga membuat putri cantik ini begitu kesal?"Air mendidih tidak cukup untuk membunuhku"Suara baritone dari arah pintu itu membuat Isandra dan Letty seketika membeku di tempat. Isandra berbalik patah-patah dengan wajah horornya, "Y-yang mulia hehe? Ada perlu apa anda kemari?" tanya Isandra seolah masih merajuk.
FwooooshAngin malam bertiup menusuk kulit, mengayunkan surai hitam yang kini menutupi iris mawar pemiliknya. Azel, menatap wajah pulas Isandra lamat-lamat dengan ekspresi rumit. Sebuah rasa kembali hadir di dadanya, namun berbeda dengan biasanya.Kali ini bukan berdebar hebat membuat wajahnya memerah, namun sakit. Begitu sakit seperti diremas kuat dan dihancurkan berkeping-keping.Ia berjalan pelan memasukki kamar Isandra dan menutup pintu balkon itu dengan sihirnya. Membaringkan Isandra perlahan di kasur dan menarik selimut tebal itu hingga menutupi dadanya.Azel masih berdiri di samping ranjang, tatapan dan ekspresinya tak berubah sedikitpun. Tangannya terulur menggeser anak rambut yang menghalangi wajah Isandra namun tak mampu menutupi kecantikannya."Maafkan aku" ucap Azel dengan suara lirihnya. "Seandainya aku tidak menukar jiwamu, kau tidak akan menderita seperti ini"Raja muda itu menunduk mendekatkan
Chirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw
Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan
Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me
HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya
Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan. "Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut. "Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja" Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.
Masih di pagi yang sama, setelah Azel menerima perintah untuk membantu pembangunan Eleino dari Galen, ia langsung menjalankan tugasnya dan turun ke lapangan bersama para pangeran.Berbeda dengan Galen yang kini tengah berjalan menelusuri koridor istana, koridor yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan sang isteri. Bahkan sejak mereka masih kecil.Dulu, Galen kecil yang sering disiksa oleh ibu tirinya kerap kali menyelinap kabur menuju hutan yang membatasi antara mansion Aquillio dan istana. Di hutan itulah pertama kali ia bertemu dengan Lucy, hutan Antex.Di saat itu, Lucy yang tidak mengetahui identitas Galen pun mengajaknya menemui sang ibu yang sedang piknik kecil bersama adiknya di dekat sana.Permaisuri terdahulu, yang tentu saja mengenali surai putih dan iris emas milik Galen pun langsung mengerti setelah melihat kondisi Galen yang tidak baik-baik saja.Pakaian kotor dan lusuh, lebam dan luka di tubuhnya, bahkan badannya begitu
CeklekPintu besar itu terbuka, ruang gelap itu nampak diterangi seberkas cahaya saat kaki jenjang itu melangkah masuk.Galen, dengan sebuah lentera kecil di tangannya, masuk ke satu-satunya ruangan dimana lukisan Lucy berada."Hai Lucy, lama tidak berjumpa" ucap Galen menyapa, walau tentu saja tidak ada jawaban dari lukisan itu."Aku merindukanmu, kami semua merindukanmu. Tidak seharipun hati ini tidak menyebut namamu, berharap kau sudah tenang disana" lanjut Galen seraya mendaratkan bokongnya di lantai, duduk memeluk lututnya seraya menghadap lukisan besar mendiang sang istri."Hari ini... Isandra pulang ke Eleino, namun ia tidak sendirian. Ia datang bersama raja Erebos, dalam keadaan mengandung anaknya" ucap Galen menunduk dengan ekspresi rumit."Awalnya aku merasa gagal sebagai ayah karena tidak mampu menjaga putriku, dia hilang dan malah pulang dalam keadaan berbadan dua. Namun aku seolah tertampar saat dia mengatakan bahwa
Isandra pun menautkan kedua alisnya, "Kenapa? Ibu ikut saja denganku, kita bertemu ayah dan kakak. Ibu juga harus berkenalan dengan Luke" ucap Isandra.Lucy tersenyum sendu, "Sayang..." tangan lentik itu terangkat mengelus wajah yang merupakan duplikatnya itu. "Tempat ibu sudah bukan di dunia. Tapi disini..." ia menunjuk dada kiri Isandra, "...di hatimu, di hati ayah dan kakak-kakakmu, di hati kalian semua yang masih mengingat ibu" ucapnya.Isandra menunduk sendu, "Suatu saat kita akan bertemu lagi kan bu?" Lucy tersenyum manis, "Tentu saja sayang, kita semua akan bertemu dan bersama lagi. Ibu janji" ucapnya.Isandra pun ikut tersenyum, dan dengan cepat memeluk Lucy erat. Lucy membalas pelukan Isandra seraya berkas cahaya mulai menerangi tubuhnya. Membuatnya hilang bagai debu ditelan cahaya itu."Terima kasih, putriku" TesAir mata itu mengalir seraya sang empu membuka matanya. 'Ibu?' batinnya. "Isandra kenap
"AAARRRGGGHHHHH" Jerit Atlan mengerahkan seluruh kekuatannya, awan hitam di langit membentuk pusaran seraya Atlan mengangkat kedua tangannya.Sebuah lubang besar berwarna hitam muncul di atas langit, "Dengan ini, semua sihir di dunia akan menjadi milikku!" seru Atlan.Dengan cepat Isandra membentuk perisai untuk melindungi Azel dan keluarganya, jika tidak maka sihir di dalam tubuh mereka akan terhisap.FWOOOSSSHHIsandra melihatnya, mana sihir yang ada di sekitar kini tersedot habis ke dalam lubang itu, dan itu artinya Atlan akan semakin kuat karenanya.Hingga akhirnya lubang itu mengecil dan menghilang. Menyisakan Atlan, yang kini berwujud bagai bayangan hitam yang memenuhi tubuhnya. Kegelapan telah mencemari jiwanya."Dengan kekuatan sedahsyat itu, dia bahkan masih menginginkan mana nagamu" ucap Galen.Isandra hanya diam menatap tajam ke arah Atlan, perlahan ia membuka perisai pelindung itu. "Apa ya